Konsep Kebutuhan Aktivitas

  • Uploaded by: venty
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Kebutuhan Aktivitas as PDF for free.

More details

  • Words: 1,787
  • Pages: 46
Loading documents preview...
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS

Definisi • Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. • Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas : Tulang Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu: • fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, • fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setip saat sesuai kebutuhan, • fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, • fungsi pelindung organ-organ dalam.

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas : Otot & Tendon Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas : Ligamen Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen bersifat elastis sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas : Sistem Saraf Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan

Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas : Sendi Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

Aktivitas dan fungsinya pada manusia • Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya

Jenis-jenis Mobilisasi • Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

Jenis-jenis Mobilisasi • Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalamai moblitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan control motorik dan sensorik.

Jenis-jenis Mobilisasi • Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.

Jenis-jenis Mobilisasi • Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

Faktor yang mempengaruhi aktivitas • Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari. • Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.

• Budaya, sebagai contoh orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas. • Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup. • Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang

Imobilisasi • Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.

Jenis Imobilisasi • Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.

Jenis Imobilisasi • Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.

Jenis Imobilisasi • Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.

Jenis Imobilisasi • Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

Dampak Imobilisasi • • • • • • • • •

perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fugsi gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), perubahan perilaku.

Bentuk gangguan aktivitas • Gangguan mobilitas fisik Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak dapat beradaptasi terhadap peningkatan kebutuhan energy karena pergerakannya. Gangguan mobilitas fisik, pasien dapat bergerak dengan bebas apabila tidak ada gangguan/ batasan pada pergerakannya.

Bentuk gangguan aktivitas • Deficit perawatan diri Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak mampu bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup. Tergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitasnya. Pasien mungkin membunyai diagnosa deficit perawatan diri karena intoleransi aktivitasnya.

Bentuk gangguan aktivitas • Koping individu tidak efektif Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak mampu bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup. pasien tidak dapat berpartisipasi dalam perawatan atau perannya karena mereka merasa kurang motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan.

Bentuk gangguan aktivitas • Kelelahan Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah melakukan aktivitas pasien langsung merasa lelah, pasien merasa lemas dan lelah karena penyakitnya.

Pengkajian kemampuan aktivitas pasien:  Anamnesis riwayat kesehatan  Pemeriksaan fisik (termasuk pengukuran kemampuan ROM, kekuatan otot)

Riwayat Keperawatan Sekarang • Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

Riwayat Keperawatan Penyakit yang pernah Diderita • Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis

Kemampuan fungsi motorik • Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri dan untuk menlai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.

Kemampuan Mobilitas • Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

Kategori tingkat kemampuan aktivitas Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori Tingkat 0

Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1

Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan. Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.

Kemampuan Rentang Gerak • Pengkajian Rentang gerak (Range Of MotionROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki

Gerak Sendi

Derajat Rentang Normal

Bahu Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak 180 tangan menghadap ke posisi yang paling jauh. Siku Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu.

150 80-90

Pergelangan Tangan Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah. Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi.

80-90

Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin

70-90

Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika tangan menghadap ke atas.

0-20

Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kearah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas.

30-50

Gerak Sendi

Derajat Rentang Normal

Tangan dan Jari

Fleksi: Buat Kepalan Tangan Ekstensi: Luruskan Jari Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin Abduksi: Kembangkan jari tangan Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi.

90 90

30 20 20

Perubahan Intoleransi Aktivitas • Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi

Pengkajian Kekuatan Otot

Diagnosis keperawatan • Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-lain. • Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas • Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia • Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot

• Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot • Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru • Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi • Gangguan eliminasi akibat imobilitas • Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik

• Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik • Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan (anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik usus. • Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan (intake) • Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas • Gangguan konsep diri akibat imobilitas

Rencana Keperawatan Pada Gangguan Aktivitas Tujuan: • Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas tinggi • Meningkatkan fungsi kardiovaskuler • Meningkatkan fungsi respirasi • Meningkatkan fungsi gastrointestinal • Meningkatkan fungsi system perkemihan • Memperbaiki gangguan psikologis

Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien • Posisi sim Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).

• Posisi fowler Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

• Posisi Litotomy Adalah posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi

• Posisi Trendelenburg Adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

• Posisi Dorsal Recumbent Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia setelah proses persalinan.

• Posisi Genu Pectoral Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

Tindakan keperawatan pada gangguan aktivitas:  Menerima pasien baru  Mentransportasi pasien  Memposisikan pasien: fowler, semi fowler, lithotomy, dorsal recumbent, slims, tredelenberg, supine, prone, miring kanan kiri  Melatih berjalan  Melatih menggunakan alat bantu berjalan: kruk, tripot, kursi roda  Memandikan pasien diatas tempat tidur  Merawat gigi dan mulut, menyikat gigi, merawat mulut pasien tidak sadar  Mengganti pakaian pasien diatas tempat tidur  Mencuci rambut  Menyisir rambut

Related Documents


More Documents from "Edwin Darmawan"

Konsep Kebutuhan Aktivitas
February 2021 3