Loading documents preview...
MANAJERIAL ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah asuhan kebidanan 5 Semester V
Kelompok 8 Disusun Oleh: Suci Lestari
130103100001
Edvina Risma Mutia
130103100006
Lina Lydia
130103100013
Conita Maolaya
130103100023
Meila Linggawati
130103100039
Rizma F. Lasari
130103100042
Novani Rahayu
130103100056
Firda Permata Putri
130103100057
Kintan Kemas
130103100058
Dilla Fadila L
130103100061
Hani khairunnisa M
130103100065
Angkatan 6
PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya , kami diberi kesabaran untuk dan kekuatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul ” Manajerial Asuhan Kebidanan Komunitas “. Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah Asuhan Kebidanan V. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat di selesaikan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna disebabkan oieh keterbatasan pengetahuan
dan wawasan serta
kemampuan kami. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga makalah ini menjadi lebih baik. Harapan kami adalah semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami , Amin.
Sumedang , September 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………....……………………..………..i DAFTAR ISI................................................................................................ii BAB II ISI 1. Melaksanakan manajerial asuhan kebidanan di rumah, posyandu, polindes, dengan BPS a. Asuhan Antenatal..........................................................................1 -
Tujuan Asuhan Antenatal...............................................................1
-
Standar Asuhan Kebidanan pada Ibu Antenatal................................1
-
Standar Alat.................................................................................4
-
Manajemen Ibu Antenatal..............................................................4
b. Asuhan Intranatal..........................................................................8 ⁻
Tujuan Asuhan Intranatal Di Rumah...............................................9
⁻
Standar Pelayanan Kebidanan.......................................................10
⁻
Syarat Persalinan di Rumah..........................................................10
⁻
Proses Persalinan di Rumah..........................................................12
⁻
Persiapan rumah dan lingkungan...................................................13
⁻
Persiapan alat dan bidan kitt..........................................................13
⁻
Persiapan bidan dan keluarga.........................................................15
⁻
Manajemen Asuhan Intranatal di Rumah.........................................16
c. Asuhan Ibu postpartum di rumah..................................................22
ii
-
Jadwal kunjungan rumah.........................................................22
-
Manajemen ibu post partum....................................................24
-
Pos partum group...................................................................28
d. Asuhan bayi baru lahir dan neonatus..............................................31 -
Jadwal kunjungan ..................................................................31
-
Manajemen pada bayi baru lahir dan neonatus..........................35
DAFTAR PUSTAKA
iii
1. Melaksanakan manajerial asuhan kebidanan di rumah, posyandu, polindes, dengan BPS a. Asuhan Antenatal Asuhan Antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan.1 -
Tujuan Asuhan Antenatal Tujuan umum : memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin sesuai dengan kebutuhan, sehingga kehamilan dapat berjalan dengan normal dan bayi dapat lahir dengan sehat.
Tujuan khusus : memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi, mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, merencanakan
asuhan
khusus
sesuai
dengan
kebutuhan,
mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi, mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI ekslusif.
-
Standar Asuhan Kebidanan pada Ibu Antenatal Standar minimal antenatal merupakan salah satu kebijakan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu. Pelayanan atau asuhan standar minimal mencakup 7T, yaitu sebagai berikut : 1. Timbang berat badan ; ukur Tekanan darah ; Ukur Tinggi fundus uteri Kehamilan merupakan proses alamiah, akan tetapi dalam proses perjalanan kehamilan dapat berkembang menjadi suatu permasalahan
atau
komplikasi,
sehingga
diperlukan
pemantauan selama kehamilan untuk melihat kesejahteraan ibu
1
dan janin. Salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin adalah dengan mengukur berat badan, tekanan darah dan tinggi fundus uteri ibu setiap kali berkunjung. 2. Pemberian Imunisasi T etanus Toksoid (TT) ; Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh tetanus. Imunisasi tetanus toksoid yang pertama (TT1) dapat diberikan pada saat melakukan kunjungan antenatal yang pertama, kemudian empat minggu setelah TT1 dapatr diberikan TT2. Dengan pemberian imunisasi TT diharapakan
bayi yang
dilahirkan dapat terlindungi dari Tetanus Neonaturum dalam kurun waktu 3 tahun. 3. Pemberian Tablet zat besi ; Tablet zat besi diberikan kepada ibu dengan tujuan untuk mencegah anemia dalam kehamilan. Setiap tablet zat besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500µg. Pemberian tablet zat besi dimulai dengan dosis satu tablet sehari pada saat ibu tidak merasa mual. Selama kehamilan ibu diberikan minimal 90 tablet dan sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan obat. Untuk menghindari efek samping (misalnya konstipasi) setelah mengkonsumsi tablet zat besi, ibu dianjurkan minum air putihminimal 1 gelas ukuran seang (200 cc). 4. Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS); PMS merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran kemih dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok resiko
tinggi
terhadap
PMS.
Melakukan
pemeriksaan
konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui etiologi yang pasti
2
tentang
ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang
diderita oleh ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang dikandung / dilahirkan. Upaya diagnosisi kehamilan dengan PMS di komunitas atau di masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi sesuai dengan gejala yang muncul, dan memberikan konseling untuk rujukan. 5. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ; Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ditujukan untuk ibu hamil dengan maslaah kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan memberikan
rujukan.
Hal
ini
dimaksudkan
konsultasi
atau
melakukan
kerja
untuk sama
penanganan. Tindakan yang harus dilakukan oleh bidan di komunitas dalam temu wicara adalah sebagai berikut. a) Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter puskesmas, dokter obstetri ginekologi dan sebagainya). b) Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan. c) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan. d) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan. e) Memberikan layanan atau asuhan antenatal. f) Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah. g) Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana kelahiran . h) Persiapan dan pengaturan transportasi dan biaya untuk ke tempat persalinan.
3
-
Standar Alat Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi peralatan steril dan tidak steril, bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan, dan obat-obatan. 1. Peralatan tidak steril : Timbangan
dewasa,
pengukur
tinggi
badan,
spygmomanometer, stetoskop, funandoskop, termometer aksila, pengukur waktu, senter,
refleks hammer,
pita pengukur
lingkar lengan atas, pengukur hb, metline, bengkok, handuk kering, tabung urin, lampu spirtus, reagen untuk pemeriksaan urin, tempat sampah. 2. Peralatan steril Bak instrumen, spatel lidah, sarung tangan , spuit atau jarum 3. Bahan-bahan habis pakai Kassa bersih, kapas, alkohol 70%, larutan klorin 4. Formulir yang disediakan Buku KIA, kartu status, formulir rujukan, buku register, alat tulis kantor, kartu penapisan dini, kohort ibu / bayi. 5. Obat-obatan Golongan roborantia (Vitamin B6, dan vitamin B kompleks), tablet zat besi, vaksin TT, kapsul yodium, obat KB.
-
Manajemen Ibu Antenatal Manajemen asuhan antenatal dikomunitas merupakan langkahlangkah alamiah dan sistematis yang dilakukan bidan, dengan tujuan untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat berdasarkan standar yang berlaku. Dalam manajemen asuhan antenatal di komunitas, bidan harus melakukan kerja sama dengan ibu, keluarga dan masyarakat mengenai persiapan rencana
4
kelahiran, penolong persalinan, tempat bersalin tabungan untuk bersalin, dan mempersiapkan rencana apabila terjadi komplikasi. Tidak menutup kemungkinan di dalam masyarakat, bidan akan menemukan ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan selama kehamilannya.
Berbagai
penyebab
ibu
tidak
melakukan
pemeriksaan selama kehamilannya diantaranya adalah ibu sakit, tidak ada transportasi, tidak ada yang menjaga anak yang lain, kurangnya motivasi, dan takut atau tidak mau kepelayanan kesehatan. Upaya yang harus dilakukan bidan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan : melakukan kunjungan rumah, berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan pemeriksaan, apabil ada masalah hendaknya coba untuk membantu ibu dalam mencari pemecahannya , dan menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan. 1. Kunjungan Rumah Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal yaitu : a) 1x kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke-14. b) 1x kunjungan selama trimester II, diantara minggu ke 1428. c) 2x kunjungan selama trimester III, diantara mingggu ke 28 - > 36. Kunjungan ideal selama kehamilan : a) Pemeriksaan pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu mengatakan terlambat haid 1 bulan. b) 1x per bulan sampai usia kehamilan 7 bulan. c) 2x per bulan sampai usia kehamilan 8 bulan. d) 1x per minggu sampai usia kehamilan 9 bulan. e) Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan-keluhan.
5
2. Standar Pelayanan Antenatal di Komunitas Standar pelayanan asuhan antenatal di komunitas tidak berbeda dengan pelayanan di klinik, standar tersebut meliputi : a) Identifikasi ibu hamil b) Pemeriksaan dan pemantauan antenatal c) Palpasi abdomen d) Pengelolaan anemia pada kehamilan. e) Pengelolaan dini pada kasus hipertensi dalam kehamilan f) Persiapan persalinan.
3. Pelaksanaan Antenatal Care di Rumah Bidan
dapat
melakukan
beberapa
hal
berikut
dalam
memberikan asuhan antenatal di rumah, yaitu : a) Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya. b) Bidan melakukan identifikasi apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur. c) Bidan harus melakukan ANC di rumah, apabila ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya. d) Sebelum melakukan asuhan di rumah, lakukan kontrak tentang waktu, tanggal, hari, dan jam yang disepakati bersama ibu hamil agar tidak mengganggu aktivitas ibu serta keluarga. e) Pada
saat
melakukan
kunjungan
rumah,
lakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar, kemudian identifikasi lingkungan
rumah
apabila ibu
mempunyai
rencana
melahirkan di rumah.
4. Pemilihan tempat bersalin Pemilihan tempat persalinan di maysrakat dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan kebidanan yang lalu, keadaan kehamilan
6
pada saat ini, pengalaman melahirkan sebelumnya, serta ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah, sehingga dalam memilih tempat persalinan hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a) Pengambilan
keputusan
untuk
menentukan
tempat
persalinan dilakukan oleh ibu sendiri atas dasar konsultasi dengan bidan atau dokter. b) Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman, dan percaya terhadap orang yang menolong. Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari adanya rujukan secara estafet. Bidan harus melakukan skrining antenatal pada semua
ibu hamil atau
penapisan dini pada ibu hamil yang berpotensi mempunyai masalah atau faktor risiko. Skrining antenatal dilakukan dengan menggunakan prinsip
4T yaitu Temu muka, Temu wicara,
temu faktor resiko, dan Temu Keluarga. Selain dengan penggunaan skrining, penggunaan penapisan dini dengan menggunakan kartu Prakiraan Persalinan Soedarto (KPPS), sebagai Tolok ukurnya adalah dengan mengukur panjang telapak kaki kanan dan tinggi fundus uteri. (sumber : Pusat Safe Motherhood-SMF/Bagian Obstetri Ginekologi, RSUD Dr. Soetomo, FK Unair).
Langkah-langkah dalam pelaksanaan manajemen asuhan antenatal di komunitas adalah sebagai berikut : 1. Ciptakan adanya rasa percaya dengan menyapa ibu dan keluarga seramah mungkin dan membuatnya merasa nyaman. 2. Menanyakan riwayat kehamilan ibu dengan cara menerapkan prinsip mendengar efektif. 3. Melakukan anamnesis secara lengkap, terutama riwayat kesehatan ibu dan kebidanan.
7
4. Melakukan pemeriksaan seperlunya. 5. Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (misalnya : albumin, Hb). 6. Membantu ibu dan keluarga mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan tindakan darurat. 7. Memberi konseling sesuai kebutuhan. 8. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman di rumah. 9. Memberikan nassihat kepada ibu untuk mencari pertolongan apabila ada tanda-tanda seperti perdarahan per vaginam, sakit kepala
lebih
dri
biasanya,
gangguan
penglihatan,
pembengkakan pada wajah dan tangan, nyeri abdomen dan janin tidak bergerak seperti biasanya. 10. Memberikan tablet Fe 90 butir dimulai sat usia kehamilan 20 minggu. 11. Memberikan imunisasi TT dengan dosisi 0,5 cc. 12. Menjadwalkan kunjungan berikutnya. 13. Mendokumentasikan hasil kunjungan.
b. Asuhan Intranatal Pemahaman tentang persalinan sebagai kerangka multifaktor akan memberikan dasar terhadap pendekatan yang berpusat pada ibu dalam manajemen asuhan intranatal. Manajemen asuhan intranatal di komunitas merupakan suatu pendekatan
yang berpusat kepada individu di masyarakat
yang
membutuhkan kemampuan analisis tinggi dan cepat terutama yang berhubungan dengan aspek sosial, nilai-nilai, dan budaya setempat. Dengan memberikan asuhan intranatal yang tepat dan sesuai standar, diharapkan dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi akibat perdarahan pada saat persalinan.
8
-
Tujuan Asuhan Intranatal Di Rumah Tujuan asuhan intranatal di rumah ditentukan oleh bidan bersamasama dengan ibu hamil dan suami atau keluarga. Adapun tujuan asuhan intranatal adalah sebagai berikut: 1) Memastikan persalinan yang telah direncanakan. 2) Memastikan persiapan persalinan bersih, aman, dan dalam suasana yang menyenangkan. 3) Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan. Agar tujuan tersebut di atas dapat dicapai, ada lima hal penting yang perlu didiskusikan dengan ibu dan keluarga, yaitu sebagai berikut:
1) Membuat perencanaan persalinan yang perlu ditetapkan , yang mencakup unsur-unsur berikut: a) Tempat persalinan b) Tenaga penolong persalinan c) Cara menjangkau tempat persalinan d) Pendamping persalinan e) Biaya yang dibutuhkan untuk persalinan f) Siapa yang mengurus keluarga pada saat ibu bersalin g) Rencana metode kontrasepsi yang akan digunakan. 2) Membuat rencana pengambilan keputusan pada keadaan gawat darurat , apabila pengambil keputusan utama tidak berada di tempat. 3) Mengatur sistem transportasi apabila terjadi kegawatdaruratan. 4) Membuat rencana tabungan bersalin (Tabulin) 5) Mempersiapkan peralatan untuk melahirkan.
9
-
Standar Pelayanan Kebidanan Ada empat standar pelayanan kebidanan yang diantaranya yaitu: a. Asuhan saat persalinan Bidann menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung. b. Persalinan yang aman Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap
sopan
dan
penghargaan
terhadap
klien
serta
memperhatikan tradisi setempat. c. Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap. d. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman
untuk
memperlancar
persalinan,
diikuti
dengan
penjahitan perineum. -
Syarat Persalinan di Rumah Pemilihan persalinan di rumah merupakan hak dari ibu dan keluarga. Ibu boleh memilih siapa yang mendampinginya pada saat persalinan.
Meskipun
begitu
ibu
dan
keluarga
harus
memperhatikan syarat-syarat persalinan di rumah, di antaranya adalah sebagai berikut. 1) Adanya bidan terlatih
dalam melakukan pertolongan
persalinan.
10
2) Bidan harus memberikan penjelasan tentang seluruh proses persalinan dan kemungkinan komplikasi. 3) Bidan dipanggil bilamana ibu mulai merasakan kontraksi atau air ketuban pecah. 4) Tersedianya ruangan hangat, bersih dan sehat. 5) Ibu mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil, dan kartu KIA. 6) Tersedianya
sistem
rujukan
untuk
penanganan
kegawatdaruratan obstetri. 7) Adanya kesepakatan atau informed consent antara bidan dengan ibu/keluarga. 8) Tersedianya alat transportasi untuk merujuk. 9) Tersedia peralatan yang lengkap dan berfungsi.
-
Proses Persalinan di Rumah Proses yang harus dilalui pada saat melakukan persalinan di rumah adalah sebagai berikut: 1) Bidan mengatur pertemuan dengan ibu, suami, dan keluarga. 2) Memperhatikan prinsip dari pencegahan infeksi. 3) Melakukan anamnesis yang lengkap tentang riwayat ibu. 4) Menginformasikan secara rinci tentang komplikasi
yang
kemungkinan akan terjadi. 5) Apabila persalinan dilakukan di daerah terpencil, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Beritahukan perlengkapan yang diperlukan. b. Sediakan obat-obatan yang dibutuhkan. c. Mengatur siapa yang dipilih ibu sebagai pendamping. d. Memberitahu tanda-tanda apabila akan memanggil bidan.
11
e. Memberitahu bagaimana,bilamana, dan di mana untuk merujuk. f. Persiapkan transfusi darah. g. Mengatur transportasi apabila akan merujuk. Persiapan pertolongan persalinan di rumah , meliputi persiapan bidan, keluarga, rumah dan tempat pertolongan persalinan, serta perlengkapan peralatan. -
Persiapan Bidan Persiapan bidan ini diantaranya adalah: a. Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan
memperhatikan
kebutuhan
ibu
selama
proses
persalinan. b. Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk persalinan dan kelahiran bayi. c. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahanbahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. d. Mempersiapkan
persiapan
rujukan
bersama
ibu
dan
keluarganya. Karena jika terjadi keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya. Apabila ibu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi asuhan yang telah diberikan. e. Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan
dan
nutrisi,
memberikan
keleluasaan
untuk
menggunakan kamar mandi secara teratur, serta melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan teknik pencegahan infeksi.
12
-
Persiapan rumah dan lingkungan
1) Situasi dan kondisi yang perlu diketahui oleh keluarga, yaitu: a. Apakah rumah cukup aman dan hangat? b. Apakah tersedia ruangan yang akan digunakan untuk menolong persalinan? c. Apakah tersedia air mengalir? d. Apakah kebersihannya cukup terjamin? e. Apakah tersedia telepon atau media komunikasi lainnya? 2) Rumah Apabila persalinan akan dilakukan di rumah, tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu. Rumah harus memenuhi persyaratan di antaranya: a) Ruangan sebaiknya cukup luas; b) Adanya penerangan yang cukup; c) Tempat nyaman; d) Tempat tidur yang layak untuk pertolongan persalinan.
-
Persiapan alat dan bidan kitt Persiapan bidan dalam bidan kit dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Alat-alat untuk cuci tangan -
Sabun dan tempat sabut
-
Sikat tangan
1 buah
-
Handuk bersih
1 buah
1 buah
2. 1 set alat dan perlengkapan pemeriksaan -
Tensi meter
-
Stestoskop
-
Thermometer
1 buah 1 buah 1 buah
13
-
Laenec
1 buah
-
Celemek
1 buah
-
Masker dan bag untuk resusitasi bagi
-
Tabung oksigen
1 buah
-
Timbangan bayi
1 buah
-
Pita pengukur
1 buah
-
Bengkok
1 buah
-
Kapas
1 buah
-
Kasa steril
1 buah
-
Spuit 2,5 cc
1-2 buah
-
Spuit 5 cc
1 buah
-
Abocath
1 buah
-
Infuse set
1 buah
-
Haemometer sahli
1 buah
-
Masker
1 buah
-
Kaca mata
1 buah
-
Senter
1 buah
-
Klorin
1 buah
1 buah
3. 1 set alat pertolongan persalinan -
Bak instumen
1 buah
-
Sarung tangan steril
1 pasang
-
Duk steril
-
Gunting episiotomi
1 buah
-
Gunting tali pusat
1 buah
-
½ kocher
-
Kocher
1
-
Kateter nelaton
1 buah
-
Penghisap lendir
1 buah
-
Benang tali pusat
2 buah
1 buah
1 buah buah
4. 1 set alat hecting -
Bak instumen
1 buah 14
-
Sarung tangan steril
-
Duk steril
1 lembar
-
Tampon vagina
1-2 buah
-
Pinset chirurgis
1 buah
-
Pinset anatomis
1 buah
-
Nal voeder
1 buah
-
Jarum otot
1-2 buah
-
Jarum kulit
1 buah
-
Benang jahit
1 buah
1 pasang
5. Obat-obatan -
Uterotonika
:
Metil ergometrin, oksitosin,
lidokain -
Koagulasi
:
Vit K dan Adona
-
Obat untuk bayi
:
Meylon 5%, glukosa 40%
-
Cairan
:
Glukosa 5%, NacL 0,9%
6. Surat-surat
-
-
Surat keterangan lahir
-
Partograf
-
Buku catatan dan Balpoint
-
Surat rujukan
Persiapan bidan dan keluarga Keluarga telah mengambil keputusan bahwa persalinan dilakukan di rumah, keluarga memberikan masukan atau ide dan bersedia/mampu memberikan dukungan yang diperlukan. Kegiatan rumah tangga secara rinci perlu dibahas untuk membentuk jaringan kerja, yaitu siapa yang mengurus anak-anak yang lain.
15
-
Manajemen Asuhan Intranatal di Rumah Manajemen asuhan intranatal di rumah dibagi dalam empat tahap sesuai dengan tahap yang ada dalam persalinan, yaitu kala I, II, III,dan IV. Dengan memberikan asuhan intranatal yang baik dan sesuai dengan standar, bidan dapat memberikan pertolongan persalinan yang memadai dan tept waktu, meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan menurunkan angka kejadian sepsis puerpuralis pada ibu nifas, sehingga membantu menurunkan angka kematian ataupun kesakitan ibu dan bayi. Manajemen asuhan intranatal merupakan langkah ilmiah dan sistematis, sehingga dalam pelaksanaannya bidan harus memahami alur pikir manajemen asuhan intranatal di rumah. Alur pikir manajemen asuhan intranatal seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
16
Gambar Alur Pikir Asuhan Inntranatal Asuhan Persalinan Kala I Pemberian asuhan persalinan kala I bertujuan untuk memberikan
pelayanan
kebidanan
yang
memadai
dalam
pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Ada tugas dan proses/langkah-langkah yang harus dilalui dalam meberikan asuhan persalinan pada kala I. Tugas dan proses tersebut seperti yang dijabarkan di bawah ini. 1) Melakukan penilaian secara tepat kapan persalinan dimulai. 2) Mampu
memberikan
asuhan
yang
memadai
dengan
memperhatikan kebutuhan ibu. 3) Terampil dalam melakukan pertolongan persalinan 17
4) Menghargai hak dan pribadi ibu serta tradisi setempat. 5) Mengizinkan adanya pendamping. Sebelum bidan melakukan manajemen asuhan kala I, bidan perlu mengingat tentang konsep sayang ibu, rujuk apabila partograf melewati garis waspada atau ada kejadian-kejadian penting lain, serta lakukan observasi ketat apabila didapatkan penyimpangan dalam partograf. Langkah-langkah asuhan intranatal kala I , meliputi: 1) Mengizinkan ibu memilih pendamping persalinan; 2) Bidan harus segera datang ke rumah ibu apabila dipanggil; 3) Memperhatikan proses pencegahan infeksi; 4) Melakukan anamnesis secara lengkap tentang kehamilan ibu; 5) Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap; 6) Melakukan pemeriksaan dalam sesuai kebutuhan/indikasi; 7) Melakukan
pemantauan
kemajuan
persalinan
dengan
menggunakan partograf; 8) Berikan dukungan mmoral pada ibu , suami, dan keluarga; 9) Libatkan keluarga secara aktif dalam proses persalinan; 10) Libatkan keluarga secara aktif dalam proses persalinan; 11) Jelaskan proses persalinan yang sedang berlangsung dan beritahu setiap kemajuan; 12) Lakukan manajemen nyeri nonfarmakologi ( masase punggung , relaksasi, dan lain-lain); 13) Lakukan persiapan untuk pertolongan persalinan.
Asuhan Persalinan Kala II Manajemen asuhan persalinan kala II bertujuan untuk memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi. Tugas yang
18
harus dikerjakan bidan dalam asuhan persalinan kala II adalah sebagai berikut: 1) Melakukan pertolongan bersih dan aman. 2) Menghargai hak ibu sebagai pribadi. 3) Menghargai tradisi setempat. 4) Mengizinkan ibu untuk memilih pendamping persalinan.
Langkah-langkah asuhan intranatal kala II yaitu sebagai berikut: 1) Berikan pendampingan dan hargai ibu selama proses persalinan. 2) Memastikan tersedianya ruangan dan peralatan yang dibutuhkan. 3) Cuci tangan dengan air mengalir sebelum dan setelah melakukan tindakan. 4) Bantu ibu memilih posisi yang diinginkan. 5) Kosongkan kantong kemih setiap 2 jam. 6) Anjurkan ibu mengejan hanya jika ada dorongan ingin mengejan. 7) Berikan pujian pada ibu. 8) Berikan minum yang mengandung gula, pada saat tidak ada his. 9) Lakukan observasi ketat denyut jantung janin setiap tidak ada his, apabila terjadi gawat janin percepat persalinan dengan melakukan episiotomi. 10) Hindari peregangan vagina secara manual. 11) Lakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar normal (APN). 12) Apabila rektum ibu mengeluarkan feses, bersihkan dengan kain bersih. 13) Lakukan inisiasi menyusu dini. 14) Berikan injeksi vitamin K pada paha bayi. 15) Berikan salep mata pada bayi. 16) Dokumentasikan secara lengkap semua temuan.
19
Hal – hal yang menjadi perhatian bidan pada saat memberikan asuhan intranatal kala II antara lain sebagai berikut: a. Hindari untuk meminta ibu mengejan jika dalam posisi terlentang. b. Ingat tiga bersih, yaitu bersih alat, tempat persalinan, pengikatan, dan pemotongan tali pusat. c. Pimpin ibu mengejan apabila ada keinginan untuk mengejan. d. Hindari intervensi apabila tidak dibutuhkan. e. Terapkan konsep sayang ibu. f. Lakukan
pengambilan
keputusan
segera
mungkin
apabila
diperlukan rujukan.
Asuhan Persalinan Kala III Asuhan persalinan pada kala III merupakan hal penting, mengingat salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan. Oleh karena itu, dalam asuhan kala III ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu bidan sebagai penolong persalinan harus terlatih dan terampil melakukan manajemen aktif kala III, tersedianya peralatan dan perlengkapan manajemen aktif kala III dan pencegahan infeksi, tersedianya obat-obatan dan metode efektif untuk penyimpanan,serta sistem rujukan untuk kegawatdaruratan obstetri yang efektif. Asuhan persalinan kala III diberikan dengan tujuan untuk membantu mengeluarkan plasenta dan selaput janin secara lengkap, mengurangi kejadian perdarahan pasca-salin, memperpendek kala III mencegah terjadinya komplikasi,dan mencegah terjadinya retensio plasenta . Dalam hal ini bidan mempunyai tugas rutin, yaitu melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III ( manajemen aktif kala III ). Hal-hal yang menjadi perhatian bidan pada saat memberikan asuhan intranatal kala III adalah sebagai berikut.
20
a. Penyimpanan oksitosin harus dalam lemari es pada suhu 2-80 dan hindarkan dari paparan cahaya secara langsung. b. Pada suhu 300C oksitosin dapat bertahan selama satu bulan, pada suhu 400 C oksitosin dapat bertahan selama 2 minggu. c. Tidak dianjurkan untuk memberikan ergometrin atau metergin sebelum bayi lahir. d. Tanda-tanda
pelepasan
plasenta
adalah
fundus
naik
dan
berkontraksi dengan baik, keluarnya darah dari vagina, serta tali pusat memanjang. e. Pada saat melahirkan plasenta, jangan mendorong fundus dan menarik tali pusat secara berlebihan. f. Lakukan peregangan tali pusat dengan hati-hati. g. Hentikan peregangan tali pusat apabila ibu mengeluh nyeri atau tali pusat tertahan. h. Apabila merasa tidak yakin plasenta dapat dilahirkan dengan lengkap, ikuti prosedur tetap penatalaksanaan plasenta rest, bila perlu rujuk.
Asuhan Persalinan Kala IV Asuhan persalinan kala IV merupakan asuhan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir. Pada kala ini tidak menutup kemungkinan terjadi perdarahan dan atonia uteri. Kehilangan darah biasanya dikarenakan pelepasan plasenta atau robekan serviks dan perineum. Jumlah darah yang keluar harus diukur ( 1 bengkok = ± 500 cc), apabila jumlah perdarahan lebih dari 500 cc harus dicari penyebabnya. Hal-hal yang harus diperhatikan pada asuhan persalinan kala IV, yaitu sebagai berikut. a. Kontraksi uterus.
21
b. Perdarahan. c. Kantong kemih. d. Adanya luka. e. Keadaan plasenta dan selaputnya harus lengkap. f. Tanda-tanda vital. g. Keadaan bayi.
c. Asuhan Ibu postpartum di rumah -
Jadwal kunjungan rumah
1) Kunjungan I (hari ke 1 sampai hari ke 7) a) Pemberian ASI: bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara eksklusif, cara menyatukan mulut bayi dengan puting susu, merubah-rubah posisi, mengetahui cara memeras ASI dengan tangan seperlunya, atau dengan metode-metode untuk mencegah nyeri puting dan perawatan puting. b) Perdarahan: bidan mengkaji warna dan banyaknya atau jumlah yang semstinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik. Uterus tidak keras dan TFU menaik. Kaji pasien apakah pasien dapat melakukan massase uterus dan ajari cara massase uterus agar uterus bisa mengeras. Periksa pembalut untuk memastikan tidak ada darah berlebihan. c) Involusi uterus: bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus. d) Pembahasan tentang kelahiran: kaji perasaan ibu dan adakah pertanyaan tentang proses tersebut. e) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi
(keluarga),
pentingnya
sentuhan
fisik,
komunikasi
dan
rangsangan f) Bidan memberikan penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadapi keadaan darurat.
22
2)
II (hari ke-8 sampai hari ke-28) a) Diet: bidan memberikan informasi akan makanan yang seimbang, banyak mengandung protein, makanan berserat dan air sebanyak 810 gelas perhari untuk mencegah konstipasi; kebutuhan akan jumlah kalori yang lebih besar per hari untuk mendukung laktasi, kebutuhan akan makanan yang mengandung zat besi, suplemen dan folat serta vitamin A jika diindikasikan. b) Kebersihan/perawatan diri sendiri: bidan menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri, terutama puting susu dan perineum. c) Senam: bidan mengajarkan senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu dan tingkat diastasis. d) Kebutuhan akan istirahat: bidan menganjurkan pasien untuk cukup tidur ketika bayi sedang tidur, meminta bantuan anggota keluarga untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga. e) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda postpartum blues. f) Keluarga berencana: pembicaraan awal tentang kembalinya masa subur dan melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas, kebutuhan akan pengendalian kehamilan. g) Tanda-tanda bahaya: bidan memberitahu kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-tanda bahaya, misalnya pada ibu dengan riwayat preeklampsi atau resiko eklampsi memerlukan penekanan tanda-tanda bahaya dari preeklampsia/eklampsia. h) Perjanjian untuk pertemuan selanjutnya.
3) Kunjungan III (hari ke 19 sampai hari ke 42) a) Gizi: zat besi/folat, kecukupan diit seperti yang dianjurkan dan petunjuk untuk makan yang bergizi b) Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB. c) Senam: rencana senam yang lebih kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal
23
d) Keterampilan memmbesarkan dan membina anak e) Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu f) Rencana uktuk check-up bayi serta imunisasi.
-
Manajemen ibu post partum 1) Defenisi Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran.
2) Tujuan Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan.
3) Pengkajian/ Pengumpulan data Didasarkan pada data subjektif daan juga Objektif. Data subjektif yaitu data yang didapatkan langsung daari pasien atau Pasien atau keluarganya langsung yang berbicara. Sedangkan data Objektif adalah data yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan bidan atau tenaga kesehatan. a. Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu. b. Melakukan pemeriksaan awal post partum. c. Meninjau catatan/ record pasien, seperti : 1) Catatan perkembangan antepartum dan intra partum 2) Berapa lama (jam/ hari) pasien post partum 3) Keadaan suhu, nadi, respirasi dan Tekanan Darah postpartum 4) Pemeriksaan laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
24
5) Catatan obat-obat 6) Catatan bidan/ perawat d. Menanyakan riwayat kesehatan & keluhan ibu,seperti : 1) Mobilisasi 2) BAK dan BAB 3) Keadaan Nafsu makan 4) Ketidaknyamana/ rasa sakit 5) Kekhawatiran 6) Makanan bayi 7) Reaksi pada bayi
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi : a. Tekanan Darah, Suhu, nadi b. Kepala, wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan c. Payudara & putting susu d. Auskultasi paru2, jika diperlukan e. Abdomen yang di lihat adalah kandung kencing, keadaan uterus (perkembangannya) f. Lochea yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau g. Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan, memar,hemorrhoid (wasir/ambeien). h. Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.
4) Menginterpretasikan Data. Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan interpretasi yangg benar atas data yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu.
25
5) Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi dan merencanakan antisipasi tindakan. Contoh : Diagnosa : Bendungan Payudara Masalah potensial : Mastitis Antisipasi Tindakan : kompres hangat payudara
6) Menetapkan Tindakan Segera Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien. Contoh : a. Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang dan segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya. b. Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera kolaborasi dgn dokter utk tindakan curettage
7) Membuat Rencana Asuhan Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya. Contoh : Manajemen asuhan awal postpartum : a. Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi. b. Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur
26
c. Gizi/ diet d. Perawatan perineum
Asuhan lanjutan : a.
Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b.
Perawatan payudara
c.
Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d.
Rencana KB
e.
Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
8) Implementasi Asuhan : Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman daripada rencana asuhan tadi.
9) Evaluasi Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada. Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus selama masa nifas. Evaluasi secara terus menerus meliputi: 1. Meninjau ulang data a. Catatan intrapartum dan antepartum b. Jumlah jam atau hari PP c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya d. Catatan hasil lab. e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD f. Catatan pengobatan 2. Mengkaji riwayat
27
a. Ambulansi : apakah ibu melakukan ambulansi seberapa sering b. Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri/ disuria c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan konsistennya 3. Pemeriksaan fisik a. Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan b. Memeriksa payudara dan putting c. Memeriksa abdomen d. Memeriksa lokhea e. Memeriksa perineum dan kaki
-
Pos partum group Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas,
salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum dengan ibu postpartum lainnya. Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu postpartum atau di Posyandu dan Polindes. Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling tentang: a. Kebersihan diri (personal hygiene)
Menganjurkan ibu untuk membersihkan seluruh badan (mandi) minimal 2 kali sehari.
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah genitalia dengan sabun dan air dari arah depan ke belakang.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2-3 kali sehari.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah membersihkan genitalia.
Apabila ibu mempunyai luka bekas episiotomi, maka sarankan ibu untuk tidak menyentuh daerah luka
b. Istirahat
28
Sarankan ibu untuk beristirahat dengan cukup, sebaiknya ibu istirahat di saat bayinya sedang tidur.
Sarankan ibu agar mengerjakan pekerjaan rumah pertahan-lahan
c. Gizi
Nasi 200 gram (1 piring sedang)
Lauk 1 potong sedang
Tahu/tempe 1 potong sedang
Sayuran 1 mangkuk sedang
Buah1 potong sedang
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
Minum kapsul vitamin A
d. Menyusui 1) Tanda-tanda ASI cukup Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam Bayi sering BAB, berwama kekuningan “berbiji” Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, kemudian bangun tapi tidur cukup Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam Payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui Berat badan bayi bertambah Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar, jika tayi dibiarkan tidur lebih dari 3-4 jam atau bayi diberi jenis makanan lain atau payudara tidak dikosongkan dengan baik setiap kali menyusui, maka "pesan hormonal" yang diterima otak ibu adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit. 2) Meningkatkan suplai ASI
29
Menyusui bayi setiap 2 Jam, lama ± 10-15 menit Pastikan posisi ibu benar saat menyusui bayinya Susukan bayi dalam keadaan tenang dan suasana yang nyaman Tidurlah bersebelahan dengan bayi Tingkatkan istirahat dan hidrasi 3) Perawatan payudara Menjaga payudara tetap bersih dan kering Gunakan bra yang menyokong Apabila puting susu lecet, keluarkan kolostrum dan oleskan setiap kali selesai menyusui Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam Payudara yang bengkak dapat dikompres hangat selama 5 menit Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat diberikan parasetamol 500 mg setiap 6-8 jam e. Lochea Pembagian lochea antara lain:
Lochea rubra (1-3 hari postpartum) : warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
Lochea sanguinolenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi darah dan vernik kaseosa.
Lochea serosa (7-14 hari postpartum) : Berwarna kekuningkuningan, berisi serum
Lochea alba ( 14-40 hari post partum) : berwarna putih
f. Involusi uterus Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
30
proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. g. Senggama Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya. h. Keluarga berencana Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Pasangan sendirilah yang menentukan kapan ingin berKB. Tapi sebaiknya segera sebelum 40 hari masa nifas. Tenaga kesehatan akan memberitahu tentang cara, kelebihan, keuntungan, dau efek samping dari alat kontrasepsi itu. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi aman setelah ibu haid kembali.
d. Asuhan bayi baru lahir dan neonatus -
Jadwal kunjungan Pemberian asuhan neonates di rumah dilakukan melalui kunjungan bersamaan dengan kunjungan pada ibu. Kunjungan nenonatus (KN) dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari. Kunjungan pertama (KN 1) dilakukan pada hari pertama hingga ke-7 setelah bayi dilahirkan, sedangkan kunjungan kedua (KN 2) dilakukan pada hari ke-8 hingga hari ke-28. Adapun tujuan dari kunjungan neonatus, yaitu melakukan pemeriksaan ulang pada bayi baru lahir, meninjau penyuluhan dan pedoman antisipasi bersama orang tua, mengidentifikasi gejala penyakit, serta mendidik dan mendukung orang tua. 1. Kunjungan Neonatus Pertama (KN 1)
31
Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada hari pertama sampai ke-7 setelah kelahiran. Kunjungan dimulai dengan wawancara singkat dengan iubu atau ayah, tentang: a. riwayat maternal, riwayat kelahiran, dan perawatan neonatus segera setelah lahir; b. observasi orang ua dan lakukan wawancara tentang penyesuaian keluarga; c. kaji riwayat interval bayi baru lahir; pemberian makan, kewaspadaan, menangis, dan juga masalah pada usus (inestinal), kantong kemih, serta masalah lainnya. d. berikan penyuluhan dan pedoman antisipasi; e. jadwalkan kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan check-up lebih lanjut. Kemudian lakukan pemeriksaan fisik dan refleks bayi, yaitu sebagai berikut : a. Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran berat badan dan panjangan tubuh, serta lingkar kepala. b. Rata-rata peningkatan berat badan bayi dalam tiga bulan pertama adalah satu ons perhari. c. Bayi yang disusui, peningkatan berat badannya kurang lebih satu ons perhari. Selama 3-5 hari pertama, berat badan bayi akan hilang 5-10%. Penurunan berat badan tersebut harus dicapai kembali pada hari ke-10. d. Tingkat kesadaran, bunyi pernafasan, dan irama jantung. e. Pemeriksaan refleks, bayi baru lahir mempunyai dua kategori refleks yaitu sebagai berikut: Proprioseptif adalah stimulus yang berasal dari dalam organism. Refleks proprioseptif dapat diperiksa setiap waktu, yang termasuk dalam refleks ini adalah motorik kasar (refleks moro).
32
Eksteroseptif adalah stimulus yang berasal dari luar organisme. Refleks eksteroseptif paling baik diuji ketika bayi tenang dan tersadar
karena
stimulasi
oleh
sentuhan
ringan.
Refleks
eksteroseptif meliputi refleks rooting, menggenggam, plantar, dan abdomen superficial.
2. Kunjungan Kedua (KN 2) Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke-8 sampai ke-28 setelah kelahiran. Dalam kunjungan kedua tindakan yang harus dilakukan adalah menjelaskan rangkaian imunisasi dan mengukur kembali berat badan dan panjang tubuh. Selain pengkajian di atas, lakukan pengamatan apakah bayi tergolong sehat atau tidak. Tanda-tanda bayi sehat di antaranya: a. Bayi lahir segera menangis b. Seluruh tubuh bayi kemerahan c. Bayi bergerak aktif d. Bayi mengisap putting susu dengan kuat e. Berat lahir 2.500 gram atau lebih f. Setiap bulan berat badan anak bertambah mengikuti pita hijau pada KMS g. Perkembangan dan kepandaian anak bertambah sesuai usia h. Anak jarang sakit, gembira, ceria, aktif, lincah dan cerdas Tanda bayi sakit berat: a. Tidak mau menyusu b. Lesu atau memperlihakan perilaku yang luar biasa c. Bayi belum defekasi selama 48 jam d. Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama e. Suhu bayi di bawah 360C atau di atas 370C
33
f. Baygian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak kuning, cokelat, atau persik g. Kejang h. Kaki dan tangan teraba dingin atau bayi demam i. Badan bayi kuning j. Tali pusat basah dan bau k. Gerakan kedua lengan dan kaki lemah l. Berat badan tidak naik m. Pada KMS garis pertumbuhan turun, datar, pindah ke pita warna di bawahnya atau bawah garis merah (BGM)
Pada saat melakukan asuhan neonatus di rumah, berikan konseling kepada ibu mengenai hal-hal berikut. a. Pemberian ASI segera setelah persalinan b. Berikan ASI sesering mungkin dan setiap kali bayi menginginkan c. Jaga bayi agar suhunya tetap hangat d. Tunda memeandikan bayi sekurang-kurangnya 6 jam setelah lahir e. Bungkus bayi dengan kain kering, ganti jika kain/pakaian basah f. Bayi jangan ditidurkan di tempat dingin atau banyak angin g. Jika berat lahir kurang dari 2500 gram, dekap bayi agar kulit bayi menempel ke dada ibu (metode kangguru) h. Cegah infeksi pada bayi baru lahir i. Beri salep mata segeraa setelah lahir ( seperti Eritromisin 0,5%) j. Beri imunisasi Hepatitis B sebelum bayi berumur 7 hari (0,5 ml/10 mcg pada paha anterolateral kiri) k. Jaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Jika kotor bersihkan tali pusat dengan air matang yang sudah didinginkan. l. Jangan bubuhi tali pusat dengan ramuan atau bahan lain, beri rangsangan perkembangan m. Peluk dan timbang bayi dengan penuh kasih saying
34
n. Gantung benda bergerak warna cerah agar bayi dapt melihat benda tersebut o. Ajak bayi tersenyum, bicara serta mendengarkan musi p. Berikan nasihat pada ibu q. Ajarkan cara pemberian ASI ekslusif r. Menjaga bayi tetap hangat s. Merawat tali pusat t. Cara merangsang perkembangan
-
Manajemen pada bayi baru lahir dan neonatus Manajemen Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus antara lain :
A. Pengkajian segera BBL 1. Pemeriksaan Awal a. Nilai kondisi bayi : •
Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan?
•
Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?
•
Apakah warna merah muda, pucat/biru?
Apgar score merupakan alat untuk mengkaji bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel yaitu pernapasan, frekuensi jantung, warna kulit, tonus otot & intabilitas reflek. Apgar score ditemukan oleh virginia apgar (1950). b. Jenis kelamin c. Kelainan kongentital d. Tali pusat 2. Pemeriksaan lengkap beberapa jam kemudian a. Semua bayi harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian, setelah membiarkan bayi beberapa waktu untuk pulih karena kelahiran.Bayi secara keseluruhan. Bayi normal berbaring dengan posisi fleksi (menekuk). la mungkin meregang atau
35
menguap. Warnanya merah muda. la menangis. Pernapasannya teratur. la memberikan respon terkejut yang normal jika tibatiba diberi sentakan (ia akan melemparkan tangannya ke arah depan luar seperti hendak meraih seseorang). Ini disebut refleks Moro. b. Kepala •
Ukurlah lingkar kepala. Lingkar kepala rata-rata adalah 33-38 cm.
•
Rabalah fontanela anterior – seharusnya tidak menonjol (membengkak).
•
Lihatlah adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau celah palatum.
c. Punggung. Spina bifida merupakan kelainan tulang belakang pada bayi. Tidak didapatkan tulang dan kadang-kadang tidak ada kulit yang menutupi sumsum tulang belakang bayi. d. Anus Periksalah apakah anus terbuka dan mekonium dapat keluar. Ini untuk meyakinkan tidak adanya anus imperforata. e. Anggota tubuh Periksalah anggota tubuh untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan/gangguan oleh karena itu penting diperhatikan dalam memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera mungkin. B. Membersihkan jalan nafas
36
1. Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu 2. Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa 3. Periksa ulang pernafasan 4. Bayi akan segera menagis dalam waktu 30 detik pertama setelah lahir. Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan : 1. Letakkkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. 2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi ekstensi. 3. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril. 4. Tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x / gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
C. Perawatan tali pusat Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.Caranya : 1. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5% untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya. 2. bilas tangan dengan air matang /DTT 3. keringkan tangan (bersarung tangan) 4. letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat. 5. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan.
37
6. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan. 7. Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5% 8. Mempertahankan suhu tubuh, Dengan cara :
Keringkan bayi secara seksama
Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering 8 hangat
Tutup bagian kepala bayi
Anjurkan ibu untuk memeluk 8 menyusukan bayinya
Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
Tempatkan
bayi
di
lingkungan
yang
hangat
D. Pencegahan infeksi 1. Memberikan obat tetes mata/salep diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/ tetrasiklin 1%. 2. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi 3. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan 4. Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih 5. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih 6. Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih
(dekontaminasi
setelah
digunakan)
38
DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. 1999. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.
2. Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC 3. Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan. 4. Yulifah.Rita. 2012.Asuhan kebidanan komunitas. Jakarta : salemba medika 5. Di akses dari http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/04/makalahasuhan-antenatal-dan-intranatal.html , pada tanggal 10 September 2012.