Kelompok 6 Manajemen Portofolio Dan Penilaian Kinerja Portofolio

  • Uploaded by: Mirta Ristiyana
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 6 Manajemen Portofolio Dan Penilaian Kinerja Portofolio as PDF for free.

More details

  • Words: 3,978
  • Pages: 19
Loading documents preview...
MANAJEMEN PORTOFOLIO DAN PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO

Makalah: Teori Portofolio dan Analisis Investasi

Dosen Pengampu: Muhammad Al Amin, S.E., M.Si

Disusun Oleh :

Ryo Ibnu Prabowo

16.0102.0018

Dzikrotun Laela

16.0102.0037

Mirta Ristiyana

16.0102.0060

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2019

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Tahap akhir yang penting bagi manajer investasi maupun investor dari proses investasi dalam saham adalah melakukan penilaian terhadap kinerja investasinya. Karena investasi dalam saham tersebut umumnya dilakukan dalm bentuk portofolio, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio yang telah dibenruk sebelumnya. Tujuan penilaian kinerja portofolio adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan investasi sehingga dapat diketahui portofolio mana yang memiliki kinerja yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat pengembalian dan risikonya masing-masing. Selanjutnya dapat dilakukan revisi terhadap saham-saham yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa portofolio tersebut tidak lagi sesuai dengan preferensi risiko investor. Penilaian ini dilakukan dengan cara membandingkan kinerja berbagai portofolio yang dibentuk sendiri. Sedangkan portofolio yang dibandingkan dapat merupakan antar portofolio yang dibentuk sendiri, atau antara portofolio yang dibentuk sendiri dengan portofolio pembanding yang dibentuk oleh perusahaan pengelola dana. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio? 2. Apa saja metode atau teknik yang digunakan dalam melakukan penilaian kinerja portofolio? C. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah penilaian terhadap kinerja portofolio. 2. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam melakukan penilaian kinerja portofolio

BAB II Pembahasan Manajeman portofolio merupakan suatu proses bagaimana dana yang dipercayakan kepada manajer investasi, dikelola pengelolaan tersebut dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Menggunakan prosefur yang eksplisit maupun implisit, relative terkontrol atau tidak terkontrol. Arah perkembanganya, nampaknya adalah bahwa operasi manajemen portofolio menjadi makin terkontrol, sesuai dengan pendapat bahwa pasar modal secara relative dapat dikatakan efisien. Meskipun demikian, setiap pengelolaan investasi dapat dilakukan dengan style yang berbeda beda demikian juga pendekatan yang dipergunakan. Berbagai lembaga mungkin membentuk portofolio sekuritas dalam menanamkan dana yang mereka miliki. Berbagai yayasan dana pension (pension funds), perusahaan real estate, property bahkan ikut mendirikan pabrik) juga menamkan sebagian dana mereka pada sekuritas. Dengan kata lain, disamping mereka melakukan diversifikasi investasi pada real dan financial assets, untuk financial assets (atau sekuritas) pun mereka membentuk portofolio. Disamping itu perusahaan seperti perusahaan pengelola dana (investment company) per definisi akan menjalankan bisnis contoh investment company di indonesia saat ini adalah Pt. Dana Reksa. Perusahaan tersebut kemudian bisa membentuk portofolio yang terdiri dari berbagai saham dengan komposisi tertentu, dan atas dasar itu kemudian menerbitkan sertifikat. Jadi sebagai misal portofolio yang dibentuk dari saham-saham sebagai berikut: 1.000.000 lembar saham A

= Rp. 7.000 juta

400.000 lembar saham B

= Rp. 200 juta

2.000.000 lembar saham C

= Rp. 8.000 juta

4,000.000 lembar saham D

= Rp. 800 juta

Jumlah

= Rp, 16.000 juta

Kemudian diterbitkan sertifikat sebanyak 10,000.000 lembar saham atas dasar portofolio tersebut. Dengan demikian nilai setiap lembur sertifikat akan sebesar Rp. 16.000 juta/ 10 juta = Rp. 1.600 Apa artinya sertifikat tersebut? Ini berarti bahwa pembeli sertifikat tersebut sebenarnya membeli sekelompok saham dengan komposisi seperti dibentuk oleh perusahaan pengelolaan dana tersebut. Jadi ide dasar dari

perusahaan investasi adalah melakukan analisis dan investasi dalam sekuritassekuritas, para pemodal ang tidak mempunyai kemampuan analisis atau informasi menyerahkan dana mereka ke perusahaan tersebut. a.

Berbagai tipe perusahaan pengelola dana Berbagai jenis usaha yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan pengelola dana perlu dimengerti sebelum kita memilih portofolio yang mereka tawarkan. Secara umum tipe perusahaan pengelola dana bisa dibagi menjadi dua yaitu, (1) unit investment trust dan (2) managed investment companies. Yang terakhir dibedakan menjadi closed-end investment companies dan open-end investment companies. Contoh penetbitan sertifikat di atas merupakan contoh unit investment trust (selanjutnya kita singkat UIT). Untuk membentuk UIT perusahaan sponsor (biasana perusahaan pialang) membeli sejumlah tertentu sekuritas dan menyimpannya ke trustee (seperti bank misalnya). Kemudian berdasarkan atas sekuritas-sekuritas tersebut diterbitkan sertifikat. Seringkali sekuritas-sekuritas yang menjadi dasar penerbitan sertifikat adalah obligasi-obligasi dan karenanya akan dinyatakan sampai kapan sertifikat tersebut akan jatuh tempo. Sesuai dengan dasar pembentukannya, maka peilik setifikat akhirnya akan meneria penghasilan yang diperoleh dari sekuritas-sekuritas yang membentuknya. Komposisi sekuritas yang mendasari pembentukan sertifikat bisa diubah salam keadaan yang dipandang perlu (meskipun jarang dilakukan, atau sesuai dengan perjanjian). Kalau sekuritas yang membentik umumnya sekuritas yang memberikan penghasilan tetap, komposisinya jarang dirubah, bisa dimengerti kalau fee yang diminta sponsor kepada para pemodal umumnya rendah sekali. Di amerika serikat fee ini hanya berkisar 0,15% per tahun berdasarkan atas net assets value (sharpe 1990). Net asset values didefinisikan sebagai, NAV1 = [MVA1 – LIAB1 ]/NSO1 Dalam hal ini, NAV1 = Net assets value pada waktu t LIAB1 = Kewajiban perusahaan pengelola dana pada waktu ke t NSO1 = jumlah saham atau sertifikat yang beredar pada waktu ke t Jadi kalau suatu perusahaan pengelola dana mempunyai 10 juta lembar sertifikat yang beredar, nilai sekuritas-sekuritas yang mendasari sertifikat tersebut pada

tangga tersebut adalah sebesar Rp. 20.000 juta, dan kewajibannya pada tanggal tersebut adalah Rp.2000 juta. Maka net asset values per sertifikat adalah (Rp. 20.000 – Rp. 2.000)/10 = Rp. 18.000 Managed investmet companies merupakan perusahaan yang dikelola sama seperti perusahaan-perusahaan lain, mempunyai direksi, manajer portofolio dan sebagainya. Umumnya berbentuk perseroan terbatas. Kalau perusahaan ini merupakan closed-end investmet companies (atau closed-end funds) maka perusahaan tersebut tidak harus siap untuk membeli kembali saham-sahamnya apabila pemodal berniat untuk menjual saham saham tersebut. Jadi perusahaan ini bisa menerbitkan saham, sama seperti perusahaan perusahaan lain, dan kemudian hasil penjualan saham tersebut diinvestasikan pada sekuritas-sekuritas yang dirasa menjanjikan keuntungan yang menraik. Disebut sebagai closed end funds bisa terjual di atas net assets value ataupun di bawah net assets value. Open-end investment companies (di Indonesia di sebut sebagai reksa dana terbuka) sering disebut sebagai mutual funda, siap membeli saham yang mereka terbitkan pada harga sama dengan atau mendekati net asset value. Perusahaan jenis ini juga sering menawarkan saham-saham baru dengan harga sesuai dengan atau mendekati net asset value. Pemilik saham mutual funds yang ini menjual sahamnya akan menerima sejumlah net assets value per lembar saham dikalikan dengan jumlah lembar saham, dan seringkali dikurangi dengan beban yang disebut sebagai redemption fee. Untuk pasar modal di Indonesia, setelah diberlakukannya UU no 8 tahun 1995 tentang pasar modal, terdapat reksa dana tertutup dan (sebagian besar) terbuka. Sebelum UU no 8 tersebut diberlakukan, baru dibuka reksa dan atertutup dengan terlebih dahulu memperoleh izin dari menteri keuangan (karena undangundangnya belum memungkinkan) b.

Proses investasi portofolio Dalam melaksanakan investasi portofolio perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menetapkan kebijakan investasi Manajer investasi yang mengelola dan klien untuk di investasikan pada portofolio, perlu mangetahui preferensi risiko dan keuntungan kliennya. Pemahaman akan prefensi risiko pemodal akan membantu memilihkan sekuritas-sekuritas yang akan dimasukkan dalam portofolio yang dibentuk. Apabila manajer investasi percaya bahwa pasar modal relative efisien, maka tidak mungkin secara terus menerus dapat

didentifikasikan sekuritas sekuritas yang mispriced. Situasi mispriced mungkin terjadi tetapi diharapka tidak akan terjadi untuk jangka waktu yang lama. Karenanya lebih tepat untuk membentuk portofolio investasi yang sesuai dengan tujuan investasi pemodal dan risiko yang bersedia mereka tanggung, daripada mencoba mencari sekuritas-sekuritas yang mispriced tanpa memperhatikan preferensi risiko pemodal. Dalam teori investasi preferensi risiko pemodal ditujukan dari indifference curve (yang menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan risiko yang bersedia ditanggung) pemodal tersebut. Setiap pemoda akan mencapai indifference curve (IC) sendiri-sendiri, yang mungkin berbeda satu dengan lainnya. Bentuk IC tersebut dipengaruhi oleh sikap pemodal terhadap risiko, dan dalam teori investasi diasumsikan bahwa pemodal bersikap risk averse (tidak menyukai risiko). Secara konsepsional pemilihan portofolio yang optimal dilakukan untuk portofolio yang merupakan titik singgung antara suatu portofolio yang berada pada efficient frontier dengan indifference curve pemodal tersebut. Analisis akan menjadi lebih sederhana kalau dalam pembentukan portofolio dimasukkan kesempatan investasi yang bebas risiko. Misalkan terdapat berbagai kombinasi antara portofolio yang berisiko dengan asset yang bebas risiko sebagaimana ditunjukkan pada tabel (ingat bahwa proporsi dana yang diinvestasikan adalah sama dengan 100% atau 1,00) Apabila pemodal A yang mempunyai IC yang dinyatakan dalam persamaan E(R) = 0,15 + 5 σ2 dihadapkan pada serangkaian kombinasai pada tabel, kombinasi mana yang akan dipilih? Dengan kata lain. Berapa dana yang akan diinvestasikan pada portofolio (yang terdiri dari sekuritas yang berisiko) dan asset yang bebas risiko? E (R)

σ2

100,00

0,15

0,00

20,00

80,00

0,16

0,02

40,00

60,00

0,17

0,04

60,00

40,00

0,18

0,06

Portofolio

Asset risiko

0,00

bebas

80,00

20,00

0,19

0,08

100,00

0,00

0,20

0,10

IC pemodal tersebut dinyatakan dalam sumbu datar σ2karena itu serangkaian portofolio pada tabel juga perlu dirubah dengan menggunakan sumbu datar σ2.serangkaian portofolio yang semula membentuk garis lurus apabila sumbu datarnya σberubah menjadi garis lengkung (concave) apabila sumbu datarnya σ2kombinasa antara garis lurus (IC) dengan garis lengkung concave (efficient frontier). Pilihan pemodal tentunya akan berada pada titik pada garis lengkung concave tersebut yang mempunyai kemiringan (slope) sama dengan IC ( dalam contoh kita slopenya adalah 5). Bagaimana mencari slope pada garis concave tersebut? Slope =

[ 𝐸 (𝑅𝑆 ) − 𝑅𝑡 ]2 2 [ 𝐸 (𝑅𝑝 ) − 𝑅𝑡 ]𝜎𝑠2

Contoh kita menunjukkan bahwa E(Rt) = 0,20 dan Rt= 0,15 (perhatikan bahwa pada saat komposisi dana 100 pada portofolio, E(R)nya adalah 0,1. Sedangkan 𝜎𝑠 = 0.10 dengan demikian maka Slope =

[ 0,20 − 0,15]2 2 [ 𝐸 (𝑅𝑝 ) − 0,15]0,1

Slope =

[ 0,0025] 2 𝐸 (𝑅𝑝 ) − 0,030

𝐸 (𝑅𝑝 ) − 0,15 = 0,025 𝐸 (𝑅𝑝 ) = 0,175 Hal ini berarti bahwa pemodal A tersebut akan memilih portofolio baru yang diharapkan akan membarikan tingkat keuntungan sebesar 0,175. Pada portofolio ini berarti bahwa proporsi dana yang diinvestasikan pada portofolio dengan asset berisiko adalah sebagai berikut. Apabila X adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada portofolio dengan asset berisiko. Maka (1-X) adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada asset bebas risiko. Dengan demikian maka, 0,175 = X (0,20) + (1-X)(0,15)

= 0,20X + (0,15 – 0,15X) X

= 0,50

Yang berarti komposisi yang diinvestasikan pada asset bebas risikopun juga 0,50. Disamping faktor risk preference, manajer invetasi perlu pula memperhatikan faktor lain seperti pola arus kas yang diharapkan oleh pemodal, tarif pajak penghasilan yang ditanggung, dan sebagainya. 2. Melakukan analisis sekuritas Dalam bidang investasi sering dibedakan antara menajemen pasif dan manajeman aktif dalam investasi. Manajer yang menggunakan pasif berarti akan memegang berbagai sekuritas untuk jangka waktu yang relative lama dan jarang melakukan perubahan. Sikpa mereka merefleksikan berlakunya efisiensi pasar modal. Dengan kata lain, keputusan penganut manajeman pasif konsisten dengan penerimaan taksiran consensus terhadap risiko dan tingkat keuntungan. Misalkan seorang manajer investasi yang menggunakan manajemen pasif mungkin hanya perlu memilih antara kombinasi investasi yang bebas risiko dengan wakil (benchmark) portofolio pasar (seperti IHSG atau LQ45 di BEJ). Kombinasi yang dipilih akan tergantung pada IC pemodal yang menjadi kliennya. Kombinasi yang dipilih akan tergantung pada IC pemodal yang menjadi kliennya.titik f menunjukkan kesempatan investasi yang bebas risiko,sedangkan M menunjukkan wakil portofolio pasar.Bagi pemodal yang mempunyai IC seperti diatas,maka kombinasi yang ditawarkan adalah portofolio 0 yang merupakan kombinasi antara portofolio M ( indeks pasar) dengan kesempatan investasi yang bebas risiko.bagi pemodal yang lebih berani mengambil risiko,pilihan portofolionya akan makin kea rah kanan atas.bahkan pemodal mungkin meminjam dan menginvestasikan dana pinjaman plus dananya sendiri pada portofolio pasar.dalam keadaan ini pemodal tersebut akan berada di atas titik M pada garis F0M tersebut. Apabila manajemen bersikap pasip maka perubahan hanya terjadi apabila (10 preferensi risiko pemodal berubah,(2) tingkat keuntungan bebas risiko berubah,dan (3) consensus forecast tentang risiko dan keuntungan wakil portofolio pasar berubah.manajer hanya perlu untuk memonitor dua variabel dan tetap berhubungan dengan klien untuk mengetahui variabel pertama.manajer yang menggunakan gaya

manajemen aktip percaya bahwa terdapat sekuritas – sekurtas yang salah harganya ( mispriced) dari waktu ke waktu.mereka bertindak seolah – olah tidak percaya bahwa pasar modal efisien .dengan kata lain,mereka mempunyai prediksi yang berbeda dengan consensus forecast tentang risiko dan keuntungan,apabila seorang manajer lebih optimis terhadap suatu sekuritas maka ia akan memegang sekuritas tersebur lebih besare dari proporsi “ normal” 9 yaitu proporsi dalam indeks pasar) ,sedangkan apabila ia merasa lebih pesimis ,maka sekuritas tersebut akan dimiliki dalam proporsi yang lebih rendah dari normalnya,.cara tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut. nama sekuritas

proporsi pada

proporsi pada

posisi aktip

Portofolio

portofolio pasar

saham 1

0,20

0,30

-0,10

saham 2

0,40

0,40

0

saham 3

0,40

0,30

+0,10

1,00

1,00

0,00

Table tersebut menunjukkan bahwa manajer invesatasi memutuskan untuk memiliki saham 1 lebih kecil daripada proporsi yang ada dalam portofolio pasar ,dan lebih besar untuk saham 3 sedangkan saham 2 sama proporsinya.Hal tersebut dilakukan apabila diperkirakan bahwa saham 1 lebih buruk dari consensuss forecast,sedangkan saham 3 lebih baik dari consensuss forecast ,apabila dugaan tersebut ternyata benar,maka portofolio yang dikelola manajer investasi tersebur memberikan hasil yang leboh baik daripada portofolio pasar. 1. Pemilihan Sekuritas Penggunaan mean variance model mungkin menimbulkan kesulitan dalam pemilihan sekuritas karena terlalu banyaknya jumlah pasangan korelasi return antar pasangan saham,sehingga mungkin dipergunakan model indeks tunggal untuk mengidentifikasikan saham saham saham mana yang berisiko tinggi ( mempunyai 𝛽>1) dan mana yang rendah (mempunyai 𝛽<1).untuk pemodal yang mempunyai risk aversion sangat tinggi,dalam

portofolio yang kita pilihkan baginya mungkin akan banyak terdiri dari saham – saham yang mempunyai beta rendah. 2. Alokasi asset dan timing pasar Proses untuk membagi dana ke dua portofolio yang terdiri dari kelompok asset yang berbeda(yaitu portofolio yang terdiri dari saham dan portofolio yang terdiri dari obligasi).disebut sebagai alokasi asset .dalam tahap ini ditaksir tingkat keuntungan dan deviasi standar untuk portofolio yang optimal,baik portofolio yang terdiri dari saham maupun yang terdiri dari obligasi,dan koefisien korelasi antar portofolio tersebur .dengan demikian,dapat ditentukan berbagi portofolio yang terdiri dari kombinasi kedua portofolio tersebut dengan memperhatikan preferensi risiko pemodal.dipilihlah portofolio yang terdiri dari kombinasi portofolio saham dan portofolio obligasi. Dengan

demikian

pilihan

mungkin

dilakukan

sebagai

berikut.proporsi dana yang diinvestasikan pada portofolio saham adalah sebesar 60% dan portofolio obligasi sebesar 40 %.untuk portofolio saham terdiri dari 30 % saham 1.20% saham 2 dan 50 % saham 3.sedangkan untuk portofolio obligasi terdiri dari 40 % obligasi 1 dan 60 % obligasi 2 .dengan demikian maka secara keseluruhan alokasi dana individual sekuritas adalah: Saham: S1

0,6 x 0,3 = 0,18

S2

0,6 x 0,2 =0,12

S3

0,6 x 0,5 = 0,30

Obligasi : O1

0,4 x 0,4 = 0,16

O2

0,4 x 0,6= 0,24 = 1,00

3. Merevisi portofolio Suatu saham akan masuk ke portofolio saham mengganti saham yang sudah ada dalam portofolio karena pertimbangan tertentu. Misalnya, calon saham baru tersebut merupakan perusahaan yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, sedangkan saham yang diganti adalah dari perusahaan yang menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal yang sama mungkin juga akan dilakukan obligasi. Suatu obligasi yang turun peringkan akan menjadi junk bonds akan terpaksa diganti dalam portofolio obligasi. Masalah yang akan dihadapi dalam penggantian sekuritas dalam portofolio tersebut adalah biaya transaksi, dan kemungkinan mencari pembeli (atau penjual) sekuritas yang akan diganti. Apabila nilai sekuritas yang akan diganti sangat besar, maka biaya transaksi juga besar. Kalau mendadak akan melakukan pembelian dalam jumlah yang cukup berarti, apakah harga sekuritas tersebut tidak naik sehingga menjadi mahal? Masalah ini menjadi relevan bagi pasar modal yang relatip masih kecil di setiap indonesia. Dengan demikian, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memutuskan apakah melakukan pergantian memang diperlukan atau tidak adalah dengan melakukan analisis biaya dan keuangan. Apabila biaya masih lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan, pergantian tersebut dapat dilakukan. Apabila sebaliknya, revisi portofolio mungkin ditunda terlebih dahulu. Apabila pengelolaan investasi khawatir bahwa biaya transaksi tersebut menjadi terlalu besar, cara swap mungkin dapat dilakukan. Dengan swap pada dasarnya dilakukan transaksi antara dua pihak yang mempunyai keinginan yang sesuai. Daripada masing-masing pihak harus melakukan penjualan sekuritas-sekuritas mereka, mereka bisa melakukan swap yang diatur oleh lembaga keuangan tertentu. Dengan cara ini, kedua manajer investasi dapat menghindari biaya transaksi yang terlalu besar, tetapi cukup membayar biaya swap kepada lembaga keuangan yang mengatur swap tersebut. Langkah terakhir dalam proses investasi dalam proses swap adalah melakukan penilaian terhadap kinerja investasi tersebut. Karena investasi pada sekuritas sering dilakukan pada bentuk portofolio, maka kita perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio. Pembentukan portofolio dengan maksud untuk mengurangi risiko yang tidak sistematis dari masing-masing sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. 4. Menilai kinerja portofolio

Dalam melakukan penilaian kinerja portofolio, kita perlu menggunakan variabel variabel yang relevan. Hari atau variabel tersebut tidak lain adalah tingkat keuntungan dan risiko.  Tingkat keuntungan Tingkat keuntungan yang diperoleh dari pemilik suatu portofolio dipengaruhi oleh dua sumber, yaitu (1) kemungkinan adanya perubahan harga sekuritas sekuritas yang membentuk portofolio tersebut dan (2) pembayaran dividen atau juga bunga kalau dalam portofolio tersebut terdapat obligasi. Sebagai misal portofolio kita terdiri dari dua saham yaitu A dan B. Pada awal periode kita membeli saham A senilai Rp. 50 juta. Selama 1 tahun saham A gambarkan dividen senilai Rp. 5juta, saham B membayarkan dividen senilai Rp. 1juta. Pada akhir tahun nilai saham A menjadi Rp.55 juta dan saham B menjadi Rp. 60juta. Dengan demikian maka perhitungan tingkat keuntungan portofolio tersebut adalah sebagai berikut. Capital gains: Saham A

= Rp. 5 juta

Saham B

= Rp. 10 juta

Total

Rp. 15 juta

Dividen Saham A

= Rp. 5 juta

Saham B

= Rp. 10 juta

Total

Rp. 15 juta

Keuntungan selama satu tahun adalah sebesar Rp 18juta (yaitu Rp.15 juta dari capital gains dan Rp. 3 juta dari dividen), dengan nilai investasi awal sebesar Rp.100 juta. Karena itu tingkat keuntungannya adalah 18%.  Risiko

Kita tahu bahwa pengukur risiko yang relevan bagi pemuda mungkin

dinyatakan

dalam

bentuk

divisi

standar

tingkat

keuntungan portofolio (disebut sebagai risiko total), atau peta portofolio disebut risiko sistematis. Masalah yang dihadapi adalah kapan kita akan menggunakan ukuran yang pertama dan kapan kita akan menggunakan ukuran yang kedua. Deviasi standar tingkat keuntungan portofolio relevan untuk investor yang menanamkan dananya hanya atau sebagian besar pada portofolio tersebut. Sedangkan pemodal yang memiliki berbagai portofolio atau menanamkan dananya pada berbagai mutual funds, kan kata lain melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio, peta lebih tepat dipakai sebagai ukuran risiko.  Teknik penilaian Dua cara yang bisa dilakukan dalam penilaian kinerja portofolio adalah (1) lakukan perbandingan langsung, dan (2) menggunakan ukuran kinerja tertentu. Ukuran kinerja tertentu perlu dikaitkan dengan risiko. a. Perbandingan Langsung Salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili oleh mutual funds) adalah dengan membandingkannya dengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. Diketahui pada bab-bab sebelumnya bahwa suatu portofolio yang memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi belum tentu lebih baik kalau ternyata juga mempunyai risiko yang lebih tinggi. Mutual funds yaitu portofolio yang dikelola oleh managed companies (artinya para professional), dibandingkan dengan portofolio yang dipilih secara acak. Perbandingan dilakukan atas dasar rata-rata variance yang kurang lebih sama, dan dikelompokkan sebagai risiko rendah, sedang dan tinggi. Hasil dalam penelitian dari Friend, Blume dan Crocket dan dikutip oleh

Elton dan Gruber (1991) menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan para manajer mutual funds dalam mengelola dana yang dipercayakan kepada mereka. Cara yang sama dilakukan untuk beta sebagai ukuran risiko oleh peneliti-peneliti yang sama, yang dikutip oleh Eltpn dan Gruber (1991, h.646). Hasil menunjukkan bahwa pemilihan portofolio secara acak, dengan bobot yang sama ternyata juga menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada kelompok beta yang kurang lebih sama. b. Menggunakan Kinerja Tertentu Ada empat parameter yang bisa dipergunakan sebagai ukuran kinerja portofolio. Parameter-parameter tersebut dikaitkan dengan risiko, baik risiko total maupun risiko sistematis. Parameterparameter tersebut adalah: 1. Excess return to variability measure Sewaktu kita menggambarkan kombinasi dari berbagai portofolio yang efisien tetapi berisiko, kita akan memperoleh kurva melengkung. Kemudian kita introdusir adanya kesempatan investasi bebas risiko yang memberikan tingkat keuntungan sebesar Rf maka kombinasi portofolio yang berisiko dengan Rf akan membentuk garis lurus. Dengan demikian kombinasi antara portofolio A dengan Rf akan ditunjukkan dengan garis lurus ARf demikan juga kombinasi portofolio B dengan Rf akan ditunjukkan dengan garis lurus BRf. Dengan demikian maka portofolio akan lebih disukai daripada portofolio B. Rasio Excess return = [E(Rp) – Rf]/p dan ukuran ini disebut Sharpe measure. 2. Differential return dengan risiko sebagai deviasi standar Konsep yang digunakan untuk parameter ini adalah konsep garis pasar modal (capital market line, CML). Kalau kita bisa mengidentifikasikan tingkat keuntungan portofolio pasar (Rm)

maka

garis

pasar

modal

tersebut

meupakan

garis

yang

menghubungkan Rm dengan Rf. Portofolio yang baik adalah portofolio yang mempunyai differenrial return yang positif dan terbesar. Dengan parameter ini kemudian portofolio-portofolio disusun dari nilai yang tertinggi. Differential return tertinggi merupakan portofolio yang terbaik kalau diukur dengan parameter ini. 3. Excess return to beta Portofolio yang digambarkan pada diagram dimana sumbu datarnya adalah beta dan keuntungan yang diharapkan, akan membentuk garis lurus dengan R, Kemiringan garis lurus antara portofolio A dengan R, adalah (E(R)-R/B Sama seperti pada deviation, para pemodal akan lebih menyukai portofolio yang mempunyai kemiringan garis yang paling besar. Dalam Gambar 20.5 portofolio yang paling disukai adalah portofolio A, kemudian diikuti B, C. dan D. Rasio antara excess return dengan beta ini sering disebut sebagai ukuran Treynor Sama seperti rasio excess reiurn dengan deviasi standar, maka ukuran Treynor ini akan dipilih yang tertinggi. 4. Differential return dengan risiko diukur sebagai beta. Dalam diagram dimana sumbu datar adalah beta dan sumbu tegak adalah tingkat keuntungan yang diharapkan, maka security market line (SML) merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas sebagai [E(R) R,]/B dan interceptnya adalah Beta portofolio pasar adalah satu. dan karenamya persamaan SML tersebut adalah E(R,)= R siko. Kemiringan SML dinyatakan (E(Rp)- RB. Dalam keadaan ekuilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Kalau terjadi penyimpangan, artinya dengan risiko

yang sama tingkat keuntungan suatu portofolio berbeda dengan tingkat keuntungan pada SMI. maka perbedaan ini disebut sebagai differential return dengan risiko dinyatakan sebagai beta. Apabila tingkat keuntungan sehenarnya dari suatu portofolio lebih besar dari tingkat keuntungan yang sesuai dengan persamaan SML, maka differential returnnya positif. Apabila sebaliknya, differential returnnya negatif. Dengan demikian, apabila differential return ini positif dan makin makin Ukuran ini disebut juga sebagai ukuran Jensen. Penggunaan ukuran Jensen mempunyai daya tarik karena sesuai dengan Capital Asse Pricing Model (CAPM). Meskipun demikian masalah yang mungkin dihadapi adalah sama dengan masalah yang dihadapi kalau kita menguji CAPM. Masalah yang mungkin timbul dari penggunaan ukuran Jensen dalam penilaian kinerja portofolio adalah kemungkinan adanya perbedaan SML yang sebenarnya (teoretis) dengan SML empirik. Penelitian empirik tentang SML umumnya

menemukan

phenomena

adanya

bias

apabila

dibandingkan dengan garis teoretisnya. Bias tersebut adalah terlalu tingginya intercept apabila dibandingkan dengan garis teoretisnya, dan terlalu kecilnya slop2 garis tersebut apabila dibandingkan dengan garis teoretisnya. Kalau penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan SML empirik (karena hanya garis tersebut yang tersedia), maka untuk portofolio-portofolio yang mempunyai beta lebih kecil dari satu akan mempunyai differential return yang lebih kecil (apabila differential returnnya positif) apabila dibandingkan dengan penggunaan SML teoretis. Hal yang sebaliknya berlaku untuk portofolio-portofolio yang mempunyai beta lebih besar dari satu (ingat bahwa portofolio pasar mempunyai beta = 1).

BAB III KESIMPULAN Manajemen portofolio suatu proses investasi portofolio yang perlu dilakukan dengan kegiatan-kegiatan, (1) menetapkan kebijakan melakukan analisis sekuritas, (3) membentuk portofolio, (4) merevisi portofolio, dan (5) menilai kinerja portofolio tersebut. Penilaian kinerja portofolio perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pilihan investasi kită memang bisa memberikan hasil yang baik (sesuai dengan risikonya) ataukah tidak. Portofolio yang sering dinilai adalah portofolio yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan pengelola dana, terutama mutual funds. Ada berbagai bentuk perusahaan pengelola dana, yaitu Unit Investment Trust. Closed-end Managed Funds dan Open-end Managed Funds Perusahaan-perusahaan pengelola dana tersebut pada dasarnya menawarkan jasa untuk mengelola dana yang dimiliki para pemodal, dengan jalan membentuk portofolio-portofolio yang terdiri dari berbagai sekuritas yang dinilai prospective, dan memperoleh fee dari jasa yang mereka berikan. Apakah jasa yang mereka berikan memang bisa menghasilkan portofolio yang lebih baik masih merupa-kan pertanyaan. Dan hal itulah yang sering menjadi obyek penelitian tentang kinerja portofolio. Penilaian kinerja portofolio bisa dilakukan dengan perbandingan langsung, ataupun dengan menggunakan ukuran tertentu. memperhatikan bukan hanya tingkat keuntungan yang diperoleh, tetapi juga risiko portofolio tersebut. Risiko bisa dinyatakan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan ataupun beta. Penggunaan ukuran tertentu dilakukan dengan menggunakan parameter parameter seperti (1) excess return to standard deviation, (2)differential return apabila risiko diukur dengan deviasi standar, (3) excess return to beta, dan (4) differential return apabila risiko diukur dengan beta.

DAFTAR PUSTAKA Husnan, S. (2003). Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Related Documents


More Documents from "Agung Nara"