Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yaitu jasa kesehatan. Sebagai suatu industri jasa maka rumah sakit tentunya juga harus menjalankan fungsi-fungsi bisnis dalam manajerialnya, salah satunya adalah bagaimana menghasilkan suatu produk jasa yang bermutu atau berkualitas (Chandra Yoga, 2007 dalam Khairani, 2011). Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya (PGRS, 2013). Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit, melipui asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan pengembangan (PGRS, 2013). Sebelum makanan dikonsumsi melalui berbagai tahapan, mulai dari perencanaan menu atau bahan yang akan dibeli sesuai kebutuhan, pengadaan bahan makanan melalui pembelian atau menanam sendiri, pengolahan sesuai kebutuhan ataupun selera. Dengan demikian, agar makanan yang dikonsumsi dapat berkualitas baik dari segi proses maupun hasil pengolahannya maka perlu diselenggarakan secara baik. Dengan penyelenggaraan makanan yang baik diharapkan akan menghasilkan makanan yang baik kualitasnya, enak rasanya, penghidangan yang produksi yang murah. Hal ini berarti bahwa dalam penyenggaraan makanan, selain memperhatikan aspek kualitas makanan juga diperhatikan aspek biaya
operasionalnya (Butarbutar, 2012). Proses penyelenggaraan makanan tersebut harys diatasi dengan pengidentifikasian bahaya berupa fisik, kimiawi dan minobiologis dan melakukan pengendalian bahaya pada titik kritis. Meminimalisasi bahaya dalam penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit, yaitu dengan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). HACCP adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan 1
pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir. Setiap sistem HACCP mampu mengakomodasi perubahan sepeeti kemajuan dalam rancangan peralatan, prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi (SNI HACCP). Unit Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional merupakan salah satu unit penunjang operasional melalui penyelenggaraan makanan bagi rumah sakit. Berdasarkan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan beberapa pemasak di Unit Pelayanan Gizi, diperoleh informasi bahwa perlu adanya penerapan HACCP pada hidangan Loaf Tahu untuk mengetahui batas kritis pada setiap tahap pengolahan mulai dari penerimaan bahan makanan sampai dengan pendistribusian kepada pasien. Proses pengolahan Loaf Tahu di Unit Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada pasien rawat inap dengan jenis biasa kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites, pada menu lauk nabati untuk makan siang. Pada penelitian ini dilakukan penerapan HACCP untuk mengetahui batas kritis pada setiap tahap pengolahan mulai dari diterima oleh konsumen sampai hidangan diterima oleh pasien. B. Rumusan Masalah Penerapan HACCP pada pengolahan Loaf Tahu untuk pasien diet dan non diet kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites dibagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional . C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui dan menilai penerapan HACCP pada pengolahan Loaf Tahu pada menu makan siang lauk nabati untuk pasien diet dan non diet kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites dibagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional sehingga aman untuk dikonsumsi. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu menentukan titik kritis yang mungkin terdapat pada proses pengolahan makanan. b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bahaya yang mungkin terdapat pada makanan. c. Mahasiswa mampu menentukan batas kritis pada proses pengolahan makanan. d. Mahasiswa mampu menentukan nilai target pada proses pengolahan makanan. e. Mahasiswa mampu menentukan tindakan pemantauan pada proses pengolahan makanan. f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tahapan-tahapan pada pengolahan menu makanan. g. Mahasiswa mengetahui suhu hidangan.
2
h. Mahasiswa mengetahui waktu pada kegiata persiapan, pengolahan dan i. j. k. l. m. n.
pendistribusian hidangan makanan. Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan penerimaan bahan makanan. Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan penyimpanan bahan makanan. Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan persiapan bahan makanan. Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan penerimaan bahan makanan. Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan pengolahan makanan Mahasiswa mampu menganalisis kegiatan pendistribusian hidangan makanan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Sebagai sarana untuk mengaplikasikan, menerapkan dan melatih ilmu yang telah didapat di perkuliahan khususnya mengenai pengawasan mutu makanan dengan metode Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di bagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional serta sebagai sarana untuk mengidentifikasi bahaya pada setiap tahapan proses pengolahan makanan. 2. Bagi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Sebagai bahan masakan dan evaluasi untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kepada pasien khususnya mengenai keamanan pangan pada hidangan makanan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi dii rymah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengaan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan 3
gizi
pasien
penyakit,
sangat
berpengaruh
sebaliknya
proses
pada
proses
perjalanan
penyembuhan
penyakit
dapat
berpengaruh terhadap keadaaan gizi paasien. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. B.Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. 1) Tahapan Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit a. Perencanaan Anggaran Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan kaaryawan yang dilayani. Dana yang dialokasikan akan menentukan macam, jumlah dan spesifikasi bahan makanan yang dipakai. b. Perencanaan Menu dan Siklus Menu Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun dan memadukan hidangan dalam variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi kecukupan gizi, cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan kebijakan institusi. Siklus menu perlu ditetapkan macam menu yang cocok dengan sistem penyelenggaraan makanan yang sedang berjalan. Siklus dapat dibuat untuk menu 5 hari, 7 hari, 10 hari atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu dapat diputar selama 6 bulan-1 tahun.
c. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Serangkaian kegiaatan menetapkan macam, jumlah dan mutu bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu, dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan makanan rumah sakit. 4
Adapun perhitungan kebutuhan semua bahan makanan satu persatu dengan cara : a) Tetapkan jumlah konsumen rata-rata yang dilayani b) Hitung macam dan kebutuhan bahan makanan daalam siklus menu (misalnya : 5,7 atau 10 hari) c) Tetapkan kurun waktu kebutuhan bahan makanan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun) d) Hitung berapa siklus dalam 1 periode yang telah ditetapkan. Contohnya, bila menu yang digunakan adalah 10 hari, maka dalam 1 bulan (30 hari) berlaku 3 kali siklus. Bila 1 bulan adalah 31 hari, maka berlaku 3 kali siklus ditambah 1 menu untuk tanggal 31. e) Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun waktu yang ditetapkan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun) f) Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yang telah dilengkapi dengan spesifikasinya d. Cara Pemesanan Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan
makanan
berdasarkan
pedoman
menu
dan
rata-rata
jumlah
konsumen/pasien yang dilayani, sesuai periode pemesanan yang ditetapkan. Langkah pemesanan bahan makanan : a) Menentukan frekuensi pemesanan bahan makanan segar dan kering b) Rekapitulasi kebutuhan bahan makanan dengan cara mengalikan standar porsi dengan jumlah konsumen/pasien kali kurun waktu pemesanan. C. Jaminan Keamanan Pangan Jaminan keamanan pangan adalah jaminan bahwa makanan tidak akan mengakibatkan bahaya bagi konsumen ketika dipersiapkan dan/atau dimakan. 1. Hazard Analytic Critical Control Points (HACCP) HACCP (Hazard Analytic Critical Control Points) adalah suatu system jaminan keamanan pangan yang mendasarkan kepada suatu kesadaran bahwa bahaya (hazard) berpeluang timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, dan harus dikendalikan untuk mencegah terjjadinya bahaya-bahaya tersebut. 2. Prinsip dan Penerapan HACCP Menurut Codex Alimentarius, konsep HACCP terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP tercakup pula didalamnya. Langkah-langkah 5
penyusunan dan penerapan system HACCP menurut Codex Alimentarius adalah sebagai berikut. Tahap 1
: Menyusun tim HACCP
Tahap 2
: Mendeskripsikan produk
Tahap 3
: Mengidentifikasi pengguna yang dituju
Tahap 4
: Susun diagram alir
Tahap 5
: Verifikasi diagram alir
Tahap 6
: Daftarkan semua bahaya potensial, lakukan analisis bahaya, tentukan
tindakan pengendalian Tahap 7
: Menentukan CCP
Tahap 8
: Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP
Tahap 9
: Menetapkan sistem pemantauan untuk setiap CCP
Tahap 10 : Menetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin terjadi Tahap 11 : Menetapkan prosedur verifikasi Tahap 12 : Menetapkan penyimpanan catatan dan dokumentasi Tahap 1. Pembentukan Tim HACCP Langkah awal yang harus dilakukan dalam penyusunan rencana HACCP adalah membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam industry yang terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim HACCP sebaiknya terdiri atas individu-individu dengan latar belakang pendidikan aatau disiplin ilmu yang beragam, dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang bersangkutan, misalnya ahli mikrobiologi, ahli mesin/engineer, ahli kimia, dan sebagainya sehingga dapat melakukan brainstorming dalam mengambil keputusan. Tahap 2. Mendeskripsikan Produk Tim HACCP yang telaah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian dari produk pangan yang akan disusun rencana HACCPnya. Deskripsi produk yang dilakukan berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk, komposisi, formulasi, proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta keterangan lain yang berkaitan dengan produk. Semua informasi tersebut diperlukan Tim HACCP untuk melakukan evaluasi secara luas dan komprehensif. Tahap 3. Menentukan Pengguna Produk Pada tahap ini, Tim HACCP mengidentifikasi cara penggunaan produk oleh konsumen, cara penyajian, serta kelompok konsumen yang mengonsumsi produk. 6
Penting diketahui apakah produk akan lanngsung dikonsumsi (ready to eat) atau akan dimasak terlebih dahulu oleh konsumen. Harus diingat terdapat kelompok konsumen berisiko tinggi yang meliputi bayi, lansia, kelompok immunocompromised (ibu hamil, orang sakit, orang yang menjalani kimoterapi, pasien AIDS). Tahap 4. Diagram Alir Produk Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk menggambarkan keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk membantu Tim HACCP dalam melaksanakan kerjanya, dapat juga berfungsi proses dan verifikasinya. Diagram alir harus meliputi seluruh tahap-tahap dalam proses secara jelas mengenai : 1. Rincian seluruh kegiatan proses termasuk inspeksi, transportasi, penyimpanan dan penundaan dalam proses, 2. Bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam proses seperti bahan baku, bahan pengemas, air, udara dan bahan kimia, 3. Keluaran dari proses seperti limbah : pengemasan, bahan baku, product-in progress, produk reproses (rework), dan produk yang dibuang (ditolak) Tahap 5. Verifikasi Diagram Alir di Tempat Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan pelaksanaan dilapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata diagram alir proses ttersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan. Verifikasi diagram alir di tempat dapat dilakukan dengan cara berikut. 1.
Mengamati aliran proses,
2.
Kegiatan pengambilan sampel,
3.
Wawancara,
4.
Mengamati operasi rutin/non rutin. Tahap 6. Analisis Bahaya Setelah lima tahap pendahuluan terpenuhi, tim HACCP melakukan analisis bahaya
dan
mengidentifikasi
bahaya
beserta
cara-cara
pencegahan
untuk
mengendalikannya. Analisis bahaya sangat penting untuk dilakukan terhadap bahan baku, komposisi, setiap tahapan proses produksi, penyimpanan produk, dan distribusi, 7
hingga tahap penggunaan oleh konsumen. Tujuan analisis bahaya adaalah untuk mengenali bahaya-bahaya apa saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses pengolahan sejak awal hingga ke tangan konsumen. Analisis bahaya meliputi :
1.
1.
Mengidentifikasi bahaya,
2.
Menentukan kepentingan (signifikansi) bahaya,
3.
Mengidentifikasi tindakan pencegahan. Identifikasi Bahaya Dengan merujuk pada diagram pada alir proses, tim HACCP mendaftarkan semua bahaya yang nyata atau potensial yang mungkin diperkirakan layak terjadi pada setiap tahap proses. Bahaya tersebut meliputi bahaya biologi atau mikrobiologis, bahaya kimia dan bahaya fisik.
2.
Kajian Risiko (Signifikansi) Bahaya Istilah risiko dalam HACCP yang digunakan dalam hal-hal ini adalah sebagai peluang kemungkinan suatu bahaya akan terjadi. Pengkategorian risiko (risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah) ini kemudian dikombinasikan dengan tingkat keakutan dapat menjadi dasar menentukan signifikansi dari bahaya. Secara sederhana tingkat risiko dapat dikategorikan dengan pertimbangan sebagai berikut.
Apakah produk pangan mungkin mengandung dan atau mendukung pertumbuhan pathogen potensial?
Apakah produk akan mengalami proses pemanasan tambahan?
Apakah kondis penyimpanan yang akan datang akan memberi peluang untuk pertumbuhan pathogen atau kontaminasi lebih lanjut?
Apakah populasi yang mengonsumsi makanan khsusunya kelompok yang peka? Penetapan signifikansi bahaya dapat ditentukan dengan matriks kemungkinan
bahaya akan terjadi dan tingkat keparaahaan (severity).
1. Kemungkinan Bahaya akan Terjadi Hal ini biasanya disebut peluang bahaya
akan terjadi. Tim HACCP
mempertimbangkan kemungkinan (peluang) untuk setiap bahaya yang telah diidentifikasi. Pemeriksaan ini dapat berdasarkan pada : pengetahuan dari Tim HACCP; pustaka mengenai mikrobiologi pangan, HACCP, produk pangan, dan 8
pengolahan pangan, makalah ilmiah penelitian; jurnal; pemasok; produsen pangan atau prosesor lain; informasi mengenai penarikan produk; keluhan konsumen; daerah-daerah proses, bahan baku, atau produk yang telah diidentifikasi merupakan daerah bermasalah. Kemungkinan bahaya yang terjadi secara sederhana dapat dinilai sebagai tinggi, sedang, atau rendah. 2.
Tingkat Keseriusan Bahaya a. Keseriusan bahaya dapat ditetapkan dengan melihat dampaknya terhadap kesehatan konsumen, dan juga dampak terhadap reputasi bisnis; b.
Keseriusan bahaya juga dinilai : rendah, sedang atau tinggi.. Dengan menggabungkan peluang yang berat ringannya bahaya akan dapat ditetapkan tingkat RISIKO (SIGNIFIKANSI) bahaya yang dinyatakan sebagai tinggi, sedang atau rendah. Pendekatan seperti ini dapat digunakan untuk menetapkan jenis tindakan pengendalian yang harus dimiliki di tempat dan semakin tinggi risiko bahaya, makaa semakin tinggi pula frekuensi pemantauan yang ditetapkan. 3. Penetapan Tindakan Pencegahan Tahap selanjutnya setelah menganalisis bahaya adalah mengidentifikasi tindakan pencegahan yang mungkin dapat mengendalikan setiap bahaya. Tim kemudian harus mempertimbangkan apakah tindakan pencegahan, jika ada, dapat diterapkan untuk setiap bahaya. Tindakan pencegahan adalah semua kegiatan dan aktivitas yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahaya atau memperkecil pengaruhnya atau keberadaannya pada tingkat yang dapat diterima. Tindakan pencegahan dapat berupa tindakan yang bersifat kimia, fisik atau lainnya yang dapat mengendalikan bahaya keamanan pangan. Tindakan pencegahan dalam mengatasi bahaya dapat lebih dari satu bila dibutuhkan. Tindakan pencegahan didefinisikan sebagai setiap tindakan yang dapat menghambat timbulnya bahaya ke dalam produk dan mengacu pada prosedur operasi yang diterapkan pada setiap tahap pengolahan. Oleh karena konsep HACCP tindakan pencegahan harus selalu menjadi perhatian. Ebrikut beberapa contoh tindakan pencegahan : Pemisahan bahan baku dengan produk akhir dalam penyimpanan, Menggunakan sumber air yang sudah memiliki persyaratan keamanan, Kalibrasi timbangan dan alat pengukur suhu, 9
Menggunakan truk yang dilengkapi fasilitas pengatur suhu, dan lain-lain. Tahap 7. Penetapan Titik Kendali Kritis atau CCP Untuk setiap bahaya yang signifikan maka harus ditetapkan apakah suatu Titik Kendali Kritis atau bukan. Titik kendali kritis adalah suatu tahap atau prosedur di mana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima sehingga risiko dapat diminimalkan. Apabila tahap ini tidak dapat dikendalikan maka dapat menimbulkan bahaya keamanan pangan. Tim HACCP menetapkan di mana bahaya-bahaya yang tinggi risikonya dapat dikendalikan. CCP dapat diidentifikasi dengan menggunakan pengetahuan tentang proses produksi dan semua potensi bahaya dan signifikasi bahaya dari analisis bahaya serta tindakan pencegahan yang ditetapkan. Untuk membantu menemukan dimana seharusnya CCP yang benar, dapat digunakan Diagram Pohon Keputusan CCP (CCP Decision Tree). Diagram Pohon Keputusan adalah seri pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari setiap pertanyaan akan memfasilitasi dan membawa Tim HACCP secara logis memutuskan apakah CCP atau bukan. Di samping diagram pohon keputusan untuk proses, untuk membantu menetapkan dapat juga digunakan Pohon Keputusan CCP untuk bahan baku dan formulasi. Tahap 8. Penetapan Batas Kritis Untuk setiap CCP yang teridentifikasi maka harus ditentukan batas kritis. Batas kritis menunjukkan perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman sehingga proses produksi dapat dikelola dalam tingkat yang aman. Batas kritis ini tidak boleh dilewati untuk menjamin bahwa CCP secara efektif mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik. Tahap 9. Menetapkan Prosedur Monitoring Prosedur pemantauan (monitoring) adalah taahapan pengamataan atau pengukuran batas kritis secara terencana untuk menghasilkan rekaman yang tepat dan ditujukan untuk meyakinkan bahwa batas kritis tersebut mampu mempertahankan keamanan produk. Tim HACCP menetapkan rangkaian prosedur pemantauan untuk tiap-tiap batas kritis yang ditetapkan yang mencakup apa, siapa, di mana, kapaan dan bagaimana pemantauan tersebut dilakukan. Pertanyaaan apa dijawab dengan apa yang haarus dimonitor, yaitu berdasarkan batas kritis yang ditetapkan seperti suhu, waktu, ukuran dan sebagainya. Pertanyaan
10
mengapa dijawab denga alasan bahwa apabila tidak dimonitor dan melampaui batas kritis akan menyebabkan tidak terkendalinya bahaya tertentu dan memungkinkan menyebabkan tidak amannya produk. Pertanyaan dimana seharusnya dijawab pada titik mana atau pada lokasi mana monitoring harus dilakukan. Pertanyaan bagaimana menanyakan metode monitoring, apakah secara sensori, kimia, atau pengukuran tertentu. Berikutnya adalah pertanyaan kapan dilakukan monitoring, idealnya minimal dimana terjadi interupsi dalaam aliran produksi, atau lot, atau data lain yang menetapkan periode suatu monitoring. Terakhir adalah pertanyaan siapa yang melakukan monitoring, idealnya adalah orang yang mempunyai akses yang sangat mudah pada CCP, mempunyai keterampilan dan pengetahuan akan CCP dan cara monitoring, sangat terlatih, dan berpengalaman. Tahap 10. Menetapkan Tindakan Koreksi Tindakan koreksi adalah semua tindakan yang diambil jika hasil pemantauan pada CCP menunjukkan penyimpangan batas kritis (kehilangan kendali) karena jika kendali hilang, maka produk menjadi tidak memenuhi syarat. Dalam pelaksanaannya terdapat 2 level tindakan koreksi, yaitu : a.Tindakan Segera (Immediete Action), yaitu penyesuaian proses agar menjadi terkontrol kembali dan menangani produk-produk yang dicurigai terkena dampak penyimpangan. b. Tindakan Pencegahan (Preventive Action), yaitu pertanggung jawaban untuk tindakan koreksi dan pencatatan tindakan koreksi. Tahap 11. Menetapkan Prosedur Verifikasi Tim HACCP menyusun suatu prosedur untuk meyakinkan bahwa rencana HACCP
sudah
valid
dan
bahwa
rencana
HACCP
yang
disusun
sudah
diimplementasikan seperti yang direncanakan. Verifikasi adalah aplikasi suatu metode, prosedur, pengujian atau evaluasi lainnya untuk menetapkan kesesuaian suatu pelaksanaan dengan rencana HACCP. Verifikasi memberi jaminan bahwa rencana HACCP telah sesuai dengan kegiatan operasional sehari-hari dan akan menghasilkan produk (makanan) dengan mutu baik dan/atau aman untuk dikonsumsi. Secara spesifik, prosedur verifikasi harus menjamin bahwa : Rencana HACCP yang diterapkan benar-benar tepaat untuk mencegah timbulnya bahaya proses dan bahaya produk.
Prosedur pemantauan tindakan koreksi masih diterapkan.
11
Internal audit, pengujian mikrobiologi/kimia pada produk akhir tercatat. Tahap 12. Dokumentasi dan Rekaman yang Baik Dokumen atau rekaman data adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah dilakukan. Dokumen disusun dengaan menggunakan formulir/boring. Dokumen tersebut dapat digunakan (1) untuk keperluan inspeksi dan (2) untuk mempelajari kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan dan menemukan tindakan koreksi yang sesuai. Jenis dokumen (rekaman data) yang harus ada dalam penyusunan rencana HACCP adalah : Rencana HACCP dan semua materi pendukungnya, Dokumen Pemantauan, Dokumen tindakan koreksi, Dokumen verifikasi. Dengan telah disusunnya system dokumentasi, maka selesailah penyusunan rencana HACCP. Rencana HACCP dapat berubah jika terjadi perubahan pada bahan baku,
tata
letak
pabrik,
penggantian
peralatan,
perubahan
program
pembersihan/sanitasi, penerapan prosedur-prosedur baru, perubahan kelompokk konsumen produk dan adanya informasi baru tentang suatu bahaya. Penetapan CCP, penentuan batas kritis, penetapan prosedur monitoring, penetapan tindakan koreksi, penentuan prosedur verifikasi dan dokumentasi yang baik selanjutnya di tuangkan dalam tabel HACCP plan.
BAB III METODE PENGAMATAN A. Waktu dan Tempat Pengamatan HACCP pada menu makan siang loaf tahu untuk pasien diet dan non diet kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suites yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2016 di bagian pelayanan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. 12
B. Lokasi Lokasi pengamatan adalah dapur gizi di bagian penerimaan, persiapan, pengolahan dan distribusi kelas I, II, III, VIP dan VVIP Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. C. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan : a. Baskom alumunium b. Talenan c. Pisau d. Blender e. Kukusan f. Wajan/penggorengan g. Sodet h. Saringan i. Stock Pot j. Sauce Pot k. Sendok Sayur 2. Alat saji yang digunakan : a. Plato b. Mangkok c. Tray d. Sendok e. Garpu f. Piring lauk makan g. Alas makan 3. Alat yang diamati a. Baskom stainless b. Talenan c. Pisau d. Plato e. Piring lauk f. Mangkok g. Sendok h. Garpu i. Alas makan j. Wajan/penggorengan k. Blender l. Sodet m. Saringan n. tray stainless 4. Bahan yang diamati a. Tahu putih b. Bumbu untuk menu loaf tahu yang dihaluskan 13
c. d. e. f. g. h.
Telur Ikan tuna Bumbu untuk ikan tuna pesmol yang dihaluskan Daun salam Daun jeruk Batang sereh
i. Ikan tuna giling j. Bumbu untuk nugget ikan tuna k. Tempe l. Saus Tomat m. Bumbu untuk menu tempe saus tomat D. Prosedur Pemantauan 1. Identifikasi bahaya dan cara pencegahan pada masing-masing bahan makanan. 2. Penetapan HACCP 3. Penetapan batas kritis (CCP) 4. Pengawasan batas kritis 5. Tindakan koreksi 6. Dokumentasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Nama : Annisa Putri Larasati Menu : Loaf Tahu
15
A. Deskripsi Produk Nama Produk Bahan yang digunakan
Loaf Tahu Tahu putih, bawang putih, bawang merah, paprika, garam Karakteristik produk akhir yang 1. Tekstur lembut penting 2. Kosistensi basah 3. Rasa gurih Metode pengolahan (urutan 1. Pendistribusian tahu putih dari pengolahan yang dilakukan) tempat penyimpanan ke ruang pengolahan. 2. Pencucian dan pemotongan bawang merah, bawang putih, paprika. 3. Penghalusan bumbu 4. Pencampuran tahu putih, bumbu, telur dan garam 5. Pengukusan Kondisi penyimpanan yang sudah Tahu putih yang sudah diolah diolah disimpan di wadah baskom stainless Metode distribusi Menggunakan trolley makanan dari dapur gizi ke ruang rawat inap. Metode penyajian 1. Makanan diporsikan sesuai dengan jenis diet pasien 2. Makanan diporsikan dalam keadaan suhu ruang dan di 16
bungkus dengan wrapping plastic untuk mencegah adanya kontaminasi pada makanan. 3. Setelah makanan didistribusikan kepada pasien, makanan langsung dikonsumsi oleh pasien dengan holding time 1-2 jam. B. Cara Pembuatan Loaf Tahu 1. Haluskan bawang putih, bawang merah dan paprika yang sudah dipotong-potong. 2. Tuangi bumbu yang sudah dihaluskan ke wadah tahu putih yang sudah dicuci. 3. Haluskan tahu putih yang sudah tercampur dengan bumbu halus. 4. Masukkan telur ke dalam adonan tahu. 5. Tambahkan sedikit garam. 6. Kukus selama 1 jam. 7. Hidangkan.
C. Identifikasi Penggunaan Produk Nama produk : Loaf Tahu Deskripsi cara konsumsi : Dikonsumsi langsung Penggunaan produk : Pasien diet dan non diet D. Waktu dan Kegiatan Tanggal 20 Juni 2016
22 Juni 2016
-
Bahan Tahu putih Bawang merah Bawang putih Paprika Telur Tahu putih Bawang merah Bawang putih Paprika Telur Garam
Waktu 10.00 WIB
Kegiatan Penerimaan dan penyimpanan bahan-bahan
10. 15 WIB
Persiapan tahu putih yang sudah dicuci, bawang merah, bawang putih, paprika Penghalusan bumbu Pencampuran tahu putih dengan bumbu halus
10.20 WIB 10.25 WIB
10.30 WIB 17
Tahu putih dan
10.35 WIB
10.40-11.40 WIB 16.45 WIB 17.00 WIB
bumbu dihaluskan Masukkan telur pada adonan tahu dan penambahan garam Pengukusan Pemorsian loaf tahu dan platting Distribusi ke pasien kelas I, II, III, VIP dan VVIP
E. Hasil Aplikasi HACCP di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional 1. Diagram Alir Lampiran 1 2. Verifikasi Diagram Alit di Tempat Lampiran 1 3. Analisis Bahaya Lampiran 1 F. Pelaksanaan HACCP Kegiatan HACCP pada Loaf Tahu dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2016 di rumah sakit Pusat Otak Nasional. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk melihat penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu serta proses pengolahan Loaf Tahu. Beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu, yaitu dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan basah, persiapan bahan makanan, proses pengolahan bahan makanan, pemorsian dan tahap distribusi kepada pasien. 1. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pda tanggal 22 Juni 2016, pengamatan yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut. a. Penerimaan Bahan Makanan Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016. Kegiatan penerimaan bahan makanan, yaitu kegiatan menimbang, menyortir dan membersihkan bahan makanan kering, basah dan segar yang telah dikirim oleh supplier dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh unit gizi. Pengiriman bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi akan dikembalikan dan akan diganti dengan bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi oleh supplier. Penerimaan bahan makanan dilakukan di ruang penerimaan instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
18
Petugas yang melaksanakan kegiatan ini, yaitu petugas dan ahli gizi di bagian penerimaan bahan makanan. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan, yaitu timbangan injak, pisau, baskom besar, keranjang besar, trolley dan tempat sampah. Penerimaan bahan makanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu penerimaan 1)
bahan makanan kering dan penerimaan bahan makanan basah. Penerimaan Bahan Makanan Kering a. Telur ayam Penerimaan telur ayam diamati tidak secara langsung. Penerimaan telur dilakukakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi berwarna cokelat, tidak pecah, bersih dari kotoran yang menempel, aromanya tidak busuk, dalam 1 kilogram terdapat 14-16 butir telur. b. Garam Penerimaan garam diamati tidak secara langsung. Penerimaan garam dilakukakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi bersih, mengandung iodium, tidak mengandung logam berat dan tidak menggumpal.
2) a.
Penerimaan Bahan Makanan Kering Tahu putih Penerimaan tahu putih diamati tidak secara langsung. Penerimaan tahu putih dilakukakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi segar, asli, tidak hancur, padat, bersih, tidak berformalin, tidak berlendir, tidak asam, putih
b.
dan kedelai murni. Bawang merah Penerimaaan bawang merah diamati tidak secara langsung. Penerimaan bawang merah dilakukan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi tidak
c.
ada tunas atau bonggol, dan tidak ada kulit bawang. Bawang putih Penerimaan bawang putih diamati tidak secara langsung. Penerimaan bawang putih dilakukan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi tidak
d.
ada tunas atau bonggol, dan tidak ada kulit bawang. Paprika Penerimaan paprika diamati tidak secara langsung. Penerimaan paprika dilakukakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan spesifikasi segar, muda, tidak busuk dan ukuran besar.
3)
Alat yang Digunakan Saat Penerimaan
19
Alat yang digunakan saat penerimaan secara keseluruhan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing. Alat yang digunakan saat penerimaan adalah timbangan yang digunakan untuk menimbang bahan makanan basah dan bahan makanan kering. Saat digunakan timbangan, posisi diangka nol agar timbangan berfungsi dengan baik dan hasil penimbangan akurat. Dapat disimpulkan bahwa timbangan yang digunakan pada bagian penerimaan sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
4)
Penyimpanan Bahan Makanan a. Penyimpanan Bahan Makanan Kering Telur ayam Penyimpanan telur ayam disimpan di dalam rak bahan makanan pada meja persiapan pengolahan bahan makanan dengan suhu 28-30°C. Bahan makanan btelur ayam dipakai berdasarkan sistem FIFO. Garam Penyimpanan garam disimpan di atas rak bahan makanan pada gudang kering dengan suhu 28-30°C. Tempat penyimpanan bersih, kemasan tidak bocor, tidak terbuka, dan tidak rusak. Di gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO. b. Penyimpanan Bahan Makanan Basah Tahu putih Penyimpanan tahu putih di dalam chiller dengan suhu 9°C, disimpan dalam keadaan bersih dan dingin. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan
sistem FIFO
dan tanggal
penerimaan
kemasan.
Penyimpanan tahu putih sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Bawang merah 20
Penyimpanan bawang merah di dalam chiller dengan suhu 11°C dengan wadah plastik yang bersih. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan
sistem FIFO
dan tanggal
penerimaan
kemasan.
Penyimpanan bawang merah sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Bawang putih Penyimpanan bawang merah di dalam chiller dengan suhu 11°C dengan wadah plastik yang bersih. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan
sistem FIFO
dan tanggal
penerimaan
kemasan.
Penyimpanan bawang putih sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Paprika Penyimpanan paprika di dalam chiller dengan suhu 11°C dengan wadah plastik yang bersih. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan. Penyimpanan paprika sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
b. Persiapan Bahan Makanan Sebelum pengolahan, tahu putih dihitung terlebih dahulu dan disesuaikan dengan jumlah pasien. Selanjutnya, tahu putih, telur, bawang merah, bawang putih dan paprika dicuci dengan air bersih dan mengalir. Kemudian, bawang merah, bawang putih dan paprika dimasukkan ke dalam blender untuk dihaluskan. Alat yang digunakan pada persiapan, yaitu baskom stainless untuk menaruh potongan tahu putih, pisau dan talenan untuk potongan bawang merah, bawang putih dan paprika yang akan dihaluskan. Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan diawali dengan pencampuran bumbu halus pada tahu putih, kemudian dicampur dan dihaluskan kembali. Setelah tahu putih dan bumbu halus tercampur menjadi adonan, telur dimasukkan dan diaduk kembali serta menambahkan garam secukupnya. Lalu, adonan loaf tahu dikukus selama 1 jam. Jenis Pengolahan
Waktu 21
Suhu
Penghalusan bumbu Pencampuran tahu putih, bumbu halus, telur dan garam Pengukusam Total Waktu Pengolahan
5 menit 10 menit 60 menit 75 menit
29,6°C (suhu ruang) 800C
1) Alat yang digunakan a)
Pisau Pada proses pengolahan, pisau digunakan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Penggunaan pisau juga dibedakan berdasarkan golongan bahan makanan. Alat yang digunakan sudah memenuhi standar oprasional prosedur (SOP).
b)
Talenan Pada proses pengolahan, talenan yang digunakan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah memenuhi standar oprasional prosedur (SOP).
c)
Baskom alumunium Pada proses pengolahan, baskom stainless yang digunakan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan memenuhi standar operasional prosedur (SOP).
d)
Kukusan Pada proses pengolahan, kukusan yng digunakan dalam keadan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan memenuhi standar operasional prosedur (SOP). 22
2) Tenaga penjamah dalam proses pengolahan Tenaga penjamah/pemasak sebelum memasuki tempat pengolahan sudah menggunakan APD yang lengkap dan mencuci tangan ketika memasuki dapur karena sudah dalam peraturan yang sesuai standar oprasional prosedur (SOP). Akan tetapi pada proses pengolahan loaf tahu tenaga penjamah atau pemasak saat memakai penutup kepala tidak sempurna karena rambut belum tertutup, hal tersebut bisa menimbulkan bahaya. Maka, tenaga penjamah pada saat proses pengolahan belum sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
d. Pemorsian Makanan
Pemorsian sudah dilakukan pada saat persiapan bahan makanan, dengan memotong adonan menjadi menjadi kurang lebi 2-3 cm. Kemudian masing-masing porsi di letakkan di piring lauk nabati untuk kelas I, VIP,VVIP, dan President Suites. Setelah itu dilakukan wrapping agar makanan tetap dalam keadaan bersih. Persiapan peletakkan piring lauk pasien sudah dilakukan 30 menit sebelum proses pemorsian, sehingga, memungkinkan adanya debu pada piring makan pasien.
e. Distribusi Makanan Makanan yang telah diolah di dapur, kemudian didistribusikan oleh pramusaji, sebelum didistribusikan makanan disusun di dalam trolley dengan etiket yang sudah tercantum dan dibagikan ke setiap ruangan. Saat pendistribusian berlangsung ke pasien suhu makanan sudah dalam keadaan yang tidak hangat. Saat pendistribusian berlangsung, suhu makanan sudah tidak hangat, selain itu pengaruh dari keadaan suhu ruang masing-masing pasien berbeda yang dapat menimbulkan bahaya lain. Proses distribusi bahan makanan sudah sesuai dengan standar
23
oprasional prosedur (SOP), namu APD yang digunakan pramusaji masih ada yang belum lengkap dan masih perlu diingatkan kembali. f. Tenaga Pemasak dan Pramusaji Tenaga pemasak dan pramusaji makanan sebelum memasuki tempat pengolahan sudah menggunakan APD, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan proses pemasakan atau pendisribusian. Namun, APD yang digunakan pada pemasak dan pramusaji belum lengkap, seperti penggunaan alas kaki yang tidak sesuai dengan prosedur, penutup kepala yang pemakaiannya masih tidak sempurna menutupi rambut dan prosedur cuci tangan yang baik belum diterapkan dengan baik sehingga, tenaga penjamah pada proses pengolahan dan distribusi masih belum sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
Nama
: Fikriyah Haikal
Menu
: Tempe Saus Tomat
24
A. Deskripsi Produk Nama Produk Bahan baku yang digunakan
Tenpe Saus Tomat Tempe, saus tomat, gula pasir, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, bawang bombay, garam, merica bubuk Karakteristik produk akhir yang penting Suhu : 270C Tekstur : Lunak Warna : Coklat sedikit kemerahan Konsistensi : Tidak terlalu kering, tidak terlalu basah Rasa : Manis, Gurih Metode Pengolahan (Urutan Pengolahan Pendistribusian tempe dan saus tomatdari 25
yang dilakukan)
Kondisi penyimpanan yang sudah diolah Metode transportasi / distirbusi Metode Penyajian Makanan
tempat penyimpanaan ke ruang pengolahan Pencucian bawang merah, bawang putih, bawang bombay Pencincangan / chop bumbu Penghalusan bumbu Penggorengan tempe Penumisan bumbu Pencampuran tempe, saus tomat, garam, merica, dan gula Tempe yang sudah matang disimpan dalam wadah baskom stainless Menggubakab trolley makanan dari dapur keruang rawat inap Di dapur makanan diporsikan sesuai dengan jenis diet pasien Makanan diporsikan dalam suhu ruang dan dibungkus menggunakan Wrapping plastic untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan Setelah makanan didistribusikan kepada pasien, makanan langsung dikonusmsi oleh pasien dengan holding time 1-2 jam
B. Cara Pembuatan Tempe Saus Tomat 1. Siapkan semua bahan yang ingin digunakan 2. Potong tempe berbentuk dadu – dadu 3. Cincang / haluskan bumbu bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay 4. Goreng tempe hingga matang (jangan terlalu kering) 5. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan atau dicincang hingga harum 6. Masukkan saus tomat, tempe, garam, merica, dan gula 7. Tambahkan sedikit air 8. Aduk rata, tunggu sampai tempe meresap 9. Setelah tempe meresap angkat dan sajikan C. Identifikasi Penggunaan Produk Nama Produk
: Tempe saus tomat
Deskripsi Cara Konsumsi
: Dikonsumsi secara langsung
Penggunaan Produk
: Pasien rawat inap dengan diet dan non diet kecuali pasien dengan diet rendah purin, dan tidak nabati 26
D. Waktu dan Kegiatan Tanggal 20 juni 2016
22 juni 2016
Bahan Waktu Tempe, bawang 10.00 merah, bawang putih, bawang bombay 04.30-06.30 Tempe, saus tomat, bawang merah, bawnag putih, bawnag bombay, garam, merica bubuk, gula, minyak 10.00 goreng 11.00
Kegiatan Penerimaan bahan makanan
o Persiapan bahan makanan (pencucian bumbu, pemotongan tempe) o Penghalusan bumbu tempe o Penggorengan tempe o Penumisan bumbu o Pencampuran seluruh bahan makanan (pemasakan) o Pemorsian tempe kedalam alat hidang o Distribusi kepasien ruang rawar inap
E. Hasil Aplikasi HACCP Di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional 1. Diagram Alir Lampiran II 2. Verifikasi Diagram Alir di Tempat Lampiran II 3. Analisis Bahaya Lampiran II F.Pelaksanaan HACCP Kegiatan HACCP Tempe saus tomat dilaksanakan pada tanggal 20 dan 23 juni 2016 didapur gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, tujuan dari pengamatan ini untuk melihat penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu serta proses pengolahan tempe saus tomat sehingga aman dikonsumsi oleh pasien atau konsumen lain. Ada beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering dan basah, persiapan bahan makanan, proses pengolahan, pemorsian diruang distribusi, dan tahap pendistribusian kepasien. 1. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pada tanggal 20 dan 23 juni 2016, pengamatan yang dilakukan antara lain; a. Penerimaan Bahan Makanan 27
Penerimaan bahan makanan dilaksanakan dari tanggal 20 juni 2016 kegiatan penerimaan bahan makanan yaitu kegiatan menimbang, menyortir, mengukur, membersihkan bahan makanan segar maupun kering yang telah dikirim oleh rekanan, bahan makanan yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Instalasi Gizi, jika bahan makanan tidak sesuai dengan spesifikasi maka akan dilakukan penolakan dan rekanan harus mengganti bahan makanan yang sesuai. Penerimaan bahan makanan dilakukan di ruang penerimaan Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Petugas yang melaksanakan kegiatan ini yaitu petugas tim penerimaan dan dibantu ahli gizi yang bertugas menerima bahan makanan dari tim penerimaan. i. Penerimaan bahan makanan basah
Tempe Penerimaan tempe diamati secara langsung, penerimaan tempe pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifikasi dan tekstur yang sesuai. Yaitu berat tempe 450 – 470 gr per 1 buah tempe, tempe dalam keadaan tidak berbau langu.
Bawang Merah Penerimaan bawang merah diamati secara langsun, penerimaan bawnag merah pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifikasi tidak ada bonggol, tidak busuk, dan sudah dikupas.
Bawang Putih Penerimaan bawang putih diamati secara langsung, penerimaan bawang putih pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifkasi tidak ada bonggol, tidak busuk, dan sudah dikupas.
Bawang Bombay Penerimaan
bawang
bombay
diamati
secara
langsung,
penerimaan bawang putih pada tanggal 20 juni 2016 dengan spesifkasi tidak ada bonggol, dan tidak busuk. ii. Penerimaan bahan makana kering
Saus tomat Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016
Garam 28
Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016
Merica Halus Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016
Minyak Goreng Tidak diamatai secara langsung pada tanggal 20 juni 2016
iii. Alat Yang Digunakan Saat Penerimaan Alat yang digunakan dalam penerimaan yaitu timbangan. Timbangan digunakan untuk menimbang bahan makanan seperti tempe, bawang merah, bawnag putih, bawang bombay. Saar akan digunakan timbangan di nol kan lebih dahulu agar timbangan berfungsi dengan baik dan hasil timbangannya pun akurat. b. Penyimpanan Bahan Makanan i. Penyimpanana bahan makanan basah
Tempe Penyimpanan tempe disimpan dalam chiller dengan suhu 50C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal penerimaan kemasannya
Bawang Merah Penyimpanan bawang merah disimpan dalam chiller dengan suhu 100C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal penerimaan kemasannya
Bawang Putih Penyimpanan bawang putih disimpan dalam chiller dengan suhu 100C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal penerimaan kemasannya
Bawang Bombay
29
Penyimpanan bawang bombay disimpan dalam chiller dengan suhu 250C dan menggunakan sistem FIFO yang dituliskan tanggal penerimaan kemasannya ii. Penyimpanan Bahan Makanan Kering
Saus Tomat Penyimpanan saus tomat di simpan dalam suhu ruang di dalam gudang makanan kering dengan suhu 25,90C dan menggunakan sistem FEFO
Merica Halus Penyimpanan merica halus di simpan dalam suhu ruang di dalam
gudang
makanan
kering
dengan
suhu
25,90C
dan
menggunakan sistem FEFO
Garam Penyimpanan garam di simpan dalam suhu ruang di dalam gudang makanan kering dengan suhu 25,90C dan menggunakan sistem FEFO
Minyak Goreng Penyimpanan minyak goreng di simpan dalam suhu ruang di dalam
gudang
makanan
kering
dengan
suhu
25,90C
dan
menggunakan sistem FEFO c. Persiapan Bahan Makanan 1) Tempe Sebelum pengolahan tempe dilakukan penimbangan terlebih dahulu sesuai dengan jumlah porsi pasien. Setelah itu tempe di potong dadu-dadu.
2) Bawang Merah Sebelum dilakukan pengolahan, bawang merah di cuci dengan alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang merah di cincang halus di atas talenan 30
3) Bawang Putih Sebelum dilakukan pengolahan, bawang putih di cuci dengan alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang putih di cincang halus di atas talenan 4) Bawang Bombay Sebelum dilakukan pengolahan, bawang bombay di cuci dengan alir mengalir terlebih dahulu, kemudian bawang bombay di cincang halus di atas talenan 5) Alat Yang Digunakan
Talenan Dalam proses persiapan talenan sudah dalam keadaan bersih, bebas dari kotoran, digunakan dalam keadaan kering dan setiap habais pakai selalu dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan kembali. Dalam hal ini untuk memotong bumbu dan tempe digunakan pada 1 talenan saja.
Pisau Pisau dalam persiapan digunakan untuk memotong tempe dan mencincang bumbu. Pisau bebas dari sisa kotoran bahan makanan dan digunakan saat pisau telah dicuci bersih dan dalam keadaan kering. Dalam hal ini, pisau yang digunakan untuk mencincang bumbu sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong tempe.
Baskom Stainless Baskom dalam persiapan terbuat dari stainless steel, dicuci terlebh dahulu menggunakan sabun dan air mengalir, bebas dari sisa kotoran bahan makanan dan digunakan saat baskom telah kering, namun proses pencucian tidak diamati secara langsung karena telah dicuci oleh petugas yang dinas sebelumnya. Sehingga baskom yang digunakan sudah dalam keadaan bersih.
d. Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan diawali dengan memanaskan minyak untuk menggoreng. Masukkan tempe dan goreng ( tidak terlalu kering saat menggoreng 31
tempe) pada suhu. Kemudian panaskan 3 sdt minyak untuk menumis, masukan bumbu yang sudah di cincang, tunggu hingga harum masukan saus tomat, dan sedikit air tunggu mendidih. Masukkan tempe serta garam, dan merica halus. Aduk rata sampai saus tomat meresap kedalam tempe. Jenis Pengolahan Penggorengan tempe Penumisan bawang bumbu Pemasukan tomat, dan air Pencampuran tempe, dan bumbu lainnya hingga meresap Total Waktu Pengolahan
Waktu 15 menit 10 menit
Suhu
3 menit
1000C
20 menit
1000C
900C
48 Menit
Suhu yang dipakai saat pengolahn sudah tepat sesuai dengan jenis pengolahnnya. 1) Alat Yang Digunakan
Penggorengan / Frying Pan Penggorenga yang digunakan sudah bersih dari sisa bahan makanan, tidak kotor, tidak berkarat, namun dalam proses pencucian tidak diamati secara langsung karena alat yang ingin dipakai sudah bersih dicuci oleh petuga sebelumnya.
Baskom Stainlees Baskom dalam pengolahan terbuat dari stainless steel, dicuci terlebih dahulu menggunakan sabun dan air mengalir, bebas dari sisa kotoran bahan makanan dan digunakan saat baskom telah kering, namun proses pencucian tidak diamati secara langsung karena telah dicuci oleh petugas yang dinas sebelumnya. Sehingga baskom yang digunakan sudah dalam keadaan bersih.
Sodet Sodet yang digunakan dalam proses pengolahan makanan sudah bersih dari sisa makanan, tidak ada kotoran, tidak berkarat. Namun, pada
32
saat proses pencucian tidak diamati secara langsung karena sudah dicuci bersih oleh petugas dinas sebelumnya. Alat sudah sesuai dengan prosedur. 2) Tenaga Penjaman dama proses Pengolahan Tenaga penjamah/pemasak dalam proses pengolahan sudah menggunakan APD yang lenngkap, karena memang sudah diwajibkan sebelumnya bahwa ketika memasuki ruangan dapur gizi harus memakai APD yang lengkap dan sebelum melakukan pengolahan harus mencuci tangan terleih dahulu dengan 6 langkah cuci tangan, meskipun tenaga penjamah tidak kontak langsung dengan makanan dengan kata lain tenaga penjamah menggunakan alat yaitu sodet dan spatula dalam pengolahan makanan. Dalam hal ini tenaga pemasak sudah sesuai dengan prosedur. e. Distribusi Makanan Distribusi makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional menggunakan sistem sentralisasi. Makanan yang telah diolah kemudian disajikan oleh pramusaji. Sebelum didistribusikan kesetiap runagan makanan ini di platting terlebih dahulu, dan di tutupi menggunakan plastic wrapping, setelah itu disusun kedalam tray sesuai dengan kamar, ruangan, dan lantai pasien. Setelah itu, dimasukan kedalam trolly berbenrtuk rak kemudian setelah penyusunan langsung dibagikan keruangan pasien yang mendapatkannya. Pada saat pendistribusian ke pasien suhu sudah tidak dalam keadaan hangat, sehingga dapat mempengaruhi daya terima pasien terhadap makanan. Alat yang digunakan sebagai berikut ;
Plato ( untuk kelas 2, dan 3) Plato terbuat dari melamin yang tebal, kondisi fisiknya baik. Pada saat ingin dipakai plato sudah dalam keadaan bersih, baik, bebas dari kotoran sisa bahan makanan. Dalam proses pencucian plato menggunakan mesin pencuci alat makan. Pencucian plato dilakukan pada petugas dinas sebelumnya. Dan, pada saat plato ingin dipakai sudah dalam keadaan kering.
Piring Lauk
33
Piring lauk terbuat dari bahan keramik, kondisi fisiknya baik. Pada saat ingin dipakai piring lauk sudah dalam keadaan bersih, baik, bebas dari kotoran sisa bahan makanan. Dalam pencucican piring lauk menggunakan mesin pencuci alat makan. Pencucian piring lauk dilakukan pada petugas dinas sebelumnya. Dan, pada saat piring lauk ingin dipakai sudah dalam keadaan kering.
Sendok Semua sendok yang digunakan dalam proses pendistribusian ini bersih dari sisa bahan makanan, tidak ada kotoran, namun proses pencucian tidak diamati secara langsung. Karena alat telah dibersihkan oleh petugas pramusaji sebelumnya serta alat tersedia dalam keadaan bersih dan kering.
Garpu Semua garpu yang digunakan dalam proses pendistribusian ini bersih dari sisa bahan makanan, tidak ada kotoran, namun proses pencucian tidak diamati secara langsung. Karena alat telah dibersihkan oleh petugas pramusaji sebelumnya serta alat tersedia dalam keadaan bersih dan kering.
Trolley Trolley yang digunakan untuk mendistribusikan makanan terbuat dari stainless steel, bersih dari kotoran, dan tidak terdapat sisa bahan makanan yang tercecer, trolley rutin dibersihkan oleh petugas pramusaji yang sedang shift, keadaan trolley masih baik namun proses pembersihan trolley tidak diamati secara langsung.
Tenaga Penjamah Tenaga penjamah saat kegiatan pendistribusian ada dua bagian yaitu penjamah di dapur dan penjamah pembawa makanan. Pendistribusian
didapur
tenaga
penjamahnya
sudah
menggunakan APD yang lengkap yaitu baju seragam kerja, celemek, penutup kepala, masker, dan sarung tangan. APD yang digunakan oleh tenaga penjamah kontak langsung dengan 34
makanan sehingga harus menggunakan masker dan sarung tangan. Sementara, pendistribusian kepasien dilakukan oleh pramusaji (sesuai dengan SOP).
Nama
: Inna Maydina
Menu
: Pesmol Ikan Tuna
35
A. Deskripsi Produk Nama Produk
Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol) 36
Bahan baku yang digunakan
Ikan tuna, bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, gula pasir, garam, lengkuas,
Karakteristik produk akhir yang penting
minyak goreng. - Suhu: 27°C - Tekstur: lembut - Warna: kuning - Konsistensi: basah
- Rasa: gurih Metode pengolahan (urutan pengolahan - Pendistribusian yang dilakukan)
ikan
tuna
dari
tempat
penyimpanan ke ruang pengolahan - Pencucian dan pemotongan ikan tuna - Pencucian dan pengirisan bawang merah, jahe, kunyit, lengkuas - Penghalusan bumbu - Penumisan bumbu - Pemasakan bumbu dan ikan - Pencampuran daun salam, daun jeruk, batang
Kondisi penyimpanan yang sudah diolah
serai Ikan tuna yang sudah diolah disimpan di
Metode transportasi/distribusi
wadah baskom stainless Menggunakan trolley makanan dari dapur ke ruang rawat inap/ sentralisasi. - Di dapur makan diporsikan sesuai dengan
Metode penyajian
jenis diet pasien. - Makanan diporsikan dalam suhu ruang dan di tutup menggunakan plastic wrap untuk mencegah kontaminasi pada makanan. - Setelah
makanan
didistribusikan
kepada
pasien, makanan dikonsumsi oleh pasien dengan holding time 1-2 jam.
B. Cara Pembuatan Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol) 1. Panaskan 200ml minyak goreng di wajan. Masukkan bawang merah yang telah di iris, goreng hingga berubah warna kecoklatan, masukkan semua bumbu yang telah dihaluskan, daun salam, daun jeruk, batang serai kemudian tumis hingga harum. 37
2. Masukkan ikan tuna, aduk rata hingga tercampur dengan semua bumbu, tambahkan 1,5liter air. 3. Masak ikan tuna hingga bumbu, air meresap dan ikan tuna menjadi empuk. 4. Hidangkan C. Identifikasi Penggunaan Produk Nama Produk Deskripsi Cara Konsumsi Penggunaan Produk
Ikan Tuna Bumbu Kuning (pesmol) Dikonsumsi langsung Pasien diet dan non diet
D. Waktu dan Kegiatan Tanggal 22 Juni 2016
Bahan Ikan tuna
Waktu 08.00
Kegiatan - Penerimaan dan penyimpanan ikan
Bawang merah
10.00
- Persiapan/ pencucian ikan
Bawah putih
Kunyit
Jahe
Lengkuas
Daun salam
Daun jeruk
Batang serai
Minyak goreng
Garam
Gula pasir
- Persiapan bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas - Penggorengan bawah merah yang telah di iris - Penumisan bumbu 10.20
- Pencampuran ikan tuna dengan bumbu dan air - Penambahan daun jeruk, daun salam, batang serai, gula pasir dan garam
10.55
- Ikan tuna empuk, matang dan diangkat
16.00
- Pemorsian ikan tuna pesmol ke alat saji
17.00
- Distribusi ke pasien kelas I, II, III, VIP
E. Hasil Aplikasi HACCP di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional 1. Diagram Alir Lampiran III 2. Verifikasi Diagram Alir di tempat Lampiran III 3. Analisis Bahaya 38
Lampiran III F. Pelaksanaan HACCP Kegiatan HACCP pada ikan tuna bumbu kuning (pesmol) dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2016 di dapur gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, tujuan dari pengamatan ini untuk melihat penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu serta proses pengolahan ikan tuna bumbu kuning (pesmol) sehingga aman untuk dikonsumsi oleh pasien. Ada beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan basah, persiapan bahan makanan, proses pengolahan, pemorsian dan tahap pendistribusian ke pasien dari ruang pengolahan (dapur). 1. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2016, pengamatan yang dilakukan antara lain: a. Penerimaan Bahan Makanan Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 23 juni 2016, kegiatan penerimaan bahan makanan yaitu menimbang, menyortir, dan membersihkan bahan makanan kering, basah dan segar yang telah dikirim oleh supplier dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh bagian gizi, jika bahan makanan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan maka bahan makana akan dikembalikan lagi kepada supplier dari pihak supplier akan mengganti bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Penerimaan bahan makanan dilakukan diruang penerimaan instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Petugas yang melaksanakan kegiatan ini yaitu tim penerimaan bahan makanan. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan yaitu timbangan injak (besar), keranjang besar, baskom besar, trolley. Penerimaan bahan makanan terbagi menjadi dua macam yaitu penerimaan bahan makanan basah dan penerimaan bahan kering. 1) Penerimaan Bahan Makanan Basah a) Ikan Tuna Penerimaan ikan tuna diamati secara tidak langsung, penerimaan ikan tuna pada tanggal 23 Juni 2016 dengan spesifikasi bersih, tanpa sisik, segar, tidak frozen. Ikan dipotong untuk 40 porsi selanjutnya ikan dicuci dengan air bersih dan mengalir. b) Bawang Merah
39
Penerimaan bawang merah diamati secara langsung, penerimaan bawang merah pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi tidak ada tunas/bonggol, dan tidak ada kulit bawang. c) Bawang Putih Penerimaan bawang putih diamati secara langsung, penerimaan bawang putih pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi tidak ada tunas/bonggol, dan tidak ada kulit bawang. 2) Penerimaan Bahan Makanan Kering a) Garam Penerimaan garam tidak diamati secara langsung b) Gula Pasir Penerimaan gula pasir tidak diamati secara langsung c) Minyak Goreng Penerimaan minyak goreng tidak diamati langsung 3) Alat Yang Digunakan Saat Penerimaan Alat yang digunakan pada saat penerimaan secara keseluruhan sudah sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing. Alat yang digunakan saat penerimaan adalah timbangan yang digunakan untuk menimbang bahan makanan kering dan bahan makanan basah, seperti bawang merah, bawang putih, ikan. a. Penyimpanan Bahan Makanan 1) Penyimpanan Bahan Makanan Kering a) Gula pasir Penyimpanan gula pasir disimpan digudang kering dengan 28°C-30°C, disimpan di atas rak bahan makanan kering yang tempat penyimpanan tidak kotor, kemasan tidak bocor, tidak terbuka, tidak rusak. Di gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO. b) Garam Penyimpanan garam disimpan didalam gudang kering dengan suhu 28°C-30°C, disimpan di atas rak bahan makanan kering yang tempat penyimpanan tidak kotor, kemasan tidak bocor, tidak terbuka, tidak rusak. Di gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO. c) Minyak goreng Penyimpanan garam disimpan didalam gudang kering dengan suhu 28°C-30°C, disimpan di atas rak bahan makanan kering yang tempat penyimpanan tidak kotor, kemasan tidak bocor, tidak terbuka, tidak rusak. Di gudang 40
penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO. 2) Penyimpanan Bahan Makanan Basah a) Ikan tuna Penyimpanan ayam disimpan didalam freezer dengan suhu -1,7oC, disimpan dengan keadaan bersih, dingin beku, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan. Penyimpanan ikan telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
b) Bawang Merah Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu 11oC, sebelum disimpan bawang merah telah terkupas dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan. Penyimpanan bawang merah telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). c) Bawang Putih Penyimpanan bawang putih disimpan didalam chiller dengan suhu 11oC, sebelum disimpan bawang putih telah terkupas dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan. Penyimpanan bawang putih telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). d) Serai Penyimpanan serai disimpan didalam chiller dengan suhu 11oC, sebelum disimpan serai dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan 41
bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem FIFO dan tanggal penerimaan kemasan. Penyimpanan serai telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). e) Lengkuas Penyimpanan lengkuas disimpan didalam chiller dengan suhu 11oC, sebelum disimpan lengkuas dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan
makanan
basah
menerapkan
sistem
FIFO.
Penyimpanan lengkuas telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). f) Jahe Penyimpanan jahe disimpan didalam chiller dengan suhu 11oC, sebelum disimpan jahe telah terkupas dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan
makanan
basah
menerapkan
sistem
FIFO.
Penyimpanan jahe telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). g) Daun Salam Penyimpanan daun salam disimpan didalam chiller dengan suhu 11oC, sebelum disimpan daun salam dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan
makanan
basah
menerapkan
sistem
FIFO.
Penyimpanan daun salam telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). h) Daun Jeruk Penyimpanan daun jeruk disimpan didalam chiller dengan suhu 11oC, sebelum disimpan daun jeruk dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan keadaan bersih dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Di tempat penyimpanan bahan
makanan 42
basah
menerapkan
sistem
FIFO.
Penyimpanan daun jeruk telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). b. Persiapan Bahan Makanan Sebelum pengolahan, ikan dihitung terlebih dahulu dan disesuaikan dengan jumlah pasien. Selanjutnya ikan dicuci dengan air bersih dan mengalir. Sebelum pengolahan, bawang merah, bawang putih, kunyit dan jahe dicuci dengan air yang mengalir dan bersih, lalu di masukan kedalam blender untuk dihaluskan. Alat yang digunakan pada persiapan yaitu baskom stainless untuk menaruh potongan ikan, blender untuk menghaluskan bumbu, pisau untuk memotong bumbu.
c. Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan diawali dengan memanaskan wajan berisi minyak, setelah panas semua bumbu di tumis, lalu masukkan ikan dan air, kemudian diamkan hingga ikan empuk. Jenis Pengolahan
Waktu
Suhu
Penumisan bumbu halus
7 menit (13.00-13.07)
90oC
Pemasakan (ayam, bumbu dan santan)
60 menit (13.10-14.10)
100oC
total waktu pengolahan
67 menit
Pemakaian suhu pada saat pengolahan sudah tepat dan sesuai dengan jenis pengolahannya. 1) Alat yang digunakan a) Pisau Pada proses pengolahan, pisau yang digunakan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang 43
mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur (SOP). b) Talenan Pada proses pengolahan, talenan yang digunakan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur (SOP). c) Sodet Pada proses pengolahan, sodet yang digunakan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur (SOP). d) Baskom alumunium Pada proses pengolahan, baskom stainless yang digunakan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur (SOP). e) Wajan Pada proses pengolahan, wajan yang digunakan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, tidak berkarat, proses pencucian alat tidak diamati karena petugas yang mendapatkan dinas pagi sudah mencuci. Alat yang digunakan sudah memenuhi standar operasional prosedur (SOP). 2) Tenaga penjamah dalam proses pengolahan Tenaga
penjamah/pemasak
sebelum
memasuki
tempat
pengolahan sudah menggunakan APD yang lengkap dan mencuci tangan ketika memasuki dapur karena sudah dalam peraturan yang 44
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Akan tetapi pada proses pengolahan ayam tenaga penjamah/pemasak saat memakai penutup kepala tidak sempurna karena rambut masih keluar, hal tersebut akan menimbulkan bahaya (hazard). Maka, tenaga penjamah pada saat proses pengolahan belum sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). d. Distribusi Makanan Makanan yang telah diolah di dapur, kemudian didistribusikan oleh pramusaji, sebelum didistribusikan makanan disusun di dalam trolley dengan etiket yang sudah tercantum dan dibagikan ke setiap ruangan. Saat pendistribusian berlangsung, ke pasien suhu makanan sudah dalam keadaan yang tidak hangat. Selain itu hygiene pramusaji saat memasuki ruangan per sayap tidak mencuci tangan baik sebelum maupun sesudah. Hal tersebut akan berpengaruh juga pada makanan yang diberikan dan makanan yang diambil di dalam ruangan. Alat saji yang digunakan terdiri dari piring, sendok, garpu, dan trolley. Alat saji tersebut bersih, tidak berkarat, maka alat saji sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Pada saat memasuki ruangan pasien, suhu di masing-masing ruangan berbeda, dalam hal tersebut terdapat bahaya (hazard) yaitu westafel yang tidak bersih yang dapat mempengaruhi makanan yang akan dikonsumsi pasien.
45
Nama
: Nindy Apriliani Putri
Menu
: Nugget Ikan Tuna
46
A. Deskripsi Produk Nama Produk Bahan Baku dan Bumbu
Nugget Ikan Tuna Ikan tuna, telur, tepung roti, tepung sagu, bawang bombay, bawang putih, bawang merah, paprika, daun jeruk, lada, gula putih, garam Karakteristik produk akhir Tekstur agak lembut Warna coklat keemasan Kosistensi kering Rasa gurih Metode Pengolahan (urutan Pendistribusian bahan baku dan pengolahan) bumbu dari tempat penyimpanan ke ruang persiapan Pencucian bahan baku dan bumbu Penggilingan ikan tuna dan chopping bumbu Pencampuran bahan baku, bumbu, tepung roti, sagu, dan telur Pembentukan dan Penggorengan Platting dan distribusi Kondisi penyimpanan yang Nugget ikan tuna yang sudah sudah diolah diolah disimpan di nampan 47
stainless di atas oben marry dengan suhu 60° C Menggunkan trolley makanan dari dapur ke ruang rawat inap/sentralisasi Di meja distribusi di porsikan sesuai dengan jenis diet pasien Makanan di porsikan dalam suhu 25.9° C lalu di bungkus dengan wrapiing plastic Makanan dimasukan ke trolley makanan lalu didistribusikan ke pasien dengan holding time 1-2 jam
Metode transportasi/distribusi Metode penyajian
B. Cara Pembuatan Nugget Ikan una 1. Ikan tuna di giling hingga cukup halus, kemudia chop bumbu-bumbu yang digunakan 2. Campurkan ikan tuna yang sudah digiling bersama bumbu-bumbu, tepung roti, tepung sagu, dan telur. Bentuk menjadi bulat kelonjongan. 3. Panaskan minyak di wajan, kemudian goreng dengan api sedang hingga matang 4. Porsikan kemudian hidangkan. C. Identifikasi Penggunaan Produk Nama Produk
: Nugget Ikan Tuna
Deskripsi Cara Konsumsi
: Konsumsi langsung
Penggunaan Produk
: Pasien diet dan non diet kecuali tidak ikan dan tidak telur
D. Waktu dan Kegiatan Tanggal 20 Juni 2016 22 Juni 2016
Bahan ikan tuna telur bawang bombay paprika daun bawang ikan tuna telur bawang putih
Waktu 09.00
05.00 10.00
48
Kegiatan Penerimaan dan penyimpanan bahanbahan
– persiapan thawing ikan tuna dari freezer kemudian penggilingan
bawang merah bawang bombay paprika daun jeruk daun bawang gula putih, garam, dan lada tepung sagu tepung roti
persiapan bumbubumbu kemudian chopping pencampuran semua bahan dibentuk menjadi nugget kemudian digoreng pemorsian dan platting distribusi ke kelas I, VIP, VVIP, PS
E. Hasil Aplikasi HACCP di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional 1. Diagram Alur Proses Produksi Lampiran 4 2. Analisis Bahaya Lampiran 4 3. Analisis Penetapan CCP/Titik kritis Lampiran 4 4. Analisis pengendalian bahaya Lampiran 4 F. Pelaksanaan HACCP Pelaksanaan HACCP pada menu makan siang lauk hewani tambahan Nugget Ikan Tuna dilaksanakan tanggal 22 Juni 2016 di instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Tujuan dari pengamatan iini yaitu untuk melihat penerapan konsep HACCP atuau pengendalian mutu pada proses pengolahan menu makan siang lauk hewani tambahan sehingga aman untuk dikonsumsi oleh pasien. Tahapan yang dilakukan pada proses HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan basah dan bahan makanan kering, persiapan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, pemorsian makanan sampai distribusi hingga sampai ke tangan pasien. G. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP 1. Penerimaan Bahan Makanan
49
Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 dengan kegiatan penerimaan bahan makanan meliputi penimbangan, penyortiran, pengecekan dengan spesifikasi bahan makanan, dan pembersihan bahan makanan yang perlu dicuci oleh supplier. Bahan makanan yang diterima harus memenuhi standar spesifikasi tiap bahan makanan, jika ada bahan makanan yang tidak sesuai atau kurang maka bahan makanan tersebut akan dikembalikan lagi kepada pihak supplier untuk diganti dan dipenuhi sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya. Penerimaan bahan makanan dilakukan di ruang penerimaan instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Petugas yang melaksanakan kegiatan penerimaan adalah tim penerimaan lalu ahli gizi bagian penerimaan akan menerima bahan makanan tersebut setelah penerimaan selesai. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan berupa timbangan besar satuan kg dengan dua angka dibelakang koma, baskom stainless besar, keranjang besar, dan trolley. Penerimaan bahan makanan yang diterima terbagi dalam dua macam yaitu, penerimaan bahan makanan basah dan penerimaan bahan makanan kering. a) Penerimaan Bahan Makanan Basah
Ikan tuna Penerimaan ikan tuna tidak diamati secara langsung, namun spesifikasi bahan makanan adalah bersih, tanpa sisik, tanpa duri, segar, dan tidak beku. Ukuran potongan ikan 50 gram selanjutnya ikan tuna dicuci dengan air bersih dan mengalir kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik.
Bawang putih Penerimaan bawang putih diamati secara langsung dengan spesifikasi tidak ada tunas/bonggol dan tidak ada kulit bawang.
Bawang merah Penerimaan bawang merah diamati secara langsung dengan spesifikasi tidak ada tunas/bonggol dan tidak ada kulit bawang.
Bawang bombay Penerimaan bawang bombay tidak diamati secara langsung namun spesifikasi bahan makanan adalah tidak ada tunas/bonggol.
Paprika Penerimaan paprika tidak diamati secara langsung namun spesifikasi bahan makanan adalah bersih, tidak memar/busuk.
Daun jeruk 50
Penerimaan daun jeruk tidak diamati secara langsung namun spesifikasi bahan makanan adalah bersih, tidak ada ranting/batang.
Daun bawang Penerimaan daun bawang tidak diamati secara langsung namun spesifikasi bahan makanan adalah bersih, tidak ada akar.
b) Penerimaan Bahan Makanan Kering
Telur Penerimaan telur diamati secara langsung dengan spesifikasi bersih. Selanjutnya telur dicuci dengan air bersih dan mengalir kemudian disusun kedalam rak telur.
Tepung roti Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Tepung sagu Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Lada bubuk Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Gula putih Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Garam Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
Minyak goreng Penerimaan tepung roti tidak diamati secara langsung
c) Alat yang digunakan saat penerimaan Alat yang digunakan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP), timbangan injak besar selalu dalam angka 0 (nol) sebelum digunakan pada saat penimbangan. Angka timbangannya pun akurat karena menggunakan dua angka dibelakang koma dengan satuan kg. 2. Penyimpanan Bahan Makanan a) Penyimpanan bahan makanan basah
Ikan tuna Penyimpanan ikan tuna disimpan dalam freezer dengan suhu (-18° C), disimpan dengan keadaan bersih dalam plastik, sudah dicuci, dingin beku, dan tempat penyimpanan 51
bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan ikan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Bawang putih Penyimpanan bawang putih disimpan dalam chiller dengan suhu 10° C, disimpan dengan keadaan bersih sudah terkupas dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan bawang putih sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Bawang merah Penyimpanan bawang merah disimpan dalam chiller dengan suhu 10° C, disimpan dengan keadaan bersih sudah terkupas dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan bawang merah sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Bawang bombay Penyimpanan bawang bombay disimpan dalam chiller dengan suhu 10° C, disimpan dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan bawang bombay sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Paprika Penyimpanan paprika disimpan dalam chiller dengan suhu 10° C, disimpan dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan paprika sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
Daun jeruk Penyimpanan daun jeruk disimpan dalam chiller dengan suhu 10° C, disimpan dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan daun jeruk sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP). 52
Daun bawang Penyimpanan daun bawang disimpan dalam chiller dengan suhu 10° C, disimpan dengan keadaan bersih dalam plastik, dan tempat penyimpanan bersih dari kotoran. Ditempat penyimpanan bahan makanan basah menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan melihat tanggal masuk bahan makanan pada kemasan plastik. Penyimpanan daun bawang sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP).
b) Penyimpanan bahan makanan kering
Telur Penyimpanan telur disimpan dalam suhu ruang dengan suhu dapur 25.9° C – 26.9° C, disimpan bertumpuk di rak telur di meja persiapan. Penyimpanan telur menerapkan sistem First In First Out (FIFO). Penyimpanan telur masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan telur.
Tepung roti Penyimpanan tepung roti disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28° C, disimpan di dalam kardus dan ditata dalam rak paling bawah untuk menghindari tepung yang mengkontaminasi bahan makanan lain. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor, belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan tepung roti masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
Tepung sagu Penyimpanan tepung sagu disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28° C, disimpan di dalam kardus dan ditata dalam rak paling bawah untuk menghindari tepung yang mengkontaminasi bahan makanan lain. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor, belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan tepung sagu masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
Lada bubuk Penyimpanan lada bubuk disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28° C, botol lada bubuk ditata dalam rak tengah. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor, belum 53
kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan lada bubuk masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
Gula putih Penyimpanan gula putih disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28° C, kemasan gula putih ditata dalam rak paling bawah. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor, belum kadaluarsa, tidak rusak, dan terdapat kartu stock opname. Gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan gula putih masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
Garam Penyimpanan garam disimpan dalam gudang kering dengan suhu 28° C, kemasan garam ditata dalam rak paling bawah, dan terdapat kartu stock opname. Keadaan kemasan masih bagus, tidak bocor, belum kadaluarsa, dan tidak rusak. Gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan garam masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP) dikarenakan suhu ruang yang belum stabil di ruang penyimpanan kering.
3. Persiapan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan dilakukan sebelum pengolahan bahan makanan. Masingmasing bahan makanan dihitung sesuai dengan resep dan dibandingkan dengan standar porsi pada resep. Bahan baku utama ikan tuna setelah dikeluarkan beberapa saat dari freezer selanjutnya dicuci dengan air bersih mengalir dan hangat. Bahan lainnya seperti bawang bombay, bawang putih, bawang merah, daun bawang, daun jeruk, dan paprika juga dicuci dengan air bersih mengalir dan hangat. Setelah itu ikan tuna di blender untuk mengahulskan dagingnya, selanjutnya untuk bumbu lainnya di chop hingga cukup halus. Persiapan bahan makanan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP). 4. Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan diawali dengan memanaskan wajan penggorengan, setelah panas lalu nugget ikan tuna yang sudah dibentuk di goreng dengan api sedang selama 54
10 menit sampai matang merata dengan suhu 200° C. Total waktu pemasakan yang dibutuhkan untuk 20 porsi adalah 30 menit. Setelah nugget matang, kemudian di masukkan ke dalam nampan stainless lalu di wrapping dan di letakkan di Oben Marry dengan suhu 60° C. Alat yang digunakan pada proses persiapan hingga pengolahan adalah: a) Wajan/penggorengan Wajan yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas yang dinas siang. b) Blender Blender yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas yang dinas siang. c) Sodet Sodet yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas yang dinas siang. d) Saringan Saringan yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas yang dinas siang. e) Pisau Pisau
yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa
makanan serta penggunaan pisau yang sesuai jenis makanan juga diterapkan agar tidak terjadi kontaminasi silang namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas yang dinas siang. f) Talenan Talenan yang digunakan pada proses persiapan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, serta penggunaan talenan yang sesuai jenis makanan juga diterapkan agar tidak terjadi kontaminasi silang, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas yang dinas siang. g) Nampan stainless Nampan stainless yang digunakan pada proses pengolahan dalam keadaan bersih dari sisa makanan, namun pencucian alat tidak diamati karena alat sudah dibersihkan oleh petugas yang dinas siang. 55
Proses pengolahan makanan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP), namun yang menjadi catatan adalah penggunaan APD penjamah makanan yang belum sempurna. 5. Pemorsian dan Platting Makanan Pemorsian sudah dilakukan pada saat persiapan bahan makanan dibentuk menjadi nugget, dengan membentuk adonan menjadi bulat-bulat lonjong ± 5 cm, dibuat sebanyak porsi yang diorder dengan cadangan 3 porsi. Kemudian masing-masing porsi di letakkan di piring lauk hewani tambahan untuk kelas I, VIP,VVIP, dan President Suites. Setelah itu dilakukan wrapping agar makanan tetap dalam keadaan bersih. Persiapan peletakkan piring lauk pasien sudah dilakukan sejak pukul 08.00 pagi, sedangkan proses pemorsian dilakukan pukul 09.45, jadi kemungkinan adanya terjadi kontaminasi debu pada piring makan pasien. 6. Distribusi Makanan Makanan yang sudah di wrapping kemudian akan di tata di tray sesuai dengan keterangan di etiket makan pasien yaitu ruangan dan kelas pasien untuk mempermudah distribusi makanan. Kemudian tray tersebut di masukkan kedalam trolley makanan. Saat pendistribusian berlangsung, suhu makanan sudah tidak hangat lagi, selain itu pengaruh dari keadaan suhu ruang masing-masing pasien berbeda yang dapat menimbulkan bahaya lainnya. Alat makan yang digunakan juga tidak dikemas dalam tissue walaupun alat makan dalam keadaan bersih dan tidak berkarat. Proses distribusi bahan makanan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP), namu APD yang digunakan pramusaji masih ada yang belum sempurna dan masih perlu diingatkan kembali. 7. Tenaga Penjamah Makanan dan Pramusaji Tenaga penjamah/pemasak dan pramusaji makanan sebelum memasuki tempat pengolahan sudah menggunakan APD, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan proses pemasakan/pendisribusian. Namun, APD yang digunakan pada penjamah/pemasak dan pramusaji belum sempurna, seperti penggunaan alas kaki yang tidak sesuai prosedur, penutup kepala yang pemakaiannya masih tidak sempurna menutupi rambut kepala, dan prosedur cuci tangan yang baik belum diterapkan seutuhnya. Maka, tenaga penjamah pada proses pengolahan dan distribusi masih belum sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP). 56
Nama
: Tegar Swendanur Risha
Menu
: Ayam Bumbu Opor
57
A.
Deskripsi Produk Nama Produk Bahan Baku yang Digunakan
Ayam Bumbu Kari Ayam, santan, jamur kuping, minyak goreng, cabe merah keriting, bawang merah,
bawang
puutih,
ketumbar,
jinten, jahe, garam, kunyit, kemiri, daun salam, daun jeruk, serai, lengkuas, gula pasir Karakteristik produk akhir yang - Suhu : penting
-
Tekstur : Lembut
-
Warna : Kuning Keemasan
-
Konsistensi : Basah
Metode
pengolahan
(urutan
-
pengolahan yang dilakukan)
Rasa : Gurih Pendistribusian ayam dari tempat penyimpanan ke ruang pengolahan
-
Pencucian
dan
pemotongan
bawang, cabe keriting, bawang merah,
bawang
lengkuas
58
-
Penghalusan bumbu
-
Penumisan bumbu
putih,
kunyit,
Kondisi
penyimpanan
sebelum
-
Pemasakan bumbu dan ayam
-
Pencampuran daun salam, daun jeruk, serai Ayam disimpan didalam chiller dan
disajikan Metode transportasi/distribusi
ditempatkan pada wadah dan diolah Menggunakan troly makanan dari dapur
Metode penyajian
ke ruang rawat inap - Di dapur makanan
diporsikan
sesuai dengan jenis diit pasien -
Makanan diporsikan dalam suhu ruang
dan
menggunakan
di
bungkus
wrapping
plastic
untuk mencegah kontaminasi pada makanan. -
Setelah makanan didistribusikan kepada pasien, makanan langsung dikonsumsi oleh pasien.
B. Cara Pembuatan Ayam Bumbu Kari 2. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan dengan blender hingga harum, masukkan potongan ayam, gula pasir, daun salam, daun jeruk, serai, dan jamur aduk rata, biarkan bumbu meresap. Api dikecilkan. 3. Cicipi rasanya. Angkat, lalu hidangkan. C. Identifikasi Penggunaan Produk Nama Produk Deskripsi Cara Konsumsi Penggunaan produk
Ayam Bumbu Kari Dikonsumsi langsung Pasien dengan diet biasa
D. Waktu dan Kegiatan Tanggal 20 Mei
Bahan Ayam
2016
Cabe
Waktu -
keriting, Bawang merah, Bawang putih
merah keriting
Kegiatan Penerimaan dan penyimpanan Ayam, Cabe merah
Bawang merah 59
Bawang putih
Ayam
Cabe merah keriting
Bawang
12.00
merah
12.00
-
merah, bawang putih, ketumbar, jinten jahe, kunyit, kemiri
Bawang putih
Persiapan ayam dikeluarkan dari Chiller
12.30
-
Penumisan bumbu
12.35
-
Pencampuran ayam dengan bumbu dan
Ketumbar
23 Mei
Jinten
2016
Jahe
Kunyit
-
Penambahan garam dan gula
Kemiri
-
Lengkuas
Daun salam
14.00
-
Matang dan diangkat,
Daun jeruk
-
Distribusi ke pasien kelas II dan III
Serai
17.1018.00
-
Distribusi ke pasien kelas I dan VIP
Lengkuas
Gula pasir
santan
E. Hasil Aplikasi HACCP di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional 1. Diagram Alir Lampiran 5 2. Verifikasi Diagram Alir di Tempat Lampiran 5 4. Analisis Bahaya Lampiran 5 F. Pelaksanaan HACCP
60
Kegiatan HACCP pada Ayam Bumbu Kari dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2016 di dapur Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, tujuan dari pengamatan ini untuk melihat penerapan konsep HACCP atau pengendalian mutu serta proses pengolahan Ayam Bumbu Kari sehingga aman untuk dikonsumsi oleh pasien. Ada beberapa tahap dalam HACCP atau proses pengendalian mutu yaitu dimulai dari penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan kering, basah dan segar, persiapan bahan makanan, proses pengolahan, pemorsian dan tahap pendistribusi ke pasien dari ruang pengolahan (dapur).
G. Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan HACCP Kegiatan pengamatan HACCP dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016 dan tanggal 22 Mei 2016, pengamatan yang dilakukan antara lain : H. Penerimaan Bahan Makanan Penerimaan bahan makanan dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016 kegiatan penerimaan bahan makanan yaaitu kegiatan menimbang, menyortir, dan membersihkan bahan makanan kering, basah dan segar yang telah dikirim oleh supplier dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh bagian Gizi, jika bahan makanan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukkan. Maka, bahan makanan akan dikembalikan lagi kepada supplier dan pihak supplier akan mengganti bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi, penerimaan bahan makanann dilakukan di ruang penerimaan bagian gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Petugas yang melaksanakan kegiatan ini yaitu petugas pengawasan dibantu oleh ahli gizi bagian penerimaan bahan makanan. Peralatan yang digunakan dalam proses penerimaan yaitu timbangan injak (besar), pisau, baskom besar, keraanjang besar, trolly, dan tempat sampah. Penerimaan bahan makanan terbagi menjadi tiga macam yaitu penerimaan bahan makanan kering, penerimaan bahan makanan basah dan penerimaan bahan makanan segar. 1.
Penerimaan Bahan Makanan Kering
1) Bawang Merah
61
Penerimaan bawang merah diamati secaara langsung, penerimaan bawang merah pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi tidak ada tunas/bonggol, dan tidak ada kulit bawang. 2) Bawang Putih Penerimaan bawang merah diamati secara langsung, penerimaan bawang merah pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi tidak ada tunas/bonggol, dan tidak ada kulit bawang. 3) Cabe Merah Penerimaan cabe merah diamati secara langsung, penerimaan cabe merah pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi segar, dan tidak busuk. 2. Penerimaan Bahan Makanan Segar
1) Ayam Penerimaan ayam diamati secara langsung, penerimaan ayam pada tanggal 20 Mei 2016 dengan spesifikasi bersih, tanpa bulu, tanpa lemak, segar, tidak frozen. Ayam yang diterima 100% sesuai dengan spesifikasi maka ayam mencapai nilai target. 3. Alat yang Digunakan Saat Penerimaan Alat yang digunakan pada saat penerimaan secara keseluruhan sudah sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing, diantaranya: 1) Timbangan Timbangan digunakan untuk menimbang bahan makanan kering, bahan makanan basah, dan bahan makanan segar seperti cabe merah, bawang merah, bawang putih, ayam. Saat digunakan timbangan posisi angka, diangka nol agar timbangan berfungsi dengan baik dan hasil timbangannya pun akurat. Dapat disimpulkan bahwa timbangan yang digunakan dibagian penerimaan sudah baik. 4.
Penyimpanan Bahan Makanan
1) Penyimpanan Bahan Makanan Kering a)
Santan
62
Penyimpanan santan disimpan di gudang kering dengan suhu 28°C30°C, disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO. b) Gula Penyimpanan gula pasir disimpan digudang kering dengan 28°C-30°C, disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO. c) Garam Penyimpanan garam disimpan didalam gudang kering dengan suhu 28°C-30°C, disimpan di atas rak bahan makanan kering. Di gudang penyimpanan bahan makanan kering menerapkan sistem FEFO. 2)
Penyimpanan Bahan Makanan Segar 5. Persiapan Bahan Makanan a) Ayam Penyimpanan ayam disimpan didalam chiller dengann suhu -1.7oC b) Bawang Putih Penyimpanan bawang putih disimpan didalam chiller dengan suhu c) Bawang Merah Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu 1.2oC d) Serai Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu 26oC e) Lengkuas Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu 26oC f) Jahe Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu 26oC g) Daun Salam Penyimpanan bawang merah disimpan didalam chiller dengan suhu 26oC
63
Sebelum pengolahan, ayam dihitung terlebih dahulu dan disesuaikan dengan jumlah pasien. Selanjutnya ayam dicuci dengan air bersih dan mengalir. Ayam tidak dipotong-potong lagi karena pada saat penerimaan bahan makanan, ayam sudah dipotong-potong. 1) Cabe Merah, Bawang Merah, Bawang Putih, Kunyit, Jahe Sebelum pengolahan, cabe merah, bawang merah, bawang putih, kunyit dan jahe dicuci dengan air yang mengalir dan bersih, lalu di masukan kedalam blender untuk dihaluskan. 2) Alat Yang Digunakan Dalam Persiapan Alat yang digunakan pada persiapan yaitu baskom stanless untuk menaruh potongan ayam, blender untuk menghaluskan bumbu yang akan dicampurkan dengan ayam, pisau untuk memotong bumbu seperti bawang merah,, bawang putih dan cabe merah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Penerimaan bahan makanan kering dan bahan makanan basah sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur (SOP). 2. Proses pada penyimpanan bahan makanan kering dan basah sudah sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, hanya saja suhu pada penyimpanan bahan makanan kering masih tidak sesuai prosedur. 3. Proses persiapan bahan makanan tenaga penjamah perlengkapannya belum sesuai prosedur. 4. Proses pengolahan dan pendistribusian sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 5. Titik kendali kritis pada menu diatas adalah pada proses penerimaan dan pengolahan. Rencana tindak lanjut yang dilakukan melalui tabel pengendalian, yaitu proses penerimaan yang sesuai dengan SOP dan spesifikasi bahan makanan dan penggunaan
64
APD pada petugas penjamah makan dan petugas pramusaji pada proses pengolahan dan distribusi makanan. B. Saran 1. Perlu adanya sosialisasi atau pelatihan berkala kepada tenaga penjamah dan pramusaji tentang penggunaan APD dan standar oprasional prosedur di instalasi gizi serta memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang lalai dari standar oprasional prosedur. 2. Untuk suhu penyimpanan bahan makanan sebaiknya tidak melebihi dari suhu yang telah ditetapkan. 3. Perlu adanya pengecekan dalam penyimpanan bahan makanan basah pada suhu dan cara penataan bahan makanannya. 4. Lakukan monitoring kepada petugas didapur maupun di pantry agar lebih memperhatikan atau menjalakan sesuai SOP yang telah ditetapkan, baik saat melakukan persiapan maupun pendistribusian.
DAFTAR PUSTAKA Antara. Semadi Nyoman. Modul Pelatihan Sistem Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan. Manado: Pusat Studi Ketahanan Pangan, LPPM, Unud Butarbutar, A. F. (2012). Sistem Penyelenggaraan Makanan di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2011. Departemen Kesehatan, R. I. (2013). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Khairani, L., Manjas, M., & Fendy, R. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Rawat Jalan RSUD Pasaman Barat (Doctoral dissertation, Tesis]. Universitas Andalas, Padang). Nasional-BSN, B. S. Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya.
65
66
LAMPIRAN
DESKRIPSI PRODUK 1
Nama Produk
: Loaf Tahu
2
Komposisi
:
Bahan Utama (tahu putih 1,5 kg, telur 7 butir) Lampiran 1. Bumbu (bawang merah 10 siung, bawang putih 10 siung, garam 2 sdt, 1 bh,) I PERANCANGAN HACCP 3 Pengolahan Utama : Dikukus Menu : Loaf Tahu 4 Cara Penyajian : Jenis Makanan : Lauk Hewani Tambahan Produk disajikan dalam piring lauk untuk kelas I, II, III, VIP, VVIP dan No Latar President Suites dengan wrapping Nama Unit plastic. Kedudukan KT . Belakang SasaranPutri Konsumen 1. 5 Annisa Larasati Gizi : Ketua tim S1 Gizi Konsumen yang dilayani adalah pasienpengawas rawat inap di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional II
DESKRIPSI PRODUK YANG DITANGANI 6 Daya Simpan : 3-4 jam pada suhu ruang 7
Jumlah Porsi
:
Dalam sekali pengolahan menghasilkan 40 porsi 8
Sistem Distribusi & Penyajian: Distribusi secara sentralisasi/tray67 service
III
IDENTIFIKASI PENGGUNAAN PRODUK Loaf Tahu digunakan sebagai lauk nabati pada menu ke makan malam untuk pasien non diet dan diet. Komposisi bahan yang digunakan disesuaikan dengan standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian dilakukan menggunakan piring lauk makan untuk kelas I, II, III, VIP dan VVIP ditutupi dengan wrapping plastic. Penyajian langsung kepada sasaran, dengan maksimal holding time selama 12 jam pada suhu ruangan.
IV
DIAGRAM ALIR PROSES PRODUKSI
Penerimaan bahan baku dan bumbu Pencucian, pemotongan dan penimbangan tahu
Pencampuran 68 dan Penghalusan (tahu putih, bumbu halus, telurPenghalusan Pencucian bumbu dan Pengukusan Distribusi Platting pemotongan bumbu dan garam)
V
MENGURUTKAN SESUAI DENGAN PROSES YANG ADA DI LAPANGAN
VI
MENDATA POTENSI BAHAYA Nama Institusi
: Instalasi Gizi
Nama Produk
: Loaf Tahu
Metode Penyajian
: Tray Service/Sentralisasi
Ssasaran pengguna
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III,
VIP, VVIP dan President Suites.
69
70
Tabel 1. Data Potensial Bahaya Identifikasi Bahaya
Tahapan Proses
K : Formalin Tahu putih B : E. Salmonella Koliform
Analisis Tindakan Pencegahan Severit Resiko Signifikan y Penerimaan Bahan, bumbu dan persiapan Jaminan dari supplier bahwa bahan makanan bebas formalin Penggunaan bahan kimia Supplier memiliki sertifikat T T S oleh supplier keamanan pangan Pencucian Penanganan bahan makanan yang kurang T T S Pemeriksaan dan pencucian bahan tepat makanan oleh supplier Penanganan bahan Pemeriksaan dan pencucian bahan makanan yang kurang R R TS makanan oleh supplier tepat Sumber
Coli, sp,
F : Kulit telur retak, kotoran unggas Telur B : Salmonella sp.
Penanganan makanan yang tepat
bahan kurang
S
S
TS
Bawang putih
K : Pestisida
Pembasmi hama
T
T
S
B
: Penanganan
bahan
T 71
T
S
Pencucian bahan makanan dan suhu pemanasan yang sesuai pada saat pemasakan Jaminan dari supplier bahwa bahan makanan bebas pestisida Supplier memiliki sertifikat keamanan pangan Spesifikasi bahan makanan ; bawang sudah dikupas Pencucian sebelum pengolahan makanan Jaminan mutu supplier
Tahapan Proses
Bawang merah
Identifikasi Bahaya
Sumber yang
Resiko
Analisis Severit Signifikan y
Mikroorganisme
makanan tepat
kurang
K : Pestisida
Pupuk pada tanaman
T
T
S
B : Salmonella sp.
Penangan bahan makanan yang kurang tepat
T
T
S
F : Busuk, memar
Penanganan makanan yang tepat
R
R
TS
K : Pestisida
Pembasmi hama
T
T
S
R
R
TS
R
TS
S
S
Penerapan sistem FIFO
bahan kurang
Paprika
Garam
Tahu putih
F : Kemasan rusak dan sudah kadaluarsa
B : E. Salmonella,
Penanganan bahan makanan yang kurang tepat
Proses pencucian terkandung R
Zat yang dalam air Coli, Tempat pencucian yang tidak bersih
K : kaporit/klorin
Tindakan Pencegahan
T
72
Jaminan mutu supplier Spesifikasi bahan makanan yang tepat Jaminan mutu pemasok Penerapan sistem FIFO Spesifikasi bahan makanan Pemeriksaan oleh tim penerimaan bahan makanan Jaminan dari supplier bahwa bahan makanan bebas pestisida Supplier memiliki sertifikat keamanan pangan Pencucian sebelum pengolahan makanan Jaminan mutu supplier Pemeriksaan bahan makanan yang datang Penerapan sistem FEFO Memeriksa kadar kaporit dalam air Prosedur pencucian yang tepat Melakukan cek kadar E. Coli
Tahapan Proses
Identifikasi Bahaya koliform
Telur
F : kotoran B : E. Salmonella koliform
Bawang putih
Bawang merah
Paprika
Coli,
K : kaporit/klorin B : E. koliform
Coli,
K : kaporit/klorin B : E. koliform
Resiko
Kandungan air Pencucian yang kurang bersih Coli, sp, Kandungan air
K : kaporit/klorin B : E. koliform
Sumber
Coli,
Bawang putih
F : Kotoran dari alat pengolahan, rambut, kuku
Bawang merah
B : E. Coli, koliform F : kotoran dari
Zat yang dalam air
Analisis Severit Signifikan y
Tindakan Pencegahan dalam air
terkandung
R
R
TS
T
T
S
R
R
TS
S
S
R
TS
S
S
R
TS
S
S
R
TS
S
S
R
TS
T Tempat pencucian kurang bersih Zat yang terkandung R dalam air Tempat pencucian kurang T bersih Zat yang terkandung R dalam air Tempat pencucian kurang T bersih Penghalusan bumbu Pencucian alat pengolahan yang tidak bersih dan R tenaga penjamah yang tidak higienis Kurang bersihnya T pencucian alat Pencucian alat pengolahan R 73
Prosedur pencucian yang tepat Prosedur pencucian yang tepat Melakukan cek kadar E. Coli dalam air Memeriksa kadar kaporit dalam air Prosedur pencucian yang tepa Melakukan cek kadar E. Coli dalam air Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan metode pencucian yang tepat Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan metode pencucian yang tepat
Pencucian alat yang bersih Tenaga penjamah menggunakan APD lengkap
Pencucian alat yang bersih Pencucian alat yang bersih
Tahapan Proses
Paprika
Identifikasi Bahaya alat pengolahan, debu, rambut, kuku B : E. Coli, koliform F : kotoran dari alat pengolahan, debu, rambut, kuku B : E. Coli, koliform
Sumber
Resiko
Analisis Severit Signifikan y
yang tidak bersih dan tenaga penjamah yang tidak higienis Kurang bersihnya T S S pencucian alat Pencucian alat pengolahan yang tidak bersih dan R R TS tenaga penjamah yang tidak hygiene Kurang bersihnya T S S pencucian alat Pencampuran tahu putih, bumbu halus, telur dan garam
Tindakan Pencegahan
Tenaga penjamah menggunakan APD lengkap Pencucian alat yang bersih
Pencucian alat yang bersih Tenaga penjamah menggunakan APD lengkap
Pencucian alat yang bersih
Tahu putih Telur
F : debu, kotoran
Bawang putih
Pencucian alat yang kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak hygiene
R
R
TS
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah menggunakan APD lengkap
Spesifikasi bahan makanan yang tepat Jaminan mutu pemasok Kontaminasi pada bahan makanan
Bawang merah Paprika Garam
Tahu putih Telur
B : Salmonella sp
F : debu, kotoran
Penanganan makanan yang tepat
T
bahan kurang
Pengukusan Pencucian alat yang R kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak 74
T
S
R
TS
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah menggunakan APD lengkap
Tahapan Proses
Identifikasi Bahaya
Sumber
Analisis Severit Signifikan y
Resiko
Tindakan Pencegahan
Bawang putih hygiene
Bawang merah
Paprika
B : Salmonella sp
T Penanganan makanan yang tepat
T
S
bahan kurang
Spesifikasi bahan makanan yang tepat Jaminan mutu pemasok Kontaminasi pada bahan makanan
Distribusi Loaf Tahu VII
F : Debu
Lingkungan yang kurang bersih MENENTUKKAN TITIK KRITIS B : Serangga
R
R
TS
T
T
TS
Memantau kebersihan troli Menggunakan wrapping plastic untuk menutup makanan penerapan hygine sanitasi lingkungan instalasi gizi
Tabel 2. Penetapan Titik Kritis (CCP) Tahap Proses Tahu putih
Telur
Bahaya Potensial Q1* Q2** Penerimaan bahan, bumbu dan persiapan K : Formalin Y T B : E. Coli, Salmonella sp, koliform Y Y B : Salmonella sp, E. Coli, koliform K:B : Mikroorganisme 75
Y Y
Y T
Q3***
Q4****
T
CCP/not CCP Not CCP CCP
Y
Y
CCP Not CCP
Tahap Proses Bawang merah Paprika Garam
Bahaya Potensial K:-
Q1* -
Q2** -
Q3*** -
-
-
K:-
Q4**** -
CCP/not CCP -
-
-
-
Proses pencucian Tahu putih
B : E. Coli, koliform
Y
T
Y
Y
Not CCP
Bawang putih
B : E. Coli, koliform
Y
T
Y
Y
Not CCP
Bawang merah
B : E. Coli., koliform
Y
T
Y
Y
Not CCP
Paprika
Y B : E. Coli, koliform Penghalusan Bumbu
T
Y
Y
Y
Y
Bawang putih Bawang merah Paprika
B : E. Coli
Y
T
Not CCP
Not CCP
Pencampuran tahu putih, bumbu halus, telur dan garam Tahu putih Telur Bawang putih Bawang merah Paprika Garam
F : debu, kotoran
B : Salmonella sp
Y
T
T
Y
T
Y
Y
T
T
Not CCP
T
Not CCP
Pengukusan Tahu putih
F : debu, kotoran 76
Not CCP
Tahap Proses Telur Bawang putih Bawang merah Paprika
Bahaya Potensial
Q1*
Q2**
Q3***
Q4****
CCP/not CCP
Y
T
Y
T
CCP
Y
T
T
B : Salmonella sp Distribusi
Loaf Tahu
F : Debu
VIII
MENETAPKAN BATAS KRITIS
IX
MENETAPKAN SISTEM MONITOR
X
MENETAPKAN TINDAKAN KOREKSI
Not CCP
Tabel 3. Pengendalian Bahaya Monitoring
Penerimaan tahu putih
Biologi
Batas Kritis Tiap Tindakan Pencegahan Salmonella sp,
Penerimaan telur
Biologi
Salmonella sp,
Salmonella
Setiap pengolaha n
Ruang pengolahan
Pengawas pengolahan
Pengukusan
Biologi
Salmonella
Salmonella
Setiap pengolaha n
Ruang pengolahan
Pengawas pengolahan
Titik Kritis
Bahaya Signifikan
Apa
Kapan
Salmonella
Setiap pengolaha n
Ruang pengolahan
Pengawas pengolahan
77
Dimana
Siapa
Tindakan Koreksi Memeriksa Hygiene kebersihan sanitasi lingkungan tenaga dan tenaga penjamah penjamah yang baik Memeriksa Hygiene kebersihan sanitasi lingkungan tenaga dan tenaga penjamah penjamah yang baik Memeriksa Hygiene kebersihan sanitasi lingkungan tenaga Bagaimana
dan tenaga penjamah penjamah yang baik
78
XI
VERIFIKASI
XII
DOKUMENTASI DAN RECORD KEEPING FOR 1
Rekam Penerimaan Tahu
No 1
Tanggal Suhu dan Waktu Corrective Action PJ 20 Juni 27,7° C dan 10.00 Ditimbang dan dilihat Annisa 2016
WIB
sesuai spesifikasinya
Putri Larasati
2
Rekam Pengolahan Loaf Tahu
No 1
Tanggal Suhu dan Waktu Corrective Action PJ 22 Juni 80°C dan 10.15-11.40 1 Mengecek dan Annisa 2016
WIB
mengingatkan
Putri
karyawan
yang Larasati
tidak menggunakan APD dengan benar 2 Mengingatkan menegur
dan untuk
penjamah makanan agar
mencuci
tangan sebelum dan sesudah
mengolah
makanan 3 Memantau penggunaan
alat
secara benar 3 Rekam Pemorsian Loaf Tahu No 1
Tanggal Suhu dan Waktu Corrective Action PJ 22 Juni 25,9° C dan 16.00- 1 Mengecek dan Annisa 2016
16.15 WIB
mengingatkan karyawan tidak 79
Putri yang Larasati
No
Tanggal
Suhu dan Waktu
Corrective Action menggunakan
PJ
APD dengan benar 2
Mengingatkan dan menegur
untuk
penjamah makanan
agar
mencuci
tangan
sebelum
dan
sesudah mengolah makanan 3
Memantau penggunaan
alat
secara benar 4 Rekam Distribusi Loaf Tahu No 1
Tanggal Suhu dan Waktu 22 Juni 25.9 C dan 17.00 – 1
Corrective Action mengingatkan
2016
petugas
18.00
wadah tidak
bila Putri makanan Larasati tertutup
dengan benar 2
Menggunakan alat trolley
dengan
benar 3
Mengingatkan petugas
apabila
ada
makan
alat
dalam
keadaan
tidak bersih 4
Mengingatkan petugas distribusi
80
PJ Annisa
apabila tidak
tepat waktu A ANALISIS Hasil pengamatan di instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dari penerimaan, petugas penerimaan bahan makanan sangat diperhatikan bahaya yang ada, dari fisik, kimia, dan biologi. Untuk bahaya fisik dan biologi ditangani dengan memperhatikan bagian-bagian yang rusak, sedangkan bahaya kimia perlu diadakan uji laboratorium. Pada proses persiapan sudah memenuhi prosedur karena melewati tahapan proses yang baik dan pada proses pengolahan makanan terjadi kegosongan karena tenaga pengolah meninggalkan
makanan yang sedang dikukus, serta
perlu
jugadiberikan catatan mengenai penggunaan APD pada penjamah makanan yang belum mengenakan APD dengan lengkap. Pada proses pemorsian, platting dan distribusi sudah memenuhi prosedur yang ditetapkan. Tindakan koreksi yang dilakukan oleh petugas penerima bahan makanan adalah mensortir bahan makanan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan disepakati anatara pihak supplier dan bagian instalasi gizi. Tindakan koreksi untuk proses pemorsian dan pengolahan adalah dengan cara mengingatkan mengenai kebersihan alat dan petugas penjamah makanan. Tindakan koreksi yang dilakukan pada kegiatan pengolahan dan distribusi adalah memberikan teguran dan peringatan jika perlakuan tenaga penjamah makanan dapat mencemari makanan, serta selalu mengawasi mengenai penggunaan APD yang benar. B PROSES PENETAPAN CCP Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan pada bahaya fisik, kimia, dan biologi, bahaya dapat diminimalisir dengan cara penetapan spesifikasi bahan makanan yang tepat sehingga mengurangi bahaya pada bahan makanan. Penetapan CCP pada proses
pengolahan
didasarkan
karena
tahapan
ini
dirancang
khusus
untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya yang terjadi dengan tindakan pencagahan berupa kontrol suhu pada waktu pengolahan. C KESIMPULAN
81
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa titik kendali kritis dari loaf tahu adalah pada proses penerimaan dan pengukusan. Rencana tindak lanjut yang dilakukan melalui tabel pengendalian, yaitu proses penerimaan yang sesuai dengan SOP dan spesifikasi bahan makanan dan penggunaan APD pada petugas penjamah makan dan petugas pramusaji pada proses pengolahan dan distribusi makanan. D SARAN Perlu diadakan sosialisasi atau pelatihan berkala kepada tenaga penjamah dan pramusaji tentang penggunaan APD lengkap dan standar oprasional prosedur di instalasi gizi serta memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang tidak mematuhi dari standar oprasional prosedur.
82
Lampiran 2. 5. Mengurutkan sesuai dengan proses yang ada di lapangan 6. Mendata potensi bahaya TABEL 1. DATA POTENSIAL BAHAYA Nama Institusi
: Instalasi gizi
Nama Produk
: Tempe Saus Tomat
Metode Penyajian
: Tray Service / Sentralisasi
Sasaran Penggunaan : Pasien non diet dan diet kecuali pasien dengan diet rendah purin dan tidak nabati di ruang kelas I,II,III,VIP,VVIP, dan President Suite (PS)
83
Diagram Alir Proses Produksi Penerimaan Bahan Baku dan Bumbu
Pengupasan, pencucian, dan pemotongan bumbu
Pencuncian, penimbangan, pemotongan tempe
Penumisan bumbu
Penggorengan tempe
Pencampuran tempe,saus tomat, dan bumbu tambahan Pemasakan tempe Pemorsian tempe Penyajian kepasien
84
Tahapan Proses
Identifikasi Bahaya
F : Terdapat Batu
Analisis Resiko Severity Penerimaan Bahan Bumbu dan Persiapan Sumber
Penanganan BM yang kurang tepat
R
R
Signifikan
TS
Tindakan Pencegahan Penetapan spesifikasi bahan makanan yang baik Teliti dalam menerima bahan makanan
K: Tempe B : Spora
Penanganan BM yang kurang tepat
T
R
TS
F : Kemasan rusak, kadularsa
Penanganan BM yang kurang tepat
R
R
TS
K : Penambahan
Pabrik produksi saus
T
R
TS
Saus Tomat
85
Pemeriksaan BM setiap datang Jaminan dari suplier BM tidak dapat spora Suplier memiliki sertifikat kemanan pangan Teliti dalam menerima bahan makanan Perhatikan sistem pengeluaran bahan makan FIFO/FEFO Adanya keamanan pangan
makanan pengawet natrium, benzoat, metabisulfit B: F: Debu/kotor Garam
Minyak Goreng
dari pabrik pembuatan saus tomat
tomat
Penangan BM yang kurang tepat
R
R
TS
K: B: F: K: B:
F: Busuk, memar
Penangan BM yang kurang tepat
R
S
TS
K: Pestisida
Pupuk
T
T
S
B: Salmonela
Penangan BM yang kurang tepat
T
T
S
R
R
TS
Bawang Merah
Bawang Putih
Penetapan spesifikasi BM yang baik Penerimaan BM yang sesuai
F: Busuk, berlubang
Penangan BM yang kurang tepat
86
Penatapan spesifkasi bahan makanan Hilangkan bagiaan yang busuk Cuci bersih SOP penyimpanan Jaminan mutu pemasok Jaminan mutu pemasok Kontaminasi pada bahan makanan Penetapan spesifikasi bahan makanan yang baik Menghilangkan bahan makanan yang busuk Mencuci menggunakan air mengalir bersih dan bertekanan
Bawang Bombay
K: Pestisida
Pupuk tanaman
T
T
S
B: Kapang
Penangan BM yang kurang tepat
R
R
TS
F : Busuk, memar
Penanganan BM yang kurang tepat
R
S
TS
K : Pestisida
Pupuk Tanaman
T
T
S
B : Khapang, Khamir
Penangan BM yang kurang tepat
R
R
TS
F : Debu
Udara
R
R
TS
R
R
TS
T
T
S
Gula
SOP penyimpanan Jaminan mutu pemasok Penetepan spesifikasi bahan makanan yang baik Jaminan mutu pemasok Penetepan spesifikasi bahan makanan yang baik Hilangkan bagian yang busuk Cuci bersih air dan mengalir SOP penyimpanan Jaminan mutu pemasok Penetepan spesifikasi bahan makanan yang baik Jaminan mutu pemasokR Spesifikasi bahan makanan Penyimpanan BM harus tertutup Pemantauan sistem FIFO/FEFO
K: B: Pencucian Bawang Merah
F: K: Kaporit/Klorin B: Ecoli, coliform
Zat yang terkandung dalam air Kurang bersih tempat cucian
87
Pengecekan kaporit dalam air Cek berkala kadar koliform air
Kandungan dalam air
Cek berkala ecoli air
F: K: Kaporit/Klorin Bawang Putih B: Ecoli, coliform Bawang Bombay
Zat yang terkandung dalam air Kurang bersih tempat cucian Kandungan dalam air
R
T
R
T
TS
Pengecekan kaporit dalam air
S
Cek berkala kadar koliform air Cek berkala ecoli air
TS
Pengecekan kaporit dalam air
S
Cek berkala kadar koliform air Cek berkala ecoli air Alat yang digunakan berkualitas baik Tenaga penjamah makanan mengerjakan sesuai SOP
F: K: Kaporit/Klorin
B: Ecoli, coliform
F: Kotoran dari debu, talenan, pisau, rambut Bawang Merah
Zat yang terkandung R R dalam air Kurang bersih tempat cucian T T Kandungan dalam air Penghalusan Bumbu Pencucian alat kurang bersih, sanitasi Hygine penjamah makanan
R
R
TS
T
T
S
R
R
TS
K: B: Bakteri Bawang Bombay
F: Kotoran dari debu, talenan, pisau, rambut
Kurang bersih alat pencucian Pencucian alat kurang bersih, sanitasi Hygine penjamah makanan
88
Pencucian alat yang digunakan Alat yang digunakan berkualitas baik Tenaga penjamah makanan mengerjakan sesuai SOP
K: B: Bakteri F: Kotoran dari debu, talenan, pisau, rambut Bawang Putih
Kurang bersih alat pencucian Pencucian alat kurang bersih, sanitasi Hygine penjamah makanan
Pencucian alat yang digunakan Alat yang digunakan berkualitas baik Tenaga penjamah makanan mengerjakan sesuai SOP
T
T
S
R
R
TS
T
T
S
Pencucian alat yang digunakan Control waktu suhu pemanasan SOP pengolahan yang sesuai
K: B: Bakteri
Kurang bersih alat yang digunakan
PENGGORENGAN F : Gosong / terlalu kering Tempe
R
R
TS
R
R
TS
R
R
TS
R
R
TS
R
R
TS
K: B: Bakteri
Minyak Goreng
Pengolahan terlalu lama
F:Bau tengik, kaduluarsa K: B:
Kurang bersih alat yang digunakan Ketelitian petugas penerimaan BM
SOP pengolahan yang sesuai Sanitasi Hygine Pemasak Penetepan spesifikasi BM yang baik dan benar
PENUMISAN Minyak Goreng Bawang Merah
F:Bau tengik, kaduluarsa K: B: F: Debu
Ketelitian petugas penerimaan BM
Pencucian bahan makanan dan alat kurang bersih
89
Penetepan spesifikasi BM yang baik dan benar Alat yang digunakan baik Sesuai SOP
K: B: Ecoli, Coliform
F: Debu Bawang Putih
F: Debu
F: Debu, keringat, rambut
TS
R
R
TS
Alat yang digunakan baik Sesuai SOP
Pencucian bahan makanan dan alat kurang bersih Pencucian bahan makanan dan alat kurang bersih
R
R
TS
Air yang digunakan bersih Sesuai SOP Cek berkala kadar coliform
R
R
TS
Alat yang digunakan baik Sesuai SOP
Pencucian bahan makanan dan alat R R TS kurang bersih Pencampuran Bahan Makanan / Pemasakan Hygine penjamah makanan yang kurang
R
R
TS
Suhu yang diporses makanan tidak sesuai
T
T
S
Platting R
R
TS
K: B: Ecoli, Coliform
Tempe Saus Tomat
R
K: B: Ecoli, Coliform
Tempe, saus tomat, bumbu tambahan
R
K: B: Ecoli, Coliform
Bawang Bombay
Pencucian bahan makanan dan alat kurang bersih Pencucian bahan makanan dan alat kurang bersih
Air yang digunakan bersih Sesuai SOP Cek berkala kadar coliform
F : Debu, rambut, kuku panjang
Penggunaan APD tidak sesuai
90
Alat yang digunakan baik Sesuai SOP Mengolah makanan sesuai SOP Pemasak, menggunakan APD yang sesuai Proses pemasakan sesuai SOP Menggunakan APD sesuai Platting makanan sesuai
Alat makan yang digunakan sudah ditaruh 2 jam sebelum platting Udara ruang distribusi
SOP Petugas penjamah makanan cuci tangan bersih
K:
Lingkungaan yang tidak bersih T S S Alat yang digunakan tidak bersih DISTRIBUSI KE RUANG RAWAT INAP
Penerapan sanitasi hygine makanan dan lingkungan rumah sakit
B: Lalat
F : Debu
Udara dalam ruang distribusi
R
R
TS
Menjaga kebersihan ruang distribusi dan penutupan makanan yang sudah matang
Lingkungan yang tidak bersih Alat saji yang kurang bersih
T
S
S
Penerapan Hygine Sanitasi lingkungan rumah sakit
Tempe Saus Tomat B:Lalat, bakteri
7. Menentukan titik kritis
TABEL 2. PENETEAPAN TITIK KRITIS (CCP) Tahap Proses
Bahaya Potensial
QI*
Q2** 91
Q3***
Q4****
CCP/NOT CCP
Penerimaan Bahan Makanan Tempe Bawang Merah Bawang Putih Bawang Bombay
Pencucian Penghalusan/pencincangan bumbu Penggorengan Pemasakan Tempe Platting
F: K: B:spora F: K: Pestisida B: Salmonela F: B: K:Pestisida F: B: K: Pestisida F: K: B: Ecolli F: K: B:Bakteri F: K: B: Salmonela F: K: B:Ecolli F: K: B: Lalat
Y
Y
-
Y
T
T
Non CCP
Y
T
T
Non CCP
Y
T
T
Non CCP
Y
T
Y
Y
T
T
Y
T
Y
T
CCP
Y
T
Y
Y
Non CCP
T
-
Y
CCP
Non CCP Non CCP
Non CCP
92
Distribusi
F: K: B: Lalat
T
Non CCP
* : Apakah ada bahaya pada bahan makanan tersebut? Y: lanjut pertanyaan T: Non CCP ** : Apakah proses pada tahap ini dirancang spesifik untuk menghilangkan bahaya? Y: CCP T: Non CCP *** : Dapatkah bahaya yang sedang diuji terjaid melebihi batas yang tidak dapat diterima? Y: Dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya T: Non CCP **** : Akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan / mengurangi bahaya yang timbul? Y: Non CCP T: CCP 8. Menetapkan Batas Kritis 9. Menetapkan sistem monitor
93
10. Mentepkan tindakan koreksi TABEL 3. PENGENDALIAN BAHAYA
Titik Kritis
Bahaya Signifikan
Penerimaan Tempe
Biologi
Penerimaan Bawang Merah
Kimia
Penerimaan Bawang Putih
Kimia
Penerimaan Bawang Bombay
Kimia
Penerimaan saus tomat
Kimia
Pencucian
Biologi
Batas Kritis Tiap Tindakan Pencegahan Spora
Monitoring Apa
Tempe
Kapan
Dimana
Pada saat penerimaan Laboratorium bahan makanan
Siapa
Petugas lab
Pestisida Pestisida
Setiap 1 bulan Laboratorium sekali
Petugas lab
Pestisida Pestisida
Setiap 1 bulan Laboratorium sekali
Petugas lab
Pestisida Pestisida
Setiap 1 bulan Laboratorium sekali
Petugas lab
Pengawet
Ecoli Koliform
Pengawet
Setiap 1 bulan Laboratorium sekali
Ecoli Koliform
Setiap 1 bulan Laboratorium sekali
94
Petugas lab Petugas lab
Bagaimana
Tindakan Koreksi
Tolak jika Melihat hasil sesuai lab melampaui kritis Tolak jika Melihat hasil sesuai lab melampaui kritis Tolak jika Melihat hasil sesuai lab melampaui kritis Tolak jika Melihat hasil sesuai lab melampaui kritis Tolak jika Melihat hasil sesuai lab melampaui kritis Melihat hasil Tolak jika lab sesuai
tidak atau batas tidak atau batas tidak atau batas tidak atau batas tidak atau batas tidak atau
Penghalusan Bumbu
Penggorengan
Biologi
Fisik
Pencampuran Bahan Makanan
Fisik
Plating
Fisik
Distribusi
Fisik
Ecoli Ecoli
Setiap pengolahan
Ruang pengolahan dan alat
Pengawas dan pengolah
Gosong
Setiap penggorengan
Ruang pengolahan
Pengawas dan pengolah
Benda asing
Setiap pengolahan
Ruang pengolahan
Pengawas dan pengolah
Benda asing
Setiap platting
Ruang distribusi
Pengawas dan pramusaji
Benda asing
Setiap pendistribusian
Ruang distribusi
Gosong
Rambut, debu, dan kotoran
Debu
Debu
95
Pengawas dan pramusaji
melampaui batas kritis Memeriksa Hygine sanitasi kebersihan tenaga penjamah lingkungan yang baik dan tenaga Cek bakteri alat penjamah setiap bulan Mengontrol Jangan suhu meniinggalkan mengolah pada saat sedang dan waktu menggoreng mengolah Memeriksa Hygine sanitasi hygine yang baik sanitasi tenaga pemasak serta lingkungan Memeriksa Hygine sanitasi sanitasi yang baik hygine pramusaji serta lingkungan Memeriksa Hygine sanitasi sanitasi yang baik hygine pramusaji serta
lingkungan 11. Verifikasi 12. Dokumentasi dan Record Keeping Form 1. Rekaman Penerimaan Tempe No
Tanggal Produksi 20 juni 2016
Suhu & Waktu 280C & 09.30
Corektiv Action Ditimbang dan dilihat sesuai spesifikasinya
Penanggung Jawab
Suhu & Waktu 900C & 06.00 – 07/00
Corektiv Action Penanggung Jawab Mengecek proses pengolahan dan mengingatkan mengenai hygine sanitasi kepada semua tenaga kerja pada proses pengolahan Mengingatkan
2. Rekam pengolahan Tempe No
Tanggal Produksi 23 juni 2016
96
kepada tenaga pekerja jika tidak ada yang menggunakan APD Memantau penggunaan alat secara benar 3. Rekam pemorsian Tempe No
Tanggal Produksi 23 juni 2016
Suhu & Waktu 500C & 10.00
Corektiv Action Penanggung Jawab Mengingatkan kepada petugas mengenai hygine sanitasi Mengecek dan mengingatkan pegawai distribusi agar platting maakanan dengan baik Memantau penggunaan alat secara benar
Suhu & Waktu 500C & 11.00
Corektiv Action Penanggung Jawab Mengingatkan kepada petugas mengenai
4. Rekam Pendistribusian Tempe No
Tanggal Produksi 23 juni 2016
97
hygine sanitasi Mengecek dan mengingatkan pegawai distribusi agar platting maakanan dengan baik Memantau penggunaan alat secara benar
98
Lampiran 3. 1. Rancangan HACCP Menu : Ikan tuna bumbu kuning (pesmol) Jenis Menu : Lauk Hewani (pada pasien kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite) 1. Tabel 1. Pembentukan Team HACCP No 1
Nama Inna Maydina
Unit
Kedudukan
Gizi
Ketua tim pengawas dan pengawas distribusi. Pengawas penerimaan, penyimpanan BM dan pengawas pengolahan BM.
2. Deskripsi Produk Yang Ditangani
99
Latar belakang S1 Gizi
KT
Deskripsi Produk 1. Nama Produk: Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol) 2. Komposisi:
Bahan: 40 ptg ikan tuna 10 butir bawang merah 2 lt air 250 ml minyak goreng 2 lbr daun salam 2 lbr daun jeruk 1 btg serai
Bumbu: 10 butir bawang merah 10 butir bawang putih 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas 2 sdm gula pasir 2 sdm garam
3. Pengolahan Utama: Ditumis 4. Cara Penyajian: Produk disajikan dalam piring lauk hewani, lalu ditutupi dengan plastic wrap. 5. Sasaran Konsumen: Konsumen yang dilayani adalah pasien rawat inap kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dengan pasien diet dan non diet 6. Daya Simpan: 3 – 4 jam dalam suhu ruang 7. Jumlah Porsi: Dalam sekali pengolahan untuk 40 porsi 8. Sistem distribusi & penyajian: Distribusi dilakukan secara sentralisasi / tray service
3. Identifikasi Penggunaan Produk Ikan tuna bumbu kuning (pesmol) digunakan sebagai lauk hewani pada menu ke-2 malam untuk pasien non diet dan diet. Komposisi bahan yang digunakan disesuaikan dengan standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian dilakukan menggunakan plato untuk kelas II dan III, untuk kelas I, VIP, VVIP,
100
President Suite disajikan dalam piring lauk yang ditutupi dengan plastik wrap. Penyajian langsung kepada pasien, dengan maksimal holding time selama 1 – 2 jam pada suhu ruang. 4. Diagram Alir Proses Produksi
Penerimaan bahan baku dan bumbu
Pencucian dan pemotongan ikan
Pengupasan, pencucian dan pemotongan bumbu
Penghalusan bumbu
Penumisan bumbu
Pencampuran Ikan, Bumbu
Penambahan bumbu tambahan
Penyajian Kepada Pasien
101
5. Mengurutkan sesuai dengan proses yang ada di lapangan 6. Mendata potensial bahaya TABEL 1. Data Potensial Bahaya Nama Institusi
: Instalasi Gizi
Nama Produk
: Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol)
Metode Penyajian/distribusi dan Penyimpanan
: Tray Service / Sentralisasi
Sasaran Penggunaan
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP, President Suite
Tahapan proses Ikan Tuna
Identifikasi bahaya
Sumber
F: Kotoran
Analisis Tindakan Pencegahan Resiko Severity Signifikan Penerimaan bahan baku, bumbu dan persiapan Penanganan R R TS Penetapan spesifikasi bahan makanan BM yang yang baik kurang tepat Ketelitian tenaga penerimaan
K: Formalin, timbale
Penggunaan bahan kimia oleh suplier
T
B: Morganella morgana, Klebsiella pneumonia
Penanganan BM yang kurang tepat
R
T
S
R
TS
102
Jaminan dari supplier bahwa bahan makanan bebas formalin Supplier memiliki sertifikat keamanan pangan Pencucian Penetapan spesifikasi bahan makanan yang baik
Bawang merah
Bawang putih
Jahe
Kunyit
Lengkuas
Garam
Penerimaan BM sesuai spesifikasi Jaminan mutu supplier Spesifikasi BM yang tepat Jaminan mutu pemasok Kontaminasi pada bahan makanan Penerimaan BM sesuai spesifikasi Jaminan mutu supplier Spesifikasi BM yang tepat Jaminan mutu pemasok Kontaminasi pada bahan makanan Penerimaan BM sesuai spesifikasi
K: pestisida B: salmonella
Pupuk pada T tanaman Penanganan T BM yang kurang tepat
T
S
T
S
K: pestisida B: salmonella
Pupuk pada tanaman Penanganan BM yang kurang tepat
T
T
S
T
T
S
F: tanah, Udara dan debu penerimaan BM yang tidak sesuai spesifikasi F: tanah Penerimaan BM yang tidak sesuai spesifikasi F: tanah Penerimaan BM yang tidak sesuai spesifikasi K: Pupuk pada pestisida tanaman F: debu Udara
R
R
TS
R
R
TS
Penerimaan BM sesuai spesifikasi Pencucian
R
R
TS
Penerimaan BM sesuai spesifikasi
T
T
S
Pencucian dengan air mengalir
R
R
TS
Jaminan mutu pemasok Penerimaan BM sesuai spesifikasi Penyimpanan tidak terlalu lama & tempat yang kering Pengamatan secara visual
103
Gula
F: debu, kemasan rusak
Udara
R
R
TS
Spesifikasi bahan makanan yang tepat
Daun Salam
F: berlubang, debu B: ulat
Penanganan BM yang kurang tepat Penanganan BM yang kurang tepat Pupuk pada tanaman Penanganan BM yang kurang tepat Penerimaan
R
R
TS
Spesifikasi bahan makanan yang tepat Mencuci dengan air yang mengalir
R
R
TS
Spesifikasi bahan makanan yang tepat Mencuci dengan air yang mengalir
T
T
S
Mencuci dengan air yang mengalir
R
R
TS
Spesifikasi bahan makanan yang tepat Mencuci dengan air yang mengalir
R
R
TS
R
TS
Daun Jeruk
Batang serai
K: peptisida B: ulat
F : tanah
Penerimaan BM yang sesuai spesifikasi
BM yang tidak sesuai Minyak Goreng
Ikan Tuna
spesifikasi F: kemasan Penanganan R rusak, bau BM yang tengik, kurang tepat kadaluarsa K:
Zat yang
kaporit/klo
terkandung
rin
dalam air
R
Proses Pencucian R TS
104
Spesifikasi bahan makanan yang kurang baik dan benar
Mengecek kadar kaporit dalam air
B : E-coli, Koliform
Bawang merah
Bawang putih
Jahe
Kunyit
K: kaporit/klo rin B: e-coli, Koliform
K: kaporit/klo rin B: e-coli, Koliform
K: kaporit/klo rin B: e-coli, Koliform
K: kaporit/klo rin
Tempat pencucian yang kurang bersih
T
S
S
Zat yang terkandung dalam air Tempat pencucian yang kurang bersih Zat yang terkandung dalam air Tempat pencucian yang kurang bersih Zat yang terkandung dalam air Tempat pencucian yang kurang bersih Zat yang terkandung dalam air
R
R
TS
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli dalam air Melakukan cek kadar koliform dalam air
Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan cek kadar E.coli dalam air Melakukan cek kadar koliform dalam air
R
R
TS
T
S
S
Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan cek kadar E.coli dalam air Melakukan cek kadar koliform dalam air
R
R
TS
T
S
S
Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan cek kadar E.coli dalam air Melakukan cek kadar koliform dalam air
R
R
TS
105
Mengecek kadar kaporit dalam air
B: e-coli, Koliform
Lengkuas
Daun salam
Daun jeruk
Batang serai
K: kaporit/klo rin B: e-coli, koliform
K: kaporit/klo rin B: e-coli, koliform
K: kaporit/klo rin B: e-coli, koliform
K: kaporit/klo rin B: e-coli,
Tempat pencucian yang kurang bersih Zat yang terkandung dalam air Tempat pencucian yang kurang bersih Zat yang terkandung dalam air Tempat pencucian yang kurang bersih Zat yang terkandung dalam air Tempat pencucian yang kurang bersih Zat yang terkandung dalam air Tempat
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli dalam air Melakukan cek kadar koliform dalam air
R
R
TS
T
S
S
R
R
TS
T
S
S
R
R
TS
T
S
S
R
R
TS
T
S
S 106
Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan cek kadar E.coli dalam air Melakukan cek kadar koliform dalam air
Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan cek kadar E.coli dalam air Melakukan cek kadar koliform dalam air
Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan cek kadar E.coli dalam air Melakukan cek kadar koliform dalam air
Mengecek kadar kaporit dalam air Melakukan cek kadar E.coli dalam air
koliform
Bawang merah
Bawang putih
Jahe
F: kotoran dari blender, debu,ramb ut
Melakukan cek kadar koliform dalam air
pencucian yang kurang bersih
Pencucian alat yang kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak hygiene B: bakteri Pencucian alat yang kurang bersih F: kotoran Pencucian dari alat yang blender, kurang debu,ramb bersih dan ut tenaga penjamah yang tidak hygiene B: bakteri Pencucian alat yang kurang bersih F: kotoran Pencucian dari alat yang blender, kurang debu,ramb bersih dan
R
Penghalusan Bumbu R TS
T
S
S
R
R
TS
T
S
S
R
R
TS
107
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah yang sesuai SOP
Pencucian alat harus bersih
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah yang sesuai SOP
Pencucian alat harus bersih
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah yang sesuai SOP
ut
Kunyit
Lengkuas
tenaga penjamah yang tidak hygiene B: bakteri Pencucian alat yang kurang bersih F: kotoran Pencucian dari alat yang blender, kurang debu,ramb bersih dan ut tenaga penjamah yang tidak hygiene B: bakteri Pencucian alat yang kurang bersih F: kotoran Pencucian dari alat yang blender, kurang debu,ramb bersih dan ut tenaga penjamah yang tidak hygiene B: bakteri Pencucian alat yang kurang bersih
T
S
S
R
R
TS
T
S
S
R
R
TS
T
S
S
108
Pencucian alat harus bersih
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah yang sesuai SOP
Pencucian alat harus bersih
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah yang sesuai SOP
Pencucian alat harus bersih
Ikan tuna
F : debu, kotoran
F : debu,
Pencucian alat yang kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak hygiene Suhu dan proses pemasakan yang kurang tepat Pencucian
kotoran
alat yang
B: Salmonella
Bawang merah
Penumisan TS
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah yang sesuai SOP
-
Hygiene dan sanitasi yang baik Proses pemasakan yang sesuai SOP
R
TS
Alat yang berkualitas baik Tenaga penjamah yang sesuai SOP
T
S
Proses pemasakan yang sesuai SOP
R
R
-
-
R
T
kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak B : E.coli,
hygiene Air dan
koliform
pencucian BM yang
109
kurang Bawang putih
F : debu,
bersih Pencucian
kotoran
alat yang
R
R
TS
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak Kunyit
F : debu,
hygiene Pencucian
kotoran
alat yang
R
R
TS
kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak Jahe
F : debu,
hygiene Pencucian
kotoran
alat yang
R
R
TS
kurang bersih dan tenaga 110
penjamah yang tidak Lengkuas
F : debu,
hygiene Pencucian
kotoran
alat yang
R
R
TS
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak Batang serai
F : debu,
hygiene Pencucian
kotoran
alat yang
R
R
TS
kurang bersih dan tenaga penjamah yang tidak hygiene
Ikan tuna, F : debu, bumbu halus, rambut,
Pencampuran Bahan Dengan Bumbu Halus, Bumbu Tambahan Hygiene R R TS Penanganan bahan makanan yang dan sanitasi
sesuai dengan SOP 111
bumbu tambahan
keringat.
yang kurang
B:
baik Suhu dan
salmonella
proses
sp, e.coli,
pemasakan
koliform
yang tidak
Tenaga penjamah harus menggunakan APD dan perilaku sesuai SOP
T
T
S
Melakukan proses yang sesuai dengan SOP
sesuai Ikan bumbu kuning
tuna F : rambut,
Pem
R
R
Pemorsian TS
debu
Memantau kebersihan ruang pemorsian
Tenaga penjamah harus menggunakan APD dan perilaku sesuai SOP
Menutup segera makanan dengan plastik wrapping
Ikan bumbu kuning
tuna F : Debu, rambut
Kebersihan
R
Distribusi di Ruang Rawat Inap R TS
troli
Memantau kebersihan troli Menjaga makanan dengan penutupan menggunakan wrapping
7. Menentukan Titik Kritis TABEL 2. PENETAPAN TITIK KRITIS (CCP) 112
Tahap Proses
Bahaya
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP/Non CCP
T
CCP
Potensial Ikan tuna Bawang merah Bawang putih Lengkuas Daun jeruk Pencucian Penghalusan Penumisan Pencampuran
K: Formalin, timbale K: pestisida B: salmonella K: pestisida B: salmonella K: pestisida K: pestisida B: e-coli, koliform B: bakteri B: e-coli, koliform B: salmonella sp, e-coli, koliform
Y
Penerimaan Bahan Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
T T T T Y Y T
T T T T Y
T
Y
Y
NON CCP NON CCP NON CCP NON CCP NON CCP CCP NON CCP
Y Y
T Y
T Y
Y
NONCPP CCP
Y
T
Y
T
CCP
Keterangan: Q1: Apakah ada tindakan pencegahan? Y: dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya T: non CCP
113
Q2: Apakah tahapan ini dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan yang tidak dapat diterima? Y: CCP T: dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya Q3: Dapatkah bahaya yang sedang diuji terjadi melebihi batas yang tidak dapat diterima? Y: dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya T: non CCP Q4: Akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan/mengurangi bahaya yang timbul? Y: non CCP T: CCP 8. Menetapkan Batas Kritis 9. Menetapkan Sistem Monitoring 10. Menetapkan Tindakan Koreksi
TABEL 3. PENGENDALIAN BAHAYA Nama Institusi
: Instalasi Gizi 114
Deskripsi Produk
: Ikan Tuna Bumbu Kuning (Pesmol)
Metode Penyajian/ Distribusi dan Penyimpanan
: Tray Service/ Sentralisasi
Sasaran Penggunaan
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite
Titik Kritis
Bahaya
Batas Kritis
Signifikan
Tiap Tindakan
Penerimaan
Kimia
Pencegahan Formalin
Monitoring
Koreksi Apa
Kapan
Dimana
Siapa
Bagaimana
Formalin
Setiap
laboratoriun
Petugas lab
Melihat
Tolak jika
hasil lab
tidak sesuai
ikan tuna
Penerimaan
Tindakan
penerimaan
Kimia
Pestisida
Pestisida
daun jeruk
bahan
dan
makanan
melampaui
Setiap
Ruang
penerimaan
penerimaan
Pengawas
bahan
Melihat
batas kritis Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
dan
makanan Penumisan
B: e-coli, koliform
e-coli,
e-coli,
Setiap 1 115
melampaui Laboratoriu
Petugas
Melihat
batas kritis Tolak jika
koliform
Pencampura
Biologis
n
koliform
bulan sekali
m
labolatoriu
hasil
tidak sesuai
m
labolatoriu
atau
m
melampaui
Salmonella
Salmonella
Setiap 1
Laboratoriu
Petugas
Melihat
batas kritis Tolak jika
sp
sp
bulan sekali
m
labolatoriu
hasil
tidak sesuai
m
labolatoriu
atau
m
melampaui batas kritis
11. Verifikasi 12. Dokumentasi dan Record Keeping Form
a. Rekam Penerimaan Ikan No
Tanggal Produksi 22 Juni 2016
Suhu & Waktu 33°c & 08.00
Corektiv Action Tidak melihat langsung
Penanggung Jawab Inna Maydina
proses penermaan barang
b. Rekam Pengolahan Ikan Tuna Bumbu Kuning No
Tanggal Produksi
Suhu & Waktu
Corektiv Action 116
Penanggung Jawab
22 Juni 2016
Mengecek proses
80°C & 10.00
Inna Maydina
pengolahan, mengamati tenaga penjamah mengenai hygiene sanitasi dan penggunaan APD pada proses pengolahan Memantau penggunaan alat dengan benar
c. Rekam Pemorsian Ikan Tuna Bumbu Kuning No
Tanggal Produksi 22 Juni 2016
Suhu & Waktu 60°C - 100°C &
Corektiv Action Mengecek proses pengolahan, mengingatkan kepada tenaga penjamah mengenai hygiene sanitasi dan penggunaan APD pada proses pemorsian
117
Penanggung Jawab Inna Maydina
d. Rekam Distribusi Ikan Tuna Bumbu Kuning No
Tanggal Produksi 22 Mei 2016
Suhu & Waktu 50 ºC & 17.00-18.00
Corektiv Action Mengingatkan penjamah makanan mengenai hygiene sanitasinya Mengecek penjamah makanan agar membawa makanan dengan benar
118
Penanggung Jawab Inna Maydina
A. Analisis Hasil pengamatan yang dilakukan dalam rangka praktik belajar lapangan rumah sakit (PBL RS) oleh mahasiswa UHAMKA pada penerimaan bahan makanan untuk menu makan malam jenis lauk hewani yaitu ikan tuna bumbu kuning yang di laksanakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, di ruang penerimaan bahan makanan tim penerima memperhatikan bahaya fisik, kimia, biologi pada bahan makanan yang akan di olah. Bahaya fisik dan biologi di tangani oleh supplier dengan cara di bersihkan. Sedangkan, pada bahaya kimia yaitu pestisida tidak di tangani langsung karena berkaitan dengan uji laboraturium yang menyebabkan adanya pengeluaran finansial. Tim penerimaan melakukan pengkorekasian bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh supplier bahan makanan. Dari pihak supplier bahan makanan sering mengirim bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi pemesanan antara lain kurangnya bahan makanan yang diterima, tanggal kadaluarsa pada bahan makanan kering, kerusahan fisik pada sayuran. Bahan makan makanan yang tidak sesuai akan mengirimkan kembali bahan makanan maksimal keesokan harinya ke ruang penerimaan bahan makanan. Pengamatan proses pengolahan makanan yang diamati langsung oelh mahasisawa ada pemasak (tenaga penjamah makanan). Pemasak selalu memeriksa makanan yang sedang proses pengolahan agar menghindari dari kegosongan. Pemasak menggunakan jam tangan proses penyelenggaraan makanan yang beresiko terjadi kontaminasi pada makanan. B. Proses Penetapan CCP 1. Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa pestisida yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pencucian sehingga perlu melakukan penanganan yang kritis. 2. Penetapan CCP pada pengolahan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa bakteri yang mungkin disebabkan oleh penggunaan jam tangan dan penggunaan APD yang tidak lengkap pada pemasak, untuk menghindari terjadinya bahaya kontaminasi pada makanan.
C. Kesimpulan Berdasarkan proses yang di amati, dapat disimpulkan bahwa:
119
1. Titik kendali kritis dari ikan tuna bumbu kuning yaitu pada proses penerimaan bahan makanan dan pada pengolahan bahan makanan. 2. Penggunaan APD yang kurang yang sesuai dengan SOP di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, dan penggunaan jam tangan oleh penjamah makanan. D. Saran Perlu adanya pelatihan atau evaluasi yang rutin kepada tenaga pemasak dan tenaga penjamah makanan untuk penggunaan APD dan SOP yang benar di Instalasi Gizi.
Lampiran 4.
120
I.
PERANCANGAN HAACP Menu
: Nugget ikan tuna
Jenis Makanan
: Lauk Hewani Tambahan
N o 1
Nama
Unit
Nindy
Apriliani Gizi
Kedudukan Ketua
Putri II.
Latar Belakang team S1 Gizi
K T
pengawas
DESKRIPSI PRODUK YANG DITANGANI DESKRIPSI PRODUK 1. Nama Produk
: Nugget Ikan Tuna
2. Komposisi
:
Bahan Utama (fillet tuna 1 kg, daun jeruk 3 lbr, 4 butir telur, tepung roti 5 sdm, tepung sagu 3 sdm)
Bumbu (Gula putih 5 sdm, garam 2 sdt , lada, bawang putih 5 siung, bawang merah 8 siung, bawang bombay 1 bh, paprika 1/2 bh,)
3. Pengolahan Utama
: Digoreng
4. Cara Penyajian
:
Produk disajikan dalam piring lauk untuk kelas I, VIP, VVIP, dan President Suites dengan plastic wrap. 5. Sasaran Konsumen
:
Konsumen yang dilayani adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional 6. Daya Simpan
: 3-4 jam pada suhu ruang
7. Jumlah Porsi
:
Dalam sekali pengolahan menghasilkan 20 porsi 8. Sistem Distribusi & Penyajian: Distribusi secara sentralisasi/tray service
III.
IDENTIFIKASI PENGGUNAAN PRODUK Nugget ikan tuna digunakan sebagai lauk hewani tambahan pada menu ke II Siang untuk pasien non diet dan diet kecuali pasien dengan diet tidak
121
ikan dan tidak telur. Komposisi bahan yang digunakan disesuaikan dengan standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian dilakukan menggunakan piring lauk makan untuk kelas I, VIP, VVIP, dan President Suites ditutupi dengan plastic wrap. Penyajian langsung kepada sasaran , dengan maksimal holding time selama 1-2 jam pada suhu ruangan. IV.
DIAGRAM ALUR PROSES PRODUKSI Penerimaan bahan baku dan bumbu
Pencucian dan fillet ikan tuna
Pencucian bumbu
Penggilingan
Chopper bumbu
Mixing (ikan tuna giling, bumbu, tepung roti, tepung sagu, dan telur)
Penggorengan
Platting
V.
MENGURUTKAN SESUAI DENGAN PROSES YANG ADA DI Distribusi LAPANGAN
VI.
MENDATA POTENSI BAHAYA
122
Nama Institusi
: Instalasi Gizi
Nama Produk
: Nugget Ikan Tuna
Metode Penyajian
: Tray Service/Sentralisasi
Ssasaran pengguna
: Pasien dengan non diet dan diet kecuali tidak
ikan tidak telur di ruang kelas I, VIP,VVIP, President Suites.
123
Tabel 1. Data Potensial Bahaya Tahapan
Identifikasi
Sumber
Risiko Proses Bahaya Penerimaan Bahan Baku dan Bumbu serta Pengupasan Ikan tuna F: duri Alamiah dari BM R K: fomalin
supplier B:
Penanganan BM
mikroorganisme
yang kurang tepat
R
TS
T
S
B:
yang kurang tepat
T
T
S
R
R
baik Melakukan
pemeriksaan
bahan
baik
TS
baik Melakukan pencucian BM Penetapan spesifikasi BM yang
T
S
(salmonella) F: busuk, Penanganan BM R memar,
baik Penetapan spesifikasi BM yang
Melakukan pencucian BM Penetapan spesifikasi BM yang
Alamiah dari BM
mikroorganisme
Penetapan spesifikasi BM yang
makanan berkala Penetapan spesifikasi BM yang
F: kotoran ayam Penanganan BM dan retakan telur
Paprika
T
Tindakan Pencagahan
Signifikansi
Penambahan bahan kimia oleh
Telur
Analisis Severity
R
dan yang kurang tepat
S TS
baik Melakukan pencucian BM Penetapan spesifikasi BM yang baik
berlubang
124
Tahapan Proses
Identifikasi K:
Sumber
Bahaya residu Pembasmi hama
pestisida Tepung Roti
F:
Risiko
Analisis Severity
Signifikansi
S
S
TS
R
R
TS
kemasan Penanganan BM
rusak
dan yang kurang tepat
kadaluarsa Tepung
F:
Sagu
rusak
R
R
TS
kadaluarsa Bawang
B: kapang
Penanganan BM
Bombay
yang kurang tepat
Daun
K:
Bawang
pestisida B:
Penanganan BM
mikroorganisme
yang kurang tepat
Bawang
K:
Putih
pestisida
Bawang
residu Pembasmi hama
residu Pembasmi hama
B:
Penanganan BM
mikroorganisme
yang kurang tepat
K:
residu Pembasmi hama
Jaminan mutu supplier Melakukan pencucian BM Jaminan mutu supplier Pemeriksaan BM datang Penerapan sistem FEFO Jaminan mutu supplier
kemasan Penanganan BM dan yang kurang tepat
Tindakan Pencagahan
T
T
S
S
S
TS
T
T
S
S
S
TS
T
T
S
S
S
TS
125
Pemeriksaan BM datang Penerapan sistem FEFO Pemeriksaan BM datang Penerapan sistem FIFO Jaminan mutu supplier Melakukan pencucian BM Jaminan mutu supplier Penerapan sistem FIFO Jaminan mutu supplier Melakukan pencucian BM Jaminan mutu supplier Penerapan sistem FIFO Jaminan mutu supplier
Tahapan Proses Merah
Daun Jeruk
Identifikasi
Sumber
Bahaya pestisida B:
Penanganan BM
mikroorganisme
yang kurang tepat
K:
residu Pembasmi hama
pestisida B: ulat
Penanganan BM yang kurang tepat
Gula Putih
F:
Risiko
Analisis Severity
Signifikansi
T
T
S
S
S
TS
T
T
S
R
R
TS
kemasan Penanganan BM
rusak
dan yang kurang tepat
kadaluarsa Garam
F:
dan yang kurang tepat
R
R
TS
kadaluarsa Lada
F:
dan yang kurang tepat
Penerapan sistem FIFO Jaminan mutu supplier Melakukan pencucian BM Jaminan mutu supplier Penerapan sistem FIFO Jaminan mutu supplier Pemeriksaan BM datang
Pemeriksaan BM datang Penerapan sistem FEFO Jaminan mutu supplier
kemasan Penanganan BM
rusak
Melakukan pencucian BM Jaminan mutu supplier
Penerapan sistem FEFO Jaminan mutu supplier
kemasan Penanganan BM
rusak
Tindakan Pencagahan
R
R
TS
Pemeriksaan BM datang
TS
Penerapan sistem FEFO Jaminan mutu supplier
kadaluarsa Minyak
F:
kemasan Penanganan BM R
R
Goreng
rusak,
bau yang kurang tepat
Pemeriksaan BM datang
tengik,
dan
Penerapan sistem FEFO
126
Tahapan Proses Ikan tuna
Identifikasi
Sumber
Risiko
Bahaya kadaluarsa K: kaporit/klorin
Zat
Analisis Severity
Signifikansi
Pencucian Bahan Baku dan Bumbu yang
terkandung dalam R
R
Mengganti tempat mencuci dan
pencucuian yang
pembersihan berkala
kurang bersih dan T air Telur
K: kaporit/klorin
pencucian Zat
S
S
untuk yang
Pengecekan kadar kaporit dalam air R
TS
air B: E. Coli dan Tempat
Mengganti tempat mencuci dan
pencucuian yang
pembersihan berkala
kurang bersih dan T air Paprika
K: kaporit/klorin
pencucian Zat
Cek berkala kadar E.coli dan coliform pada air
terkandung dalam R
coliform
Pengecekan kadar kaporit dalam air
TS
air B: E. Coli dan Tempat coliform
Tindakan Pencagahan
S
S
untuk
Cek berkala kadar E.coli dan coliform pada air
yang R
R
terkandung dalam
127
TS
Pengecekan kadar kaporit dalam air
Tahapan Proses
Identifikasi
Sumber
Risiko
Bahaya
Signifikansi
air B: E. Coli dan Tempat coliform
pencucuian yang air
K: kaporit/klorin
Bombay
pencucian Zat
pembersihan berkala S
S
untuk yang
Pengecekan kadar kaporit dalam air R
TS
air B: E. Coli dan Tempat
Mengganti tempat mencuci dan
pencucuian yang
pembersihan berkala
kurang bersih dan T air Daun
K: kaporit/klorin
Bawang
pencucian Zat
S
S
untuk yang
air B: E. Coli dan Tempat
Cek berkala kadar E.coli dan coliform pada air Pengecekan kadar kaporit dalam air
terkandung dalam R
coliform
Cek berkala kadar E.coli dan coliform pada air
terkandung dalam R
coliform
Tindakan Pencagahan Mengganti tempat mencuci dan
kurang bersih dan T
Bawang
Analisis Severity
T
pencucuian yang
R
TS
S
S
Mengganti tempat mencuci dan pembersihan berkala
kurang bersih dan
Cek berkala kadar E.coli dan
128
Tahapan Proses Bawang
Identifikasi Bahaya K: kaporit/klorin
Putih
Sumber air pencucian Zat
Risiko
Analisis Severity
Signifikansi
untuk
coliform pada air
yang
Pengecekan kadar kaporit dalam air
terkandung dalam R
R
TS
air B: E. Coli dan Tempat coliform
Mengganti tempat mencuci dan
pencucuian yang
pembersihan berkala
kurang bersih dan T air Bawang
K: kaporit/klorin
Merah
pencucian Zat
S
S
untuk yang
Pengecekan kadar kaporit dalam air R
TS
air B: E. Coli dan Tempat
Mengganti tempat mencuci dan
pencucuian yang
pembersihan berkala
kurang bersih dan T air Daun Jeruk
K: kaporit/klorin
pencucian Zat
Cek berkala kadar E.coli dan coliform pada air
terkandung dalam R
coliform
Tindakan Pencagahan
S
S
untuk
Cek berkala kadar E.coli dan coliform pada air
yang R
R
terkandung dalam
129
TS
Pengecekan kadar kaporit dalam air
Tahapan Proses
Identifikasi
Sumber
Risiko
Bahaya
Analisis Severity
Signifikansi
air B: E. Coli dan Tempat coliform
Mengganti tempat mencuci dan
pencucuian yang
pembersihan berkala
kurang bersih dan T air
Tindakan Pencagahan
S
S
untuk
Cek berkala kadar E.coli dan coliform pada air
pencucian Fillet dan Penggilingan Ikan tuna
B:
Kontaminasi
Mencuci alat dengan bersih serta
mikroorganisme
silang pada alat T
R
TS
yang digunakan
membedakan pisau serta talenan yang dipisah sesuai jenis BM.
Chopping Paprika
Bawang Bombay
Daun
F:rambut
dan Penjamah
kuku B:
makanan Kontaminasi
R
R
TS
mikroorganisme
silang pada alat T
R
TS
yang digunakan F: rambut dan Penjamah
Penjaman
menggunakan
APD
sesuai dengan SOP Mencuci alat dengan bersih serta membedakan pisau serta talenan yang dipisah sesuai jenis BM Penjaman menggunakan APD
kuku B:
makanana Kontaminasi
R
R
TS
mikroorganisme
silang pada alat T
R
TS
membedakan pisau serta talenan
TS
yang dipisah sesuai jenis BM Penjaman menggunakan APD
yang digunakan F: rambut dan Penjamah
R
R 130
sesuai dengan SOP Mencuci alat dengan bersih serta
Tahapan Proses Bawang
Bawang Putih
Bawang Merah
Daun Jeruk
Ikan
Identifikasi
Sumber
Risiko
Bahaya kuku B:
makanana Kontaminasi
mikroorganisme
silang pada alat T
Analisis Severity
Signifikansi
Tindakan Pencagahan sesuai dengan SOP Mencuci alat dengan bersih serta
yang digunakan F: rambut dan Penjamah
R
TS
kuku B:
makanana Kontaminasi
R
R
TS
mikroorganisme
silang pada alat T
R
TS
yang digunakan F: rambut dan Penjamah kuku B:
makanana Kontaminasi
R
R
TS
mikroorganisme
silang pada alat T
R
TS
yang digunakan F: rambut dan Penjamah kuku B:
makanana Kontaminasi
R
R
TS
mikroorganisme
silang pada alat T
R
TS
membedakan pisau serta talenan yang dipisah sesuai jenis BM Penjaman menggunakan APD sesuai dengan SOP Mencuci alat dengan bersih serta membedakan pisau serta talenan yang dipisah sesuai jenis BM Penjaman menggunakan APD sesuai dengan SOP Mencuci alat dengan bersih serta membedakan pisau serta talenan yang dipisah sesuai jenis BM Penjaman menggunakan APD sesuai dengan SOP Mencuci alat dengan bersih serta membedakan pisau serta talenan
yang digunakan yang dipisah sesuai jenis BM Mixing Bahan Utama, Bumbu, Telur dan Tepung serta Pemorsian Tuna, F: rambut, kuku, Penjamah R R TS Penjaman menggunakan APD
telur, tepung dan
keringat makanan
dan
sesuai dengan SOP 131
Tahapan
Identifikasi
Sumber
Proses Bahaya roti, tepung serta debu dan hygine sagu, paprika, bawang
Risiko
Analisis Severity
Signifikansi
Tindakan Pencagahan
sanitasi
kotoran B:
kurang baik Kontaminasi
mikroorganisme
silang pada alat
membedakan pisau serta talenan
dan
yang dipisah sesuai jenis BM
bombay,
Mencuci alat dengan bersih serta pada
penjamah
dan bumbu
T
S
S
makanan
Penjamah makanan mencuci tangan sebelum
dan
sesudah
proses
pencampuran serta menggunakan APD yang lengkap Penggorengan Nugget ikan
F: gosong
Waktu dan suhu
Melaksanakan SOP waktu dan suhu
pemasakan yang R B:
kurang tepat Kontaminasi alat
mikroorganisme
atau
petugas
penjamah
R
TS
pemasakan yang tepat Petugas
T
S
S
mencuci
penjamah tangan
makanan
sebelum
dan
sesudah proses pengolahan serta menggunakan APD yang lengkap
Nugget ikan
F: debu
Udara
dalam R
Platting R
ruang paltting
TS
Menjaga
kebersihan
ruang
distribusi dan penutupan makanan yang sudah jadi 132
Tahapan Proses
Identifikasi Bahaya B: serangga
Sumber
Risiko
Analisis Severity
Tindakan Pencagahan
Signifikansi
Lingkungan yang kurang bersih
Adanya T
T
S
alat
penerapan
insect killer hygine
dan
sanitasi
lingkungan instalasi gizi Distribusi Nugget ikan
F: debu
Udara
dalam
ruang distribusi B: serangga
Menjaga R
R
TS
ruang
distribusi dan penutupan makanan yang sudah jadi Adanya alat insect killer
Lingkungan yang kurang bersih
kebersihan
T
T
S
penerapan
hygine
sanitasi
lingkungan rumah sakit
I.
MENENTUKKAN TITIK KRITIS Tabel 2. Penetapan Titik Kritis (CCP) Tahap Proses Penerimaan Bahan Ikan Tuna Telur Paprika
Bahaya Potensial F: K: fomalin B: mikroorganisme F: B: mikroorganisme (salmonella) F: K: 133
dan
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP/N-CCP
Y Y
T Y
T -
-
Non CCP CCP
Y
Y
-
-
CCP
Tahap Proses Bawang bombay Daun bawang Bawang putih Bawang merah Daun jeruk Tepung roti Tepung sagu Gula putih Garam Lada Minyak goreng Pencucian Bahan
Baku
bumbu Fillet dan Penggilingan Ikan Chopping
Bahaya Potensial B: kapang K: B: mikroorganisme K: B: mikroorganisme K: B: mikroorganisme K: B: Ulat F: F: F: F: F: F: dan K: B: E. Coli dan coliform
B: F: B: Mixing bahan utama dan bumbu F: B: mikroorganisme dan pemorsian Penggorengan F: B: mikroorganisme Platting F: B: serangga Distribusi F: -
134
Q1 Y
Q2 T
Q3 Y
Q4 Y
CCP/N-CCP Non CCP
Y
T
Y
Y
Non CCP
Y
T
Y
Y
Non CCP
Y
T
Y
Y
Non CCP
Y
T
T
-
Non CCP
Y
T
Y
Y
Non CCP
Y
T
Y
Y
Non CCP
Y
T
Y
T
CCP
Y
T
T
-
Non CCP
Tahap Proses
Bahaya Potensial B: serangga
I.
MENETAPKAN BATAS KRITIS
II.
MENETAPKAN SISTEM MONITOR
III.
MENETAPKAN TINDAKAN KOREKSI
Q1 Y
Q2 T
Q3 T
Q4 -
CCP/N-CCP Non CCP
Tabel 3. Pengendalian Bahaya Titik Kritis
Bahaya Signifikan
Batas Kritis
Monitoring
Tiap Tindakan
Apa
Penerimaan ikan Biologi
pencegahan mikroorganism
Vibrio
tuna
e
Penerimaan telur
Penggorengan
Biologi
Biologi
mikroorganism e
mikroorganism e
Kapan sp,
Dimana
Siapa
Setiap
Ruang
Pengawas
Clostridiu
penerimaa
penerimaa
dan
m sp
n
n
penerimaan
Setiap
Ruang
Pengawas
sp
penerimaa
penerimaa
dan
n
n
penerimaan
Setiap
Pengawas
sp
pengolahan pengolahan pengolahan
Tindakan koreksi Hubungi QC dan BM
ditolak serta
dan melihat complain
kepada
hasil
supplier
laboratorium Melakukan
Hubungi QC dan
tim pemeriksaan
Salmonella
135
Melakukan
tim pemeriksaan
Salmonella
Ruang
Bagaimana
BM
ditolak serta
dan melihat complain hasil
supplier
laboratorium Memeriksa
Hygiene
kebersihan
tenaga
lingkungan
yang
kepada
sanitasi penjamah
baik
serta
Titik Kritis
Bahaya Signifikan
Batas Kritis Tiap Tindakan
Apa
Kapan
Monitoring Dimana
Siapa
Bagaimana pengolahan
Tindakan koreksi kontrol suhu sesuai
serta tenaga dengan SOP penjamah dan
suhu
pemanasan
136
I.
VERIFIKASI
II.
DOKUMENTASI DAN RECORD KEEPING FORM 1. Rekam Penerimaan Ikan Tuna No 1
Tanggal 20 Juni 2016
Suhu dan Waktu 34° C dan 09.00
Corektiv Action
PJ
Ditimbang dan dilihat Nindy sesuai spesifikasinya
Apriliani Putri
2. Rekam Pengolahan Nugget Ikan Tuna No 1
Tanggal 22 Juni 2016
Suhu dan
Corektiv Action PJ Waktu 200° C dan 1.Mengecek dan Nindy 07.00 – 07.40
mengingatkan
Apriliani Putri
karyawan yang tidak menggunakan
APD
dengan benar 2.Mengingatkan
dan
menegur penjamah
untuk makanan
agar mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan 3.Memantau
penggunaan
alat secara benar 3. Rekam Pemorsian Nugget Ikan Tuna No
Tanggal
1
22 uni 2016
Suhu dan
Corektiv Action PJ Waktu 25.9° C dan 1. Mengecek dan Nindy 06.45 – 07.00
mengingatkan
Apriliani Putri
karyawan yang tidak menggunakan
APD
dengan benar 2. Mengingatkan menegur 137
dan untuk
No
Tanggal
Suhu dan Waktu
Corektiv Action penjamah
PJ
makanan
agar mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan 3. Memantau penggunaan
alat
secara benar 4. Rekam Distribusi Nugget Ikan Tuna No
Tanggal
1
22 Juni 2016
Suhu
dan
Waktu 25.9 C
dan 1. mengingatkan
10.00 – 13.00
Corektiv Action
PJ Nindy
petugas bila wadah Apriliani Putri makanan
tidak
tertutup dengan benar 2. Menggunakan
alat
trolley dengan benar 3. Mengingatkan petugas apabila ada alat
makan
dalam
keadaan tidak bersih 4. Mengingatkan petugas
apabila
distribusi tidak tepat waktu
A. ANALISIS Hasil pengamatan di instalasi gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dari penerimaan, petugas penerimaan bahan makanan sangat diperhatikan bahaya yang ada, dari fisik, kimia, dan biologi. Untuk bahaya fisik dan biologi ditangani dengan 138
memperhatikan bagian-bagian yang rusak, sedangkan bahaya kimia perlu diadakan uji laboratorium. Pada proses persiapan dan pengolahan juga sudah memenuhi prosedur karena melewati tahapan proses yang baik, namun perlu diberikan catatan mengenai penggunaan APD pada penjamah makanan yang belum mengenakan APD dengan sempurna. Pada proses pemorsian, platting dan distribusi sudah memenuhi standar oprasional prosedur. Tindakan koreksi yang dilakukan oleh petugas penerima bahan makanan adalah mensortir bahan makanan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan disepakati anatara pihak supplier dan bagian instalasi gizi. Tindakan koreksi untuk proses pemorsian dan pengolahan adalah dengan cara mengingatkan kembali mengenai kebersihan alat dan petugas penjamah makanannya. Tindakan koreksi yang dilakukan pada kegiatan pengolahan dan distribusi adalah memberikan teguran dan peringatan jika perlakuan tenaga penjamah makanan dapat mencemari makanan, serta selalu mengawasi mengenai penggunaan APD yang benar. B. PROSES PENETAPAN CCP Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan pada bahaya fisik, kimia, dan biologi, bahaya dapat diminimalisir dengan cara penetapan spesifikasi bahan makanan yang tepat sehingga mengurangi bahaya pada bahan makanan. Penetapan CCP pada proses pengolahan didasarkan karena tahapan ini dirancang khusus untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang terjadi dengan tindakan pencagahan berupa kontrol suhu pada waktu pengolahan. C. KESIMPULAN Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa titik kendali kritis dari nugget ikan tuna adalah pada proses penerimaan dan penggorengan. Rencana tindak lanjut yang dilakukan melalui tabel pengendalian yaitu proses penerimaan yang sesuai dengan SOP dan spesifikasi bahan makanan dan penggunaan APD pada petugas penjamah makan dan petugas pramusajipada proses pengolahan dan distribusi makanan. D. SARAN Perlu adanya sosialisasi atau pelatihan berkala kepada tenaga penjamah dan pramusaji tentang penggunaan APD dan standar oprasional prosedur di instalasi
139
gizi serta memberikan teguran dan hukuman bagi petugas yang lalai dari standar oprasional prosedur.
Lampiran 5 1. Rancangan HACCP 140
Menu Jenis Menu
: Ayam Bumbu Opor : Lauk Hewani (pada pasien kelas I, VIP, VVIP dan President Suite)
Tabel 1. Pembentukan Team HACCP No 1
Nama Tegar Swendanur Risha
Unit
Kedudukan
Gizi
Ketua tim pengawas dan pengawas distribusi dan Pengawas penerimaan, penyimpanan BM dan pengawas pengolahan BM
Deskripsi Produk Yang Ditangani
1. Nama Produk
Deskripsi Produk : Ayam Bumbu Opor 141
Latar belakang S1 Gizi
KT
2. Komposisi
:
Bahan Utama : Daging ayam 30 potong (2100 gram) Santan air encer 1000 ml Daun salam 5 lbr Lengkuas 5 cm, memarkan Minyak goreng 2 sdm Gula pasir 2 sdm
Bumbu Halus : Kemiri 5 btr
Kayu manis 5 cm
Bawang merah 15 btr
Kencur 4 cm
Bawang putih 8 btr Cengkeh 5 bh 3. Pengolahan Utama : Ditumis 4. Cara penyajian : produk disajikan dalam bowl stainlis lauk hewani, lalu ditutupi dengan plastic wrap 5. Sasaran konsumen : Konsumen yang dilayani adalah pasien rawat inap kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dengan pasien diet dan non diet 6. Daya Simpan : 3-4 jam pada suhu ruang 7. Jumlah Porsi
: dalam sekali pengolahan menghasilkan 40 porsi
8. Sistem Distribusi Dan Penyajian : distribusi secara sentralisasi / tray service Identifikasi Penggunaan Produk Ayam bumbu opor digunakan sebagai lauk hewani pada menu ke-9 pagi untuk pasien diet dan non diet kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite. Komposisi bahan yang digunakan disesuaikan dengan standar porsi dan jumlah pasien yang dilayani. Penyajian dilakukan menggunakan produk disajikan dalam plato untuk kelas II, III dan kelas I, VIP, VVIP, President Suite disajikan dalam piring lauk ditutupi dengan plastic wrap. Penyajian langsung kepada sasaran , dengan maksimal holding time selama 1-2 jam pada suhu ruang. Diagram Alir Proses Produksi
142
143
13. Mengurutkan sesuai dengan proses yang ada di lapangan 14. Mendata potensi bahaya TABEL 1. DATA POTENSI BAHAYA Nama Institusi
: Instalasi Gizi
Nama Produk
: Ayam Bumbu Opor
Metode Penyajian/Distribusi dan Penyimpanan : Tray service/Sentralisasi Sasaran Penggunaan
Tahapan Proses
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite Identifikasi Bahaya
Analisis
Sumber Resiko
Severity
Tindakan Pencegahan Signifikan
Penerimaan Bahan Baku Bumbu dan Persiapan Daging ayam
F : darah, bulu
Penanganan BM
R
R
TS
yang kurang tepat
K : Formalin
Penggunaan bahan
Penetapan standar dan spesifikasi bahan makanan
T
T
144
S
Jaminan supplier, pencucian
Pencucian dengan air
mengalir Pemeriksaan bahan makanan
kimia oleh supplier
oleh Ahli gizi
Supplier memiliki sertifikat keamanan pangan
B : Sallmonela
Penanganan BM
T
T
S
yang kurang tepat
Santan
F : kemasan
Penanganan BM
rusak,
yang kurang tepat
Spesifikasi bahan makanan yang tepat
R
R
TS
Pencucian bahan makanan
Jaminan mutu pemasok
Pemeriksaan bahan makanan
kadaluarsa
disetiap kedatangan
First In First Out (FIFO)
First Expired First Out
K:-
-
-
-
-
(FEFO) -
B:-
-
-
-
-
Garam F: Debu/kotor
Penangan BM yang kurang tepat
R
R
TS
K: B: -
-
-
-
-
145
-
Penetapan spesifikasi BM yang baik Penerimaan BM yang sesuai
F : Debu
Udara
R
R
TS
Gula K: -
-
-
-
-
-
B: -
-
-
-
-
Bawang merah F: Busuk, memar
Penangan BM yang kurang tepat
R
S
TS
K: Pestisida
Pupuk
T
T
S
B: Salmonela
Penangan BM yang kurang tepat
T
T
S
Bawang putih F: Busuk, berlubang
Penangan BM yang kurang tepat
R
K: Pestisida
Pupuk tanaman
T
R
TS
T
146
S
Spesifikasi bahan makanan Penyimpanan BM harus tertutup Pemantauan sistem FIFO/FEFO
Penatapan spesifkasi bahan makanan Hilangkan bagiaan yang busuk Cuci bersih SOP penyimpanan Jaminan mutu pemasok Jaminan mutu pemasok Kontaminasi pada bahan makanan Penetapan spesifikasi bahan makanan yang baik Menghilangkan bahan makanan yang busuk Mencuci menggunakan air mengalir bersih dan bertekanan SOP penyimpanan Jaminan mutu pemasok
Kencur
B: Kapang
Penangan BM yang kurang tepat
R
R
TS
F : Debu, tanah
Udara dan
R
R
TS
penerimaan BM
dan bertekanan
yang tidak sesuai
spesifikasi
Jahe
Penerimaan BM yang sesuai spesifikasi
K:-
-
-
-
-
-
B:-
-
-
-
-
-
F : Debu, tanah
Udara dan
R
R
TS
penerimaan BM
Mencuci dengan air mengalir dan bertekanan
yang tidak sesuai
spesifikasi
Daun salam
Penetepan spesifikasi bahan makanan yang baik Jaminan mutu pemasok Mencuci dengan air mengalir
Penerimaan BM yang sesuai spesifikasi
K:-
-
-
-
-
-
B:-
-
-
-
-
-
F : berlubang,
Penanganan BM
R
R
TS
debu
yang kurang tepat
Spesifikasi bahan makanan yang tepat
147
Mencuci dengan air yang
K:-
-
-
-
-
B : ulat
Penanganan BM
R
R
TS
mengalir dan bertekanan
yang kurang tepat
Lengkuas
F : tanah
Penerimaan BM
Spesifikasi bahan makanan yang tepat
R
R
TS
Mencuci dengan air yang
mengalir dan bertekanan Penerimaan BM yang sesuai
yang tidak sesuai
spesifikasi
spesifikasi K : pestisida B:-
Pupuk pada tanaman -
T
T
-
S
-
-
Mencuci dengan air yang menngalir dan bertekanan -
Pencucian Ayam
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli
dalam air Melakukan cek kadar
Kurang
Koliform,
bersihnya tempat
Salmonella
pencucian Kandungan air
koliform dalam air
148
Mengecek kadar kaporit dalam air
Bawang merah
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli
dalam air Melakukan cek kadar
Koliform
bersihnya tempat
Bawang putih
pencucian Kandungan air
koliform dalam air
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli
dalam air Melakukan cek kadar
Koliform
Kurang bersihnya tempat
Jahe
Kurang
pencucian Kandungan air
koliform dalam air
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
149
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
Koliform
S
S
Melakukan cek kadar E.coli
dalam air Melakukan cek kadar
pencucian Kandungan air
koliform dalam air
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli
dalam air Melakukan cek kadar
Koliform
Kurang bersihnya tempat
Daun salam
T
bersihnya tempat
Kencur
Kurang
pencucian Kandungan air
koliform dalam air
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli
dalam air Melakukan cek kadar
Koliform
Kurang bersihnya tempat
pencucian Kandungan air
koliform dalam air
150
Daun jeruk
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli
dalam air Melakukan cek kadar
Koliform
bersihnya tempat
Serai
pencucian Kandungan air
koliform dalam air
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
T
S
S
Melakukan cek kadar E.coli
dalam air Melakukan cek kadar
Koliform
Kurang bersihnya tempat
Lengkuas
Kurang
pencucian Kandungan air
koliform dalam air
F:-
-
-
-
-
-
K:
Zat yang terkandung
R
R
TS
Mengecek kadar kaporit dalam air
kaporit/klorin
dalam air
B : E-coli,
T
S
S
Koliform
Kurang bersihnya tempat
Melakukan cek kadar E.coli dalam air
151
pencucian Kandungan air
Melakukan cek kadar koliform dalam air
Thawing Ayam
F : darah
Penanganan BM
R
R
TS
yang kurang tepat
Penetapan standar dan spesifikasi bahan makanan
Pemeriksaan bahan makanan oleh Quality Control
K : Formalin
Penggunaan bahan
T
T
S
Pencucian dengan air
mengalir Pemeriksaan bahan makanan
kimia oleh supplier
oleh Quality Control
Supplier memiliki sertifikat keamanan pangan
B : Salmonella
Penanganan BM
T
T
S
Tenaga penjamah yang sesuai
yang kurang tepat
SOP
Penghalusan Bumbu Bawang merah
F : kotoran dari
Pencucian alat yang
blender, debu,
kurang bersih dan
rambut, keringat
tenaga penjamah
R
R
TS
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
152
yang tidak hygiene K:-
-
-
-
-
-
B : bakteri
Kurang bersihnya
T
S
S
Pencucian alat yang bersih
R
R
TS
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai
pencucian alat Bawang putih
F : kotoran dari
Pencucian alat yang
blender, debu,
kurang bersih dan
rambut, keringat
tenaga penjamah
SOP
yang tidak hygiene K:-
-
-
-
-
-
B : bakteri
Kurang bersihnya
T
S
S
Pencucian alat yang bersih
R
R
TS
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai
pencucian alat Jahe
F : kotoran dari
Pencucian alat yang
blender, debu,
kurang bersih dan
rambut, keringat
tenaga penjamah
SOP
yang tidak hygiene K:-
-
-
-
-
-
B : bakteri
Kurang bersihnya
T
S
S
Pencucian alat yang bersih
R
R
TS
Alat yang berkualitas baik
pencucian alat Garam
F : kotoran dari
Pencucian alat yang
153
blender, debu,
kurang bersih dan
rambut, keringat
tenaga penjamah
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
yang tidak hygiene K:-
-
-
-
-
-
B : bakteri
Kurang bersihnya
T
S
S
Pencucian alat yang bersih
R
R
TS
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai
pencucian alat Kencur
F : kotoran dari
Pencucian alat yang
blender, debu,
kurang bersih dan
rambut, keringat
tenaga penjamah
SOP
yang tidak hygiene K:-
-
-
-
-
-
B : bakteri
Kurang bersihnya
T
S
S
Pencucian alat yang bersih
R
TS
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai
pencucian alat Penumisan Ayam
F : debu, kotoran
Pencucian alat yang
R
kurang bersih dan tenaga penjamah
SOP
yang tidak hygiene K:-
-
-
-
154
-
-
B : Salmonella
Suhu dan proses
-
-
-
pemasakan yang
baik
kurang tepat Bawang merah
F : debu, kotoran
Pencucian alat yang
Hygiene dan sanitasi yang
R
R
TS
kurang bersih dan tenaga penjamah
Proses pemasakan yang
sesuai SOP Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
yang tidak hygiene K:-
-
-
-
-
B : E.coli,
Air dan pencucian
T
T
S
koliform
BM yang kurang
Proses pemasakan yang sesuai SOP
bersih Bawang putih
F : debu, kotoran
Pencucian alat yang
R
R
TS
kurang bersih dan tenaga penjamah
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
yang tidak hygiene K:-
-
-
-
-
-
B:-
-
-
-
-
-
155
Jahe
F : debu, kotoran
Pencucian alat yang
R
R
TS
kurang bersih dan tenaga penjamah
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
yang tidak hygiene
Kencur
K:-
-
-
-
-
-
B:-
-
-
-
-
-
F : debu, kotoran
Pencucian alat yang
R
R
TS
kurang bersih dan tenaga penjamah
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
yang tidak hygiene
Serai
K:-
-
-
-
-
-
B:-
-
-
-
-
-
F : debu, kotoran
Pencucian alat yang
R
R
TS
kurang bersih dan tenaga penjamah
Alat yang berkualitas baik
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
yang tidak hygiene
Lengkuas
K:-
-
-
-
-
-
B:-
-
-
-
-
-
F : debu, kotoran
Pencucian alat yang
R
R
TS
156
Alat yang berkualitas baik
kurang bersih dan tenaga penjamah
yang tidak hygiene
Tenaga penjamah yang sesuai SOP
K:-
-
-
-
-
-
B:-
-
-
-
-
-
Pencampuran Bahan Dengan Bumbu Halus, Bumbu Tambahan, Ayam, Santan Ayam, bumbu
F : debu, rambut, Hygiene dan sanitasi
halus, bumbu
keringat.
R
R
TS
yang kurang baik
Penanganan bahan makanan yang sesuai dengan SOP
tambahan, dan
santan
Tenaga penjamah harus menggunakan APD dan perilaku sesuai SOP
K:-
-
-
-
-
-
B : salmonella
Suhu dan proses
T
T
S
sp, e.coli
pemasakan yang
Melakukan proses yang sesuai dengan SOP
tidak sesuai Ayam Bumbu Opor
F : rambut, debu
Pemorsian R Penggunaan APD R tidak sesuai Alat makan yang digunakan sudah
157
TS
Memantau kebersihan ruang pemorsian
Tenaga penjamah harus
K:-
ditaruh 2 jam sebelum platting Udara ruang distribusi
-
menggunakan APD dan perilaku sesuai SOP -
-
dengan plastik wrapping -
-
B: Lalat
Ayam Bumbu
F : Debu, rambut
Lingkungaan yang tidak bersih T S S Alat yang digunakan tidak bersih Distribusi di Ruang Rawat Inap Kebersihan troli R R TS
Opor
Menutup segera makanan
Penerapan sanitasi hygine makanan dan lingkungan rumah sakit
Memantau kebersihan troli
Menjaga makanan dengan penutupan menggunakan wrapping
K :-
-
B : E.coli
-
-
-
-
-
-
-
-
15. Menentukan Titik Kritis TABEL 2. PENETAPAN TITIK KRITIS (CCP)
158
Tahap Proses
Bahaya Potensial
Q1
Q2
159
Q3
Q4
CCP/Non CCP
Penerimaan Bahan Ayam
Santan
F:K : formalin
Y
T
T
Non CCP
B : salmonella
Y
T
Y
K : pestisida
Y
T
T
Non CCP
B : Salmonella
Y
T
T
Non CCP
K : pestisida
Y
T
T
Non CCP
B : Salmonella
Y
T
T
Non CCP
Y
T
Y
Y
Non CCP
F:K:B:-
Bawang merah
Bawang putih
Pencucian
F:-
F:-
F:K:B : e-coli,
160
Y
Non CCP
Thawing
Penghalusan
koliform,
Y
T
Y
Y
Non CCP
salmonella
Y
T
Y
Y
Non CCP
K : Formalin
Y
T
Y
T
CCP
B : Salmonella
Y
T
Y
T
CCP
Y
T
T
Y
Y
Y
Y
Non CCP
Y
T
Y
T
CCP
F:-
F:K:B : Bakteri
Penumisan
Non CCP
F:K:B : salmonella
Pencampuran
F:K:B : E.coli, koliform, salmonella sp
Pemorsian
F:-
161
K:B : E.coli
Y
T
Y
T
CCP
Keterangan : Q1 : apakah ada tindakann pencegahan? Y : di lanjutkan ke pertanyaan berikutnya T : Non CCP Q2 : apakah tahapan ini dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan yang tidak dapat diterima? Y : CCP T : di lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya Q3 : dapatkah bahaya yang sedang diuji terjadi melebihi batas yang tidak dapat diterima? Y : dilanjutkan ke pertanyaan selanjutnya T : Non CCP Q4 : akankah tahapan berikutnya dalam proses produksi dapat menghilangkan/mengurangi bahaya yang timbul? 162
Y : Non CCP T : CCP 16. Menetapkan Batas Kritis 17. Menetapkan Sistem Monitoring 18. Menetapkan Tindakan Koreksi
TABEL 3. PENGENDALIAN BAHAYA Nama Institusi
: Instalasi Gizi
Deskripsi Produk
: Ayam Bumbu Opor
Metode Penyajian/ Distribusi dan Penyimpanan : Tray Service/ Sentralisasi Sasaran Penggunaan Titik Kritis
Bahaya Signifikan
: Pasien dengan non diet dan diet di ruang kelas I, II, III, VIP, VVIP dan President Suite Batas Kritis
Monitoring
163
Tindakan
Tiap Tindakan Pencegahan Penerimaan
Kimia
Formalin
Koreksi Apa
Kapan
Dimana
Formalin
Setiap
Laboraturiu Petugas
Melihat
Tolak jika
penerima
m
hasil Lab
tidak sesuai
Ayam
Siapa
Lab
Bagaimana
an bahan
dan
makanan
melampaui batas kritis
Biologis
Salmonella sp
Salmonella
Setiap
Ruang
sp
penerima
penerimaan
Pengawas
an bahan
Melihat
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
atau melampaui batas kritis
Penerimaan
Fisik
Tanah, busuk,
Tanah,
Setiap
Ruang
Bawang
berwarna
busuk,
penerima
penerimaan
Merah
hitam, kering,
berwarna
an bahan
berlubang,
hitam,
melampaui
bertunas
kering,
batas kritis
berlubang, bertunas
164
Pengawas
Melihat
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
atau
Kimia
Pestisida
Pestisida
Setiap
Ruang
penerima
penerimaan
Pengawas
an bahan
Melihat
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
atau melampaui batas kritis
Penerimaan
Fisik
Bawang Putih
Tanah, busuk,
Tanah,
Setiap
Ruang
Pengawas
Melihat
Tolak jika
berwarna
busuk,
penerima
penerimaan
secara
tidak sesuai
hitam,
berwarna
an bahan
visual
atau
berlubang,
hitam,
melampaui
bertunas
berlubang,
batas kritis
bertunas Kimia
Pestisida
Pestisida
Setiap
Ruang
penerima
penerimaan
Pengawas
an bahan
Melihat
Tolak jika
secara
tidak sesuai
visual
atau melampaui batas kritis
Penumisan
Fisik
Gosong
Gosong
Setiap
Ruang
Pengawas
Mengontro
Menghilan
penumisa
pengolahan
Pengolaha
l suhu
gkan
n
pengolahan
bagian
makanan
yang
n
165
dan waktu
gosong
pengolaha m Pencampuran
Fisik
Debu, darah,
Debu,
Setiap
Ruang
Pengawas
Memeriksa
Hygiene
rambut,
darah,
pengolah
pengolahan
an
kebersihan
sanitasi
keringat
rambut,
an bahan
pengolaha
dan tenaga
yang baik
n
penjamah
keringat Biologis
Salmonella sp
Salmonella
Setiap 1
Labolatoriu Petugas
sp
bulan
m
sekali
Melihat
Tolak jika
labolatoriu hasil
tidak sesuai
m
labolatoriu
atau
m
melampaui batas kritis
19. Verifikasi 20. Dokumentasi dan Record Keeping Form a. Rekam Penerimaan Ayam
166
No
Tanggal
Suhu &
Produksi
Waktu
23 Juni 2016
-1,7 C & 13.00
Corektiv Action
Penanggung Jawab
Ditimbang dan dilihat
Tegar
spesifikasinya
b. Rekam Pengolahan Ayam Bumbu Opor N
Tanggal
o
Produksi 23 Juni 2016
Suhu & Waktu
Corektiv Action
Penanggung Jawab
80ºC & 13.00
Mengecek proses pengolahan, mengingatkan kepada tenaga penjamah mengenai hygiene sanitasi dan penggunaan APD pada proses pengolahan Memantau penggunaan alat dengan benar
167
Tegar
c. Rekam Pemorsian Ayam Bumbu Opor N
Tanggal
o
Produksi 23 Juni 2016
Suhu & Waktu
Corektiv Action
Penanggung Jawab
60 C – 80 C &
Mengecek proses pengolahan,
14.30-16.00
Tegar
mengingatkan kepada tenaga penjamah mengenai hygiene sanitasi dan penggunaan APD pada proses pemorsian
d. Rekam Distribusi Ayam Bumbu Opor N
Tanggal
o
Produksi 23 Juni 2016
Suhu & Waktu
Corektiv Action
Penanggung Jawab
50 ºC &
Mengingatkan penjamah makanan mengenai hygiene sanitasinya Mengecek penjamah makanan agar
168
Tegar
membawa makanan dengan benar
169
A. Analisis B.
Hasil pengamatan yang dilakukan dalam rangka praktik belajar
lapangan rumah sakit (PBL RS) oleh mahasiswa UHAMKA pada penerimaan bahan makanan untuk menu makan malam jenis lauk hewani yaitu ayam bumbu opor yang di laksanakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, di ruang penerimaan bahan makanan petugas memperhatikan bahaya fisik, kimia, biologi pada bahan makanan yang akan di olah. Bahaya fisik dan biologi di tangani oleh petugas dengan cara di bersihkan. Sedangkan, pada bahaya kimia yaitu pestisida tidak di tangani karena berkaitan dengan uji laboraturium yang menyebabkan banyak pengeluaran finansial. Pengkoreksian yang dilakukan petugas penerima bahan makanan melakukan pengkoreksian terhadap bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati oleh pihak pengirim bahan makanan. Pada pihak pengirim bahan makanan sering mengirim bahan yang tidak sesuai dengan pesanan petugas penerima bahan makanan, sehingga bahan makanan tersebut tidak bisa diterima dan perjanjian yang dilakukan pihak pengirim akan mengganti bahan makanan dan segera di kirim maksimal di kirim keesokan pagi ke ruang penerimaan bahan makanan. C.
Pengamatan proses pengolahan makanan yang mahasiswa amati
adalah pemasak (tenaga pengolahan) tidak jarang meninggalkan makanan yang sedang di olah yang mengakibatkan kegosongan, hal tersebut juga karena pemasak hanya seorang diri sehingga makanan pada saat di olah kesulitan untuk di kontrol. Maka, pengoreksian yang dilakukan terdapat pada buku pedoman SOP yaitu saat kegiatan pengolahan hingga distribusi adalah memberikan teguran dan peringatan pada tenaga penjamah makanan yang mencemari makanan yang diolah, seperti penggunaan APD dengan tidak benar. D. Proses Penetapan CCP 3. Penetapan CCP pada penerimaan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa pestisida, kerusakan fisik (busuk) yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pencucian sehingga perlu melakukan penanganan yang kritis.
170
4. Penetapan CCP pada pengolahan didasarkan bahwa terdapat bahaya berupa pengontrolan suhu pada waktu pengolahan dan pengontrolan penggunaan APD pada pemasak, untuk menghindari terjadinya bahaya fisik yaitu gosong dan jatuhnya rambut serta keringat ke dalam makanan. E. Kesimpulan F. Berdasarkan proses yang di amati, dapat disimpulkan bahwa : 1. Titik kendali kritis dari ayam bumbu opor yaitu pada proses penerimaan bahan makanan dan pada pengolahan bahan makanan. 2. Penggunaan APD yang sesuai dengan SOP di Instalasi Gizi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. G. Saran H.
Perlu adanya pelatihan yang rutin kepada tenaga pemasak dan tenaga
penjamah makanan untuk penggunaan APD dan SOP yang benar di Instalasi Gizi. I.
171