Loading documents preview...
Konsep Kota Sehat a. Pengertian Kota Sehat Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa, tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. (PB MenDaGri dan MenKes, 2005) Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa
oleh
WHO
pada
tahun
1980-an
sebagai
strategi
menyongsong Ottawa-Charter. Ditekankan bahwa kesehatan dapat dicapai dan berkelanjutan apabila sernua aspek, yaitu sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya diperhatikan. Penekanan tidak cukup pada pelayanan kesehatan, tetapi kepada seluruh aspek yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun rohani. b. Konsep Kota Sehat Jika merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan
Menteri
Kesehatan
tentang
Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat, healthy city didefinisikan sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. WHO (1997) mendefinisikan terdapat sebelas komponen kota sehat yang berkualitas yaitu lingkungan fisik yang aman dan bersih; ekosistem yang stabil; dukungan masyarakat yang kuat dan tidak eksploitatif; partispasi
dan
kontrol
masyarakat
yang
kuat;
pemenuhan
kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal dan pekerjaan yang aman; akses untuk mendapatkan fasilitas dan pengalaman serta interaksi dan komunikasi dengan masyarakat
luas; ekonomi perkotaan yang innovatif; mendorong interkoneksitas dari berbagai aspek budaya dan keturunan dengan berbagai individu dan kelompok; rukun terhadap berbagai karakteristik masyarakat; ketersediaan akses pelayanan kesehatan dengan masalah kesehatan masyarakat dan terakhir adalah status kesehatan yang tinggi. WHO (1997), lebih lanjut mengungkapkan bahwa terdapat enam karakteristik yang dimiliki oleh healthy city project yaitu komitmen terhadap kesehatan; membutuhkan keputusan politik untuk kesehatan masyarakat; tindakan dan aksi yang bersifat intersektoral; partisipasi masyarakat; inovasi dan outcomenya adalah kebijakan publik yang sehat. Jika merujuk pada dua definisi dan karakteristik healthy city tersebut, maka dapat dipahami bahwa pertama, healthy city adalah kota yang bersih secara fisik, aman dan nyaman untuk dihuni oleh masyarakat. Kedua, healthy city dapat dimulai dari beberapa tatanan (setting) misalnya sekolah sehat,perkantoran sehat, rumah sakit sehat, pulau sehat sebagai pilot project. Ketiga, konsep healthy city menekankan pada keterlibatan pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep healthy city adalah gerakan yang dilakukan oleh semua komponen masyarakat, sektor pemerintah dan
swasta
dan
pemerintah
lokal
yang
bertujuan
untuk
mewujudkan kebijakan publik yang sehat (healthy public policy). c. Model Kota Sehat Model-model yang
dapat
dikembangkan
sebagai
syarat
pembangunan kota sehat dikelompokkan atas beberapa model sebagai berikut (Sunarsi, 2010): 1. Lingkungan yang sehat - Mendorong terciptanya udara yang segar dan bersih sehingga angka kesakitan dan kematian karena penyakit saluran pernafasan dapat dikurangi. - Meningkatkan kualitas air sungai yang bersih sesuai dengan peruntukkannya.
- Meyediakan air bersih termasuk yang layak minum sehingga kebutuhan air minum yang bersih dan aman dapat dinikmati penduduk dan penyakit saluran percernaan seperti thypoid dan diare dapat dicegah. - Pengelolaan sampah terpadu
sehingga
sampai
pada
pembuangan dapat didayagunakan, tidak menimbulkan banjir dan menjadi tempat perkembangbiakkan vektor penyakit. - Pengadaan dan penataan lingkungan perumahan dan pemukiman yang sehat sehingga kejadian stress, penyakit saluran napas, diaree dan kejadian kecelakaan serta penyakit lainnya dapat dihindari dan dikurangi. - Pembenahan dan peningkatan pengelolaan drainase kota yang dapat mengurangi bahaya terjadinya banjir dan penggenangan air serta tempat perkembangbiakkan verkot penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat. 2. Sarana dan Prasarana Kota yang Sehat dan Aman - Penataan ruang kota yang serasi sehingga tersedia ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat bermain dan tercapai keserasian antara bangunan, penghuni dan lingkungan hidup serta tempat kerja yang dapat memberikan rasa nyaman, aman dan sehat. - Terpenuhinya tempat-tempat umum dimana masyarakat dapat menikmati palayanan umum secara nyaman, aman dan
terhindar
pengunjungnya. - Penataan dan
dari
penularan
pengelolaan
penyakit pasar
bagi
serta
para
fasilitas
pendukungnya secara baik dan benar sehingga pasar tidak menjadi tempat perkembangbiakkan vektor, sumber sampah dan kerawanan sosial lainnya serta nyaman dikunjungi oleh orang yang membutuhkan. - Penataan sektor lingkungan informal (padagang kaki lima, pedagang asongan, indistri rumah tangga) secara tertib, berdaya guna dan berhasil guna sehingga memberikan prospek yang baik sekaligus tidak mencemari lingkungan
dan membahayakan pedagang dan orang yang ada di sekitarnya. - Pangadaan
dan
peningkatan
kualitas
dan
kuantitas
transportasi perkotaan yang memadai sehingga kecalakaan, stress yang terjadi akibat buruknya transportasi dapat dikurangi dan jarak tempuh kendaraan dapat ditingkatkan dan teratasinya kemacetan lalu lintas. 3. Perilaku hidup yang sehat - Meniadakan perilaku tidak sehat (merokok, minuman keras, ketergantungan obat) di wilayah tersebut. - Peningkatan upaya kesehatan mental sehingga maslaah kesehatan
mental
yang
cenderung
meningkat
dapat
dikurangi melalui upaya pencegahan, penanggulangan dan upaya promotif untuk meningkatkan katahanan mental penduduk. - Pengurangan angka kejadian kekerasan serta kriminalitas sehingga produktivitas kerja dan kehidupan yang nyaman, aman dan tentram dapat dinikmati oleh penduduk. - Meningkatkan kepekaan dan upaya masyarakat didalam penegakan keadilan dan hak azazi manusia. - Penyiapan masyarakat dan aparat untuk mencegah dan mengantisipasi rawan pangan dan terjaminnya kebutuhan gizi menimal secara berkesinambungan. 4. Kehidupan sosial yang sehat - Menanggulangi dan membina anak jalanan agar memiliki masa depan yang lebih baik. - Adanya jaminan pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara sesuai dengan pilihannya dan keikutsertaan dalam pendanaan dalam bentuk jaminan pelayanan kesehatan masyarakat. - Tersedianya sarana perkantoran dan perdagangan yang sehat yang dapat dinikmati oleh masyarakat. - Setiap warga dapat mencari kehidupannya secara aman. Bayi dan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Disamping itu orang tua dapat menikmati hari tua
dengan fasilitas yang tersedia dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan usia tua yang berdaya guna. - Adanya fasilitas untuk keperluan ibadah dan sosial yang kondusif untuk semua pemeluk agama dan kepercayaan. 5. Kawasan industri yang sehat - Adanya komitmen pengelola industri dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan lingkungan pemukiman tidak saja sehat bagi pekerja tetapi tidak mencemari lingkungan pemukiman. - Peningkatan keadaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melalui antara
lain
penertiban dan pengadaan serta
penggunaan sarana dan prasarana pendukung K3 sehingga kejadian kecelakaan dan kematian akibat kecelakaan kerja dapat dikurangi dan tercapai keamanan tempat kerja bagi para pekerja. 6. Lingkungan atau Kawasan pariwisata yang sehat - Tersedianya informasi yang cukup tentang kesehatan dan pariwisata. - Tersedianya akomodasi dan sarana untuk makan dan minum yang nyaman, aman dan sehat di kawasan wisata. - Tersedianya objek wisata yang aman, nyaman dan sehat dan memberi kesan kenangan khusus. - Tersedianya palayanan kesehatan sesuai dengan jenis dan kebutuhan yang diinginkan oleh wisatawan. - Adanya dukungan prasarana dasar (air, listrik, telephone, sarana sanitasi pariwisata, pengolahan air limbah yang cukup dan memenuhi kualitas). - Adanya sarana penunjuang yang bersih, tertib, dan tidak menimbulkan pencemaran, seperti tempat belanja, souvenir, tempat ibadah dan lain-lain. - Adanya sarana angkutan
dari
dan
menuju
kawasan
pariwisata yang aman, nyaman dan sehat. 7. Pengembangan pendidikan yang berwawasan kesehatan - Penyediaan, pengelolaan dan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan (mulai dari taman kanan-kanan, sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi) yang memnuhi syarat kesehatan.
- Penataan lingkungan sekolah dan pembinaan perilaku murid dan keluarga yang sehat antara lain melalui kegiatan UKS. d. Ciri-ciri Kota Sehat Adapaun ciri-ciri Kabupaten/Kota Sehat Adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi 2. Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat, sedangkan pemerintah sebagai fasilitator 3. Mengutamakan pendekatan proses daripada target, tidak mempunyai batas waktu, berkembang sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat yang dicapai secara bertahap. 4. Penyelenggaraan kegiatan didasarkan kesepakatan
dari
masyarakat (Toma, LSM setempat) bersama Pemkab 5. Pendekatannya juga merupakan master plan Kota. 6. Pemkab merupakan partner kunci yang melaksanakan kegiatan 7. Kegiatan tersebut dicapai melalui proses dan komitmen pimpinan daerah, kegiatan inovatif dari berbagai sektor yang dilakukan melalui partisipasi masyarakat dan kerjasama 8. Dalam pelaksanaan kegiatan harus terintegrasi kondisi fisik, ekonomi, dan budaya setempat e. Program Kota Sehat Secara umum, pengertian
kota
sehat
adalah
suatu
pendekatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya dan produktivitas serta perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Konsep kota sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai kondisi kota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat
bagi
warganya
melalui
upaya
peningkatan
kualitas
lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah. Kota
sehat
merupakan
gerakan
untuk
mendorong
inisiatif
masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat. Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi dan pedoman umum.
Sektor-sektor
di
propinsi
berperan
didalam
mengembangkan petunjuk teknis dan standar yang sesuai dengan daerah. Pelaksanaan kegiatan diserahkan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat melalui Forum dan Kelompok Kerja (Pokja)
Kota Sehat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat di kota tersebut. (Kingkungan, 2009). Program pendukung Kota Sehat, yaitu : a. Program Bangun Praja Dalam rangka peningkatan
kapasitas
pengelolaan
lingkungan hidup di daerah, Kementrian Lingkungan Hidup berupaya merumuskan dan melaksanakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan lingkungan hidup yang baik (Good Environmental GovernanceGEG). Sasaran dari program Bangun Praja adalah terwujudnya pemerintahan yang baik (GG) dan lingkungan yang baik (good environment). Strategi yang diterpakan dalam pelaksanaan program Bangun Praja adalah: (1) menciptakan motivasi bagi Pemda melalui pemberian insentif, antara lain berupa penghargaan maupun bantuan lainnya; (2) menciptakan kompetisi antar daerah/kota; (3) menerapkan pendekatan "Local Specific" karena setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing. b. Program ADIPURA Program ADIPURA bertujuan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah (kabupaten dan kota) dalam pengelolaan lingkungan,
khususnya
lingkungan
perkotaan,
guna
mewujudkan kota yang bersih dan teduh (Clean and Green Cities). Dengan menggunakan pedoman, kriteria, dan indikator yang disusun, Kementrian Lingkungan Hidup bersama dengan Pemerintah propinsi melakukan monitoring dan evaluasi kondisi fisik lingkungan perkotaan sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun. Sementara, evaluasi non fisik dilakukan 1 kali dalam setahun. c. Program Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award Tujuan dari Program IMP Award ini lebih mengarah kepada peningkatan kapasitas dan manajemen Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu untuk
mendorong adanya perubahan kebijakan publik dan institusi pemerintah. Dalam membuat suatu penyelenggaraan progam Kota Sehat, ada beberapa Tahapan yang diperlukan, yaitu ; 1. Komitmen terhadap kesehatan - Kesehatan bersifat holistik dengan unsur fisik, kejiwaan, sosial, dan agama. - Kesehatan bisa ditingkatkan lewat kerjasama individu dan kelompok asal peyuluhan kesehatan serta pencegahan penyakit menjadi prioritas. 2. Proses pengambilan keputusan untuk kesehatan masyarakat - Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas perumahan, lingkungan, pendidikan, dan pelayanan umum sangat penting dalam menunjang kesehatan. - Keputusan yang diambil di tingkat daerah hendaknya menunjang kesehatan. 3. Kegiatan intersektoral - Program yang melibatkan semua unsur yang mempengaruhi faktor penentu kesehatan (determinants of health), termasuk sektor usaha, pemerintah daerah, lembaga lain; - Tingkah laku/kegiatan individu dan lembaga di luar sektor kesehatan diubah supaya menyumbang terhadap lingkungan kota yang sehat. - Masyarakat umum memainkan peranan aktif - Masyarakat dapat mempengaruhi keputusan/kegiatan pemerintah daerah. - Penyuluhan kesehatan yang mengubah pandangan, sikap, dan pilihan masyarakat dalam hal yang menyangkut kesehatan,
cara
hidup,
dan
penggunaan
pelayanan
kesehatan. 4. Cara baru dalam pemikiran dan metode - Berhasilnya sebuah program Kota Sehat tergantung pada adanya kesempatan untuk berinovasi. - Menyebarkan pengetahuan tentang
metode
baru,
mendorong pemikiran baru, dan menghargai keberhasilan kebijakan dan program yang inovatif. f. Indikator Kota Sehat
Untuk mengukur kemajuan kegiatan pada setiap tatanan yang dipilih dalam masyarakat dibutuhkan indikator. Indikator tersebut merupakan alat bagi semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah dilakukan dan menjadi tolak ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. Setiap daerah dapat memilih, menetapkan
dan
melaksanakan kegiatan sesuaitor terkait. Besar idengan kondisi dan kemampuan mereka untuk memenuhi indikator tersebut. Dengan demikian indikator yang dimuat dalam pedoman ini merupakan daftar yang dapat dipilih oleh forum bersama-sam dengan Pemerintah Daerah dan sektor terkait. Besar indikator yang hendak dicapai oleh masing-masing Kabupaten/Kota di provinsi yang bersangkutan. Penilaian terhadap indikator adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau pencapaian kegiatan dari segi jangkauan dan output. Sumber data untuk menilai keberhasilan ini adalah daftar masalah yang dapat diatasi dari daftar yang disusun dalam lokakarya perncanaan. Untuk penetapan pemilihan indikator agar memperhatikan hal sebagai berikut : 1. Setiap daerah dapat memilih, menetapkan indikator sesuai dengan
kegiatan,
kondisi
dan
kemampuannya,
dan
kesepakatan bersama dengan pemerintah daerah. Setiap tahun sasaran indikator dan sasaran berkembang sesuai kondisi yang ada. 2. Forum bersama Pemerintah Daerah dapat memilih besaran indikator yang sesuai dengan kapasitasnya. 3. Pencapaian pendekatan Pemerintah/Kota Sehat tergantung dari kemampuan dari masing-masing daerah. 4. Indikator proses adalah cara mengukur seberapa jauh langkahlangkah Kabupaten/Kota Sehat sudah dilaksanakan di masingmasing daerah : - Dukungan pemerintah daerah dalam membentuk kebijakan, perda, penerapan dan pelibatan masyarakat.
- Aktifitas
kelembagaan
yang
ada,
yaitu
Forum
Kabupaten/Kota Sehat, ForumKomunikasi Desa/Kelurahan Sehat, Pokja dan Tim Pembina. 5. Indikator output adalah pencapaian sasaran kegiatan yang telah disepakati masyarakat. 6. Indikator gerakan masyarakat antara lain ditunjukan dengan adanya program percontohan ; dana berputar, keterlibatan forum dan masyarakat rehadap program yang dilaksanakan sektor ; adanya kegiatan penyuluahn rutin/penyebarluasan informasi melalui media massa/pembuatan media/workshop, dan lain-lain. Forum juga dapat menyampaikan konsep pemecahan masalah kepada Pemerintah Daerah/sektor tentang program yang disepakati. Daftar Pustaka Peraturan Beersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005. (http://danamonpeduli.or.id/wp-content/uploads/2011/05/PBM-KEMDAGRIKEMKES-2005.pdf. diakses pada tanggal 27 April 2016) World Health Organization (WHO). 1997. Twenty Steps for Developing a Healthy
Cities
Project.
http://www.who.int/csr/don/archive/year/1997/en/index.html diakses pada tanggal 27 April 2016). Sunarsih, Elvi. 2010. Kesehatan Lingkungan Pemukiman Perkotaan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.