Komunikasi Kerja

  • Uploaded by: Farida Fajriati
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Komunikasi Kerja as PDF for free.

More details

  • Words: 3,111
  • Pages: 22
Loading documents preview...
MAKALAH PSIKOLOGI INDUSTRI “Komunikasi Kerja” (ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Industri)

Disusun oleh :

Sutarjo Luqman Farida Fajriati Ardy Ahmad Budiman Luthfiah Purchita Salma Amany Diyauljannah

113114016 113114044 113216035 113216057 113216075

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ( S1) STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem) perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut. Dalam hal komunikasi yang terjadi antar pegawai, kompetensi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi semakin baik. Dan sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak maksimal. Peningkatan kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktifitas. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi? 2. Apa pentingnya komunikasi dalam kerja? 3. Bagaimana proses komunikasi? 4. Apa saja jenis komunikasi?

5. Apakah ada kaitannya teori motivasi kerja dengan penelitianpenelitian terdahulu?

C. Tujuan Secara keseluruhan, tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui kaitan teori-teori komunikasi kerja dengan hasil penelitian terdahulu.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian komunikasi Menurut Wiryanto (2004 : 9), komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada ketrampilan-ketrampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran informasi. Sedangkan

menurut Widjaya

(2000 : 13), komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai sarana menukar pendapat atau sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun kelompok. Berdasarkan defenisi-defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari seorang pengirim pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) dengan tujuan tertentu. Jadi dalam komunikasi itu terdapat didalamnya suatu proses, terdapat simbol-simbol, dan simbol-simbol itu mengandung arti. Arti atau makna simbol tersebut tentu saja tergantung pada pemahaman dan persepsi komunikan. Oleh

karena itu, komunikasi akan efektif dan tujuan komunikasi akan tercapai, apabila masing-masing pelaku yang terlibat didalamnya mempunyai persepsi yang sama terhadap simbol. Apabila terdapat perbedaan persepsi, maka tujuan komunikasi dapat gagal. B.

Pentingnya Komunikasi Adapun arti penting komunikasi bagi perusahaan adalah komunikasi

merupakan kegiatan yang sangat dominan di suatu perusahaan. Pada prinsipnya hampir semua kegiatan di dalam perusahaan itu merupakan suatu proses komunikasi. Bentuk-bentuk dari komunikasi dalam suatu perusahaan sangatlah beragam. Oleh karena itu dapatlah dikemukakan definisi yang lebih mudah dipahami, bahwa komunikasi di suatu perusahaan ialah proses penyampaian / pengiriman pesan dari suatu pihak ke pihak lain, dari suatu unit ke unit lain, dari seorang pimpinan kepada karyawan, yang berlangsung atau terjadi pada perusahaan tersebut. Komunikasi

berperan

penting

dalam

memperlancar

kegiatan

perusahaan, hal ini dapat terlihat dari beberapa hal berikut : 1. Dengan komunikasi fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai. 2. Meningkatkan gairah dan motivasi kerja. 3. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian para pimpinan dapat mengetahui keadaan dari bidang yang menjadi tugasnya

4. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan atasan, bawahan dengan bawahan, dan antar atasan karena pengawasan yang jelas dan mantap. 5. Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan. C. Proses Komunikasi Komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu : 1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dilihat, didengar, dibaui, dikecap maupun diraba. Ide-ide yang didalam benak pengirim disaring dan disusun kedalam suatu memori yang ada dalam pikiran, yang merupakan gambaran persepsi pengirim terhadap kenyataan. Setiap orang memiliki peta mental yang berbeda karena kita memandang dunia dan menyerap berbagai pengalaman dengan seuatu cara yang unik dan bersifat individual. 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau

dimengerti

secara

sempurna,

pengirim

pesan

harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu subyek (apa yang ingin

disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar belakangnya. 3. Pengirim menyampaikan pesan Setelah mengubah ide-ide kedalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui saluran yang ada kepada sipenerima pesan. Rantai saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Panjang pendeknya rantai saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektifitas penyampaian pesan. Dalam menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi baik media tulisan maupun lisan. 4. Penerima menerima pesan Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut.

Misalnya,

jika

seseorang

mengirim

sepucuk

surat,

komunikasi baru akan terjadi bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya. 5. Penerima menafsirkan pesan Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan dalam benak pikiran sipenerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru dapat

ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan. 6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Bentuk tanggapan yang diberikan oleh penerima pesan tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik (feedback) memegang peranan penting dalam proses komunikasi, karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektifitas suatu pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belaang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan reaksi secara emosional. Proses komunikasi dapat digambarkan pada Gambar 2.1 dibawah ini berdasarkan keenam tahapan komunikasi tersebut.

Tahap 1 Pengirim mempunyai gagasan

Tahap 2 Pengirim mengubah ide menjadi pesan

Tahap 3 Pengirim mengirim pesan

Tahap 6 Penerima mengirim ide

SALURAN dan MEDIA

Tahap 5 Penerima menafsirkan pesan

Tahap 4 Penerima menerima pesan

Sumber : Purwanto (2006 : 12) Gambar 2.1 Proses Komunikasi D. Jenis Komunikasi Organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuannya. Namun perlu diketahui bahwa pendekatan yang dicapai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain dapat bervariasi atau berbeda-beda. Bagi perusahaan yang berskala kecil yang hanya memiliki beberapa karyawan, penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada karyawannya tersebut. Namun lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan karyawan, penyampaian informasi kepada mereka meruapakan suatu pekerjaan yang cukup rumit. Sistem komunikasi yang dianut oleh perusahaan dalam menjalankan arus komunikasi tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut.

Pengertian

sistem

adalah

sebagai

suatu

keseluruhan

komponen/bagian yang saling berinteraksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien. Sistem komunikasi yang dianut oleh organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Berdasarkan hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanismen koordinasi. Menurut Purwanto (2006 : 5) ada beberapa bentuk komunikasi yang lazim digunakan yaitu : 1.

Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal meruapakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis kepada pihak lain baik secara tertulis (written) maupun lisan (oral). Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Melalui komunikasi secara lisan atau tulisan, diharapkan

orang dapat

memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melaluii tulisan dan lisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca atau mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan benar. Orang secara umum, untuk mengirimkan pesan-pesan lebih senang berbicara (speaking) daripada menulis (writing) suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis (efisien) dan cepat

dalam

menyampaikan

pesan-pesan

bisnis.

Meskipun

demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tulisan tidak penting, karena tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mendengar dan memahami yang relatif lemah atau kurang baik dari masing-masing orang. Sedangkan untuk menerima pesan-pesan bisnis, seseorang dapat menggunakan pendengaran dan bacaan. Seseorang sering mengalami kesulitan dalam mengambil pesanpesan penting dari suatu bacaan. Meskipun mendengar dan membaca

adalah

hal

yang

berbeda,

pendekatan yang serupa. 2.

Komunikasi Nonverbal

keduanya

memerlukan

Komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari. Sebagai contoh, seseorang akan mengalami kesulitan bila menyuruh orang lain-dengan menggunakan bahasa nonverbal-untuk mengambil buku kerja di suatu tempat yang di dalamnya terdapat berbagai buku yang warna maupun judulnya bermacam-macam. Disamping itu, proses belajar yang dialami seseorang untuk dapat melakukan perilaku nonverbal juga sulit dijelaskan. Jenis komunikasi nonverbal adalah gerak isyarat-isyarat tertentu, komunikasi ini lebih bersifat spontan misalnya seseorang yang mondar-mandir tanpa tujuan yang pasti karena pikirannya sedang kacau. Komunikasi nonverbal memiliki kebaikan yaitu kesahihannya (realibilitas). Dalam hal ini dikaitkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata daripada menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang lebih spontan. Komunikasi non verbal penting artinya bagi pengrim dan penerima karena sifatnya yang lebih efisien, suatu pesan nonverbal dapat disampaikan tanpa harus berpikir panjang dan pihak pendengar yang dapat mendengar artinya dengan cepat. Beberapa saluran komunikasi dalam suatu perusahaan atau organisasi menurut Purwanto (2006 : 40) yaitu :

1. Komunikasi dari Atas ke Bawah Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bahwa melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan

informasi,

mengarahkan,

mengkoordinasikan,

memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Komunikasi dari atas ke bawah tersebut dapat berbentuk lisan (oral communications) Komunikasi

maupun

secara

lisan

tertulis dapat

(written berupa

communications). percakapan

biasa,

wawancara formal atau dapat juga dalam bentuk pertemuan/diskusi kelompok. Komunikasi secara tertulis dapat berbentuk memo, laporan atau dokumen lainnya, bulletin, atau surat keputusan. Salah satu kelemahan saluran komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang ditujukan kepara bawahannya. Dengan kata lain, informasi yang diterima para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya. 2. Komunikasi dari Bawah ke Atas Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) adalah alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ka atas (manajer), Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal

dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang lebih tinggi, yaitu ke bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke manajer umum. Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas. Para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya terhadap para bahwannya untuk mencapai keberhasilan saluran komunikasi ini. Kalau tidak, informasi sebagus apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat baginya, karena yang muncul hanya rasa curiga atau ketidapercayaan terhadap informasi tersebut. 3. Komunikasi Lateral atau Horizontal Komunikasi horizontal (horizontal communications), atau sering disebut juga dengan istilah komunikasi lateral, adalh komunikasi yang

terjadi

antara

bagian-bagian

yang

memiliki

posisi

sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi ini antara

lain

untuk

melakukan

persuasi,

mempengaruhi,

dan

memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. 4. Komunikasi Diagonal

Komunikasi

diagonal

(diagonal

communications)

merupakan

komunikasi secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staff, yaitu bahwa hubungan-hubungan yang ada antara personalia lini dan staff dapat berbeda-beda, yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula. E. Kaitan teori motivasi kerja dengan penelitian-penelitian terdahulu 1.

Putra, R,A. 2017. Strategi Komunikasi Divisi Safety dalam Meningkatkan Kesadaran Keselematan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) di PT. Meranti Nusa Bahari Balikpapan. Jurnal ilmu komunikasi Universitas Mulawarman Volume 5, Nomor 1, 2017: 74-85. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang

digunakan divisi safety PT Meranti Nusa Bahari Balikpapan dalam meningkatkan

kesadaran

keselamatan

kesehatan

kerja

dan

lingkungan (K3L). dengan cara menggunakan media komunikasi seperti seminar keselamatan kesehatan kerja (K3), pemanfaatan media (buku saku, spanduk, poster), serta Training keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dalam aspek keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Meranti Nusa Bahari, divisi Safety memiliki fungsi sebagai penyedia informasi bagi seluruh karyawan. Adapun hasil penelitian sebagai berikut : a) Message (Pesan) Pesan yang ingin disampaikan oleh Divisi Safety kepada seluruh karyawan PT. Meranti Nusa Bahari adalah pesan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting untuk dilaksanakan agar seluruh karyawan yang bekerja di area kerja perusahaan dapat

terhindar dari resiko yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. b) Channel (Media) Saluran atau media yang digunakan oleh Divisi Safety dalam meningkatkan kesadaran keselamatan, dan kesehatan kerja karyawan adalah dengan Seminar, Training, Spanduk, Buku Saku. c) Receiver (Penerima) Dalam proses ini, yang menjadi sasaran komunikasi dari Divisi Safety adalah seluruh karyawan yang bekerja di PT. Meranti Nusa Bahari dikarenakan kondisi pekerjaan karyawan yang banyak mengandung unsur bahaya. d) Perencanaan Strategi Perencanaan merupakan bagian awal dari terbentuknya suatu strategi. Perencanaan

merupakan

proses

dimana

manajemen

merumuskan suatu tujuan dan bagaimana cara untuk dapat mencapainya.

Seperti

dalam

teori

komunikasi,

dalam

komponen Sumber (Source) disini adalah Divisi Safety. Dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja Divisi Safety

merupakan

bagian

dari

struktur

organisasi

perusahaan yang bertanggung jawab dalam program-program Keselamatan memikirkan

dan

Kesehatan

bagaimana

Kerja.

strateginya

Divisi agar

Safety

program

juga yang

disajikan dapat menumbuhkan kesadaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan dan ini sama dengan teori S-M-C-R yang dimana unsur Penerima (Receiver) adalah seluruh karyawan PT. Meranti Nusa Bahari. e) Implementasi Strategi Pada tahap ini, Divisi Safety melaksanakan serta melakukan pengawasan direncanakan

terhadap

program-program

sebelumnya. Hal

ini

sesuai

yang

telah

dengan

teori

komunikasi yang mengatakan semua komunikasi itu bersifat dua arah dengan aliran informasi yang lancar. Sama halnya dengan program keselamatan dan kesehatan kerja, yang dimana Divisi Safety dan seluruh karyawan melakukan komunikasi dua arah. Divisi Safety mengintruksikan karyawan yang bekerja di area galangan untuk selalu

mengutamakan

aspek

keselamatan

kerja

dalam

melaksanakan pekerjaan. f)

Evaluasi Strategi Evaluasi program

dilakukan

keselamatan

untuk dan

menilai

efektivitas

kesehatan

kerja

program

yang

telah

dilaksanakan. 2.

Ardiansyah, D,O. 2016. Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan dengan Mediasi oleh Kepuasan Kerja. (Studi pada Bagian Produksi Pabrik kertas PT. Setia Kawan Makmur Sejahtera Tulungagung). Jurnal pasca sarjana fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Brawijaya Volume 3, Nomor 1, Januari 2016. Tujuan

penelitian

ini

adalah

:

untuk

mengetahui

dan

menganalisis pengaruh komunikasi terhadap kepuasan kerja karyawan,

untuk

mengetahui

dan

menganalisis

pengaruh

komunikasi terhadap kinerja karyawan, untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja karyawan memidiasi komunikasi dan kinerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan adalah : a) Komunikasi dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan PT. Pabrik kertas Setia Kawan Makmur Sejahtera Tulungagung. Hubungan baik antara atasan dan bawahan adanya umpan balik iklim komunikasi yang mendukung serta perspektif organisasi yang terarah dapat menambah kepuasan kerja karyawan yang lebih optimal.

b) Komunikasi dapat meningkatkan kinerja karyawan PT. Pabrik Kertas Setia Kawan Makmur Sejahtera Tulungagung, bila komunikasi efektif dapat terwujud maka produtivitas akan semakin tinggi. 3.

Dalam

memeriksa

literatur

penelitian

tentang

kesehatan dan keselamatan kerja (K3), makalah ini berpendapat bahwa Pertumbuhan jumlah spesialis di OHS telah menghasilkan penekanan pada kebijakan dan praktik lebih banyak masalah skolastik yang sebelumnya ditangani oleh akademisi dalam disiplin ilmu psikologi dan sosiologi. Sebuah hiatus telah terjadi, dan ini dibuktikan dengan tidak adanya studi umum dalam manajemen, walaupun OHS semakin dipandang sebagai kunci perhatian operasional dan strategis dari organisasi bisnis. Penulis meminta OHS ditempatkan dengan tegas pada agenda penelitian para ilmuwan manajemen, dan menganjurkan kebutuhan untuk lebih besar pengembangan konseptual, studi empiris dan refleksi teoritis untuk melengkapi pragmatis yang ada keprihatinan spesialis OHS. Dalam ulasan ini, kontribusi psikologi, sosiologi, hubungan industrial dan studi manajemen dinilai, dan lima kategori literatur OHS spesialis dianalisis, yaitu: bersifat menentukan; manajemen K3 yang sistematis; berbasis kesuksesan; kesalahan dan berbasis bencana;

dan

budaya,

iklim

dan

studi

reliabilitas

tinggi.

Keterbatasan konseptual dan metodologis dari fokus spesialis ini dibahas, dan peluang penelitian masa depan disorot, dimana penulis berpendapat bahwa para ilmuwan manajemen merangkul berbagai pendekatan metodologis. Penulis menganjurkan nilai studi kasus yang diperluas yang memeriksa OHS dalam konteks dan lama kelamaan di tempat kerja tertentu. Masih ada cukup banyak ruang lingkup untuk mengembangkan bidang ini lebih jauh dan, sebagai kesimpulan, perhatian khusus tertarik pada nilai Mengolah

pendekatan kontekstual untuk memahami manajemen K3 dalam organisasi.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Komunikasi

berperan

penting

dalam

memperlancar

kegiatan

perusahaan, hal ini dapat terlihat dari beberapa hal berikut : 1.

Dengan komunikasi fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai.

2.

Meningkatkan gairah dan motivasi kerja.

3.

Dengan

menggunakan

komunikasi

sebagai

alat

koordinasi dan pengendalian para pimpinan dapat mengetahui keadaan dari bidang yang menjadi tugasnya 4.

Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan atasan, bawahan dengan bawahan, dan antar atasan karena pengawasan yang jelas dan mantap.

5.

Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

Penerapan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PT Meranti Nusa Bahari tidak lepas dari komunikasi antara divisi Safety dengan karyawannya. Sebelum melaksanakan kerja, divisi Safety melakukan briefing dengan seluruh karyawan. Komunikasi dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan PT. Pabrik kertas Setia Kawan Makmur Sejahtera Tulungagung. Hubungan baik

antara atasan dan bawahan adanya umpan balik iklim komunikasi yang mendukung serta perspektif organisasi yang terarah dapat menambah kepuasan kerja karyawan yang lebih optimal. B. Saran 1. Hendaknya untuk penelitian yang dilakukan di PT. Meranti Nusa Bahari memanfaatkan media lain seperti bulletin atau majalah internal guna memaksimalkan proses komunikasi dalam aspek keselamatan dan kesehatan kerja 2.

Karyawan diharapkan untuk lebih memperhatikan dan mematuhi lambanglambang keselamatan dan kesehatan kerja yang ada pada rambu peringatan atau poster-poster di area kerja

DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, Dimas, O. 2016. Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan dengan Mediasi oleh Kepuasan Kerja.(Studi pada Bagian Produksi Pabrik kertas PT. Setia Kawan Makmur Sejahtera Tulungagung). Jurnal pasca sarjana fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Brawijaya Volume 3, Nomor 1, Januari 2016. Purwanto, Djoko, 2006, Komunikasi Bisnis, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta Putra, R,A. 2017. Strategi Komunikasi Divisi Safety dalam Meningkatkan Kesadaran Keselematan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) di PT. Meranti Nusa Bahari Balikpapan. Jurnal ilmu komunikasi Universitas Mulawarman Volume 5, Nomor 1, 2017: 74-85. Widjaja, H.A.W, 2000, Ilmu Komunikasi, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Gramedia Widiasarana, Jakarta.

Related Documents


More Documents from "laily_lele"