Laporan Kasus Besar Katarak Sekunder (posterior Capsuler Opacity) Os

  • Uploaded by: Monalisa
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Besar Katarak Sekunder (posterior Capsuler Opacity) Os as PDF for free.

More details

  • Words: 3,692
  • Pages: 24
Loading documents preview...
LAPORAN KASUS BESAR KATARAK SEKUNDER (POSTERIOR CAPSULER OPACITY) OS

Pembimbing : dr. Kemala Dewi, Sp M

Disusun Oleh : Monalisa 4118103100021

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SEPTEMBER 2019

I

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim. Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta shalawat dan salam Kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Besar “Katarak Sekunder (Posterior Capsuler Opacification)

OS“ ini dalam

Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di RSUP Fatmawati. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar, fasilitator, dan narasumber SMF Mata RSUP Fatmawati, khususnya dr. Kemala Dewi, Sp.M selaku pembimbing. Kami menyadari bahwa penyusunan Laporan Kasus Besar Katarak Sekunder (Posterior Capsuler Opacification) OS” masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Laporan Kasus Besar. Semoga Laporan Kasus Besar ini bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jakarta, 10 September 2019

Penulis

I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………

I

DAFTAR ISI …………………….....……………………………… …..

II

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… …..

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….

2

BAB III STATUS OFTALMOLOGI ……….………….………………

8

BAB IV DISKUSI KASUS ……………….……………………………

18

BAB V KESIMPULAN ………………….…………………………….

20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. ……

21

II

BAB I PENDAHULUAN Posterior capsular opacification (PCO) merupakan komplikasi operasi katarak yang paling sering, kekeruhan kapsul posterior setelah ekstraksi katarak ekstrakapsuler.1 PCO terjadi setelah operasi katarak selama beberapa bulan hinggan bertahun-tahun. Berdasarkan penelitian, angka kejadian PCO di Indonesia sebesar 20% kasus dalam setahun setelah dilakukan operasi katarak. Kejadian tersebut dilaporkan mencapai 50% selama 5 tahun setelah dilakukan pembedahan2. PCO umunya terjadi pada usia muda karena lebih banyak sel epitel lensa pada kapsul anterior. Presentase sel epitel lensa yang lebih tinggi mempertahankan aktivitas proliferasi seluler yang kuat pada uisa muda. Pertumbuhan sel epitel lensa tergantung pada usia. Usia <40 tahun tiga kali lebih cepat daripada pasien >60tahun.3 Saat ini, mekanisme molekuler yang mempengaruhi perilaku LEC yang tersisa setelah operasi katarak tidak sepenuhnya diketahui. Banyak mekanisme lain juga dapat mempengaruhi kapsul posterior. Sisa-sisa lensa mungkin terperangkap, menyerap air, dan tampak putih mengembang. Lipatan atau robekan yang menyebabkan distorsi mekanis pada tas dapat menyebabkan penyimpangan dalam transparansi kapsul posterior. Peradangan posterior dapat menyebabkan deposit protein dan sel darah putih pada kapsul, sementara trauma bedah dapat menyebabkan pengendapan sel darah merah dan sel berpigmen3. Menurunkan ketajaman penglihatan ketika mengenai bagian sentral. Keluhan yang dirasakan pasien umumnya pengelihatan kabur seperti berkabut atau berasap, mungkin dapat terasa lebih buruk daripada sebelum dioperasi. Karena pengelihatan kabur, tajam penglihatan juga akan menurun. Selain itu fotofobia juga dirasakan khususnya bila ditempat yang silau. Pada pemeriksaan oftalmologi, kapsul posterior terdapat kekeruhan. Apabila yang terbentuk adalah mutiara Elschnig dan cincin Sommering4 Tatalaksan yang dapat dilakukan posterior capsule ofacification dapat dilakukan dengan pembedahan maupun dengan Nd:YAG laser posterior capsulotomy. Pembedahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara disisio posterior capsule ofacification, kapsulotomi, membranektomi atau mengeluarkan seluruh membran utuh5.

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Lensa Lensa kristalin merupakan organ penglihatan yang berfungsi memfokuskan cahaya yang masuk ke mata agar sampai ke makula. Lensa kristalin akan berubah menjadi struktur yang avaskular, nutrisi dan eksresi hasil metabolisme lensa berlangsung melalui akuos humor disekitarnya. Lensa kristralin terletak di belakang iris, digantung oleh zonula zinn ke badan siliar. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm6. Sel hidup yang aktif hanya terdapat pada lapisan sel epitel lensa yang terletak di bawah kapsul anterior, dan meluas ke ekuator. Sel epitel ini bermitosis dan pada bagian ekuator berelongasi memanjang menjadi serat lensa yang membentuk korteks lensa. Hal ini akan terjadi terus menerus seumur hidup, tanpa ada serat yang dikeluarkan dari lensa sehingga susunan lapisan serat tersebut semakin padat ditengah, membentuk nukleus lensa6. Proses mitosis dan elongasi sel ini terjadi terus menerus seumur hidup setelah pubertas, tanpa ada serabut yang dikeluarkan dari lensa. Oleh karena serabutserabut ini tumbuh dengan arah konsentrik, susunan lapisan serabut lensa akan semakin memadat ke tengah, membentuk nukleus lensa. Nukleus menjadi bagian dengan serabut-serabut yang lebih tua dan terdiri dari zona-zona yang bersesuaian dengan periode perkembangan6.

Gambar 2.1 Anatomi Struktur Lensa Mata (Sumber : American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-2012)

2

Lensa memiliki kapsul, korteks dan nukleus. Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Kapsul lensa adalah suatu membran basalis yang mengelilingi substansi lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di bagian luar nukleus lensa terdapat serat lensa yang lebih muda yang disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus disebut sebagai korteks anterior, sedangkan di belakangnya di sebut korteks posterior. Konsistensi nukleus lensa lebih keras daripada korteks4,8.

Gambar 2.2 Tampilan Lensa Menampakkan Terminasi Epitel Subkapsular (Sumber : Vaughan & Asbury’s General Opthalmology. 2010) 2.2 Fisiologi Lensa Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan1. Lensa dibentuk oleh epitel lensa yang membentuk serat lensa dalam kapsul lensa. Epitel ini terletak di bagian anterior lensa, diantara kapsul dan serat lensa yang tersusun atas sel epitel kuboid. Fungsi dari epitel lensa adalah untuk mengatur homeostasis lensa. Epitel ini juga yang menjadi jalur masuk ion, nutrisi dan cairan yang umumnya berasal dari aqueous humor. Pada sisi

3

ekuator lensa terdapat pompa Na+/K+/ATPase untuk mengatur konsentrasi dalam lensa7. Komponen yang menyusun lensa sebagian besarnya adalah air (65%), sedangkan sisanya adalah komponen protein (35%). Protein pada lensa yang membuat sifat transparan pada lensa adalah protein kristalin. Selain itu juga terdapat sedikit kandungan mineral. Kandungan kalium pada lensa cukup tinggi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya7. 2.3 Posterior Capsular Opacification (PCO) 2.3.1

Definisi Posterior Capsular Opacification (PCO) sering disebut “katarak

sekunder” merupakan komplikasi operasi katarak yang paling sering, kekeruhan kapsul posterior setelah ekstraksi katarak ekstrakapsuler. Kapsul psoterior mengalami kekeruhan sekunder akibat migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel-sel epitel lensa1. Pada PCO, kapsul posterior mengalami kekeruhan sekunder akibat migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel-sel epitel lensa (LEC)10.. 2.3.2 Epidemiologi Berdasarkan penelitian, angka kejadian PCO di Indonesia sebesar 20% kasus dalam setahun setelah dilakukan operasi katarak. Kejadian tersebut dilaporkan mencapai 50% selama 5 tahun setelah dilakukan pembedahan. Pada penelitian di Brazil 2014, dengan 58 sampel sebanyak 67% kejadian PCO setelah 4 tahun dilakukan operasi fakoemulsifikasi dan IOL, 41,3% mengalami penurunan ketajaman penglihatan karena PCO. 3 pasien mengalami penurunan ketjamana penglihatan karena galukoma, kekeruhan IOL, atau degenerasi makula terkait usia. 12 pasien menunjukkan PCO ringan dengan ketajaman penglihatan yang tidak berubah dan 45% pasien dengan hipertensi arteri sistemik2. 2.3.3 Faktor risiko Faktor risiko pada PCO yaitu : usia muda karena lebih banyak sel epitel lensa pada kapsul anterior. Presentase sel epitel lensa yang lebih tinggi mempertahankan aktivitas proliferasi seluler yang kuat pada uisa muda. Pertumbuhan sel epitel lensa tergantung pada usia. Usia <40 tahun tiga kali lebih cepat daripada pasien >60tahun. Kekerasan lensa secara bertahap meningkat seiring dengan pertumbuhan selama penuaan yang dapat 4

mempengaruhi operasi. Pasien diabetes memiliki PCO yang tinggi dibandingkan dengen non diabetes. Kebersihan korteks saat operasi dengan hidroseksi karena sisa korteks yang mengandung sel epitel lensa akan berproliferasi3. Faktor risiko potensial lainnya termasuk adanya kondisi seperti diabetes, uveitis, distrofi miotonik, renitis pigmentosa dan karatarak traumatis10. 2.3.4

Patofisiologi Patofisiologi

fakoemulsifikasi

PCO

akan

multifaktorial.

dikeluarkan

sebagian

Selama kapsul

operasi anterior

(capsulorrhexis), menghilangkan bahan lensa katarak, kemudian menanamkan lensa sintetis ke dalam kantong kapsul yang utuh. PCO terjadi pada kapsul anterior residual mengalami 3 hal : proliferasi, migrasi menuju kapsul posterior, dan diferensiasi normal dan abnormal. Sel epitel lensa yang terakumulasi menghasilkan kekeruhan kapsul lensa posterior utuh3. Beberapa sitokin dan faktor pertumbuhan, termasuk TGF-β, fakto pertumbuhan fibroblast (FGF-2), fakor pertumbuhan hepatosit (HFG), dan matrix metalloproteinase terlibat dalam patogenesis PCO. PCO memiliki 2 bentuk yaitu : fibrous dan pearl (proliferatif). a.

PCO fibrous terjadi karena proliferasi sel epitel lensa yang abnormal, dan muncul sebagai kerutan dan lipatan pada kapsul posterior di tempat fusi kapsul anterior dan posterior. Pada pemeriksaan histologi menunjukkan akumulasi matriks ekstraseluler dan sel fibroblast memanjang3.

b.

PCO pearl terdiri dari sel epitel lensa yand dapat dibedakan secara normal yang melapisi bagian lensa equatorial ( busur lensa) PCO pearl terdiri dari sel epitel lensa yand dapat dibedakan secara normal yang melapisi bagian lensa equatorial. Tampak epitel lensa bengkak, opacified disebut sel weld. Tampak epitel lensa bengkak, opacified disebut sel weld3. Menyebabkan regenerasi serat lenticular yang mengekspresikan kristal dan membentuk cincin mutiara Elschnig dan Soemmering, yang bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus kehilangan penglihatan terkait PCO. Saat ini, mekanisme molekuler yang mempengaruhi 5

perilaku LEC yang tersisa setelah operasi katarak tidak sepenuhnya diketahui. Banyak mekanisme lain juga dapat mempengaruhi kapsul posterior. Sisa-sisa lensa mungkin terperangkap, menyerap air, dan tampak putih mengembang. Lipatan atau robekan yang menyebabkan distorsi mekanis pada tas dapat menyebabkan penyimpangan dalam transparansi kapsul posterior. Peradangan posterior dapat menyebabkan deposit protein dan sel darah putih pada kapsul, sementara trauma bedah dapat menyebabkan pengendapan sel darah merah dan sel berpigmen. Sejumlah

faktor

yang

berpengaruh

secara

signifikan

dalam

pengembangan PCO telah diidentifikasi, termasuk bahan IOL, desain, penempatan, tekhnik bedah, pembersihan kortikal, dan patologi yang terjadi.3 2.4 Manifestasi klinik. Posterior capsule ofacification dapat menurunkan ketajaman penglihatan ketika mengenai bagian sentral. Keluhan yang dirasakan pasien umumnya pengelihatan kabur seperti berkabut atau berasap, mungkin dapat terasa lebih buruk daripada sebelum dioperasi. Karena pengelihatan kabur, tajam penglihatan juga akan menurun. Selain itu fotofobia juga dirasakan khususnya bila ditempat yang silau4. Pada pemeriksaan oftalmologi, kapsul posterior terdapat kekeruhan. Apabila yang terbentuk adalah mutiara Elschnig, maka akan ditemukan gambaran seperti gelembung busa sabun atau telur kodok pada kapsul posterior lensa mata. Namun apabila yang terbentuk adalah cincin Sommering, yang ditemukan adalah gambaran kekeruhan berbentuk seperti cincin pada tepi kapsul posterior lensa4. Soemmering ring merupakan cincin sisa dari sel epitel lensa dan serta kortikal yang terbentuk antara kapsul posterior dan tepi sisa kapsul. Pasien akan mengeluh silau dan dapat kehilangan penglihatan jika parah. Tanda kerutan kapsular10.

6

2.5 Tatalaksana Pengobatan posterior capsule ofacification dapat dilakukan dengan pembedahan maupun dengan Nd:YAG laser posterior capsulotomy. Pembedahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara disisio posterior capsule ofacification, kapsulotomi, membranektomi atau mengeluarkan seluruh membran utuh. Namun sekarang yang lebih sering digunakan adalah laser neodymium-yttrium-alumunium-garnet atau Nd:YAG laser posterior capsulotomy9. Nd:YAG laser posterior capsulotomy merupakan metode non invasif sehingga sekarang sering digunakan. Sebelum prosedur dilakukan pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu bahwa prosedur ini tidaklah sakit, pasien mungkin akan mendengar ledakan-ledakan kecil sebagai akibat dari energi laser di jaringan target agar menimbulkan lubang kecil di kapsul posterior di sumbu pupil, namun pasien harus tetap mengusahakan posisi mata tetap terfiksasi. Selain itu pasien diberikan obat tetes apraclonidine, timolol atau beta-adrenergik lainnya untuk mengatasi peningkatan tekanan intraocular pasca laser. Kemudian pasien diberikan obat tetes untuk mendilatasi pupil serta anestesi topikal. Setelah dilakukan laser maka pasien harus di follow-up 1-4 jam setelah laser dan kontrol 1 minggu setelah tindakan laser dilakukan terutama dalam mengukur tekanan intraokular9. Komplikasi teknik ini, antara lain naiknya tekanan intraocular untuk sementara waktu, kerusakan lensa intraocular, dan rupture sisi hialoid anterior dengan penggeseran vitreus ke dalam bilik mata depan, yang berpotensi menimbulkan ablatio retina regmatogenosa atau edema makula kistoid, kehilangan sel endotel kornea, eksaserbasi endoftalmitis dan kerusakan IOL. Kenaikan tekanan intraokular biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah terapi dan menghilang dalam beberapa hari dengan terapi. Jarang, tekanan tidak turun ke normal selama beberapa minggu. Lubang atau retakan kecil dapat terjadi pada lensa intraocular, tetapi biasanya tidak mengganggu ketajaman penglihatan. Tidak ada kerusakan yang nyata pada endotel kornea pada pemakaian Nd:YAG laser posterior

7

capsulotomy. Keberhasilan tindakan ini dalam meningkatkan ketajaman penglihatan dari 83% hingga 96%9. 2.6 Pencegahan PCO Bahan IOL yang digunakan akrilik hidrofilik kadar air tinggi, akrilik hidrofobik kadar air rendah, dan silikon hidrogel hidrofobik. Beberapa penelitian mengatakan bahwa penggunaan bahan hidrofobik menurunkan pembentukan PCO.

8

BAB III sILUSTRI KASUS I. Identifikasi Pasien Nama

: Tn. Syafei

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 73 tahun

Suku/ Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Cilandak

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiunan

Masuk poli mata

: Senin, 9 September 2019

II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 9 September 2019 di Poli Mata Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.  Keluhan Utama Penglihatan pada mata kiri menjadi buram lagi sejak 2 tahun yang lalu  Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan keluhan penglihatan pada mata kiri buram lagi sejak 2 tahun yang lalu. Pasien pernah operasi katarak dan glaukoma sejak 2 tahun yang lalu mata kanan dan kiri. Operasi mata kanan pada bulan Juli kemudian selang 2 minggu operasi mata kanan dilakukan operasi pada mata kiri. Setelah dioperasi pandangan buram tidak hilang namun pasien mengatakan bahwa penglihatan berkabut hilang pada mata kiri dan lebih terang, sedangkan pada mata kanan pasien tidak dapat melihat sama sekali. Namun sejak 6 bulan ini pasien merasa penglihatan buram lagi dengan tertutup kabut pada mata kiri. Penglihatan ganda, silau disangkal  Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah operasi katarak pada tahun 2017. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat trauma, gula darah

disangkal. Pasien mempunyai

riwayat tekanan darah tinggi, namun tidak pernah berobat.  Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat alergi, gula darah tinggi, tekanan darah tinggi di keluarga disangkal

9

III. Pemeriksaan Fisik 



Status Generalis: -

Keadaan umum : Sakit ringan

-

Kesadaran

: Compos mentis

-

Tekanan darah

: 171/92mmHg

-

Denyut nadi

: 66x/menit

-

Frekuensi nafaas : 22x/menit

-

Suhu

: 36o C

Status Oftalmologi Pemeriksaan Kamar Terang

Visus

OD

OS

0

2/60, tidak dapat dikoreksi dengan pinhole

Kedudukan bola mata OD

OS

Posisi

Ortoposisi

Ortoposisi

Eksoftalmus

-

-

Endoftalmus -

-

Pergerakan bola mata OD

OS

Palpebra superior OD

OS

Edema

-

-

Spasme

-

10

Hiperemis

-

-

Benjolan

-

-

Ulkus

-

-

Fistel

-

-

Hordeolum

-

-

Kalazion

-

-

OD

OS

Edema

-

-

Spasme

-

-

Hiperemis

-

-

Benjolan

-

-

Ulkus

-

-

Fistel

-

-

Hordeolum

-

-

Kalazion

-

-

Palpebra inferior

Margo palpebral superior et silia OD

OS

Edema

-

-

Hiperemis

-

-

Ektropion

-

-

Entropion

-

-

Sekret

-

-

Benjolan

-

-

Trichiasis

-

-

Districhiasis

-

-

Madarosis

-

-

11

Margo palpebral inferior et silia OD

OS

Edema

-

-

Hiperemis

-

-

Ektropion

-

-

Entropion

-

-

Sekret

-

-

Benjolan

-

-

Trichiasis

-

-

Districhiasis

-

-

Madarosis

-

-

Area kelenjar lakrimalis OD

OS

Edema

-

-

Hiperemis

-

-

Benjolan

-

-

Fistel

-

-

Nyeri

-

-

Air mata

-

-

OD

OS

Edema

-

-

Hiperemis

-

-

Benjolan

-

-

Fistel

-

-

Sekret

-

-

Punctum lakrimalis

12

Konjungtiva tarsal superior OD

OS

Kemosis

-

-

Anemis

-

-

Folikel

-

-

Papil

-

-

Lithiasis

-

-

Simblefaron

-

-

Konjungtiva tarsal inferior OD

OS

Kemosis

-

-

Anemis

-

-

Folikel

-

-

Papil

-

-

Lithiasis

-

-

Simblefaron

-

-

Konjungtiva fornix superior et inferior OD

OS

Kemosis

-

-

Anemis

-

-

Folikel

-

-

Simblefaron

-

-

OD

OS

Kemosis

-

-

Pterygium

-

-

Pinguekula

-

-

Flikten

-

-

Simblefaron

-

-

Konjungtiva bulbi

13

Injeksi konjungtiva

-

-

OD

OS

Kejernihan

Jernih

Jernih

Edema

-

-

Ulkus

-

-

Pannus

-

-

Sikatrik

-

-

Leukoma adheren

-

-

Infiltrat

-

-

Keratic precipitate

-

-

Bekas jahitan

-

-

Tes fluorescein

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tes sensibilitas

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

OD

OS

Arcus senilis

+

+

Bekas jahitan

-

-

OD

OS

Episkleritis

-

-

Skleritis

-

-

OD

OS

Tonometri Schiotz

7/7.5= 18,5 mmHg

8/7.5 = 15,6 mmHg

TIO perpalpasi

Normal

Normal

Kornea

Limbus kornea

Sklera

TIO

14

Pemeriksaan kamar gelap Kamera okuli anterior OD

OS

Kedalaman

Dalam

Dalam

Kejernihan

Jernih

Jernih

Flare

-

-

Sel

-

-

Hipopion

-

-

Hifema

-

-

OD

OS

Warna

Cokelat Tua, Jernih

Cokelat Tua, Jernih

Gambaran radier

-

-

Eksudat

-

-

Atrofi

-

-

Sinekia anterior

-

-

Sinekia posterior

-

-

Iris bombe

-

-

Iris tremulans

-

-

Iridodalisis

-

-

OD

OS

Bentuk

Bulat

Bulat

Ukuran

3 mm

3 mm

Isokoria

+

+

Letak

Di tengah

Di tengah

RCL/RCTL

-/+

+/-

Iris

Pupil

15

Lensa

Kejernihan

OD

OS

Lensa IOL jernih

Lensa IOL keruh sebagian bentuk

dengan butir-butir

di superior Shadow test

-

-

Refleks kaca

+

+

Pigmen iris

-

-

Luksasi

-

-

Subluksasi

-

-

OD

OS

negatif

Positif menurun

Funduskopi

Refleks fundus Papil Warna Bentuk

:

Sulit di nilai Sulit di nilai

Batas C/D ratio

Sulit di nilai

Sulit di nilai

Aa/Vv ratio

Sulit di nilai

Sulit di nilai

Retina

Sulit di nilai

Sulit di nilai

Refleks macula

Sulit di nilai

Sulit di nilai

IV. Resume Tn.S. M 73 tahun datang ke Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dengan keluhan utama penglihatan pada mata kiri buram lagi sejak 2 tahun yang lalu. Pasien pernah operasi katarak dan glaukoma sejak 2 tahun yang lalu mata kanan dan kiri. Operasi mata kanan pada bulan Juli kemudian selang 2 minggu operasi mata kanan dilakukan operasi pada mata kiri. Setelah dioperasi pandangan buram tidak hilang namun pasien mengatakan bahwa penglihatan berkabut hilang pada mata kiri dan lebih terang, sedangkan pada mata kanan pasien tidak dapat 16

melihat sama sekali. Namun sejak 6 bulan ini pasien merasa penglihatan buram lagi dengan tertutup kabut pada mata kiri. Penglihatan ganda, silau disangkal. Pada pemeriksaan oftalmologi pemeriksaan tajam penglihatan AVOD 0, AVOS 2/60 dengan pinhole tidak dapat dikoreksi, RCL/RCTL OD -/+ dan RCL/RCTL +/-, refleks kaca (+), lensa IOL, Lensa IOL keruh sebagian dengan bentuk butir-butir di superior OS, arcus senilis (+), pada mata kiri refleks fundus (-), refleks fundus mata kiri menurun, papil, retina, makula sulit di nilai. V. Diagnosis Kerja - OD : Suspect Neuropati glaukomatosa - OS : Katarak sekunder (posterior capsule opacification) - Pseudofakia VI. Diagnosis banding - OD : Glaukoma absolut - OS : VII. Rencana Pemeriksaan - Retinometri - Kampimetri VIII. Penatalaksanaan - Tatalaksana Umum

-



Edukasi



Edukasi mengenai katarak sekunder

Tatalaksana khusus  Mata kiri YAG LASER

IX. Prognosis Prognosis

OD

OS

Quo ad vitam

Bonam

Bonam

Quo ad sanationam

ad Malam

Dubia ad malam

Quo ad functionam

ad malam

Dubia ad malam

17

BAB IV DISKUSI KASUS

Posterior capsule ofacification merupakan merupakan komplikasi operasi katarak yang paling sering, kekeruhan kapsul posterior setelah ekstraksi katarak ekstrakapsuler. Pada pasien, keluhan utama yang dirasakan adalah mata kiri buram sejak 2 tahun yang lalu. Pada tahun 2017 pasien operasi katarak dan glaukoma pada mata kanan dan kiri. Operasi dilakukan pada mata kanan terlebih dahulu pada buan Juli 2017, selang 2 minggu dilakukan operasi kata pada mata kiri. Setelah dilakukan operasi mata kanan tidak dapat melihat dan penglihatan pada mata kiri buram tapi penglihatan berkabut sudah tidak ada. Sejak 6 bulan terakhir ini, pasien merasa bahwa penglihatan mata kiri kembali buram dengan penglihatannya berkabut. Pasien tidak memiliki keluhan penglihatan silau, pandangan ganda. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi tapi tidak pernah berobat. Riwayat kencing manis, alergi disangkal. Pada pemeriksaan visus mata kanan AVOD 0 dan AVOS 2/60 dengan tidak dapat dikoreksi dengan pinhole. Pemeriksaan kornea didapatkan arcus senilis pada mata kanan dan kiri, refleks kaca (+), lensa IOL tampak keruh pada bagian superior kapsul lensa posterior, refleks fundus mata kanan (-) dan kiri menurun, RCL/RCTL pupil kanan -/+ dan kiri +/-, retina, papil dan makula sulit di nilai Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis bahwa pasien mengalami pseudofakia dengan katarak sekunder (posterior capsul ofacification). Hal ini karena pasien memiliki riwayat operasi sejak 2 tahun yang lalu pada kedua mata, dengan pemeriksaan fisik refleks kaca (+), hal ini menunjukkan bahwa adanya pembedahan katarak yang dilakukan pada kedua mata pasien, serta telah dipasang IOL dibagian posterior. Pada pemeriksaan fisik lensa IOL keruh dengan butir-butir mutiara dibagian superior merupakan mutiara Elschnig Mutiara Elschnig merupakan epitel subkapsular yang berproliferasi dan membesar sehingga tampak seperti gelembung-gelembung. Akibat proliferasi epitel tersebut maka kapsul posterior akan semakin keruh yang menimbulkan pengelihatan buram sehingga tajam penglihatan pasien didapatkan 2/60 mata kiri yang tidak dapat dikoreksi dengan menggunakan pinhole. Untuk penatalaksanaan pada pasien ini dapat dilakukan Nd:YAG laser posterior capsulotomy untuk membersihkan kekeruhan pada kapsul posterior lensa setelah operasi katarak. Tindakan Nd:YAG laser posterior capsulotomy ini dilakukan pada kiri. Tindakan ini 18

dapat menimbulkan komplikasi salah satunya peningkatan tekanan intraokuler. Sehingga perlu dievaluasi terlebih dahulu tekanan intraokuler pasien yaitu pada 1-4 jam dan 1 minggu setelah dilakukan laser. Sehingga disarankan pasien dapat kontrol kembali 1 minggu kemudian.

19

BAB V KESIMPULAN Tn. S 73 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Fatmawati dengan keluhan mata kiri buram sejak 2 tahun yang lalu. Pada tahun 2017 pasien operasi katarak dan glaukoma pada mata kanan dan kiri. Pada pemeriksaan visus mata kanan AVOD 0 dan AVOS 2/60 dengan tidak dapat dikoreksi dengan pinhole. Pemeriksaan kornea didapatkan arcus senilis pada mata kanan dan kiri, refleks kaca (+), lensa IOL tampak keruh pada bagian superior kapsul lensa posterior, refleks fundus mata kanan (-) dan kiri menurun, RCL/RCTL pupil kanan -/+ dan kiri +/-, retina, papil dan makula sulit di nilai. Pada pemeriksaan fisik lensa IOL keruh dengan butir-butir mutiara dibagian superior merupakan mutiara Elschnig. Sehinggan dapat di diagnosis posterior capsule ofacification atau katarqak sekunder. Penatalaksanaan untuk pasien ini dilakukan laser YAG kapsulotomi posterior.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Pandey K, Sures. Posterior Capsule Opacification : A Review of the Aetiopathogenesis, Experimental and Clinical Studies and Factors for Prevention : Department of Ophthalmology and Visual Sciences. 2004. USA. 2. Awh,

Caroline.Goshe

Jeffrey.

Posterior

Capsule

Ofacification.

https://eyewiki.aao.org/Posterior_capsule_opacification. 2019. 3. Wu Shuang, Tong Nianting. Retrospective Analyses of Potential Risk Factors for Posterior

Capsule

Opacification

after

Cataract

Surgery.

2018.

https://www.hindawi.com/journals/joph/2018/9089285/ 4. Ilyas, Sidarta. Yulianti, SR. Ilmu penyakit mata Edisi kelima. Badan Penerbit FKUI. Jakarta. 2015; hal. 9, 220-222 5. Steinert, Roger F. Nd:YAG Laser Posterior Capsulotomy. [online] 2013. Diakses dari https://www.aao.org/munnerlyn-laser-surgery-center/ndyag-laser-posteriorcapsulotomy-3 6. Sitompul, Ratna. Buku Ajar Oftalmologi : FKUI. Jakarta. 2017;35-36. 7. Vaughan, DG. Oftalmologi umum. Edisi 17. EGC. Jakarta.2009; hal. 169-177 8. Virginia L et all. Morphology of the Normal Human Lens: Investigative Ophtalmologgy & Visual Science. 1996; Vol. 37, No. 7; p57-59 9. Soekardi, Istiantoro. Hutauruk, Johan A. Transisi menuju fakoemulsifikasi. Granit. Jakarta. 2004; hal. 205- 210, 248-249. 10. Awh, Carolien. Goshe M Jeffry. 2019. Posterior Capsule Opacification. https://eyewiki.aao.org/Posterior_capsule_opacification

21

Related Documents


More Documents from "ankyramadhany"