Laporan Akhir Praktikum Bawang Merah

  • Uploaded by: Ivan Fardhianzsyah
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Akhir Praktikum Bawang Merah as PDF for free.

More details

  • Words: 3,485
  • Pages: 20
Loading documents preview...
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Disusun Oleh: Cindy Diah Ayu Fitriana 155040201111043 Agung Prasetiyo 155040207111027 Gina Zahra Anjani 155040207111110 Kelas: AB Kelompok: Bawang Merah Asisten Kelas: Puri Kholifastush sholihah Asisten Lapang: Purnaningtyas Oetari D.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN Komoditas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Kelompok:Bawang Merah Kelas :AB

Disetujui Oleh :

Asisten Kelas

Asisten Lapang,

Puri Kholifatush Sholihah NIM. 145040200111053

Purnaningtyas Oetari D. NIM. 135040200111151

2

3

RINGKASAN

4

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, kesabaran serta kesehatan yang telah diberikan-Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknologi Produksi Tanaman dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman berilmu pengetahuan. Penulis membahas mengenai proses pertumbuhan tanaman bawang merah serta teknologi produksi yang digunakan.Penulis menyadarai bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun guna memberikan hasil yang terbaik bagi isi penulisan laporan ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan dengan lancar, kepada : 1. Para dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman yang telah membimbing kami selama perkuliahan berlangsung. 2. Pihak Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang telah member lahan kepada kami untuk melakukan praktikum. 3. Kakak asisten praktikum yang telah membimbing kami dalam praktikum ruang dan praktikum lapang. 4. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian penulisan laporam ini dengan baik. Laporan ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas praktikum Teknologi Produksi Tanaman demi memberi pendalamanmateri yang telah diberikan.

Malang, 10 November 2016

Penulis

5

DAFTAR ISI

RINGKASAN............................................................................................ iii KATA PENGANTAR.................................................................................. iv DAFTAR ISI.............................................................................................. v 1.PENDAHULUAN.................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.................................................................................1 1.2 Tujuan Praktikum..............................................................................2 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3 2.1 Perkembangan dan Produksi Tanaman Bawang Merah di Indonesia........3 2.2 Tanaman Bawang Merah...................................................................3 2.3 Budidaya Tanaman Bawang Merah......................................................4 2.3.1 Iklim.......................................................................................... 4 2.3.2 Pemilihan Bibit............................................................................4 2.3.3 Pengolahan Tanah......................................................................5 2.3.4 Penanaman dan Pemupukan........................................................6 2.3.4 Pengairan..................................................................................7 2.3.5 Hama dan Penyakit.....................................................................7 2.4 Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Bawang Merah..................10 3. BAHAN DAN METODE.........................................................................11 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14

1

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura yang memiliki peranan unggul di indonesia adalah bawang merah. Komoditas bawang merah masuk dalam kelompok rempah tak bersubtitusi yang sering digunakan sebagai salah satu bumbu dapur (penyedap makananan) serta obat tradisional. Dengan permintaan pasar yangsetiap tahunya meningkat, menjadikan bawang merah sebagai salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani dan potensi bawang merah sebagai penghasil devisa Negara (Iriani, 2013). Meningkatnya permintaan pasar terhadap komoditas bawang merah mengharuskan petani bawang merah menggunakan teknik budidaya produksi yang tepat sehingga produksi bawang merah petani dapat memenuhi permintaan pasar. Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang dibudidayakan di dataran rendah (Moekasan, 2012). Ketinggian 0-900 meter dari permukaan laut merupakan kawasan yang cocok untuk pertumbuhan komoditas

bawang

merah.

Selain

itu

Budidaya

bawang

merah

memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman bawang merah memiliki perkembangan yang baik apabila tumbuh dengan suhu optimum 25-32oC. faktor lain yang menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan budidaya bawang merah adalah pemberian pupuk N,P dan K yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. adanya input pupuk N dan K akan mempengaruhi hasil umbi benih bawang merah (Moekasan, 2012). Untuk menghasilkan bawang merah dengan kualitas yang baik dan produktifitasnya melimpah, maka diperlukan suatu teknik budidaya tanaman yang tepat. Mulai dari pemilihan benih bawang merah, proses penglahan tanah dan penanaman, proses perawatan budidaya bawang merah, proses pengendalian hama dan penyakit serta proses pemanenan dan pasca panen.

2

1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum teknologi produksi tanaman bawang merah adalah untuk mengetahui perbandingan dari hasil produksi bawang merah dengan perlakuan penggunaan pupuk organik cair dengan produksi bawang merah yang tidak diaplikasikan pupuk cair.

3

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan dan Produksi Tanaman Bawang Merah di Indonesia Bawang merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Di indonesia, daerah yang menjadi sentra produksi bawang merah adalah Cirebon, brebes, tegal, kuningan, wates Yogyakarta, Lombok timur dan samosir (Nani sumarni, 2005). Pada tahun 2014 produksi bawang merah di indonesia mencapai 10,22 ton/ha, sedangkan pada tahun 2015 produksi bawang merah mengalami penurunan produksi yaitu 10,06 ton/ha (Statistik, 2015). Padahal pada tahun 2015 luas lahan yang digunakan lebih luas 1.422 ha daripada tahun 2014, namun produktifitas bawang merah mengalami penurunan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil produktifitas bawang merah diperlukan proses budidaya bawang merah yang tepat sehingga mampu meningkatkan hasi produktiftas bawang merah di indonesia. 2.2 Tanaman Bawang Merah Bawang merah adalah jenis tanaman semusim yang memiliki bentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut, tinggi dapat mencapai 15-20 cm dan membentuk rumpun. Akar tanaman bawang merah berbentuk serabut yang memiliki ukuran tidak terlalu panjang. Bentuk daun dari bawang merah seperti pipa, yaitu berbentuk bulat kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang, bagian ujung meruncing dan memiliki warna hijau muda sampai hijau tua serta letak daun bawang merah melekat pada tangkai yang memiliki ukuran relative pendek. Disisi lain, pangkal daun dari bawang merah dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis (Hasanah, 2011). Adapun klasifikasi dari bawang yaitu; tanaman bawang merah termasuk

dalam

kingdom

Plantae,

sub

kingdom

Trachebionta,

Superdivisio Spermatophyta, Divisio Magnoliophyta, Klas Liliopsida, SubKlas Liliidae, Ordo Liliales, Familia Liliacae, Genus Allium dan Spesies Allium Agregatum L. (Borska, Gebarowska, E.wysocka, & Zabel, 2003).

4

Bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetative dan fase generative. Tanaman bawang merah memasuki fase vegetatif setelah berumur 11-35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang disebut fase pembentukan umbi 36-50 hari setelah tanam (HST) dan fase pematangan umbi 51-56 hari setelah tanam (HST) (Nani sumarni, 2005). 2.3 Budidaya Tanaman Bawang Merah 2.3.1 Iklim Tanaman bawang merah lebih mudah tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman bawang merah membutuhkan sinar matahari yang cukup tinggi yaitu minimal 70% penyinaran. suhu udara yang sesuai dengan pertumbuhan bawang merah 25-32 °C dan kelembapan nisbi 50-70 %(Sumarni dan Hidayat, 2005). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian (Wibowo, 1999) yang menyatakan bahwa suhu terbaik untuk penanaman bawang merah yaitu 30°C (Wibowo, 1999). Penanaman bawang merah di indonesia dapat dilakukan di dataran rendah maupun didataran tinggi dengan ketinggian mencapai 1000 mdpl, sedangkan menurut (Sutarya & Grubben, Pedoman Bertanam Sayuran Dataran

Rendah,

2000)

ketinggian

tempat

yang

pertumbuhan dan perkembangan bawang merah yaitu

optimal

untuk

0-450 meter di

atas permukaan laut. Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah (Sumarni & Sumiati, 2005). 2.3.2 Pemilihan Bibit Pemilihan umbi bibit pada bawang merah berasal dari tanaman yang memiliki umur 70-80 hari setelah tanam. Umbi yang digunakan sebagai bibit berukuran sedang yaitu (5-10 g). Menurut (Sutarya & Grubben, Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah, 2000) umbi bibit yang baik memiliki ciri-ciri umbinya segar dan sehat, bernas (padat, tidak

5

keriput), dan memiliki warnna yang cerah. Selain itu, Umbi bibit yang baik bagi benih bawang merah yaitu telah disimpan selama 2-4 bulan sejak panen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi (Sutarya & Grubben, 2000). Sebelum ditanam, kulit bagian luar umbi bibit yang mengering dibersihkan. Umbi bibit yang umur simpanya kurang dari 2 bulan biasanya dilakukan pemotongan ujung umbi kurang lebih ¼ bagian dari seluruh umbi. Tujuanya adalah untuk mempercepat pertumbuhan tunas dari umbi bawang dan merangsang tumbuhnya umbi samping (Hidayat, 2004). 2.3.3 Pengolahan Tanah Tanaman bawang merah baik apabila di tanam di tanah gembur subur dengan drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. PH tanah yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5 hingga 6,5 (Ashari, 1995). Sedangkan, jenis tanah yang paling baik untuk ditanami adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang berpasir atau berdebu mempunyai aerasi yang bagus dan drainase baik. Tanah yang demikian mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu (Wibowo, 1999). Pengolahan tanah pada lahan budidaya bawang merah digunakan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah. Menurut (Hidayat, 2004),Pengolahan tanah pada umumnya digunakan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah dan mengendalikan gulma. Pada lahan kering, tanah di bajak atau dicangkul sedalam 20 cm, kemudian di buat bedengan-bedengan dengan lebar 1,2 meter, tinggi 25 cm sedangkan untuk panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan yang akan ditanami dengan bawang merah. Kondisi bedengan mengikuti arah timur barat. Tanah yang sudah diolah dibiarkan sampai kering kemudian diolah kembali 2-3 kali sampai tanah menjadi gembur sebelum dilakukan perbaikan bedengan-bedengan dengan rapi. Waktu yang diperlukan mulai dari pembuatan parit, pencangkulan tanah (ungkap

6

1, ungkap 2, ungkap 3) sampai tanah menjadi gembur dan siap untuk ditanami sekitar 3-4 minggu. Pengolahan tanah yang digunakan untuk lahan budidaya tanaman bawang merah dengan kondisi yang masam (pH kurang dari 5,6) disarankan dengan menambahkan tanah menggunakan dolomite minimal 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1-1,5 t/ha/tahun, yang dianggap cukup untuk dua musim tanam berikutnya (Nani sumarni, 2005). Pemberian dolomit dilakukan untuk meningkatka ketersediaan unsur hara kalsium (ca) dan magnesium (mg). Menurut (Sutarya & Grubben, Pedoman

Bertanam

Sayuran

Dataran

Rendah,

2000),

Efisiensi

penggunaan lahan pada penanaman bawang merah pertama sekitar 65%, sedangkan pada penanaman selanjutnya hanya 50-55%. 2.3.4 Penanaman dan Pemupukan Sebelum melakukan penanaman bawang merah di lahan yang telah melalui tahap pengolahan, maka diperlukan aplikasi pupuk dasar. Pupuk dasar yang biasanya digunakan adalah pupuk kandang (kotoran sapi) dengan dosis 10-20 t/ha atau pupuk yang berasal dari kotoran ayam dengan dosis 5-6 t/ha atau pupuk kompos dengan dosis 4-5 t/ha khususnya pada lahan kering. Selain itu pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha (70-0 kg P2O5/ha), yang diaplikasikan 2-3 hari sebelum tanam. Cara pengaplikasian pupuk tersebut yaitu dengan cara disebar lalu diaduk secara merata dengan tanah (Hidayat, 2004). Menurut (Nani sumarni, 2005), umbi bibit ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 15 cm atau 15 cm x 15 cm (anjuran Balitsa). Dengan alat penugal, lubang tanaman dibuat sedalam rata-rata setinggi umbi yang akan ditanam. Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lubang tanaman dengan pergerakan sepert memutar sekrup, sehingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah. Penanaman umbi yang terlalu dalam dapat mengakibatkan umbimudah mengalami pembusukan.

7

2.3.4 Pengairan Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang tidak memerlukan banyak air pada masa pertumbuhan. Namun, tanaman bawang merah juga memerlukan air yang cukup selama proses pertumbuhan melalui penyiraman. Penanaman bawang merah dilahan sawah dalam keadaan terik di musim kemarau memerlukan penyiraman yang cukup. Penyiraman dilakukan satu hari sekali pada waktu pagi atau sore hari saat masa tanam hingga menjelang masa panen. Disisilain, penyiraman yang dilakukan pada musim hujan bertujuan untuk membilas daun bawang merah yang kotor akibat percikan air hujan (splittstoesser, 2002). Dari hasil penelitian (Nani sumarni, 2005), menunjukkan bahwa pemberian air dengan ketinggian 7,5 – 15 mm dengan frekuensi satu hari sekali memberikan rata-rata memberikan bobot umbi bawang merah paling tinggi. 2.3.5 Hama dan Penyakit 2.3.5.1 Ulat Grayak Spodoptera exigua (Lepidotera : Noctuidae) Ulat grayak sering menyerang bawang merah, bawang daun, bawang daun, kucai, jagung, cabai dan kapri. Daun bawang merah yang terserang akan menimbulkan becak putih panjang atau menjadi seperti membran dan layu. Warna ulat mula-mula hijau, kemudian menjadi cokelat tua dengan garis-garis putih. Panjang ulat lebih kurang 2,5 cm. Siklus hidup sekitar 23 hari. Ngengat betina menghasilkan telur lebih kurang 1000 butir. Telur diletakkan biasanya dalam kelompok-kelompok yang berbentuk lonjong dan bulat. Warna telurnya putih dan ditutup dengan lapisan bulu-bulu tipis. Sesudah menetas, ulat segera masuk ke dalam rongga daun bawang merah sebelah atas. Mula-mula ulat berkumpul, setelah itu daun habis dimakan, ulat segera menyebar. Jika populasi besar, ulat juga memakan umbi. Perkembangan ulat di dalam daun lebih kurang 9-14 hari. Ulat kemudian berkepompong di dalam tanah (Nani sumarni, 2005).

8

2.3.5.2 Pengorok Daun Liriomyza sp. (Diptera : Agromyzidae) Hama pengorok daun sangat ditakuti oleh petani sayuran, karena kerusakan yang ditimbulkannya mencapai 60-100%. Hama pengorok daun yang menyerang tanaman bawang merah termasuk dalam spesies L. chinensis. Telur dari serangga ini berwarna putih bening berukuran 0,28 mm x 0,15 mm, dan lama stadium telur berlangsung antara 2-4 hari. Jumlah telur yang diletakkan serangga betina selama hidupnya berkisar 50-300 butir, dengan rata-rata 160 butir. Telur diletakkan dalam jaringan daun melalui ovipositor. Larva yang baru keluar berwarna putih susu atau putih kekuningan, dan segera mengorok jaringan mesofil daun serta tinggal dalam liang korokan selama hidupnya. Stadium larva antara 6-12 hari, dan larva yang sudah berusia lanjut (instar 3) berukuran 3,5 mm. Larva instar 3 dapat mengorok jaringan 600 x lipat dari larva instar 1, dan larva ini kemudian keluar dari liang korokan untuk berkepompong. Pupa lalat pengorok daun ini umumnya ditemukan di tanah, tetapi pada tanaman bawang merah sering ditemukan menempel pada permukaan bagian dalam dari rongga daun bawang. Stadium pupa antara 11-12 hari, lalu keluar menjadi serangga dewasa / imago. Imago betina mampu hidup selama 6-14 hari dan imago jantan antara 3-9 hari (Wibowo, 1999). 2.3.5.3 Antraknosa disebabkan oleh Colletotricum gleosporioides (Penz.) Pada bagian daun terlihat adanya bercak kuning hingga cokelat, perkembangannya lebih lanjut dapat menyebabkan daun patah dan gugur. Gejalanya pada umbi terjadi bercak berwarna hijau tua atau hitam. Serangan pada umbi menyebabkan daun menjadi berkelok-kelok atau terpuntir (terpilin), sehingga daun tidak berkembang ke atas sepeti biasanya.

Umbi

yang

terserang

dapat

membusuk

(Suhendro,

M.Kusnawira, & Triwiyono, 2000). Konidia membentuk apresoria yang dirangsang oleh keadaan suhu, kelembaban dan nutrisi yang cocok. Saat perkembangan apresoria akan cepat dan mudah menginfeksi inangnya. Perkembangan penyakit ini berkurang pada musim kemarau, atau di lahan

9

yang mempunyai draenase baik, dan gulmanya terkendali. Apabila kelembaban udara tinggi terutama di musim hujan, miselium akan tumbuh dari helai daun menembus sampai ke umbi menyebar ke permukaan tanah. Miselium yang ada di permukaan tanah berwarna putih dan dapat menyebar ke tanaman lain yang berdekatan. Menurut (Hortikultura, 2008), daun

menjadi

kering,

umbi

membusuk,

infeksi

sporadis,

dan

menyebabkan hamparan tanaman terlihat gejala botak dibeberapa tempat 2.3.5.4 Mati Pucuk disebabkan oleh Cendawan Phytoptora porri (Faister) Ujung daun busuk kebasahan yang berkembang kebawah. Jika cuaca lembab jamur membentuk massa jamur seperti beledu. Bagian tanaman yang sakit menjadi mati, berwarna coklat, kemudian putih. Menurut (Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2007), Cendawan mempunyai miselium yang khas, hifa tidak seragam kadang berbentuk elips dan berdiameter sekitar 8 µm. Sporangiofora berbentuk hialin, bercabang

tidak

menentu,

bentuknya

mirip

dengan

hifa

biasa.

Klamidospora pada media memiliki diameter rata-rata 30 µm. Oogonia berdiameter sekitar 34 µm, berwarna kuning coklat terang dan berdinding lapis dengan jumlah antara 4-5 lapis. 2.3.5 Panen dan Pasca Panen Bawang merah dapat dipanen ketika umur 60-70 hari setelah tanam. Menurut (Nani sumarni, 2005), Tanaman bawang merah yang siap untuk di panen memiliki ciri-ciri fisik seperti; terihat tanda-tanda 60% leher batang lunak, tanaman rebah, dan daun mulai menguning. Pemanenan bawang merah sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah yang kering dengan cuaca yang cerah. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi gudang . Bawang merah yang telah dipanen kemudian di ikat pada batangnya untuk mempermudah dalam penanganan lebih lanjut. Setelah itu umbi di jemur sampai cukup kering selama 1-2 minggu dibawah sinar matahari

langsung,

setelah

itu

dilakukan

pengelompokan

umbi

berdasarkan kualitas (penyotiran). Pengeringan juga dapat dilakukan

10

dengan menggunakan alat pengering khusus sampai mencapai kadar air kurang lebih 80%. Apabila hasil panen bawang merah tidaklangsung dijual maka umbi bawang merah dapat disimpan dengan cara menggantungkan ikatan ikatan bawang merah dalam gudang khusus pada suhu 25-30 oC dan kelembapan yang cukup rendah (± 60-80%) (Sutarya & Grubben, Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah, 2000). 2.4 Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Bawang Merah Penambahan unsur hara berupa pupuk organik cair sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini berarti jumlah unsur hara yang dapat diserap berada dalam jumlah yang cukup dengan demikian penambahan pupuk organic cair dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Mule, Bahruddin, & Tambing, 2015). Menurut (Wahyudi, 2008), pemberian

pupuk organik cair melalui

daun

memberikan

pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada melalui tanah, karena apabila pemberian pupuk organik melalui tanah maka pupuk organik banyak diikat oleh tanah dan tidak dapat diserap oleh tanaman.

11

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan Praktikum dilakukan pada hari Selasa Jam 13.30 WIB, dimulai pada bulan September 2016 sampai dengan bulan Desember 2016, bertempat dilahan percobaan Jatimulyo, kecamatan Lowokwaru, Kabupaten Malang-Jawa Timur. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan budidaya dan pengamatan komoditas tanaman bawang merah adalah cangkul dan cangkil yang berfungsi untuk mengolah dan menggemburkan tanah, meteran jahit yang berfungsi untuk mengukur plot tanaman dan jarak tanam, patokan kayu/bambu untuk menandai jarak tanaman dan sampel tanaman, cutter berfungsi sebagai pemotong tali dan bahan tanam, alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan, penggaris untuk membantu pengukuran tinggi tanaman, botol/ember berfungsi untuk membantu penyiraman, form pengamatan untuk mencatat hasil parameter pengamatan, dan camera berfungsi untuk mendokumentasikan setiap pengamatan Sedangkan

bahan-bahan

yang

digunakan

dalam

praktikum

Teknologi Produksi Tanaman pada komoditas bawang merah yaitu benih (Umbi bawang merah) merupakan bahan tanam, PGPR Sebagai pupuk hayati atau sebagai (bakteri) pemacu pertumbuhan tanaman. Pupuk yang digunakan untuk memenuhi unsur hara tanaman yaitu Pupuk Urea (N), SP-36 (P), KCL (K). Air untuk menyiram tanaman dan tali rafia berfungsi untuk membantu pembentukan dan pembuatan jarak tanaman 3.3 Cara Kerja Penanaman bawang merah dilakukan dengan cara menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian mengolah tanah dan menggemburkannya dengan menggunakan cangkul dan cangkil agar diperoleh media tanam dan perakaran yang baik bagi tanaman. Setelah itu, dilakukan pengukuran jarak tanam dengan menggunakan meteran jahit dan menandainya dengan bantuan patokan bambu dan tali rafia.

12

Adapun jarak tanam yang digunakan untuk penanaman komoditas bawang merah adalah 30 cm x 25 cm yang dihitung 5 cm dari tepi bedengan. Dari hasil perhitungan jarak tanam didapati bahwa terdapat 24 lubang tanam yang siap untuk ditanami benih bawang merah. Benih bawang merah yang akan ditanam, dipotong 1/4 bagian pada ujung umbi dengan menggunakan cutter. Kemudian benih yang telah dipotong bagian ujungnya ditanam pada tempat yang telah ditentukan dengan gerakan memutar (sekrup), selain itu hindari penanaman yang terlalu dalam karena akan mengakibatkan pembusukan pada umbi bawang merah. Setelah penanaman bawang merah, sebar benih wijen dibagian tepi bedengan (5 cm bagian tepi bedengan) melingkari bedengan. Kemudian siram benih bawang merah dan wijen yang telah ditanam dengan menggunakan air. Lakukan perawatan dan penyiraman setiap hari dan pengamatan dilakukan seminggu sekali. Pemupukan dilakukan pada hari ke-7 setelah tanam, pupuk yang digunakan yaitu SP-36 sebesar 0,37 gram/lubang tanam. Selain pemupukan, penyiangan terhadap gulma disekitar lahan juga diperlukan hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kompetisi dengan tanaman utama. 3.4 Parameter Pengamatan 3.4.1. Tinggi Tanaman Parameter

pengamatan

tinggi

tanaman

dilakukan

dengan

mengukur tinggi tanaman menggunakan penggaris, cara pengukuran dilakukan dari atas permukaan tanah sampai pucuk tertinggi tanaman. 3.4.2. Jumlah Daun Menghitung

jumlah daun yang telah tumbuh sempurna dan

mencatatnya pada form pengamatan. 3.4.3. Jumlah Anakan Menghitung jumlah anakan yang terbentuk pada setiap tanaman. 3.4.4. Jumlah Umbi Menghitung jumlah umbi yang terbentuk pada setiap tanaman. 3.4.5 Hama dan Penyakit

13

Parameter ini dilakukan dengan melihat dan mengamati dari adanya hama dan penyakit yang terdapat pada tanaman bawang merah.

14

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. (1995). Hortikultura: aspek budidaya . Jakarta: UI Press. Borska, S., Gebarowska, E.wysocka, & Zabel, T. a. (2003). The effects of quercetin vs cisplatin on proliferation and the apoptotic process in A549 and SW1271 cell lines in vitro conditions . folla morphol , 103105. Hasanah, H. d. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan : USU Press. hidayat, A. (2004). Budidaya Bawang merah di beberapa hasil penelitian di kabupaten Brebes . Brebes : Tanaman Sayuran dan Bio Farmaka . Hortikultura, D. P. (2008). Pengendalian Hama Tanaman Sayuran Prioritas. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura. Iriani, E. (2013). Prospek Pengembangan Inovasi Teknologi Bawang Merah di Lahan Sub Optimal (Lahan Pasir) dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Petani. Litbang Provinsi Jawa Tengah , 231. Moekasan, T. B. (2012). Penerapan Ambang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Budidaya Bawang Merah dalam Upaya Mengurangi Penggunaan Pestisida. J. Hort , 47. Mule, Y., Bahruddin, & Tambing, Y. (2015). pengaruh asal umbi dan pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascolonicum L) varietas lembah palu . agrotekbls3 , 432-439. Nani sumarni, a. H. (2005). Budidaya Bawang Merah. Bandung : Balai Penelitan Tanaman Sayuran . splittstoesser, W. (2002). vegetable growng handbook:organic and tradisional method. New York: Van nostrand Reinhold Publishing. Statistik, B. P. (2015). Badan Pusat Statistik. Retrieved November 11, 2016, from Data Produksi Bawang Merah di Indonesia: https://www.bps.go.id/ Suhendro, M.Kusnawira, & Triwiyono, I. Z. (2000). Hama dan Penyakit Utama Tanaman bawang merah dan pengendalianya . jakarta: Norvatis crop. Sumarni, & Hidayat. (2005). Panuan Teknis PTT Bawang Merah No.3 . Bogor : Balai Penelitian Sayuran IPB. Sumarni, N., & Sumiati, E. (2005). Botani Bawang Merah . Bandung : Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura.

15

Sutarya, R., & Grubben, G. (1995). Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Lembang : Prosea Indonesia-Balai Panel. Sutarya, R., & Grubben, G. (2000). Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Lembang: Prosea Indonesia-Balai Panel. Wahyudi, T. (2008). Panduan Lengkap Kakao . Jakarta: Penebar Swadaya . Wibowo, S. (1999). Budidaya Bawang Merah . Jakarta: Penebar Swadaya.

Related Documents


More Documents from "oppie febriyanti"