Kritologi, Soteriologi, Ekklesiologi Paulus

  • Uploaded by: paulus yossepratama
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kritologi, Soteriologi, Ekklesiologi Paulus as PDF for free.

More details

  • Words: 1,259
  • Pages: 4
Loading documents preview...
Oleh Paulus Yosse Pratama (176114046) TESIS 5: Yesus Kristus adalah Adam yang baru, dia ada sebelum segala sesuatu dijadikan dan datang ke dunia untuk menebus dosa manusia. A. Arti Kristus menurut Paulus Setelah Paulus mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bangkit dalam peristiwa Damsyik, Kristus punya arti bagi dirinya. Perjumpaan itu mengubah sudut pandang Paulus tentang Yesus yang mati di salib. Bangsa Yahudi memiliki pemahaman bahwa orang yang di salib dianggap kena kutukan (bdk, Ul 21:23). Paulus juga memahami hal itu, maka ia membenci para pengikut Yesus. Setelah perjumpaan dengan Yesus yang bangkit, yang disebutnya sebagai Kristus (Kis 9:22), pemahamannya akan salib dan Yesus sendiri jadi berbeda. Dia pernah menganggap bahwa salib bagi orang Yahudi adalah batu sandungan (1 Kor 1:22), bagi orang Yunani adalah kebodohan. Setelah peristiwa Damsyik, salib dianggap sebagai kekuatan dan khikmat Allah (1 Kor 1:24). Bagi Paulus, Kristus adalah nama diri yang mana ia sering menyatakan Yesus Kristus atau Kristus Yesus. Kristus adalah nama yang berlatarbelakang Yahudi. Mesias berasal dari kata kerja masyah yang berarti mengurapi.1 Kristus (Christos), dalam bahasa Yunani mentransliterasikan kata Mesiah dalam Perjanjian Lama. Dalam paper ini, Kristus berarti Adam Baru (bdk, 1 Kor 15:22.45; Rom 5:12-21). Adam yang pertama telah tidak taat karena berusaha mengambil kesetaraan dengan Allah dan membawa manusia dalam situasi kematian dan dosa. Kristus sebagai Adam Baru telah memberikan hidup lewat pengosongan diri dan ketaatan-Nya. Oleh sebab itu, Allah meninggikan Kristus lebih dari segala sesuatu, bahkan segalanya diserahkan menjadi milik Kristus (bdk, Fil 2:9-11). B. Kenosis Latarbelakang kidung Filipi 2:6-11 yang ditulis oleh Paulus terkait dengan hymne pujian. Kidung ini dikenal sebagai kenosis atau kidung Kristologi. Disebut ‘kidung’, karena teks ini sudah didaraskan oleh jemaat perdana dalam rumusan liturgi mereka. Paulus mungkin mengutip pujian yang dinyanyikan oleh jemaat perdana Palestina. Seperti yang ditunjukkan oleh L.

1

St. Darmawijaya, Pr, Gelar-Gelar Yesus, (Yogyakarta, Kanisius: 1987), halaman 79.

1

Cerfaux, bait ketiga dan keempat (7b dan 9) memiliki pola yang mirip seperti gambaran DeutroYesaya tentang hamba Tuhan yang menderita dan dimuliakan (Yesaya 53).2 Kenosis dalam teks Filipi berarti ‘mengosongkan diri’ (εαυτόν έκένωσεν, 2:7).3 Teks ini mengungkapkan dua makna yakni, pengosongan diri Kristus dan pemuliaan-Nya. Menurut Bart D. Erhman, kidung Filipi dibagi dalam dua bagian: yang pertama bicara mengenai sikap perendahan diri. Bagian yang kedua berbicara mengenai pemuliaan Kristus (Fil 2:8-9).4 Adapun konteks jemaat Filipi adalah lebih mengutamakan hal-hal lahiriah seperti kemegahan. Paulus menyarankan kepada jemaatnya supaya mereka mengikuti teladan Kristus yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai yang harus dipertahankan. Kristus tidak bermegah, tetapi rendah hati. C. Adam Baru Dalam Kidung Filipi, Kristus yang dalam “rupa” Allah (Fil 2:6) diperlawankan dengan Adam yang serupa dan segambar dengan Allah (Kej 1:26), yang justru ingin setara dengan Allah (bdk, Kej 3:5). Kontras dengan Adam, jalan Kristus adalah ‘menurun’ tidak ‘ke atas’ (bdk, 1 Kor 15:45 dan Rom 5:12-21). Kristus selama hidupnya dianggap mewakili manusia.5 Kematian Kristus dianggap mematahkan kuasa dosa dan maut bagi manusia (bdk, Rom 8:3). Dosa manusia adalah ketidaktaatan. D. Pembenaran (Gal 2:15-21)

Kritus sebagai Adam baru terkait juga dengan konsep penebusan Paulus. Penebusan bagi Paulus adalah justification (pembenaran) oleh iman akan Kristus bukan karena hukum Taurat (bdk, Gal 2:16-17. 3:11, Rom 3:20.24.28). Orang Yahudi diselamatkan karena iman Abraham, orang Kristen diselamatkan oleh iman akan Kristus. Taurat hanya sebagai pengawas sebelum Kristus datang (3:24). James Dunn memandang teologi pembenaran Paulus melalui empat aspek yakni, pembenaran karena iman, meneladan Kristus, menerima karunia Roh Kudus dan baptisan

2

J. M. Carmody, Thomas Carson, Joann Cerrito sebagai editor utama, “New Catholic Ensyclopedia Second Editon”,

hal 303. Teresia Kuo-Yu Tsui, “Kenosis in the Letter of Paul to the Philippians: The Way of the Suffering Philipian Community to Salvation”, (Louvain Studies, no 31, 2006) hal, 307. 4 Bart D Ehrman, “How Jesus Became God: The Exaltatio of Jewish Preacher from Galilee”, (USA: Harper Collin Publishers, 2014) hal 135. 5 James D.G. Dunn, The Theology of the Paul Apostle, (Cambridge, U.K, William B. Eerdmans Publishing Company: 1998), 203 3

2

sebagai tanda hidup baru (Rom 6:3-4).6 Pembenaran karena manusia berpartisipasi dalam iman akan Kristus (3:25). . Tesis 3: Gereja memiliki satu pemimpin yaitu Kristus dan banyak anggota, setiap anggota berfungsi berbeda dalam kesatuan dengan seluruh tubuh. (Konsep Eklesiologi Paulus) A. Konsep Eklesiologi Paulus (1 Kor 12:12-31)

Paulus berbicara mengenai teologi tubuh dalam konteks jemaat Korintus yang mengalami masalah percabulan dan kelekatan pada keinginan daging (bdk, 1 Kor 6:12-13). Orang Korintus memahami bahwa dimensi spiritual kehidupan tidak ada kaitannya dengan tubuh. Maka, persoalan moralitas sosial menjadi fokus utama pesan-pesan Paulus. Paulus memandang bahwa orang-orang yang beriman pada Kristus itu seperti kesatuan anggota tubuh (bdk, 1 Kor 12:12). Masing-masing orang menjadi anggota satu sama lain (bdk, Rom 12:5). Paulus memandang bahwa dengan menjadi anggota tubuh Kristus, kita termasuk dalam komunitas yang diselamatkan. Kristus dikatakan sebagai kepala Tubuh itu sendiri. Kristus adalah Kepala Tubuh yang utama karena dia ada sebelum segala sesuatu dan jemaat akan mengalami kepenuhan di dalam Dia (bdk, Ef 1:18-23). Kristus adalah mempelai yang mengasihi isterinya sebagaimana Tubuh-Nya sendiri (bdk, Ef 5:25-28). Maka, konsep mengenai keselamatan atau pembenaran dalam teologi Paulus tidak bisa dipisahkan dari kesatuan kita sebagai anggota Tubuh Kristus. James Dunn berpendapat bahwa terdapat kesinambungan antara baptisan dan Tubuh Kristus dalam teologi partisipasi terhadap hidup Kristus.7 Bagi Paulus, baptisan berarti dosa-dosa manusia dikuburkan yang mana tubuh lama disalibkan dan dibangkitkan dalam hidup baru (bdk, Rom 6:3-4). “Karena dalam satu Roh Kita semua telah dibaptis menjadi satu Tubuh” (1 Kor 12:13). B. Macam-macam Karunia sebagai anggota Satu tubuh banyak anggota menggambarkan satu Kristus dengan banyak murid dan karunia tetapi dengan satu tujuan yakni membangun jemaat. Rasul sendiri adalah dasar pertama Gereja berdiri. Karena Roh, para Rasul memiliki karisma yang berwibawa (bdk, 1 Kor 14). Masing-masing anggota memiliki peran dan karunia roh (kharismata): penyembuhan, pelayanan, berkata hikhmat (8a), pengetahuan (8b). Adapula karunia iman 6 7

James D.G. Dunn, The Theology of the Paul Apostle, hal 332-333. James D.G. Dunn, The Theology of the Paul Apostle, hal 395.

3

(9a) sebagai kemampuan untuk hidup dalam kedalaman kasih dan bertahan dalam kesulitan dan tantangan. Paulus sendiri dikaruniai bahasa Roh (glossolalia) dan mengajar (14:18-19). Roh yang satu adalah yang menggerakkan anggota-anggota Tubuh Kristus untuk saling mengasihi. Bila terjadi penderitaan, semua anggota ikut menderita (12:26). Ada banyak macam karunia Roh: orang-orang yang dikaruniai anugerah untuk menyembuhkan, melayani, memimpin dan berbicara dalam bahasa Roh. Paulus menunjukkan bahwa jalan yang lebih utama adalah dengan melaksanakan kasih (13:1-13). Iman akan hilang kalau kita sudah diselamatkan, begitu pula harapan, maka tinggallah kasih (13:8). Dalam karunia-karunia, kita bertumbuh dalam cinta kasih dan menjadi seperti Kristus sebagai Kepala (bdk, Ef 4:11-16). Di Korintus, jemaat menghadapi persoalan berbahasa lidah yang dianggap sebagai karunia yang utama. Bahasa lidah itu sendiri penggunaannya berasal dari Roh Allah, bukan karena kemampuan diri (14:4). Paulus menyarankan bahwa bahasa Roh tidak dipakai untuk publik, tapi secara pribadi (14:5-25). Kalau bahasa Roh dipakai di ranah publik, harus bermanfaat untuk orang banyak dan ada yang menerjemahkannya (14:3). C. Kesatuan tubuh dalam Ekaristi “Karena roti adalah satu, maka kita yang banyak ini merupakan satu Tubuh: sebab kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1 Kor 10:17; 12:27). Paulus menggunakan teologi Ekaristi untuk menjawab persoalan jemaat (11:23-26) yakni terkait dengan makan dan mabuk-mabukkan. Orang miskin dibiarkan lapar sedangkan yang kaya makan lebih dahulu. Paulus memberi nasihat dengan saling menunggu di saat makan bersama. Kalau lapar, jemaat diharapkan makan terlebih dahulu di rumah. Ekaristi diterima oleh Paulus dari Yesus dan diteruskan pada jemaat (Paralombanoparadidomi). Bagi Paulus, setiap orang harus menguji diri apakah layak atau tidak dalam menerima Tubuh dan Darah Kristus. Sebab bagi Paulus, Ekaristi adalah saat mengingat dan menghadirkan kembali Misteri Paskah Kristus (bdk, 11:26).

4

Related Documents


More Documents from "Daido Tri Sampurna LumbanRaja"