Klasifikasi Bandotan

  • Uploaded by: Nur cahyani
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Klasifikasi Bandotan as PDF for free.

More details

  • Words: 4,077
  • Pages: 19
Loading documents preview...
I'm Infinity 

CONTACT US



SITEMAP



PRIVACY POLICY

Wednesday, June 29, 2016 Makalah Bandotan/ Wedusan (Ageratum conyzoides, L)

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tanaman obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia. Bahkan beberapa obat- obatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah dipatenkan dan diproduksi secara besar-besaran di negara lain sehingga memberi keuntungan yang besar bagi negara tersebut. Wedusan atau bandotan yang dalam bahasa latin disebut Ageratum Conizoides L. merupakan salah satu dari sekian banyak jenis tanaman obat yang ada di Indonesia. Tanaman obat ini adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya Brazil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai baukambing ( http://id.wikipedia.org/wiki/Bandotan ).

Di Indonesia, khususnya di Desa Ulu Sabulakoa, kec. Sabulakoa, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, masyarakat sekitar menyebut bandotan atau wedusan dengan nama “Wolio”. Tanaman obat ini dapat tumbuh dengan mudah di lahan perkebunan masyarakat yang memiliki tekstur tanah dengan unsure hara tinggi seperti yang terdapat pada lokasi di desa Ulu Sabulakoa. Dengan ketinggian sekitar 70m dpl, dan iklim tropis Indonesia, maka tanaman obat ini dapat tumbuh dengan leluasa di daerah Ulu Sabulakoa.

B. Rumusan Masalah Kuliah Lapang 1. ada berapa jenis tanaman obat yang ditemukan di Desa Ulu Sabulakoa? 2. Bagaimana cara meramu tanaman obat oleh masyarakat ? C. Tujuan Kuliah Lapang 1. Untuk mengetahui jenis tanaman yang mengandung khasiat obat 2. Untuk mengetahui cara pengolahan tanaman obat sehingga dapat digunakan sebagai obat D. Manfaat Kuliah 1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis tanaman yang memiliki khasiat obat 2. Mahasiswa secara khusus STIKA Kendari Prodi S1 Farmasi dan masyarakat pada umumnya dapat mengetahui cara meramu tanaman obat

BAB 2. TINJUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Pengobatan secara tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah yaitu pada Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates ( tahun 466 sebelum masehi ) membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica. Orang- orang Yunani kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Zaman Mesir kuno ( tahun 2500 sebelum masehi ) yang ditulis dalam Papyrus Ehers meyebutkan Sejumlah besar resep penggunaan produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit dan diagnosanya, Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan pengobatan Herbal. SKN (Sistem Kesehatan Nasional) juga menyatakan bahwa pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna dan berdayaguna terus dilakukan pembinaan dan bimbingan serta dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. UU kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat dipertanggung jawabkan maknanya. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait, (Young, 1980) Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor, yaitu pengobatan rumah tangga/ pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional, atau cara tradisional, pengobatan medis yang dilakukan oleh oleh perawat, dokter, puskesmas, atau rumah sakit, serta pengobat tradisional. Dalam pemilihan sumber pengobatan di susunlah suatu criteria tentang sumber pengobatan tersebut. (Young, 1980), Kriteria yang digunakan untuk memilih sumber pengobatan adalah pengetahuan tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan terhadap obat/ pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya dan jarak. Dari empat kriteria tersebut, keparahan sakit menduduki tempat yang dominan. Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Dalam data statistik tentang kematian akibat efek samping obat-obatan yang diperoleh, Isa (2009:1) mengatakan, Untuk mengatasi penyakit mereka mengutamakan cepat sembuh walaupun cuma sesaat. Pola hidup ini harus di bayar mahal. Di Amerika saja, efek samping obat – obatan bertanggung jawab atas kematian 100.000 pasien setiap hari.

Menurut WHO, negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar EY,2006). WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya- upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO, 2003). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yangrelatif lebih sedikit dari pada obat modern. B. Obat Tradisional Bandotan (Ageratum conyzoides, L). Nama lain dari bandotan adalah tombalo, siangiat, kombak jomtan, siangik kahwa, rumput tahi ayam (Sumatera), babadotan, babadotan letik, babandotan beureum, babandotan hejo, jukut bau, ki bau, berokan, wedosan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak (Jawa), dawet, lawet, rukut manooe, rukut wenu, wolio dan sopi (Sulawesi). Bandotan dengan nama latin Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan liar tetapi lebih dikenal sebagai tanaman penganggu (gulma). Umumnya tanaman ini tumbuh liar bersama alang-alang, dapat ditemukan di pekarangan rumah, tepi jalan atau selokan, bahkan di kebun atau di ladang. Bandotan termasuk tumbuhan terna semusim, tumbuhnya tegak dan bercabang. Tinggi bandotan mencapai 30-90 cm. Batangnya bulat berambut panjang dan jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daunnya bertangkai dengan letak saling berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, berambut dan warnanya hijau. Bunga bandotan termasuk bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, yang keluar dari ujung tangkai dan berwarna putih. Buahnya berwarna hitam dan berukuran kecil. Herba bandotan mengandung asam amino, arganosid, pectic sulostance, minyak atsir kunarin, ageratochromene, friedelin, dan sitostenol, stigmasterol,

tanin, sulfur, dan potassium chloride. Sedangkan pada akarnya mengandung minyak atsiri, alkanoid dan kumarin. Khasiat dari herba bandotan yaitu dapat mengobati demam, malaria, radang paru, radang telinga tengah, pendarahan seperti pendarahan rahim, luka berdarah dan mimisan, diare, disentri, mulas, muntah, perut kembung, keseleo, pega linu, mencegah kehamilan, tumor rahim dan perawatan rambut. C. Cara Meramu/Merakit Tanaman Obat 1. Sakit telinga tengah akibat radang Bahan yang diperlukan: Herba bandotan segar secukupnya. Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus. Setelah dihaluskan, diperas dan disaring. Cara pemakaian: Air perasan tersebut digunakan untuk obat tetes telinga. Lakukan 4 kali sehari sebanyak 2 tetes sampai sembuh. 2. Luka berdarah, bisul dan eksim Bahan yang diperlukan: Herba bandotan segar secukupnya. Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus. Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit, lalu dibalut dengan perban. Lakukan 3-4 kali sehari untuk mengganti balutan dan dilakukan sampai sembuh. 3. Bisul dan borok Bahan yang diperlukan: 1 tanaman herba bandotan segar, sekepal nasi basi dan seujung sendok teh garam. Cara meracik: Herba bandotan tersebut dicuci hingga bersih, lalu tambahkan sekepal nasi basi dan garam kemudian digiling sampai halus. Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit, lalu dibalut dengan perban. 4. Rematik dan bengkak karena keseleo Bahan yang diperlukan: 1 genggam daun dan batang muda herba bandotan segar, satu kepal nasi basi dan ½ sendok teh garam. Cara meracik: Daun dan batang bandotan dicuci hingga bersih lalu ditumbuk bersama nasi dan garam. Buatlah adonan seperti bubur kental. Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian sendi yang bengkak lalu dibalut. Biarkan selama 1-2 jam, lalu balutan tersebut dilepaskan. Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari sampai sembuh. 5. Pendarahan rahim, sariawan, dan bengkak karena memar

Bahan yang diperlukan: 10-15 gr herba bandotan. Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, kemudian disaring. Cara pemakaian: Air saringannya diminum sekaligus dan lakukan 2-3 kali sehari. 6. Tumor rahim Bahan yang diperlukan: 15-30 gr herba bandotan kering. Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Cara pemakaian: Air rebusan diminum setiap hari sebanyak 1 gelas. 7. Sakit tenggorokan Bahan yang diperlukan: 30-60 gr daun bandotan segar. Cara meracik: Daun bandotan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus. Selanjutnya diperas dan disaring. Tambahkan larutan gula batu ke dalam air perasan secukupnya dan diaduk sampai merata. Cara pemakaian: Ramuan tersebut diminum 3 kali sehari sampai sembuh. 8. Malaria dan influenza Bahan yang diperlukan: 15-30 herba bandotan kering. Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin lalu disaring. Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2 kali sehari sampai sembuh. 9. Perut kembung, mulas dan muntah Bahan yang diperlukan: 1 tanaman bandotan ukuran sedang lalu dipotongpotong seperlunya. Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Dinginkan dan disaring. Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2-3 kali sehari dan dilakukan sampai sembuh (http://tokodeli.com/obat-herbal/bandotan-ageratum-conyzoides/) D. Kegunaan dan kerugian tanaman obat tradisional a. Manfaat tanaman obat tradisional 1. Tidak Menimbulkan Efek Samping Obat herbal benar-benar merupakan produk alami yang telah tersedia di alam. Pengolahan obat ini pun dilakukan secara alami, bahkan tradisional, tanpa pencampuran bahan kimia atau sintetis. Oleh sebab itulah, dapat dipastikan bahwa obat-obatan herbal sama sekali tidak memiliki efek samping sehingga sangat aman digunakan. 2. Bebas Racun

Obat-obatan kimia atau obat farmasi merupakan racun sehingga tidak boleh dikonsumsi secara sembarang. Namun, ada yang berbeda dari obat herbal. Yaitu, bebas racun. Dengan demikian, obat herbal sangat aman dikonsumsi oleh siapa pun. Bahkan, obat herbal dapat dijadikan sebagai peluruh racun di dalam tubuh atau detoksifikasi. 3. Menghilangkan Akar Penyakit Umumnya, obat-obatan kimia hanya bekerja untuk menyembuhkan gejala penyakit. Namun, tidak demikian dengan obat-obatan herbal. Selain menyembuhkan gejala penyakitnya, obat-obatan herbal bekerja hingga menghilangkan akar penyakitnya. Cara kerja yang berbeda ini disebabkan efek obat herbal yang bersifat menyeluruh (holistik). Akhirnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada penghilangan penyakit, tetapi juga pada peningkatan sistem kekebalan tubuh sebagai cara untuk melawan penyakit 4. Mengandung Banyak Khasiat Misalnya, jintan hitam atau yang lebih terkenal dengan sebutan habbatussauda yang dapat menyembuhkan asam urat, migren, diabetes, hepatitis, bahkan kanker. Contoh lain, bawang putih yang bersifat anti virus serta mampu menguatkan jantung dan menurunkan kolesterol. b. Kerugian tanaman obat tradisional Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme. Menyadari akan hal ini maka pada upaya pengembangan OT ditempuh berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk OT yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi berbagai kelemahan tersebut. Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar senyawa aktif dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa banar yang umum terdapat pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya menyari senyawasenyawa yang berguna dan membatasi sekecil mungkin zat balast yang ikut

tersari. Sedangkan standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis komponen OT serta sebagian besar belum diketahui zat aktif masing-masing komponen secara pasti, jika memungkinkan digunakan produk ekstrak tunggal atau dibatasi jumlah komponennya tidak lebih dari 5 jenis TO. Disamping itu juga perlu diketahui tentang asal-usul bahan, termasuk kelengkapan data pendukung bahan yang digunakan; seperti umur tanaman yang dipanen, waktu panen, kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca, jenis tanah, curah hujan, ketinggian tempat dll.) yang dianggap dapat memberikan solusi dalam upaya standarisasi TO dan OT. Demikian juga dengan sifat bahan baku yang higroskopis dan mudah terkontaminasi mikroba, perlu penanganan pascapanen yang benar dan tepat (seperti cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan bentuk, pengepakan serta penyimpanan).

BAB 3. METODE KULIAH LAPANG A. Waktu dan Tempat Kuliah Lapang Kuliah lapang di laksanakan pada hari jumat, 24 april 2015 di Desa Ulu Sabulakoa, Kec. Sabulakoa, Kab. Konawe Selatan. B. Instrumen Kuliah Lapang (Alat dan Bahan) 1. Alat a. Cutter b. Gunting c. Kendaraan (mobil) 2. Bahan a. Alcohol 70% b. Kertas karton c. Selotip bening d. Kertas Koran e. Balpoin f. Buku tulis C. Prosedur Kerja Kuliah Lapang Kuliah lapangan dilakukan dengan metode survey langsung di lapangan (Desa Ulu Sabulakoa), yang melibatkan Kepala Desa setempat dan warga yang menggunakan A. Conizoides L. sebagai tanaman obat tradisional. Kuliah lapangan dilakukan dengan mengunjungi langsung lokasi tumbuh tanaman obat dimaksud dan melakukan sesi tanya jawab dengan warga

masyarakat setempat sehingga diperoleh data tanaman/tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tanaman obat.

D. Analisis Data Kuliah Lapang Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Desa Ulu Sabulakoa sebagai tanaman obat 1. Kaedu (Rumput Macan) 7 Kateba (Tembakau Hutan) 2. Komba-komba (Kirinyu) 8. Buah pinang muda 3. Wolio (Wedusan) 9. Akar alang-alang 4. Kunyit liar 10. Daun sirsak 5. Takule (Belimbing Wuluh) 6. Pa’ita (Brotowali)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Kuliah Lapang Identifikasi jenis tanaman obat

Tanaman obat yang dijumpai di desa Ulu Sabulakoa salah satunya adalah Ageratum Conizoides L. atau yang dalam bahasa Indonesia disebut bandotan atau wedusan. Warga masyarakat setempat mengenal tanaman obat tersebut dengan nama Wolio

Menurut Plantamor (2011), sistematika tumbuhan Bandotan ( Ageratum conyzoides L. ). adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Compositales Family : Compositaceae Genus : Ageratum Spesies : Ageratum conyzoides L.

2. Ciri-Ciri Morfologi Tanaman Obat Adapun ciri-ciri dari A. Conizoides L. adalah: Akar Bandotan memiliki sistem perakaran tunggang dengan banyak cabang. Akar tersebut keluar dari pangkal batang yang tegak dan kadangkadang terbaring. Berwarna coklat keputih-putihan. Akarnya tidak memiliki tudung akar.

Batang Bandotan berbentuk bulat dan tegak dan berambut panjang. Biasanya pada batang bandotan ini ditemukan rambut-rambut halus yang letaknya jarang. Berwarna hijau, dan rambut-rambut halus yang tumbuh tersebut berwarna hijau. Daun Bandotan berbentuk bulat telur dengan pangkal membulat, letaknya saling berhadapan dan bersilang, panjang 1 cm-10 cm, lebar 0,5 cm-6 cm, tepi daunnya beringgit kasar, dan di atas helaian daun terdapat bulu-bulu halus. Tulang daun bandotan menyirip, dan ujung daun tersebut runcing. Bunga Bandotan berwarna putih keunguan dan memiliki bongkol yang panjangnya 6 mm-8 mm. Daun mahkota berbentuk tabung sempit hampir menyerupai.bentuk lonceng. Bunga majemuk berkumpul 3 dan tangkai yang berambut. Buah Bandotan termasuk dalam buah keras dengan bentuk persegi lima yang runcing. Buah Bandotan memiliki rambut sisik berwarna putih dan bentuknya kecil dan memiliki buah yang berwarna hitam. Panjang buah sekitar 2 mm-3,5 mm. Biji bandotan berbentuk bulat. Biji bandotan berwarna hitam, sangat ringan, dan ukurannya sangat kecil. Biji bandotan memiliki bulu-bulu. Permukaannya licin dan biji dilindungi karangan bunga. B. Pembahasan Kuliah Lapang Lokasi kuliah lapangan bertempat di Desa Ulu Sabulakoa, Kec. Sabulakoa, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, dimana lokasi tersebut berada sekitar 70 m dari permukaan laut. Kondisi geografis lokasi kuliah lapangan merupakan daerah perbukitan dengan tanah yang mengandung unsur hara tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hamper semua jenis tanaman obat yang ada di Sulawesi Tenggara dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut. Ageratum conizoides L. Tumbuh di ketinggian 1 sampai 2100 meter di permukaan laut. Tumbuh di sawah-sawah, ladang, semak belukar, halaman kebun, tepi jalan, tanggul, dan tepi air. Tumbuhan ini merupakan herba menahun, mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di mana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani. Secara morfologi, Ageratum conizoides L.memiliki cirri-ciri sebagai berikut :  Daun : Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (composite), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1 - 10 cm, lebar 0,5 - 6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau.  Batang : Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh menyentuh tanah akan mengeluarkan akar.



  

1.

2.

3.

4.

Bunga : Kecil, berwarna putih keunguan. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6 - 8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buah : Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Tinggi : ±30 - 90 cm dan bercabang Untuk pengembangbiakannya : dapat dilakukan melalui penyebaran biji. Dari beberapa literatur yang ada, telah dilakukan penelitian terhadap Ageratum conizoides L. dapat diketahui kegunaan dan manfaatnya sebagai tanaman obat yang sangat membantu masyarakat. Dari sekian banyak kegunaan dan manfaatnya, beberapa diantaranya adalah penyakit yang sering dijumpai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat. Berikut beberapa contoh penyakit dan cara penggunaan Ageratum conizoides L. Sakit telinga tengah akibat radang Bahan yang diperlukan: Herba bandotan segar secukupnya. Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus. Setelah dihaluskan, diperas dan disaring. Cara pemakaian: Air perasan tersebut digunakan untuk obat tetes telinga. Lakukan 4 kali sehari sebanyak 2 tetes sampai sembuh. Luka berdarah, bisul dan eksim Bahan yang diperlukan: Herba bandotan segar secukupnya. Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus. Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit, lalu dibalut dengan perban. Lakukan 3-4 kali sehari untuk mengganti balutan dan dilakukan sampai sembuh. Bisul dan borok Bahan yang diperlukan: 1 tanaman herba bandotan segar, sekepal nasi basi dan seujung sendok teh garam. Cara meracik: Herba bandotan tersebut dicuci hingga bersih, lalu tambahkan sekepal nasi basi dan garam kemudian digiling sampai halus. Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit, lalu dibalut dengan perban. Rematik dan bengkak karena keseleo Bahan yang diperlukan: 1 genggam daun dan batang muda herba bandotan segar, satu kepal nasi basi dan ½ sendok teh garam. Cara meracik: Daun dan batang bandotan dicuci hingga bersih lalu ditumbuk bersama nasi dan garam. Buatlah adonan seperti bubur kental.

5.

6.

7.

8.

9.

Cara pemakaian: Tempelkan ramuan tersebut pada bagian sendi yang bengkak lalu dibalut. Biarkan selama 1-2 jam, lalu balutan tersebut dilepaskan. Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari sampai sembuh. Pendarahan rahim, sariawan, dan bengkak karena memar Bahan yang diperlukan: 10-15 gr herba bandotan. Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, kemudian disaring. Cara pemakaian: Air saringannya diminum sekaligus dan lakukan 2-3 kali sehari. Tumor rahim Bahan yang diperlukan: 15-30 gr herba bandotan kering. Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Cara pemakaian: Air rebusan diminum setiap hari sebanyak 1 gelas. Sakit tenggorokan Bahan yang diperlukan: 30-60 gr daun bandotan segar. Cara meracik: Daun bandotan tersebut dicuci hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus. Selanjutnya diperas dan disaring. Tambahkan larutan gula batu ke dalam air perasan secukupnya dan diaduk sampai merata. Cara pemakaian: Ramuan tersebut diminum 3 kali sehari sampai sembuh. Malaria dan influenza Bahan yang diperlukan: 15-30 herba bandotan kering. Cara meracik: Bahan tersebut direbus dalam 2 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin lalu disaring. Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2 kali sehari sampai sembuh. Perut kembung, mulas dan muntah Bahan yang diperlukan: 1 tanaman bandotan ukuran sedang lalu dipotong-potong seperlunya. Cara meracik: Bahan tersebut dicuci hingga bersih, lalu direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas. Dinginkan dan disaring. Cara pemakaian: Air saringannya diminum 2-3 kali sehari dan dilakukan sampai sembuh Herba bandotan mengandung asam amino, organacid, pectic substance, minyak asiri kumarin, ageratochromene, friedelin, ß-sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potassium chlorida. Akar bandotan mengandung minyak asiri, alkaloid, dan kumarin.

BAB 5. PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil kuliah lapang yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa banyak tumbuhan disekitar kita yang terlihat hanya seperti rumput biasa, ternyata memiliki manfaat sebagai tanaman obat yang dapat sangat membantu, salah satunya adalah wolio atau Ageratum conizoides L. Ageratum conizoides L. hidup di dataran dengan ketinggian 1-2000m dari permukaan laut, dan memiliki cirri-ciri morfologi  Daun : Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (composite), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1 - 10 cm, lebar 0,5 - 6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau.  Batang : Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh menyentuh tanah akan mengeluarkan akar.  Bunga : Kecil, berwarna putih keunguan. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6 - 8 mm, dengan tangkai yang berambut.  Buah : Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil.  Tinggi : ±30 - 90 cm dan bercabang  Untuk pengembangbiakannya : dapat dilakukan melalui penyebaran biji.

a. b. c. d. e. f. g.

Beberapa cntoh jenis penyakit yang dapat disembuhkan memanfaatkan Ageratum conizoides L. adalah Sakit telinga tengah akibat radang Luka berdarah, bisul dan eksim Bisul dan borok Rematik dan bengkak karena keseleo Pendarahan rahim, sariawan, dan bengkak karena memar Tumor rahim Sakit tenggorokan Malaria dan influenza Perut kembung, mulas dan muntah

B. Saran

dengan

Demi terlaksananya kegiatan kuliah lapang yang lebih baik di masa yang akan datang, kami sebagai mahasiswa sangat mengharapkan dukungan penuh daari pihak kampus. Kami juga berharap kegiatan seperti ini bukan hanya menjadi inisiatif dari dosen yang bersangkutan, namu juga bisa menjadi program yang memang sudah ada dalam proses embelajaran. Tanaman obat merupakan alternative yang murah serta mudah untuk diperoleh, kami sangat mengharapkan adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah setempat untuk membudidayakan tanaman obat agar dapat lebih dimanfaatkan.

DAFTAR PUSTAKA Agoes, Azwar. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan Tradisional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2000.Jakarta: 46-73 Hariana, H. Arief. (2006). Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3. Jakarta:Swadaya. http://ellynk.damayanti.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/E03495038.pdf http://emprorerfaisal.blogspot.com/2012/03/karya-ilmiah-tentang-pengaruhtanaman.html#ixzz1q2i1YLRB http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/bandotan-ageratum-conyzoidesl.html http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_obat_keluarga http://kompas.co.id/kompas- cetak/0305/11/Fokus/ 306422.htm - 42k , edisi 31 Mei 2003, diakses 29 april 2015. http://marktambunan.blogspot.com/2011/11/herbarium-bandotanageratum-conyzoides.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3700/1/fkm-zulkifli5.pdf http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/babadotan-ageratumconyzoides.html http://www.anneahira.com http://www.depkes.go.id http://www.plantamor.com/index.php?plant=44 http://www.rain-tree.com/ageratum.htm Isa. 2009. Gaya Hidup Sehat Alami. Jakarta: Tiens Kompas, BPOM Pekanbaru Tarik 9.708 Kotak Obat Tradisional dari Peredaran,

Waluyo Srikandi. 2009. 100 Questions & AnswerDIABETES . Jakarta: Elex Media Komputindo

Posted by Adi Bramasta at 8:21 AM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest No comments: Post a Comment Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me Adi Bramasta View my complete profile

Blog Archive 

▼ 2016 (18) o ► July (7) o ▼ June (11) 

Makalah Sediaan Larutan



Contoh Analisis SWOT



Manfaat Daun Pepaya



Metabolit Sekunder



Makalah Terpenoid



Penanganan Hewan Coba



Laporan Farmakologi :Penanganan Hewan Coba (Mencit...



Makalah Bandotan/ Wedusan (Ageratum conyzoides, L)...



KELAINAN DAN GANGGUAN PERNAPASAN



Sistem otot



Bahan Dalam Pasta Gigi

My Blog List Translate Diberdayakan oleh

Terjemahan

Total Pageviews 1068

Popular Posts 

Contoh Analisis SWOT Analisis SWOT profesi farmasi di masyaraakat Kekuatan (Strength) 1. farmasi yang smakin meningkat scara signifikan un...



Jumlah tenaga

Sistem otot Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri at...

 Makalah Sediaan Larutan ILMU RESEP (SEDIAAN LARUTAN) Oleh: JUMRIANA AKHYAR INGGIT PUSPITA SARI ARE MINDRAWATI ROBERT BETT...

 Makalah TBC BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit penyebab kematian utama yang disebabkan oleh infeksi, adalah Tuberkulos...

 Makalah Sediaan Larutan Tugas Kelompok: ILMU RESEP (SEDIAAN LARUTAN) Oleh: JUMRIANA AKHYAR INGGIT PUSPITA SARI ARE MINDRAWATI ROBERT BETTENG ... 

Laporan Praktikum Sisten Saraf Pusat laporan farmasi BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Keandalan pengamatan manusia terhadap suatu subyek dalam suatu pengamatan sa...

 Metabolit Sekunder Metabolit sekunder Kopi mengandung metabolit sekunder berupa kafein . Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit ...

 Cara Meringankan Batuk Pada Anak Batuk pada anak biasanya diikuti dengan demam dan jarang sekali terjangkit tanpa terjadinya demam. Anda semua pasti pernah mengalaminya, da...



Makalah Terpenoid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monot...



KELAINAN DAN GANGGUAN PERNAPASAN Ø KELAINAN DAN GANGGUAN PERNAPASAN 1. Faringitis Faringitis adalah radang pada faring karena infeksi sehingga timbul rasa nyer...

Simple template. Powered by Blogger.

Related Documents

Klasifikasi Bandotan
January 2021 2
Klasifikasi Parasit
February 2021 1
Klasifikasi Negara
January 2021 4
Klasifikasi Ellis
January 2021 2
Klasifikasi Adalah
February 2021 1
Klasifikasi Kemasan
February 2021 1

More Documents from "Shinta Jetra Ayu"

Klasifikasi Bandotan
January 2021 2
Lp Sp Ansietas
January 2021 1
Soal Trauma Kepala
March 2021 0
Lp Syok Kardiogenik
January 2021 1