Laporan Akhir Praktikum Nutrisi Ternak

  • Uploaded by: Hadi Setiadi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Akhir Praktikum Nutrisi Ternak as PDF for free.

More details

  • Words: 4,946
  • Pages: 46
Loading documents preview...
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK “Analisis Proksimat” Oleh : Kelompok 2 Nanda

200110130

Dea Ayu Fauziyah

200110140018

Mursalin

200110140122

Hana Lestari

200110140163 Kelas A

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015

KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat Inayah serta Magfirah-Nya sehingga dapat menyelesain laporan akhir ini dengan tepat waktu. Adapun penulisan laporan akhir ini bertujuan untuk menginformasikan lebih lanjut dan memenuhi tugas tentang “Laporan Akhir Analisis Proksimat”. Dalam penulisan laporan ini, berbagai hambatan telah penyusun alami. Oleh karena itu, terselesaikannya laporan akhir ini tentu saja bukan karena kemampuan penyusun semata - mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak - pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penyusun dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyadari pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan akhir ini dapat menjadi lebih baik.

Jatinangor, November 2015

Penyusun

Daftar isi Daftar tabel Daftar ilustrasi Daftar lampiran

I Pendahuluan 1.1.

Latar Belakang Analisis Proksimat

merupakan

suatu

metode

analisis

kimia

untuk

mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi yang sesungguhnya. Sebagian besar, unsur pokok dalam bahan pangan terdiri dari lima kategori yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Kelima kategori ini dibutuhkan untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok pada manusia, termasuk hewan ternak. Makanan ternak berisi zat gizi dengan kandungan yang berbeda-beda karena itu tidak semua bahan makanan dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak. Untuk memformulasi ransum yang baik itulah, diperlukan penjelasan mengenai beberapa zat-zat makanan seperti zat makanan anorganik (udara, air, dan mineral), zat makanan organik (vitamin, karbohidrat, lemak dan protein), serta kuantitas dan kualitas zat gizi yang dibutuhkan tubuh ternak. Kualitas bahan pakan (dan komponennya) ini dapat dinilai melalui tiga tahapan penilaian, yaitu secara fisik, kimia, dan biologis. Pada dasarnya, analisis proksimat bermanfaat dalam mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang belum diketahui sebelumnya. Selain dari itu, analisis proximat merupakan dasar dari analisis – analisis yang lebih lanjut. Seperti yang telah diulas pada dua paragraf sebelumnya, analisis proksimat bermanfaat bagi dunia peternakan, terutama yang berhubungan dengan pemberian nutrisi bagi ternak. Analisis proximat bermanfaat dalam menilai dan menguji

kualitas suatu bahan pakan atau pangan dengan membandingkan nilai standar zat makanan dengan hasil analisisnya. Hasil analisis ini pada akhirnya dapat dijadikan dasar formulasi ransum untuk dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan ternak 1.2.

Identifikasi Masalah  Bagaimana Analisis Air?  Bagaimana analisis abu?  Bagaimana analisis lemak?  Bagaimana analisis serat kasar?  Bagaimana analisis energy bruto?  Bagaimana analisis protein kasar?

1.3.

Maksud dan Tujuan  Untun mengetahui bagaimana Analisis Air  Untuk mengetahui bagaimna analisis abu  Untuk mengetahui bagaimana analisis lemak  Untuk mengetahui bagaimana analisis serat kasar  Untuk mengetahui bagaimana analisis energy bruto  Untuk mengetahui bagaimana analisis protein kasar

1.4.

Waktu dan Tempat Waktu : Rabu, Oktober 2015 Tempat :

ANALISIS KADAR AIR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Analisis Air Yang dimaksud air dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam beberapa waktu pada suhu 1050-1100C dengan tekanan udara bebas sampai sisa yang tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan kadar air dari suatu bahan sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut (Kamal, 1998). Kandungan air dari suatu bahan makanan perlu diketahui terutama untuk menentukan persentase zatzat gizi secara keseluruhan. Jumlah kadar air yang terdapat di dalam suatu bahan pagan sangat berpengaruh atas seluruh susunan persentase zat-zat gizi secara keseluruhan. Dengan diketahuinya kandungan air dari suatu bahan pangan, maka dapat diketahui berat kering dari bahan tersebut yang biasanya konstan. Sampel makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050C. Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai sampel bahan kering dan penggunaanya dengan sampel disebut kadar air (Tillman et al., 1998). Analisis penentuan kadar air sendiri, Air yang terdiri dari hidrogen dan oksigen, merupakan penyusutan utama atau terbesar dari seluruh jaringan tubuh hewan ataupun tanaman yang menjadi sumber bahan makanan ternak. Dalam tubuh, air didapatkan sebanyak lebih dari 50% dari komposisi tubuh tersebut dan banyak diantara jaringan dalam tubuh menandung air sbanyak 70 -90%. Air tersebut bukan hannya sekedar mengisi rongga-rongga atau pelarut dari beberapa zat, akan tetapi sebaliknya merupakan penyusun struktur tubuh yang aktif dan vital/esensial.

Air merupakan komponen yang cukup sukar ditentukan dalam analisis proksimat. Penentuan kadar air biasanya dilakukan dengan pemanasan 105OC sampai beratnya tidak berubah. Namun terdapat pengecualian pada produk-produk biologi yang dipanaskan dalam temperature 70OC akan kehilanagan zat volatile. Oleh karenanya, untuk menghitung kadar air yang tepat dapat menggunakan eksikator yang divakumkan. Air ini penting dalam menentukan nilai makanan dan pengaruhnya terhadap komposisi makanan karena adanya sifat pengencer. Pada aplikasinya dengan nutrisi ternak, kebutuhan ternak mengkonsumsi air berhubungan dengan konsumsi kalorinya. Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan pasca olah bahan pangan (Purnomo,1995). Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan makanan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC, 1984). Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan

dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benarbenar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan. Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur rendah menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang laboratorium harus kurang dari 70% (AOAC, 1970). Selanjutnya metode oven temperatur tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu 130-133˚C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah. 2.1 Deskripsi Bahan Konsentrat adalah pakan tambahan bagi sapi perah untuk memenuhi kekurangan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan. Konsentrat umumnya mengandung tinggi protein dan energi serta rendah serat kasar (Ensminger, 1992). Penambahan pemberian konsentrat akan diikuti oleh peningkatan produksi susu tetapi secara umum menunjukkan nilai pendapatan di atas biaya pakan yang rendah. Penyesuaian jumlah pakan konsentrat untuk produksi susu dan masa laktasi serta kombinasi dan kualitas hijauan meningkatkan produksi susu dan pendapatan di atas biaya pakan. Pada akhir masa laktasi produksi susu turun sedangkan perubahan ransum tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu sehingga pendapatan di atas biaya pakan rendah(Adkinson, dkk., 1993)

Pakan merupakan faktor produksi yang sangat penting bagi pemeliharaan sapi perah karena biaya untuk pakan untuk mencapai 60-70% dari total biaya. Salah satu penyebab produktivitas sapi perah menurun disebabkan oleh faktor kekurangan pakan atau pemberian hijauan dan konsentrat tidak sesuai dengan kebutuhannya. Standar baku konsentrat sapi perah adalah 67% TDN, 16% protein kasar, 6% lemak kasar, 12% kadar air, 11% serat kasar, 10% abu, 0,9–1,2% Ca dan 0,6- 0,8% P (Bamualim, 2009). Oleh karena itu, perlu diperhatikan jika kadar konsentrat tidak sesuai dengan standar baku tersebut maka bisa berdampak penurunan jumlah produksi susu terutama jumlah TDN –nya kurang dari 67%. Rata-rata peternak di Indonesia menggunakan rumput gajah sebagai pakan hijauan. Berdasarkan Rempal et al (1991) yang dikutip oleh Soetanto (Soetanto, 1994) menyebutkan bahwa minimal sapi perah laktasi diberikan rumput sebanyak 36 kg/ekor/hari dan konsentrat sebanyak 12,7 kg/ ekor/hari.

III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat-alat 

Oven listrik Berfungsi sebagai alat utama dari analisis air yang digunakan sebagai alat



pengering bahan pakan (penguapan). Timbangan analitik Berfungsi sebagai alat timbang untuk menimbang bahan yang akan diuji,



timbangan analitik ini memiliki nilai yang lebih akurat. Cawan alumunium Berfungsi sebagai tempat penyimpanan sampel ketika sedang dikeringkan



(penguapan). Eksikator Berfungsi sebagai alat untuk mendinginkan sampel, agar pendingin tidak



mengikat air yang di udara. Tang penjepit Berfungsi sebagai alat untuk memindahkan sampel dari oven ke eksikator.

3.2 Prosedur Kerja 1. Mengeringkan cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100 o 105oC. 2. Kemudian dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (Catat sebagai A gram) 3. Tambahkan ke dalam cawan alumunium tersebut sejumlah sampel/bahan kurang lebih 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat sampel/bahan dapat diketahui dengan tepat (Catat sebagai B gram). Bila menggunakan timbangan analitik digital maka dapat langsung diketahui berat

sampelnya dengan menset zero balans, yaitu setelah berat alumunium diketahui beratnya da telah dicatat, kemudian dizerokan sehingga penunjuk angka menjadi nol, langsung sampel langsung dimasukan ke dalam cawan dan kemudian timbang beratnya dan (Catat sebagai C gram ). 4. Memasukan cawan + sampel ke dalam oven selam 3 jam pada suhu 100 o 105oC sehingga seluruh air menguap. (Atau dapat pula dimasukan dalam oven dengan suhu 60oC selama 48 jam). 5. Masukan dalam eksitor selama 15 menit dan timbang. Ulangi pekerjaan ini dari tahap nomor 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi. (Catat sebagai D gram). 6. Setiap kali memindahkan cawan alumunium (baik berisi sampel atau tidak, dengan menggunakan tang penjepit). 7.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Berat cawan alumunium

=

Berat cawan alumunium + sampel

=

Berat sampel

=

Berat cawan alumunium + sampel kering (setelah pemanasan oven)

=

4.2 Pembahasan

ANALISIS KADAR ABU

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Analisis Abu 2.2 Deskripsi Bahan Pakan sapi perah terdiri dari hijauan leguminosa dan rumput yang berkualitas baik serta dengan konsentrat tinggi kualitas serta palatabel (Blakely dan Bade, 1998). Ransum ternak besar (sapi) terdiri dari 60% hijauan dan 40% limbah pengolahan pangan (bekatul dan bungkil), sedangkan pemberian pakan konsentrat hendaknya sebelum hijauan, bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen (Reksohadiprojo, 1984). Hijauan diberikan sepanjang hari secara ad libitum,hijauan juga diselingi dengan jerami padi sebanyak 1 kg yang diberikan dua kali sehari (Prihadi, 1996). Pemberian konsentrat diberikan sebelum sapi diperah dengan jumlah 1-2 kg/ekor/hari atau sebanyak 1-2% bobot badan sapi tersebut dan pakan hijauan yang diberikan setelah pemerahan susu sebanyak 30-50 kg/ekor/hari atau 10% dari bobot badan sapi. Pakan hijauan diberikan setelah pemerahan agar mikrobia dalam rumen dapat dimanfaatkan dan karbohidrat dapat dicerna (Hidayat, 2001). Kebutuhan bahan kering (BK) untuk sapi laktasi adalah 2-4% bobot badan. BK pakan berfungsi sebagai pengisi lambung dan merangsang dinding saluran untuk menggiatkan pembentukan enzim di dalam tubuh ternak. Kebutuhan BK ternak akan meningkat sesuai dengan bertambahnya produksi susu (Williamsom dan Payne, 1993). Pakan konsentrat merupakan komposisi pakan yang dilengkapi kebutuhan nutrisi utama, mengandung protein lebih dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%,

energi tinggi berperan sebagai penutup kekurangan zat makanan didalam pakan keseluruhannya (Ensminger,1971).

III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alata 



 



Cawan porselen 30 ml Berfungsi wadah untuk mereaksikan atau mengubah suatu zat pada suhu tinggi, cawan porselen tahan panas tinggi. Pembakaran Bunsen atau hot plate Berfungsi untuk memanaskan larutan. Biasanya untuk larutan yang mudah terbakar. Tanur listrik Berfungsi sebagai pemanas pada suhu tinggi sekitar 1000o C. Eksikator Berfungsi untuk menyerap uap air hasil pengeringan yang akan diserap oleh silital gel dalam keadaan vacum. Tang penjepit Berfungsi untuk menjepit tabung.

3.2 Prosedur Kerja 1. Mengeringkan cawan porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100 o – 105o C. 2. Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang, catat sebagai A gram. 3. Memasukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram ke dalam cawan, catat sebagai B gram. 4. Panaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen I sampai tidak berasap lagi.

5. Masukkan ke dalam tanur listrik dengan temperature 600o - 700o C, biarkan beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Dengan lama pembakaran sekitar 3 – 6 jam. 6. Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan teliti, catat sebagai C gram. 7. Menghitung kadar abunya.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berat cawan kosong (A) Berat cawan + sampel (B) Berat sampel (B – A ) Berat Cawan + abu (C) Berat abu (C – A) 4.2 Pembahasan

= = = = =

ANALISIS SERAT KASAR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1. Analisis Serat Kasar Pakan hijauan merupakan sumber serat kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak terhadap kinerja dari mikroba rumen (Tillmanet al., 1998). Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Sutardi, 2009). Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soelistyono, 1976). Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30 menit (Legowo, 2004).

2.2. Konsentrat Sapi Perah

Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan lengkap (Hartadi et al., 1997). Kualitas konsentrat yang akan diberikan kepada ternak yang bersangkutan sangat tergantung pada kualitas hijauan yang diberikan (Siregar, 1994).

Diterangkan lebih lanjut bahwa apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah maka konsentratnya harus berkualitas tinggi dan sebaliknya bila hijauan yang diberikan berkualitas tinggi maka konsentratnya tidak perlu berkualitas tinggi sebab tidak akan ekonomis. Koefisien cerna pakan tertinggi dicapai pada imbangan 50% hijauan dan 50% konsentrat, namun demikian koefisien cerna tidak menyimpang jauh apabila dengan perbandingan 60% hijauan dan 40% konsentrat (Sutardi, 1981).

Sapi perah laktasi yang akan dijadikan induk, memerlukan pertumbuhan yang normal dalam arti tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, oleh karena itu konsentrat dalam formulasi ransumnya harus sesuai jumlahnya agar tidak terjadi penggemukan

(Siregar, 1995).

Peningkatan produksi susu dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan berproduksi susu dari sapi-sapi perah induk dengan cara perbaikan pakan dan tata laksana. Tujuan utama pemberian pakan pada sapi perah adalah menyediakan ransum yang ekonomis tetapi dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, kebuntingan dan produksi susu bagi induk dan kebutuhan untuk pertumbuhan bagi ternak muda (Syuaib, 2011). Kualitas pakan berpengaruh paling besar pada produksi susu. Jumlah pemberian pakan hijauan dan konsentrat dapat mempengaruhi jumlah produksi susu dan kadar lemak. Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan atau memenuhi hidup pokok, produksi susu, pertumbuhan dan kebuntingan sehingga akan dicapai produksi susu yang optimal (Anonimous, 2011).

Pemberian zat makanan yang tidak cukup dan membatasi sekresi susu sapi karena laju sintesis dan difusi dari berbagai komposisi susu yang berasal dari makanan yang sifatnya sementara. Sapi perah selain diberi pakan hijauan, perlu diberi pakan berupa konsentrat sebagai pelengkap zat gizi yang tidak diperoleh dari hijauan. Konsentrat (tidak terminus tambahan protein) merupakan bahan pakan yang berenergi tinggi dan berserat rendah (< 18%) serta mengandung protein 20%, konsentrat semacam itu disebut konsentrat sumber energi. Sedangkan bila mengandung protein <20% konsentrat seperti itu disebut konsentrat sumber protein. Selain itu hijauan dapat berupa daun-daun seperti daun pisang, nangka, cemara, waru, yang kandungan patinya cukup. Sedangkan dari konsentrat dapat berupa tepung tulang, NaCl, mineral Cu, P. Untuk minum diperlukan air. Hewan ternak memperoleh air minum dari air yang disediakan dan air yang terkandung dalam pakan serta air metabolik (Tillman et al., 1999).

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA 3.1. Alat 

Gelas piala khusus 600 ml, penampung atau wadah bahan yang akan dipasang di alat pemanas/ di bawah kondensor.



Cawan porselen 30 mL, menampung bahan



Corong Buchner, tempat menyaring



Satu set alat pompa vakum, untuk proses penyaringan



Eksikator, penghilang uap pada sampel yang telah dibakar



Kertas saring, menyaring bahan



Tanur listrik, pembakar sampel



Hot plate, pemanas sampel agar sampet tidak berasap lagi



Tang penjepit, pemindah alat dan sampel



Timbangan analitik, penimbnag berat secara analitik

3.2. BAHAN 

H2SO4 1.25 %, zat kimia pencuci/pembilas sampel



NaOH 1.25 %, zat kimia pencuci/pembilas sampel



Aaseton, zat kimia pencuci/pembilas sampel



Aquades panas, zat kimia pencuci/pembilas sampel

3.3. PROSEDUR KERJA

CARA KERJA 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm , mencatat sebagai A gram. 2. Menyiapkan cawan porselen kering oven. 3. Memasukkan residu/sisa ekstraksi lemak kedalam gelas piala khusus sebanyak ± 1 gram, mencatat sebagai B gram. 4. Menambahkan asam sulfat 1,25 % sebanyak 50 ml kemudian memasang pada alat pemanas khusus tepat dibawah kondensor (reflux). 5. Mengalirkan airnya dan menyalakan pemanas listrik tersebut. 6. Mendidihkan selama 30 menit dihitung saat mulai mendidih 7. Menambahkan NaOH 1,25% sebanyak 100 ml kemudian memaasang kembali pada alat pemanas khusus seperti semula. 8. Setelah

cukup

pemanasan,

mengambil

dan

menyaring

dengan

mempergunakan corong buchner yang telah dipasang kertas saring yang telah diketahui beratnya. 9. Pada penyaringan ini cuci/bilas berturut – turut dengan : -

Air panas 100 ml

-

Asam sulfat encer 0.3 N (1.25%) 50 ml

-

Air panas 100 ml

-

Aceton 50 ml

10. Memasukkan kertas saring dan isinya (residu) ke dalam cawan porselen gunakan pincet 11. Mengeringkan dalam oven 100 - 1050 C selama 1 jam. 12. Mendinginkan dalam exsikator selama 15 menit lalu timban, mencatat sebagai C gram.

13. Memaanaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian memaukkan ke dalam tanur listrik 600oC –700oC selama 3 jam sampai abunya berwarna putih . Di sini serat kasar di bakar sampai habis. 14. Mendinginkan dalam exsikator selama 30 menit lalu timbang dan mencatat sebagai D gram.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL Konsentrat sapi perah Berat Sampel (B)

: 0,262 gram

Berat kertas saring(A) : 0,269 gram Berat cawan+kertas saring+residu oven

: 28,460 gram

Berat cawan+kertas saring+residu setelah tanur : 28,139 gram

Perhitungan Serat Kasar ( %) = (berat cawan+kertas saring+ residu oven) – (berat cawan+kertas saring+residu setelah tanur)- kertas saring x 100 % Berat bahan = (28,460 – 28,139) – 0,269x 100 0.262 = 19,85 %

Kandungan serat kasar dari 0,262 gram daun jagung yaitu sebesar 19,85 % = 0,1985 gram 4.2. PEMBAHASAN Analisis Serat kasar adalah analisis yang menggunakan perebusan residu oleh asam encer dan basa encer selama 30 menit, dalam praktikum kali imi menggunakan H2SO4 1,25% dan NaOH 1,25%,. Pernyataan ini sesuai dengan lliteratur menurut Pilrang dan Djojoesobagio tahun 2003 yang menyatakan bahwa serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak bisa dihidrolisis oleh asam basa encer, ahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan serat kasar yaitu asam sulfat 1,25% dan Natrium Hidroksida 1,25%. Fraksi yang terdapat dalam analisis serat kasar ini adalah hemiselulosa,selulosa, dan lignin karena dapat ikut larut dalam asam basa encer. Sesuai dengan literature merurut Pilrsng dan Djojosubagio tahun 2002 yang menyatakan bahwa fraksi serat kasar mengandung lignin, selulosa, dan hemiselulossa tergantung pada spesies dan fase pertumbuhan bahan tanaman. Pada perhitungan dihasilkan kandungan serat kasar dari 0,262 konsentrat sapi perah yaitu sebesar 19,85 % = 0,1985 gram. Akan tetapi dari serat kasar tersebut, masih terdapat sebagian kecil senyawa organik yang tergolong serat masih dapat larut dalam asam encer dan basa encer. Sehingga mengurangi nilai kandungan serat ( selulosa dan hemiselulosa ) berkurang bila dilarutkan kedalam larutan mendidih NaOH, dan akan menaikan kandungan BETN nya. Kandungan serat kasar dari konsentrat sapi perah ini yaitu 19,85 %.

KESIMPULAN

Kandungan serat kasar dari 0,262 gram konsentrat sapi perah yaitu sebesar 19,85 % = 0,1985 bedanya sebesar 3,5 % dengan. Dalam serat kasar tersebut, masih terdapat sebagian kecil senyawa organik yang tergolong serat masih dapat dalam asam encer dan basa encer, sehingga mengurangi kandungan serat (selulosa dan hemiselulose).

ANALISIS ENERGI

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Analisis energy bruto 2.2. Konsentrat Sapi Perah

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA 3.1. Alat  -

-

-

Seperangkat alat bomb kalori meter, untuk mengukur sejumlah kalori (nilai kalori) bejana bomb, yang terdiri dari : a. Wadah, menyimpan sampel b. Tutup yang dilengkapi ,  Elektroda dan kabel elektroda, menghubungkan ke catu daya  katup inlet, memasukkan oksigen  katup outlet, mengeluarkan gas pembakaran  cawan/mangkuk pembakaran,  sumbu pembakar, wadah sampel  drat pengunci, mengencangkan / mengunci tutup bomb bejana air , pemanasan bejana bomb Jacket, yang terdiri dari a. Wadah, pemanasan bejana bomb yang berada didalam bejana air b. Tutup yang dilengkapi  Batang pengaduk air, mengaduk air dalam bejana air  Electromotor, menjalankan pengaduk air  Thermometer skala kecil yang dilengkapi teropong pembacaan, mengukur suhu Tabung gas oksigen yang dilengkapi regulator dan selang inlet Statif /standar untuk tutup jaket dan atau tutup bejanabomb Catu daya 23 volt, pemicu pemabakaran didalam bomb

3.2. Bahan Oksigen dan kawat sumbu pembakar, oksigen untuk gas pada bomb dan kawat sumbu untuk dihubungkan dengan sampel agar terbakar.

3.3. Prosedur Kerja -

Menghubungkan ujung elektroda dengan kawat sumbu pembakar Menimbang 1 gram sampel dan masukkan kedalam mangkuk pembakaran kemudian simpan tepat di bawah sumbu pembakar. (Pekerjaan ini dilakukan

-

pada statif/standar) Masukan tutup bomb ke wadahnya, lalu mengencangkan dengan drat

-

pengunci. mengisi bejana bomb dengan oksigen sebesar 30 atmosfir melalui katup

-

selang inlet ke katup inlet. Mengisi bejana air dengan aquades sebanyak 2 kg. Memasukan bejana bomb ke bejana air yang telah diisi aquades. Memasukan bejana air berisi bejana bom kedalam wadah jaket, Lalu menutup

-

dengan penutup jaketnya. Menyambungkan kabel elektroda ke catu daya 23 volt Menjalankan motor listrik yang akan menjalankan pengaduk air yang terhubung ke bejana air. Pengadukan dilakukan selama 5 menit. Pada menit ke

-

6 , catat suhunya sebagai T1. Menekan tombol catu daya, sebagai pemicu pembakaran di dalam bomb. Mengamati perubahan suhu sampai suhu tidak menaik lagi (konstan) dan catat

-

sebagai data T2. Mematikan tombol elektromotor dan melepaskan karet belt Mengangkat tutup jaket dan menyimpan di alat statifnya. Mencabut kabel elektroda ke catu daya. Mengeluarkan bejana air dan bejana bomb Mengeluarkan gas pembakaran dalam bejana bomb melalui katup outlet valve Membuka drat pengunci dan membuka tutup bom

PERHITUNGAN

T2 - T1 Energi Bruto (cal/g) = ------------------- X 2.417 Sampel (g)

ANALISIS PROTEIN KASAR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1. Analisis Protein Kasar Protein kasar (crude protein) adalah kandungan protein dalam bahan makanan yang didapat dengan mengalikan kandungan nitrogennya dengan faktor konversi yaitu 6,25 menggunakan metode Kjeldahl. Protein kasar tidak hanya mengandung true protein saja tetapi juga mengandung nitrogen yang bukan berasal dari protein (non protein nitrogen). Nilai gizi protein adalah kemampuan protein untuk memenuhi kebutuhan asam amino yang diperlukan (Silalahi, 1994). Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung karena senyawa yang dianalisisnya adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan faktor konversi 6,25 diperoleh nilai protein dalam bahan makanan tersebut. Penentuan kadar protein dengan metode ini mengandung kelemahan karena adanya senyawa lain yang bukan protein yang mengandung N akan tertentukan sehingga kadar protein yang diperoleh

langsung dengan cara kjeldahl ini sering disebut dengan kadar protein kasar/crude protein (Sudarmadji, 1989). Nitrogen merupakan unsur penyusun protein, sehingga nitrogen dapat menunjukkan banyaknya protein yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Kadar nitrogen yang diperoleh dikalikan 6,25 sebagai angka konversi menjadi protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen (Tillman, 1998). Prinsip dasar yang sama masih digunakan hingga sekarang, walaupun dengan modifikasi untuk mempercepat proses dan mencapai pengukuran yang lebih akurat. Metode ini masih merupakan metode standart untuk penentuan kadar protein. Karena metode Kjeldahl tidak menghitung kadar protein secara langsung, diperlukan faktor konversi (F) untuk menghitung kadar protein total dan kadar nitrogen (Tillman, 1998). Komponen fraksi protein kasar terdapat asam amino bebas, amine nitrat, glikosidayang mengandung N, vitamin B, asam nukleat, KCN, alkalois, dan urea. Kadar protein kasar (%)

2.2. Deskripsi Bahan

=

v HCl x N HCl x 0.014 x 6,25 Berat Sampel

x 100 %

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat 1. Labu Kjeldahl 300 ml digunakan pada proses destruksi protein atau analisa protein dengan menggunakan metode Kjeldahl. 2. Satu set alat destilasi berfungsi untuk memisahkan larutan kedalam masingmasing komponennya. 3. Erlenmeyer 250 cc berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan dan memanaskan larutan. 4. Buret 50 cc skala 0,1 ml berfungsi untuk mengukur pada proses titrasi 5. Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi dalam skala kecil. 3.2

Zat Kimia 1. Asam sulfat pekat berfungsi untuk memisahkan sampel dari Nitrogen, merubah senyawa kompleks menjadi sederhanaAsam Chorida (yang sudah diketahui normalitasnya). 2. Natrium Hydroxsida 40%. 3. Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4.5H20 dan K2SO4 dengan perbandingan 1:5) berfungsi untuk mempercepat reaksi tanpa ikut terlarut.

4.

Asam Borax 5% berfungsi untuk menangkap amonia. 5. Indikator campuran (brom cresolgreen: Methyl merah = 4:5 . sebanyak 0,9 gram campuran dilarutkan dalam alkohol 100 ml). 3.3.

Prosedur kerja

Destruksi 1. Timbang contoh sampel kering oven sebanyak  1 gram (Catat sebabai A gram) 2. Masukkan ke dalam labu Kjeldhal dengan hati – hati, dan tambahkan 6 gram katalis campuran. 3.

Tambah 20 ml asam sulfat pekat 4. Panaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih lagi destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar. 5. Destruksi sudah dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau jernih, setelah itu dinginkan. Destilasi 1.

Siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati – hati jangan lupa batu didih, vaselin dan tali pengaman

2.

Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas dengan aquades senbanyak lebih kurang 50 ml.

3.

Pasangkan erlenmeyer yang telah diisi asam borax 5 % sebanyak 15 ml untuk menangkap gas amonia, dan telah diberi indikator campuran sebanyak 2 tetes.

4.

Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40 - 60 ml NaOH 40 % melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutam tersebut masuk ke labu didih.

5.

Nyalakan pemanas bunsen dan alirkan air ke dalamran pendingin tegak.

6.

Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap oleh asam borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian (atau sekurang-kurangnya sudah tertampung dalam erlenmeyer sebanyak 15 ml).

Titrasi 1.

Erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lupa membilas bagian yang terendam dalam air sulingan)

2.

Kemudian titrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya catat sebagai B, Titik titrasi dicapai dengan ditandai dengan perubahan warna hijau ke abu-abu. sampai catat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai C ml.

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.2. Pembahasan Dari analisa yang telah dilakukan, volume yang digunakan untuk menitrasi sampel sebanyak 28.1 mL HCl 0,1232 N. Sehingga diperoleh kadar protein pada raffeseed sebesar 35.10%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan proses analisa terutama titrasi yang tidak tepat, dapat terlalu berlebihan atau kekurangan yang berpengaruh terhadap volume HCl yang digunakan untuk titrasi, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan kadar protein kasar. Perlakuan untuk mengetahui kadar protein kasar pada suatu bahan dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Penentuan kadar protein kasar ditentukan dengan menentukan nilai nitrogen yang kemudian dikalikan dengan 6.25 sebagai angka konversi dari nilai nitrogen ke nilai protein. Perlakuan pada tahap destruksi merupakan tahap penghancuran bahan menjadi komponen sederhanadengan menambahkan asam sulfat (H2So4) sebanyak 20 ml. Sehingga nitrogen dalam bahan terpisah dari ikatan organiknya dan diikat hingga menjadi (NH4)2SO4. C, H, O, N + CUSO4.5H2O + K2SO4 + H2SO4 Organic Matter

Katalisator

Asam Sulfat

(NH4)2SO4 Amonium Sulfat

Tahap destilasi merupakan tahap kedua, dimana merupakan tahap pemisahan. Dalam melepaskan nitrogen pada larutan destruksi sebelumnya nitrogen diubah dalam bentuk (NH4)2SO4 menjadi gas NH3 dengan pemberian NAOH yang kemudian

dipanaskan, dikondensasi, dan selanjutnya NH3 diikat oleh H3BO3 menjadi (NH4)3 BO3. Fusi Penggabungan : (NH4)2SO4 Amonium Sulfat

+ NAOH

Na2SO4

Natrium Hidroksida

Natrium Sulfat

+

NH4OH Amonium Hidroksida

Penguraian : NH4OH

NH3 + H2O

Amonium Sulfat

NH3 Amonia

+

Amonia

H3BO3 Asam Boraks

(NH4)3 BO3 Amonium Boraks

Tahap Destilasi dicapai ketika larutan menyusut 2/3 bagian atau 15 ml sekurangnya yang tertampung dalam erlenmeyer. Tahap titrasi merupakan tahapan ditetapkannya nilai nitrogen. Nitrogen dalam (NH4)3 BO3ditentukan jumlahnya dengan cara menitrasi dengan HCL. (NH4)3 BO3 + HCL NH4CL Amonium Boraks

Asam Klorida

+ H3BO3

Amonium

klorida Asam Boraks

Titik titrasi ditandai dengan perubahan warna hijau keabu-abuan.

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN 5.2. SARAN

Daftar Pustaka

Blakely, J. dan Bade, D.H. 1995. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ensminger, M. E. 1971. Dairy Cattle Science. First Edition. The Inter State Printers Publisher, Inc. Dancilles, Illionois. Hidayat, Arif. 2001. Buku Petunjuk Peternakan Sapi Perah, Jakarta: DairyTechnology ImproveElement Project Indonesia. Prihadi. 1996. Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta. Reksohadiprodjo, S. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Puspaswara. Jakarta. Silalahi,J.1994. Kadar Protein yang Terdapat Dalam Beberapa Bahan Makanan Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sumatera Utara. Medan Sudarmaji, Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Liberty, Yogyakarta. Tillman, A. D. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono)

Related Documents


More Documents from "oppie febriyanti"