Laporan Kasus Gangguan Penyesuaian

  • Uploaded by: Reni Christiani
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Gangguan Penyesuaian as PDF for free.

More details

  • Words: 3,513
  • Pages: 19
Loading documents preview...
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny. Y.T

Umur

: 22 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Tempat/tanggal lahir

: Makalehi, 21/08/1991

Status perkawinan

: Sudah menikah

Jumlah anak

:2

Pendidikan terakhir

: SD

Perkerjaan

: IRT

Suku/bangsa

: Minahasa/Indonesia

Agama

: Kristen protestan

Alamat sekarang

: Kolongan atas Link.VI Sonder

Tanggal MRS

: 24 Juni 2014

Cara MRS

: Pasien datang diantar oleh keluarga

Tanggal pemeriksaan

: 26 Juni 2014

Tempat pemeriksaan

: Ruangan Kelas III Wanita Irina F Neurologi RSUP Prof.R.D.Kandou Manado

II. RIWAYAT PSIKIATRIK Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 26 Juni 2014, di ruangan perawatan kelas III Wanita Irina F Neurologi RSUP Prof.R.D.Kandou dari: -

Autoanamnesis dengan pasien.

-

Catatan rekam medis pasien.

-

Aloanamnesis dengan: Ny.S (45 tahun), ibu pasien, suku Minahasa, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan IRT.

1

A. Keluhan Utama Cemas, jantung terasa berdebar-debar, kurang berenergi, dan kram pada kedua kaki.

B. Riwayat Gangguan Sekarang Autoanamnesis Pasien mengatakan kadang merasa cemas dan takut sejak ± 6 bulan terakhir. Pasien merasa khawatir sejak pertama kali mengalami gejala suka terjatuh jika berjalan jauh. Pasien merasakan cemas dan takut akan mengalami kelumpuhan dan tidak bisa berjalan lagi. Pasien juga mengatakan jika cemas maka jantungnya terasa berdebar-debar seperti ingin pecah dan gemetar pada kedua tangan. Hal itu juga memicu pasien menjadi mudah lelah dan kadang sulit berkonsentrasi yang dialami sejak ± 6 bulan terakhir. Pasien merasa kurang tenaga sehingga mudah lelah saat beraktivitas di rumah seperti, memasak, mencuci piring, dan pekerjaan rumah yang ringan lainnya, tapi pasien masih bisa bekerja walaupun tidak lama. Pasien juga mengeluh kram-kram pada kedua kaki yang dirasakan karena penyakit yang dialami pasien. Dengan keluhan-keluhan ini pasien sering hanya tinggal di rumah saja dan kurang beraktivitas di lingkungan sekitar. Pasien mengaku pernah bertanya-tanya kenapa mendapatkan penyakit seperti ini padahal usia masih muda, tetapi keluarga pasien menasehati pasien sehingga pasien kembali sadar dan menerima semuanya. Tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

Aloanamnesis Menurut wawancara dengan ibu pasien ditemukan bahwa pasien mengalami gejala seperti ini kira-kira sekitar 6 bulan terakhir. Ibu pasien tidak dapat memperkirakan dengan jelas kapan muncul gejala-gejala tersebut. Ibu pasien mengatakan bahwa gejala-gejala yang dialami pasien muncul tidak lama setelah gejala sering terjatuh jika berjalan jauh yang tidak diketahui sebabnya.

2

Ketika medapatkan gejala seperti itu, ibu pasien mengaki bahwa anaknya langsung merasa takut dan khawatir dan menjadi kurang bertenaga, serta hanyak tinggal dirumah saja dan kurang beraktivitas. Ibu pasien mengatakan pasien pernah menjadi murung namun tetapi pasien masih bisa tertawa ketika mendengar lelucon dari keluarganya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya 1. Riwayat gangguan psikiatrik Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. 2. Riwayat gangguan medis Riwayat suka terjatuh jika berjalan sejak ± 6 bulan lalu, tidak ada riwayat cedera kepala, tidak ada riwayat digigit anjing, tidak ada riwayat gangguan di organ lain, tidak ada keluhan nyeri yang mengganggu, tidak ada

keluhan

yang

berhubungan

dengan

seksual

dan

gangguan

somatosensorik lainnya. 3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif Pasien hanya mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Pasien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol. Pasien juga tidak pernah merokok.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI A. Riwayat Prenatal dan Perinatal (usia 0-18 bulan) Pasien adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. lahir melalui persalinan normal di rumah yang ditolong oleh biang kampung dan dalam keadaan sehat, menurut pasien langsung menangis, riwayat biru/kuning (-), tanpa cacat bawaan.

B. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun) Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak awal sesuai dengan usia pasien. Berat badan tidak diperoleh keterangan. Riwayat lain tidak diketahui.

3

C. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun) Pasien merupakan anak yang dekat dengan kedua orangtuanya. Menurut pasien, pasien merupakan murid biasa-biasa saja di sekolah. Pasien menyelesaikan pendidikan sekolah dasar tanpa ketinggalan kelas.

D. Riwayat Masa Akhir Remaja Pasien termasuk anak yang dapt bergaul dengan teman-teman di sekolah dan lingkungan sekitar. Pasien tidak pernah terlibat masalah yang berarti di dalam sekolahnya. Pasien tidak menyelesaikan SMP hanya sampai kelas III dan tidak mengikuti UN karena pasien telah menikah dan berhenti sekolah atas keinginan sendiri.

E. Riwayat Masa Dewasa 1. Riwayat pekerjaan Pasien tidak bekerja dan hanya sebagai ibu rumah tangga saja. 2. Riwayat psikoseksual Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. 3. Riwayat perkawinan Pasien sudah menikah. Pasien menikah pada usia 16 tahun. Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama pasien. Pasien memmiliki 1 orang suami dan 2 orang anak perempuan. Hubungan dengan suami selama perkawinan harmonis. Suami pasien sangat menyayangi pasien beserta anaknya. 4. Kehidupan beragama Pasien beragama Kristen protestan dan rajin beribadah. Pasien beribadah tiap minggu di gereja. Menurut ibu pasien, pasien sangat aktif dalam kegiatan kerohanian di gereja seperti menghadiri ibadah kolom di lingkungan sekitar. 5. Riwayat kehidupan sosial Hubungan pasien dan keluarga serta tentanggnya baik dan tidak pernah ada masalah.

4

6. Riwayat pelanggaran hukum Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.

Pasien sangat

berpegang teguh terhadap nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. 7. Situasi kehidupan sekarang Pasien tinggal bersama dengan orang tua, suami anak-anaknya, dan saudara beserta iparnya dalam satu rumah. Kedua anaknya berjenis kelamin perempuan dengan umur anak pertama 7 tahun dan anak kedua 7 bulan. Pasien tinggal di rumah orang tua, beratap seng, memiliki 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu dan WC. Pasien sering berinteraksi dengan tetangga dan sering terlibat kerja bakti. Pasien merupakan orang yang rapih dan tidak suka melihat rumah dalam keadaan berantakan. 8. Riwayat keluarga Pasien adalah anak ketiga dari 4 bersaudara, pasien termasuk golongan keluarga dengan finansial yang agak minim. Hubungan dengan orangtua adalah baik. Ayah dan Ibu pasien mendidik pasien dan saudara-saudaranya dengan kasih sayang walaupun sedikit tegas.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

Keterangan : : Laki-laki

: telah meninggal

: Perempuan : Pasien 5

F. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya Pasien merasa takut, cemas dan khawatir akan penyakitnya. Pasien ingin segera sembuh dan ingin melihat anak-anaknya bisa bersekolah.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum 1. Penampilan Pasien adalah seorang perempuan berusia 22 tahun, tampak sesuai usianyan. Ekspresi wajah tampak sakit sedang, berkulit sawo matang, rambut hitam, penampilan cukup rapi degngan menggunakan kaos dan celana jeans puntung. Ekspresi wajah sedikit murung dan kurang bersemangat. 2. Kesadaran Compos mentis. 3. Perilaku dan aktivitas psikomotor Pasien berbaring di tempat tidur. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. 4. Sikap terhadap pemeriksa Kooperatif.

Pada

saat

wawancara

pasien

dapat

menjawab

pertanyaan dengan volume suara sedang sehingga pertanyaan yang diberikan pemeriksa langsung dijawab dengan tepat dan jelas.

B. Mood dan Afek 1. Mood

: Hipotimia

2. Afek

: Menyempit

C. Pembicaraan 1. Kualitas

: volume sedang, suara suara jelas, intonasi

berubah-ubah sesuai jenis pembicaraan, artikulasi baik. 2. Kuantitas

: menjawab sesuai pertanyaan.

3. Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya bahasa.

6

D. Gangguan Persepsi Tidak ditemukan halusinasi

E. Pikiran 1. Arus pikiran

: koheren

2. Isi pikiran

: waham (-), halusinasi (-).

F. Fungsi Kognitif 1. Orientasi  Orientasi waktu : baik. Pasien tahu waktu saat pemeriksaan dan dapat membedakan siang dan malam.  Orientasi tempat : baik. Pasien mengetahui dimana dia saat ini.  Orientasi orang

: baik. Pasien dapat mengenali keluarganya.

 Daya konsentrasi : baik. 2. Perhatian Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan perhatian. 3. Daya ingat  Jangka panjang

: baik.

 Jangka pendek

: baik.

 Segera

: cukup.

G. Penilaian Realitas 1. Norma sosial

: tidak terganggu, tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

2. Uji daya nilai

: baik, tidak terganggu.

H. Tilikan Tilikan 5 (pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan tahu faktorfaktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam praktisnya.

I. Taraf dapat dipercaya Penjelasan pasien dapat dipercaya.

7

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT A. Status Interna 1. Keadaan umum : sedang 2. Kesadaran

: compos mentis

3. Tanda vital

: T: 110/70mmHg, N: 80x/m, R: 24x/m, SB: 36,0C

4. Kepala

: conj.anemis -/-, sklera ikterik -/-

5. Thoraks

: C: SI-II regular, bising (-) P: sp.vesikuler, Rh-/-, Wh -/-

6. Abdomen

: datar, lemas, BU (+) normal, H/L ttb

7. Ekstremitas

: akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologi 1. GCS

: E4M6V5

2. TRM

: kaku kuduk (-), Laseque (-), Kernig (-), Brudzinsky I (-)

3. Mata

: gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter

3mm/3mm, reflex cahaya (+/+). 4. Pemeriksaan nervus kranialis a. N. olfaktorius (N.I) Dilakukan untuk menilai fungsi penciuman pasien. Pasien diinstruksikan untuk menutup mata dan menyebutkan nama bahan yang tercium.Hasilnya memberi kesan normal. b. N. optikus (N.II) Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Kedua mata pasien diperiksa secara bergantian dan pasien diinstruksikan untuk menyebutkan nama barang atau tulisan di sekitar ruangan. Hasilnya visus normal. c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI) Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan bola mata yang wajar. d. N. trigeminus (N.V) Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

8

e. N. facialis (N.VII) Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris. f. N. vestibulocochlearis (N.VIII) Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak dekat dan jauh. Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Untuk fungsi keseimbangan pasien, tidak dievaluasi karena pasien terbaring di tempat tidur. g. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X) Artikulasi pasien jelas, kemampuan menelan normal. h. N. accessories (N.XI) Kekuatan otot sternocleidomastoideus dan trapezius

normal.

Pasien dapat menahan tahanan yang diberikan pemeriksa pada bahu dan leher pasien. i. N. hypoglossus (N.XII) Tidak ada deviasi saat pasien menjulurkan lidah.

Fungsi sensorik

: tidak terganggu

Fungsi motorik

: kekuatan otot 5 5 3 3 tonus otot

Refleks fisiologis

: (+) normal

Refleks patologis

: (-)

N N

9

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien berusia 22 tahun, perempuan, sudah menikah, pendidikan terakhir tamat SD, suku Minahasa, ibu rumah tangga, memiliki 2 orang anak, dibawa ke RSUP Prof.R.D.Kandou pada tanggal 24 Juni 2014 dengan keluhan utama kelemahan pada kedua tungkai kaki. Sekitar 6 bulan sebelumnya, setelah pasien mendapat keluhan sering terjatuh ketika berjalan jauh muncul keluhan cemas, takut, jantung berdebar-debar dan kurang berenergi. Keluhan-keluhan tersebut menyebabkan pasien menjadi mudah lelah dan sulit berkonsentrasi. Melalui anamnesis, pasien mengaku pernah bertanya-tanya kenapa mendapatkan penyakit seperti ini padahal usia masih muda dan memikirkan biaya pengobatan yang akan dihadapi. Pasien tidak memiliki riwayat trauma sebelumnya dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol atau merokok. Pada pemeriksaan status mental didapatkan perempuan sesuai usia, berpenampilan cukup rapi, mood pasien hipotimik, afek menyempit. Pasien cukup kooperatif menjawab pertanyaan dengan volume suara yang sedang dan artikulasi jelas. Pada pasien tidak ditemukan halusinasi dan waham. Penjelasan pasien dapat dipercaya. Orientasi waktu, tempat dan orang baik, tidak ada gangguan persepsi dan proses pikir. Tidak ada keinginsn bunuh diri. Daya nilai baik. Tingkat tilikan 5. Pada pemeriksaan status neurologis ditemukan mengalami penurunan fungsi motorik yaitu penurunan kekuatan otot pada kedua tungkai kaki dan tonus otot menurun, didiagnosis dengan paraparesis LMN (Lower Motor Neurone).

VII.DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Aksis I

: F43.22 Gangguan Penyesuaian dengan Campuran Ansietas dan Depresi

Aksis II

: Ciri gangguan kepribadian cemas (menghindar)

Aksis III : Paraparesis LMN Aksis IV : Masalah ekonomi Aksis V : GAF scale 70-61 = beberapa gejala ringan dan meetap diabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik.

10

GAF scale HLPY 90-81 = gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa. VIII. PROBLEM A. Organobiologi

: Paraparesis LMN

B. Psikologi

: Pasien merasa cemas, takut, jantung

berdebar-debar, sulit konsentrasi, kurang berenergi dan mudah lelah. C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Sedikit kesulitan dalam interaksi sosial, pasien hanya suka tinggal dalam rumah. Ada masalah dengan sosial ekonomi, yaitu terkait dengan biaya yang dihadapi karena penyakitnya dan untuk kelangsungan hidup keluarganya.

IX. TERAPI A. Psikofarmako  Fluoxetine 20 mg tab 1x1  Alprazolam 0,5mg 3x1 (k/p)

B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial a. Terhadap pasien  Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu terapi kognitif yang bertujuan menghilangkan episode depresif dengan membantu pasien

mengidentifikasi

dan

uji

kognitif

negatif,

mengembangkan cara berpikir alternative, fleksibel dan positif dan perilaku yang baru.  Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar memahami gangguannya lebih lanjut, cara pengobatannya, efek samping

yang

kemungkinan

muncul,

serta

pentingnya

kepatuhan dan keteraturan minum obat.  Memberikan penerangan kepada pasien secara perlahan-lahan agar pasien dapat mengerti dan menerima kenyataan, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.

11

 Memotivasi dan memberikan dukunan kepada pasien agar pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur.

b. Terhadap keluarga pasien  Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam pengawasan keluarga  Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit  Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap pasien dan mengawasi pasien dalam meminum obat teratur  Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk

senantiasa

memberian

dukungan

selama

masa

pengobatan.

X. PROGNOSIS A. Ad vitam

: dubia ad bonam

B. Ad fungsionam

: dubia ad bonam

C. Ad sanationam

: dubia ad bonam

XI. ANJURAN Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan kunjungan berkala selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang teratur kepda pasien untuk bisa memperbaiki pemahamam tentang realitas yang ada, tingkah laku, serta pola pikir pasien agar menyadarkan pada pasien bahwa pasien memerlukan pengobatan yang teratur.

12

XII. DISKUSI A. Diagnosis Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan episode depresi berulang yang kini ringan. Dalam kasus ini ditemukan pasien mengeluh kadang merasa cemas, takut, jantung terasa berdebar-debar, kurang berenergi sehingga mudah lelah dan sulit berkonsentrasi sejak kurang lebih 6 bulan terakhir. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan setelah mengalami keluhan suka terjatuh ketika berjalan jauh. Berdasarkan DSM-V pedoman diagnostik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: A. Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap antara: a. Bentuk, isi dan beratnya gejala, b. Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian, dan c. Kejadian, situasi yang “stressful”, atau krisis kehidupan. B. Adanya faktor ketiga diatas harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut. C. Manifestasi daari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, anxietas, campuran anxietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak ada satupun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung diagnosis. D. Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang “stressful” dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan.1,2 Pada pasien ini dapat didiagnosa gangguan penyesuaian dengan reaksi campuran ansietas dan depresi karena memenuhi kriteria gangguan penyesuaian yaitu munculnya keluhan yang berhubungan dengan situasi stressful yang terjadi yaitu keluhan suka terjatuh jika berjalan jauh, dan dengan onset yang bertahan selama 6 bulan. Diagnosis campuran ansietas dan depresi ditegakkan karena gejala ansietas dan depresi yang cukup sama menonjol. Gejala ansietas pada pasien didapatkan gejala perasaan takut akan menjadi lumpuh dan terasa jantung berdebar-debar. Pada pasien ini didapatkan gejala depresi ringan dengan memenuhi kriteria sekurang-kurangnya 1 atau 2 gejala utama dan 2 gejala lainnya

13

yaitu berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah, sulit berkosentrasi dan pandangan masa depan yang suram.1,2,3 Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood hipotimia yaitu suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai kesedihan dan kemurungan serta kehilangan semangat. Secara obyektif tampak dari sikap murung dan perilakunya yang lamban. Pada afek didapatkan menyempit karena menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas dengan intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat dilihat dari ekspresi wajah yang agak murung.3

B. Diagnosis Banding Diagnosis banding yang mengarah sesuai dengan anamnesis yang dilakukan yaitu gangguan depresif berulang. Gejala yang memenuhi kriteria gangguan ini adalah gejala depresi ringan (berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah, sulit berkosentrasi dan pandangan masa depan yang suram) dan dialami sekitar 6 bulan. Tetapi pada gangguan ini terdapat pemulihan diantara episode depresi yang terjadi, sedangkan pada pasien tidak.1,2

C. Ciri Kepribadian Ciri gangguan kepribadian ada berbagai macam yaitu ciri gangguan kepribadian khas, skizoid, paranoid, dissosial, emosional tak stabil, histrionik, anankastik, cemas, dependen, dan campuran. Pada pasien ini mengarah ke ciri gangguan kepribadian cemas (menghindar). Ciri-ciri gangguan kepribadian ini adalah: a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif, b. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain, c. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial, d. Keenganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa akin akan disukai, e. Pembatasan dalam gaya hidup karena alas an keamanan fisik, f. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak. Untuk menegakkan diagnosis gangguan kepribadian cemas dibutuhkan paling sedikit 3 kriteria diatas. Pada pasien ini didapatkan hanya 1 ciri gangguan

14

kepribadian cemas yaitu perasaan tegang dan takut, sehingga hanya disebut ciri gangguan kepribadian cemas (tidak menggunakan kode diagnostik).3

D. Terapi a. Psikofarmako Medikasi dengan obat-obatan harus diberikan untuk waktu yang singkat, tergantung dari tipe gangguan penyesuaian, dapat diberikan pengobatan yang efektif. Pemberian ansietas berguna untuk pasien dengan kecemasan dengan pemberian benzodiazepine.3 Pada pasien ini diberikan Alprazolam 0,5mg 3x1. Alprazolam merupakan golongan benzodiazepine, dengan mekanisme kerja yaitu dapat bereaksi dengan reseptor (benzodiazepine reseptors) akan mengreinforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron” yang mengendalikan sistem limbik SSP yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, dan serotoninergic neurons, sehingga hiperaktivitas yang terjadi dapat mereda. Efek samping dari penggunaan obat ansietas adalah sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah), dan relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll). Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian sekitar 3 bulan dalam rentang dosis terapeutik. Alprazolam diberikan karena efektik untuk ansietas antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti depresi.4 Pada pasien juga diberikan Fluoxetine 20mg 1x1. Obat ini merupakan obat anti depresi golongan obat SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors). Mekanisme kerja obat anti depresi yaitu menghambat “reuptake aminergic neurotransmitter” (noradrenaline, serotonin, dopamine) dan menghambat penghancuran oleh enzim “Monoamine Oxidase” sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron di SSP yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Efek samping dari obat anti depresi dapat berupa sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll), dan efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardia, dll). Fluoxetine diberikan karena tolensinya baik dan lebih aman.

15

b. Psikoterapi Berdasarkan teori bahwa perilaku manusia diakibatkan oleh cara berpikir tentang diri dan perannya di dunia, maka perilaku mal adaptif dapat diarahkan dan dikembangkan kea rah perilaku yang lebih adaptif dan lebih sehat, melalui CBT (Cognitive Behavioral Therapy).5 Selain itu juga edukasi terhadap pasien dan keluarga perlu diberikan. Untuk pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, kemudian yang penting juga ialah meningkatkan kesadaran dalam kepatuhan dan keteraturan minum obat. Diberikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit.

16

XIII. WAWANCARA PSIKIATRI Wawancara dilakukan di ruang perawatan Kelas III Wanita Irina F Neurologi RSUP.Prof.R.D.Kandou Manado pada tanggal 26 Juni 2014 jam 12.00 WITA. Saat wawancara pasien sedang berbaring diatas tempat tidur. A: Pemeriksa

B: Pasien

A : Selamat siang, saya dokter muda Reni, ini dengan ibu syapa? B : siang dokter. Dengan Y.T. A : ibu pe umur berapa ? B : 22 tahun. A : rumah dimana ibu? B : di Meras kecamatan Bunaken A : ibu so menikah? B : sudah A : ibu pe anak ada berapa? B : ada 2 dok A : ibu bekerja ? B : nyanda dok, cuman ibu rumah tangga A : kalau boleh tahu ibu pe pendidikan terakhir apa? B : cuman sampe SD, tidak kelar SMP A : kalau bokeh tau ibu masuk rumah sakit karena kiapa kank? B : sering jatuh dok kalau berjalan jauh, konk kaki rupa mengecil A : dari kapan ibu ada rasa sakit seperti ini? B : dari setelah melahirkan anak kedua dok, so sekitar 6 bulan. A : trus dapa rasa bagaimana setelah tau ibu p kaki bagitu? B : aduh dok, rasa tako tako, cemas bagitu, tu dada rasa berdebar-debar, rupa tu jantung mo pecah. Kita ta pikir-pikir tu penyakit, kita tako mo jadi lumpuh. Kita rasa kita kiapa kita dapa penyakit bagini kank padahal kita masih muda. A : trus sekarang rasa bagaimana dang? B : yah, cepat lelah dok. So kurang beraktivitas nda ada tenaga, cuman kerja sedikit-sedikit saja. A : ada sulit berkonsentrasi, susah tidur dan hilang nafsu makan?

17

B : cuman tu susah konsentrasi dok, tu laeng biasa. A : yang jaga syapa ibu? B : ta p mama. A : Suami dimana? Hubungan keluarga akbrab? B : ada pulang rumah. Akrab dok. A : ibu ada sempat ta pikir rasa mo bunuh diri ato nda? B : nyanda dok, nda pernah A : kita saran ibu sudah jo pikir-pikir tu mo jadi beban, pikir jo mo sembuh ne. B : ia dok. A : ok dank, makase ne waktunya, istirahat kembali jo. B : ia dok, makase.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing; Washington DC. 2013. 2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Edisi III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta. 2001. 3. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2010. 4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta. 2007. 5. Sudiyanto A. Tinjauan Dinamik Proses CBT, disampaikan pada Simposium Understanding the Vulnerable Ego. Bali. 2004.

19

Related Documents


More Documents from "ankyramadhany"