Komunikasi Keperawatan Pada Bayi

  • Uploaded by: Septi Nugrahati
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komunikasi Keperawatan Pada Bayi as PDF for free.

More details

  • Words: 2,333
  • Pages: 12
Loading documents preview...
KOMUNIKASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN TERAPEUTIK PADA BAYI

Disusun Oleh: 1. Apriani Pujowati Rahayu

(12.012)

2. Dima Susmiana

(12.022)

3. Juni Setyaningsih

(12.042)

4. Mariska Dhaniyati

(12.052)

5. Maya Ningrum

(12.054)

6. Nur Wahyu Ningsih

(12.062)

7. Rika Maria Magdalena

(12.074)

8. Saiful Fadilah

(12.076)

9. Yudha Bais Martha Rani

(12.102)

AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO 2012/2013

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan makalah ini kami buat guna mengetahui komunikasi keperawatan yang terapeutik pada bayi, dalam praktek keperawatan kita sering menjumpai adanya pasien dengan usia balita yang juga disebut dengan bayi. Makalah ini akan membahas tentang pengertian komunikasi terapeutik pada bayi. Komunikasi terapeutik pada bayi merupakan komunikasi yang dilakukan perawat untuk tujuan terapi pada bayi agar bayi merasa aman dan tenang yang berpusat untuk kesembuhan pasien dan direncanakan secara sadar. Cara komunikasi terapeutik pada bayi adalah antara lain menggendong,mendekap,memberikan mainan bunyi-bunyian,dan lain-lain. B. Tujuan Umum : Untuk tujuan terapi pada bayi agar bayi merasa tenang dan nyaman

Khusus : 1. Mengetahui pengertian komunikasi terapuetik pada bayi 2. Mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada bayi 3. Mengetahui cara komunikasi terapeutik pada bayi

C. Manfaat 1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pengertian komunikasi terapuetik pada bayi, mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada bayi, mengetahui cara komunikasi terapeutik pada bayi. 2. Menambah pengetahuan kepada perawat tentang adanya komunikasi terapeutik pada bayi. 3. Menjadikan perawat yang mahir dalam melakukan komunikasi terapeutik pada bayi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan yang dilakukan untuk tujuan terapi. Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi. B. Tujuan Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif. C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik : 1. hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan (prefosional). 2. Perawat harus menghargai keunikan klien 3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan. 4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya. D. Komunikasi Sesuai Tumbuh Kembang Anak Menurut Whaley dan Wong’s (1995), teknik komunikasi kreatif pada anak yaitu teknik verbal dan teknik non verbal. 1. Komunikasi dengan Bayi a. Belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata, sehingga bahasa nonverbal sering digunakan. b. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh orang sekitar Untuk bayi yang masih muda (usia < 6 bulan) •

Merespon positif terhadap kontak fisik yang lembut



Perilaku menggerak-gerakan tangan, kaki, menendang yang merupakan rangsangan untuk memperoleh perhatian.

Untuk bayi yang lebih tua (umur > 6 bulan) •

Cemas dengan orang asing yang belum dikenalnya, merupakan ciri perilaku yang

sering muncul. •

Perhatiannya berpusat pada diri dan ibunya.



Perhatikan saat berkomunikasi dengannya



Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunga dan atau mainan didekatnya



Kerjakan dengan lembut



Tanpa gerak isyarat



Bayi dalam pengawasan orang tua.



Berikan obyek yang aman

2. Tujuan berkomunikasi pada bayi 

Memberi rasa aman kepada bayi



Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih saying



Melatih bayi mengembangkan kemampuan bicara, mendengar, dan menerima rangsangan

Dalam melakukan pengkajian akan lebih mudah bagi anak, orangtua dan pemeriksa jika sudah di jalin hubungan yang lebih awal. Hubungan itu mungkin tidak menghilangkan semua ketakutan atau ketidaknyamanananak, namun membangun hubungan saling percaya dan komunikasi dapat membantu membuat membuat pengkajian menjadi sebuah pengalaman yang lebih positif. Pedoman untuk berkomunikasi dengan anak  Tanya orang tua bagaimana anak biasanya mengatasi situasi-situasi baru atau situasi yang penuh tekanan. Mengetahui bagaimana anak bereaksi memungkinkan perawat untuk merencanakan intervensi-intervensi khusus untuk mempermudah komunikasi.  Tanya orang tua apakah mereka telah mengatakan kepada anak bahwa mereka akan pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan. Persiapan yang diterima anak, khususnya anak laki-laki, seringkali tidak adekuat atau tidak cocok. Sehingga, di perlukan banyak waktu untuk menyiapkan anak sebelum memulai beberapa aspek pengkajian kesehatan yang membutuhkan partisipasi aktif.  Amati tingkah laku anak terhadap tanda-tanda kesiapan. Seorang anak yang siap untuk berpartisipasi dalam pengkajian akan bertanya, melakukan kontak mata, menceritakan pengalaman-pengalaman masa lalu, memegang peralatan, atau memisah dari orang tua.

 Pertimbangkan tingkat perkembangan dan rentang perhatian anak dan gunakan pendekatan imajinatif saat merencanakan pemeriksaan.  Jika seorang anak sulit menerima pengkajian: Berbicara dengan orang tua dan biarkan anak Puji anak Bermain ( seperti main ciluk-ba ) atau becerita. Gunakan bentuk bahasa orang ketiga:’’kadang-kadang seorang anak lelaki dapat benar-benar takut ketika tekanan darahnya diukur’’.  Dorong anak untuk bertanya selama pengkajian, tetapi jangan menekan anak untuk bertanya. Hal ini memungkinkan anak untuk lebih mengontrol situasi.  Jelaskan proses pengkajian dalam batasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,  Gunakan istilah-istilah yang konkrit daripada informasi teknis, khususnya anak yang lebih muda: ‘’saya dapat mendengar kamu menarik dan mengeluarkan nafas’’, bukan’’saya sedang mengauskultasi dadamu’’.  Berikan sedikit informasi dalam suatu waktu. Petunjuk praktis adalah tidak lebihdari 3 bahasan yang harus di berikan dalam sekali waktu.  Buatlah harapan-harapan yang diketahui dengan jelas dan sederhana: ‘’saya ingin kamu diam’’.  Jangan menawarkan pilihan jika memang tidak ada  Berikan pujian yang jujur.’’saya tahu kamu sakit. Kamu masih memegang perutmu’’. Pengalaman positif membantu untuk membangun kemampuan koping dan harga diri. Berkomunikasi dengan bayi Bayi ( 1 – 18 bulan ) terutama berkomunikasi melalui bahasa nonverbal dan menangis dan berespons terhadap tingkah laku komunikasi nonverbal orang dewasa, seperti menggendong, mengayun dan menepuk. Adalah bermanfaat untuk mengamati interpretasi orangtua tatu orang lain terhadap isyarat nonverbal bayi dan komunikasi nonverbal orangtua. Bayi mudah berespon sangat baik terhadap kontak fisik yang lembut dengan orang dewasa, tetapi bayi yang lebih tua seringkali takut terhadap orang dewasa daripada orangua mereka. Sebisa mungkin lakukan pengkajian dengan cara yang memungkinkan bayi dalam pengalawasan orang tua atau di gendong oleh orangtuanya. Bayi harus diberikan objek-objek yang aman seperti selimut dan dot, jika mereka mempunyai objek tersebut. Berkomunikasi dengan anak usia bermain.

Anak usia bermain (18 bulan – 3 tahun ) belum mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi secara verbal dengan efektif. Komunikasi mereka kaya dengan ungkapan dan isyarat nonverbal dan komunikasi verbal yang sederhana.Mendorong tangan pemeriksa dan menangis merupakan ungkapan perasaan takut, cemas, atau kurang pengetahuan. Dalam berkomunikasi dengan anak usia bermain, perawat perlu menggunakan istilah-istilah yang pendek dan konkrit. Boneka bisa membantu penjelasan. Anak seusia ini menghubungkan hal yang magis pada objek-objek yang tidak bernyawa. Penggunaan objekobjek yang menyenangkan harus dilakukan selama pengkajian. Komunikasi Dengan Anak Balita (Batita/usia bermain/toddler dan prasekolah) a. Komunikasi verbal belum efektif, karena memeng belum fasih dalam berbicara. b. Gunakan kata-kata sederhana, singkat, yang dikenal oleh anak karena anak hanya dapat menerima informasi secara harfiah. c. Sangat egosentris, hanya melihat sesuatu berpusat pada dirinya (kominikasi berpusat pada dirinya). d. Sering berpilaku mendorong tangan pemeriksa dan menangis pada saat pemeriksa mendekatinya. e. Anak belum mampu memahami abstraksi, maka gunakanlah istilah-istilah yang pendek dan konkrit. f. Kenalkan alat-alat yang akan digunakan, termasuk juga dengan cara kerjanya. g. Beri pujian untuk hal-hal yang dicapai. h. Gunakan obyek yang menyenangkan. i. Lakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga, kapan tindakan akan dilakukan. j. Beri kesempatan memegang alatkhususnya untuk anak Prasekolah (dengan melihat keadaan anak, sampai bagaimana alat tersebut akan digunakan.

BAB III ROLE PLAY Peran 1. Perawat

: Dima Susmiana

2. Bayi

: Nur Wahyu

3. Ayah

: Saiful

4. Ibu

: Juni Setyaningsih

5. Dokter

: Maya Ningrum

6. Resepsionist

: 1. Apriani Pujowati 2. Rika Maria

7. Petugas laboratorium : Yudha Bais 8. Bagian Gizi

: Mariska Dhaniyati

Pada suatu hari, saat itu malam hari di dalam sebuah keluarga kecil bahagia yaitu keluarga bapak Saiful yang baru saja mendapatkan seorang bayi yang kini berusia 5bulan itu tiba-tiba keluarga tersebut dikagetkan oleh suatu peristiwa yang saat malam itu menjadi keributan ditengah-tengah keluarga kecil itu. Peristiwa tersebut adalah bayi dari pasangan suami istri pak Saiful dan ibu Juni ini yang bernama Nur menderita panas tinggi. Dan bayi itu saat tengah malam hanya menagis tidak berhenti. Ibu

:”Pak, bagaimana anak kita ini? Ibu tidak bias tidur pak?”(sambil jalan kesana

kemari kebingungan) Pak Saiful

:”Kita harus bersabar bu.”

Ibu

: “Apa yang harus kita lakukan pak demi anak kita?bapak jangan diam saja

dong!” Pak Saiful

: “Coba kamu beri dia minum dan diberikan kompres. Soalnya badannya panas

sekali.” Ibu

:”Diam ya Nak…ibu kasih minum kasihan sekali kamu.”

Tetapi banyak hal yang dilakukan oleh pasangan suami istri tersebut akan tetapi bayi tersebut tetap saja tidak berhenti menagis malah semakin keras. Waktu menunjukan pukul 03.00. Ibu

: “ Pak, ibu nggak kuat harus seperti ini menunggui anak kita yang sedang sakit

dan kasihan juga anak kita pak? Bagaimana kalau kita membawanya ke dokter?” Pak Saiful

: “ Mana ada dokter tengah malam seperti ini yang buka?”

Ibu

:” Ya sudah kita bawa anak kita ke Rumah Sakit terdekat saja pak, bagaimana?”

Pak Saiful

: “ Ya sudah bapak keluarkan mobil dulu ya bu,ibu siapkan dulu anak kita,”

Ibu

: “ Iya pak.Cepat……cepat……….”

Tibalah bu Juni dan pak Saiful di Rumah Sakit Harapan Bunda. Ibu

:” Suster…suster tolong anak saya…..”

Kemudian perawat Dima memberikan pertolongan kepada bu Juni dengan menggendong bayi Nur menuju ruang pemeriksaan. Perawat

:” Mohon tunggu sebentar ya bu anak ibu akan segera diperiksa oleh dokter.”

Ibu

:”Iya sus kasihan anak saya. Cepat ya sus.”

Perawat hanya tersenyum dan memanggil dokter. Perawat

:”Selamat malam dok. Di ruang pemeriksaan ada seorang bayi yang badanya

panas dan sudah saya ukur suhu tubuhnya.” Dokter

:” Baik saya akan segera kesana.”

Perawat

: “Permisi Bu, siapa nama anak ibu ini?”

Ibu

:”Nur sus.”

Perawat

:”Berapa usia anak ibu ini?”

Ibu

: “5bulan.”

Perawat

:”Berapa hari anak ibu panas dan rewel seperti ini?”

Ibu

: “Sejak tadi siang sus. Sebenarnya dia kenapa sus?”

Perawat

:”Silahkan ibu menemui dokter dulu untuk keterangan yang lebih jelas.”

Kemudian bertemulah ibu Juni dengan dokter Maya. Dan pak Saiful menemani Nur .

Sementara itu perawat Dima mencoba mendiamkan Nur yang menagis terus. Ibu

:”Bagaimana keadaan anak saya dok?”

Dokter

:” Sebelumnya maaf bu anak ibu harus kami berikan rawat inap di sini apakah ibu

bersedia?” Ibu

:” Ya dok saya setuju karena saya ingin anak saya sembuh.”

Dokter

:” Baiklah kalau begitu silahkan ibu mendaftarkan anak ibu ke bagian resepsionist

sekarang.” Ibu

:” iya dok. Permisi.”

Sampailah sang ibu ke bagian resepsionist. Resepsionist :”Selamat malam bu. Ada yang bias saya bantu?” Ibu

:”Saya mau mendaftarkan anak saya untuk rawat jalan mbak.”

Resepsionist :”Baik bu isi formulir ini untuk persyaratan anak ibu agar dirawat di sini.” Resepsionist :”Anak ibu akan ibu masukkan pada kamar kelas berapa? Disini kami menyediakan kamar VVIP,VIP,kelas 1,kelas 2,maupun kelas 3.” Ibu

:”Saya memilih kamar kelas 2 saja mbak.”

Resepsionist :”Baiklah nanti anak ibu akan dirawat di bangsal Melati kamar No 5.” Setelah semua pesyaratan di lengakapi kemudian sang anak sudah sampai pada kamar untuk merawatnya hari mulai pagi. Pagi ini Perawat Dima datang ke kamar Nur. Saat melihat perawat yang masuk untuk melekukan pengukuran suhu tubuh bayi tersebut akan tetapi bayi tersebut menangis. Kemudian Perawat Dima mendekatinya untuk melekukan pengukuran suhu. Perawat

:”Selamat pagi pak,bu di sini saya akan melakukan pengukuran suhu tubuh anak

ibu.” Ibu ,Pak Saiful:”Silahkan sus.” Perawat

:”Adik,,,jangan menangis dong. Ini mbak bawakan mainian untuk kamu.”(sambil

memberikan sebuah mainan ke tangan bayi itu). Bayi

:”oek…oek….”(sambil melihat perawat itu)

Perawat

:”Cup..cup..cup…jangan nagis ya sayang. Mbak mau memasang ini di ketiak

kamu,biar mbak tau berapa suhu kamu sayang.cup…cup…cup…” Kemudian bayi itu berhenti menangis. Perawat

:”Wah pintar sekali kamu Nak udah nggak nangis lagi. Anak yang pintar.”

Ibu

:”Berapa suhunya sus?”

Perawat

:”Suhunya sudah mulai turun bu saat ini suhunya 37,5. Tetapi setelah ini anak ibu

akan diambil darahnya oleh petugas laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.” Ibu

:”Iya mbak lakukan saja yang terbaik untuk anak saya.”

Perawat

:”Baiklah bu saya permisi dulu.Cepat sembuh ya nak.”

Ibu

:”Terima kasih sus.”

Perawat

:”Iya sama-sama bu.”

Waktu menunjukkan pukul 09.00. Petugas laboratorium datang ke kamar Nur untuk mengambil darah guna untuk pemeriksaan. Petugas Lab

: ”Selamat pagi pak. Ini saya dari laboratorium ingin mengambil darah adik Nur

untuk pemeriksaan lebih lanjut. Nampaknya Nur sudah tenang ya pak?” Pak Saiful

: ”Iya Bu silahkan.”

Langsung saja petugas Laboratorium mengambil darah bayi itu dengan hati-hati. Namun, tibatiba bayi itu menangis dengan keras karena kesakitan. Saat itu juga Perawat Dima sedang melintas kamar Nur, setelah mendengar tangisan bayi itu Perawat Dima langsung masuk ke kamar bayi itu mencari tau apa penyebabnya. Perawat

:”Permisi,,,,loh kenapa kok adik menangis? Cup….cup..cup…..nggak apa-apa

sakit sebentar ya sayang,.Cup…cup…cup..” Ibu Juni datang. Ibu

:”Kenapa ini anak saya kok menangis lagi?”

Perawat

:“Ibu ini anaknya baru saja diambil darahnya oleh Ibu Yudha beliau adalah

petugas laboratorium.” Ibu

:” Oh begitu. Cup…cup..cup… Nak jangan menangis.”

Hasil laboratorium sudah selesai dan hasilnya ternyata bayi tersebut menderita Demam Berdarah. Perawat datang ke kamar Nur Wahyu tiba disana ternyata bayi Nur menangis.Perawat mendekati bayi tersebut dan mendekapnya. Perawat

: Adek, cup.. cup..cup jangan menangis yaaa? Ini tak bawain boneka?? Diamm yaa sayang.

Perawat mendekati Ibu Juni Perawat

: Bu. Mohon maaf mengganggu saya kesini akan menyampaikan pemeriksaan

laboratorium, anakk ibu Nur Wahyu menderita Demam Berdarah.saat ini ibu di tunggu oleh Mbak Mariska bagian gizi dia akan memberikan penjelasan tentang menu makanan untuk penderita Demam Berdarah. Ibu

: Baiklah saya akan ke sana, saya minta tolong untuk ibu menjaga anak saya

sebentar karena tidak ada yang menunggunya bapaknya sedang kerja. Ibu Juni tiba di ruang perawat Ibu

: Permisi bu, saya ingin bertemu Mbak Mariska..

Mariska

: Iya bu,saya sendiri, silakan duduk. Ini dengan Ibu Juni yaa??

Ibu

: iya Mbak ini saya sendiri.

Mariska

: Begini bu, anak ibu itu terkena demam berdarah untuk saat ini harus diberikan

ASI unutk menunjang kekebalan tubuh bayi ibu dan ASI sangat baik unutk pertumbuhan bayi ibu. Dan untuk pemenuhan ASI yang diberikan untuk bayi ibu, ibu sebaiknya mengkonsumsi

sayur dan buah-buahan yang banyak dan saya mengharapkan ibu tidak memberikan susu formula pada anak ibu. Ibu

: Ohh, ya bu trimakasih atas sarannya, saya akan mengusahakan untuk

kesembuhan anak saya Ibu Juni tiba di kamar Nur Wahyu Perawat

: Bagaimana bu, sudah selesai konsultasi dengan bagian gizi?

Ibu

: Sudah bu. Terimaksih sus sudah menjagakan anak saya.

Perawat

: Sama-sama bu, semoga cepat sembuh. Ini anaknya sudah tidur bu.Saya permisi

dulu karena masih banyak pasien yang harus saya tangani.

Related Documents


More Documents from "onlyelin"