Klien Dalam Asuhan Kebidanan

  • Uploaded by: massweeto
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Klien Dalam Asuhan Kebidanan as PDF for free.

More details

  • Words: 2,062
  • Pages: 14
Loading documents preview...
MAKALAH KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN

DISUSUN OLEH : Oleh : Inten Wahyu Utami (02401707) DOSEN PEMBIMBING: Rickah Liva Yulianti, SST, M.Kes

YAYASAN SEKUNDANG BENGKULU SELATAN AKADEMI KEBIDANAN Jl. Datuk Nazir Nomor : 02 Telp & Fax (0739) 21218 Kode Pos 38511 Email: [email protected] Website: www.akbid.com

0

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat yang dalam kehidupan sehari – hari tidak lepas dari kegiatan interaksi, membangun relasi, dan transaksi sosial dengan orang lain. Manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi

dalam

kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, komunikasi massa. Oleh karena itu, komunikasi sangat diperlukan dalam asuhan kebidanan guna memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu.

Sehingga dapat

menimbulkan interaksi antarpribadi yaitu antara bidan dengan klien juga keluarga klien untuk penyampaian informasi yang diperlukan dengan jelas. Dan pada akhirnya, kegiatan komunikasi selalu mendasari suatu kegiatan termasuk pelayanan kebidanan. Selain dengan komunikasi, bidan dituntut untuk mengetahui pengaruh berbagai fase kehidupan ini pada cara seseorang memandang masalah dan kesulitannya. Sehingga bidan harus memahami macam – macam klien dalam asuhannya salah satunya adaalah komunikasi pada remaja dan komunikasi pada wanita gangguan reproduksi B. Tujuan Adapun tujuan yang dapat diperoleh dari isi makalah ini adalah untuk mengetahui klien dalam asuhan kebidanan yang terdiri dari anak, remaja, calon ibu dan masa antenatal care.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Pada Bayi Dan Anak Bayi belum bisa berkata-kata sebagai gantinya bayi menangis untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bayi bisa berkata-kata belum dipahami secara pasti. 1. Perkembangan komunikasi a. Fase prelinguistic (fase sebelum bicara). Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu tahun, pada saat usia anak sampai tiga minggu seharusnya orang tua sudah membedakan tangis bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau mint aperhatian. Untuk dapa tmembedakan kita harus mengenali tangisan bayi : 1) Tangis lapar : menangis dengna suara mendatar dan meningkat sesuai kebutuhan. 2) Tangis kesakitan, bayi mengeluarkan teriakan yang mendadak karena bayi terkejut. 3) Tangis tidak nyaman atau minta perhatian, bayi akan menangis yang berlangsung terus menerus. Berikut ini adalah perkembangan bahasa bayi : 1) Pada minggu ke-2 bayi mengeluarkan suara, dan akan tersenyum bila puas. 2) Senyum dalam arti sosial dimulai usia 3 minggu akan tetapi bayi belum bisa membedakan wajah.

2

3) Perkembangan bahasa bayi dimulai usia 2 sampai 6 bulan. Rasa puas dinyatakan dalam nada suara rendah, usia 4 sampai 5 bulan biasanya sering diucapkan bangun tidur. Usia 5 sampai 6 bulan bayi mulai mengeluarkan macam-macam suara, baik dengna nada keras, perlahan, tinggi, rendah sesuai perasaannya. 4) Usia 9 sampai 10 bulan, bayi mulai menggunakan suku kata yang diulang seperti mama, papa, wa-wa, uk-uk. Fase prelunguistik termasuk bunyi refleksi (berupa reflek vokal) meliputi : 1) Babbling (meraban) Dimulai ketika bayi tahu suaranya, senang mendengar suaranya kemudian diulang, seperti bicara sendiri. Ini berlangsung sampai tujuh bulan, kemudian bayi berusaha meniru kemudian timbul laling (mengulang suara yang didengar). 2) Echolalia Mengulang gema suara dari suara yang diucapkan orang lain. Pertumbuhan bicara dan bahasa anak cepat bila orang tua mengulang suara bayi dan bayi membalas menirunya. b. Kata pertama 1) Usia 10-12 bulan tumbuh pengertian pasif dari bahasa. 2) Bayi memberi respon terhadap kata yang familier, bila disebut ibu maka ia akan berusaha mencari ibunya. 3) Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena ank banyak akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan dengna apa yang dikerjakan, misalnya mam bisa berarti mama, bisa berarti makan.

3

4) Anak memberikan reaksi yang berbeda pada satu kata yang diucapkan dengan intonasi pada usia 4-5 bulan. Ketiaka ada orang bilang diam sambil membentak akan berbeda ketika orang berkata diam untuk menenangkan tangisan. 5) Bicara sesungguhnya mulai usia 12-18 bulan karena sudah bisa dimengerti maksudnya. 6) Satu kata mengandung satu kalimat, misalnya mengatakan makan berarti saya mau makan. 7) Menggunakan empat kata usia lima belas bulan, sepuluh kata usia delapan belas bulan, lima puluh kata usia dua tahun dan anak sudah bisa bereaksi terhadap perintah orang tuanya. c. Kalimat pertama 1) Usia dua tahu anak mulai menyusun kata. 2) Periode ini dikenal sebagai permulaan pembicaraan komplit 3) Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh dan berubah-ubah huruf/kata karena sulit mengucapkan satunama. Contoh : perahu diucapkan pelahu. d. Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat Kemampuan bicara egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan tiga macam : 1) Repetitif (pengulangan). Kata yang didengar berulang-ulang. 2) Monolog (berbicara satu arah) biasa pada anak pra sekolah, anak bicara sendiri memainkan banyak peran dengan berkata-kata sendiri. 3) Monolog kolektif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri-sendiri, biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.

4

Menurut Lev Vygotsky bicara egosentris merupakan bentuk petunjuk dan bantuan bagia anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Ini berorientasi kepada tujuan yang akan dicapai dan komunikatif. Kemampuan bicara memasyarakat, menunjukkan adanya tukar pikiran dengan orang lain, termasuk pertanyaan, jawaban, perintah, kritik terhadap orang lain. e. Perkembangan semantik Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti kata pada bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali memahami arti kongkrit dan jenis kata kongkrit kemudian mulai mengetahui arti dan jenis kata abstrak. Misalnya anak akan lebih memahami kucing yang bisa dilihat dari pada kata pahit ata manis. Kata yang sulit untuk anak pra sekolah adalah kata yang selain punya arti fisik juga punya arti psikologis. Contohnya manis bisa berarti sikap, tapi bisa juga berarti rasa. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa a. Intelegensi (kecerdasan). Ini jelas mempengaruhi bahasa. Anak yang mempunyai kemampuan intelektual rendah, misalnya idiot akan lebih lambat perkembangan bahasanya dibandingkan anak-anak yang punya intelegensi normal atau tinggi. b. Jenis kelamin. c. Bilingual (dua bahasa) d. Status tunggal atau kembar e. Rangsangan/dorongan orang tua f. Sosial ekonomi 3. Proses komunikasi : a. Mengikuti perkembangan psikologis anak

5

b. Kontak kasih sayang dengna orang tua dapat memperkuat kepribadian anak c. Belaian, dukungan dan sentuhan mesra, ini akan menimbulkan senang dan bahagia d. Bidan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang aktif dalam bahasa dan emosi. 4. Cara-cara dalam memberikan dukungan rangsangan aktif adalah : a. Memperbaiki model orang tuanya, orang tua didorong untuk melengkapi diri dan menjadi model yang baik, mempelajari bahasa yang baik, komunikatif sesuai tingkat perkembangan anak. b. Mendorong kemampuan komunikasi (verbal dan non verbal). c. Berikan anak pengalaman untuk dapat berbicara d. Mendorong anak untuk mendengar e. Mendorong anak berbicara sebagai pengganti tindakan/aksi f. Gunakan kata yang pasti dan benar. Meskipun anak belum bisa menyebutkan R misalnya pelmen untuk menyebut permen tapi orang tua harus tetap menyebutnya permen. 5. Prinsip komunikasi yang efektif pada anak Berkomunikasi dengan anak berarti melakukan pertukaran pikiran dan perasaan dengan mereka melalui ekspresi wajah, gerak tubuh, tulisan dan yang paling utama/efektif adalah melalui bahasa tutur atau berbicara (bahasa lisan). Hal-hal yang harus diperhatikan saat berkomunikasi dengan anak adalah : a. Kesabaran mendengar. Cobalah dengarkan seluruh ucapan anak, jangan memotong sedikit pun kata-kata mereka. b. Role playing. Bermain peran sebagai guru, ayah-ibu, polisi, penjahat, dokter hewan dan sebagainya akan membuat anak-anak mampu

6

mengekspresikan segala emosi, perasaan, pikiran dan keinginan mereka secara bebas. Dengan pola komunikasi ini, anak-anak akan memperoleh pengalaman melakukan peran sebagai orang lain dengan berbicara. c. Tepat guna. Bila anak melakukan kesalahan, tegurlah pada saat itu juga. Bukan tindakan bijaksana apabila kita menunda kemarahan/teguran sampai ayah pulang dari kantor atau mengungkit-ungkit kesalahan anak yang sudah lalu. d. Memberi dorongan. Membiarkan anak berbicara banyak (bukan banyak bicara) dengan membeirnya stimulus yang mengerahkan pemahaman anak-anak terhadap situasi disekitarnya. Dengan cara ini, orang tua akan membentuk kestabilan emosi anak, dan membuatnya kelak mampu melakukan percakapan yang terstruktur dan berarti. Secara sederhana, komunikasi bisa dilakukan dengan mengajak bercakap-cakap sesering mungkin. Mengajak anak untuk bermain-main juga membantu kemahiran berkomunikasi. Prinsip komunikasi yang penting untuk diketahui yaitu komunikasi adalah sebuah proses, bersifat kompleks, tidak dapat digantikan, dan melibatkan yang total dari kepribadian kita. Beberapa anjuran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak sebagai berikut : a. Bantulah anak mencari buku yang bercerita tentang keluarga dari latar belakang budaya yang sama. b. Taruhlah buku, majalah dan bacaan lainnya ditempat-tempat yang mudah dicapai oleh anak. c. Tunjukkan album foto-foto keluarga anda kepada anak. Bantulah anak mengerjakan kata-kata seperti “ini saya.” Atau bisa juga, “ini keluarga kami.” d. Bahasa buku, acara televise, atau video yang anda tonton bersama anak.

7

B. Komunikasi Remaja Tujuan komunikasi pada remaja adalah memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian

diri

terhadap

perubahan fisik dan

emosi

yang

terjadi.

Bidan perlu menjalin hubungan komunikasi terbuka, mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui oleh remaja. Permasalahan yang dapat diselesaikan dalam bentuk komunikasi terapeutik pada remaja misalnya; perubahan fisik/ biologis sesuai usia, perubahan emosi dan perilaku remaja, kehamilan pada remaja, narkotika, kenakalan remaja dan hambatan dalam belajar. Berkomunikasi dengan remaja lebih memperhatikan : 1. Kenyamanan remaja dalam menerima informasi. 2. Memperhatikan cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang disampaikan. 3. Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan. 4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar. 5. Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja. 6. Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan. 7. Menjalin keakraban dengan remaja. C. Komunikasi Pada Calon Ibu Komunikasi terapeutik pada

calon

ibu

perlu

memperhatikan

dan

mempelajari kondisi psikologis wanita. Bidan dapat melakukan komunikasi teraupeutik pada calon ibu dengan menitik beratkan pada : 1. Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi. 2. Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi. 3. Memberi bimbingan tentang persiapan perkawinan dihubungkan dengan NKKBS/keluarga berkualitas. 4. Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.

8

5. Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi dan peran yang terjadi. 6. Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling. D. Komunikasi Terapeutik Pada Ibu Hamil

Kehamilan memberikan perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu hamil. Perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis misalnya; pusing, mual, tidak nafsu makan, BB bertambah dan sebagainya. Sedangkan perubahan psikologis yang menyertai ibu hamil diantaranya; ibu menjadi mudah tersinggung, bangga dan bergairah dengan kehamilannya dan sebagainya. Pelaksanaan komunikasi terapeutik : 1. Bidan yang senantiasa berhubungan dengan ibu hamil diharapkan mampu melalui tindakan pemeriksaan.

Penyuluhan, dan segala bentuk kontak

langsung dengan berbagai metode maupun bentuk hubungan. 2. Diharapkan dapat meredam pemunculan faktor psikososial yang berdampak negatif terhadap kehamilan. 3. Bidan

diharapkan

membantu

ibu

sejak

awal

kehamilannya

untuk

mengorganisasikan perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memlihara kehamilannya sehingga dapat melahirkan dengan lancar.

9

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ada beberapa macam klien dalam asuhan kebidanan`diantaranya remaja, klien KB, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menopause. Bidan dituntut untuk mengetahui komunikasi dan penanganan apa yang diberikan sesuai fase dan kondisi klien, karena klien pada masing – masing fase memiliki kebutuhan dan cara pikir yang berbeda. Hal itu diperlukan agar bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada klien yang tepat sesuai kebutuhannya masing – masing. B. Saran Semoga dari makalah yang telah dibuat, dapat bermanfaat dan bisa di aplikasikan pada masyarakat nanti. Juga dapat menjadi bahan referensi untuk tugas berikutnya yang berhubungan dengan komunikasi juga untuk mahasiswa lain yang membutuhkan informasi mengenai materi klien dalam asuhan kebidanan.

10

DAFTAR PUSTAKA Tyastuti, S.; Kusmiyati, Y.; & Handayani, S. (2010). Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya. Uripmi. (2003). Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC. Wulandari. (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika. Yulifah & Yuswanto (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

11

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridho-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas yang berjudul “KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN”. Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk rekan yang lain dalam mengenal, mempelajari, dan memahami materi sesuai judul makalah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada Ibu Rickah Liva Yulianti, SST, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Kebidanan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar makalah ini dapat lebih baik. . Penulis

i 12

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i Daftar Isi..................................................................................................................... ii BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Tujuan..................................................................................................

1

BAB II TINJAUAN TEORI A. Komunikasi Pada Bayi Dan Anak ........................................................ 2 B. Komunikasi Pada Remaja .................................................................... 8 C. Komunikasi Pada Calon Ibu ................................................................ 8 D. Komunikasi Pada Masa Antenatal ....................................................... 9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................... 10 B. Saran ................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA

ii 13

Related Documents


More Documents from "Annisa Rachmawati"