Laporan Kegiatan Elektif

  • Uploaded by: fitha
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kegiatan Elektif as PDF for free.

More details

  • Words: 3,341
  • Pages: 21
Loading documents preview...
LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF “DETEKSI DINI BALITA DENGAN GIZI KURANG SERTA SOSIALISASI PEMBERIAN NUTRISI SESUAI USIA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERLAWANG”

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Disusun Oleh: Nama : M. Brani Himawan NIM : 08711120 DPF : dr. Lutfi Ghazali, M.Kes DPK : dr. Enny Suramto

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. “Alhamdulillahirobbilalamin” puji syukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat serta hidayahnya sehingga penulis mampu berpartisipasi dan memanfaatkan segenap jiwa raganya untuk mengabdi di masyarakat melalui kepanitraan linik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Segala kekurangan yang penulis tidak pernah harapkan mungkin sempat terjadi, namun berkat adannya dorongan dari diri beserta pihak-pihak yang sangat berjasa sekali dalam membantu baik secara fisik maupun moril akhirnya tahap-tahap yang berakhir dengan penulisan laporan ini berjalan dengan mudah. Untuk itu, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. dr. Enny Suramto selaku kepala Puskesmas Sumberlawang 2. dr. Yoesi Nirmiyanto selaku pembimbing lapangan I 3. Ibu Nina Herawati Amd, Keb. selaku pembimbing lapangan II 4. Jajaran petugas kesehatan puskesmas Sumberlawang 5. ibu-ibu kader desa Pagak 6. orangtua yang sangat teramat berjasa sekali 7. seluruh teman-teman kepanitraan IKM fk uii puskesmas sumberlawang 8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan semuanya yang sangat membantu penyusunan laporan ini, terima kasih banyak. Penulis sadar akan kekurangan yang ditemukan dalam penulisan, oleh sebab itu penulis selalu terbuka akan saran maupun kritik dengan segala kerendahan hati yang tentunya akan sangat membantu dalam penulis untuk membangun ketelitian dalam penulisan yang akan datang. Wassalamualaikum Wr. Wb. Sragen, Agustus 2014

Penulis I. LATAR BELAKANG

Balita adalah anak dengan usia dibawah lima tahun yang ditunjukkan dengan tanda pertumbuhan cepat 0 - 1 tahun kemudian melambat pada masa – masa menjelang usia sekolah (Soetjiningsih, 2001). Balita adalah singkatan kata dari bawah lima tahun yang populer. Di masa pertumbuhannya, balita akan mengalami pertumbuhan tubuh serta perkembangan otak yang cepat. Pertumbuhan fisik ditunjukkan dengan bertambahnya berat badan dan tinggi badan dan perkembangan fisik ditunjukkan melalui keterampilan dalam bergerak seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat, dan mengelola sitem pergerakan tubuhnnya kemudian dilanjutkan dengan

keterampilan motorik halus yang mulai ditunjukkan dengan aktivitas

memegang benda, mengambil benda kecil, dan latihan menulis. Kemampuan kognitif juga akan mulai berkembang dengan ditunjukkanya pada aktivitas bahasa dari balita yang mulai menunjukkan suara - suara yang mulai muncul, penyebutan laval a., i., u., dan perangkaian kata seperti dapat memanggil ibu dan ayah serta kalimat sederhana dan belajar bahasa ibu (Choirunisa, 2009; Supartini, 2004). Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, balita membutuhkan nutrisi dalam pemenuhannya sebagai gizi balita. Gizi balita dalam rangkaiannya adalah berfungsi sebagai kebutuhan dalam aspek fisik, berupa kebutuhannya terhadap nutrisi berupa ASI, makanan pendamping maupun pengganti ASI, imunisasi, serta higienitas lingkungan di sekitar balita tersebut. Kebutuhan emosi dalam aktivitas kasih sayang yang diberikan oleh ibu beserta keluarga, rasa aman, nyaman, dihargai, dan perhatian dan tak kalah penting adalah kebutuhan akan rangsangan aktivitas untuk melatih kepekaan indra yang diberikan secara dini dalam pengaruhnya terhadap kelangsungan dari si balita kedepannya.

Dewasa ini banyak permasalahan yang ditunjukkan oleh salahnya pola asuh, asah, dan asih yang berdampak tidak optimalnya perkembangan emas pada masa balita. Penyebabnya adalah antara lain dari aspek pengetahuan dimana latar belakang pendidikan yang rendah dari orang tua yang kemudian tidak tahu menahu apa yang harus dilakukan dalam mengoptimalkan anak dalam masa – masa ini. Aspek sosial ekonomi, dimana tidak dapat dipisahkan perananan sosial dalam tidak optimalnya oleh karena status ekonomi miskin yang berakibat kurangnya dalam pemenuhan status gizi balita, orang tua yang lebih peduli akan diri sendiri ketimbang anak, dan kebersihan yang kurang kemudian menyebabkan munculnya sakit pada balita sehingga pemenuhan nutrisi menjadi tidak optimal. Tahun 2010 terdapat angka 13,0% menunjukkan kasus gizi kurang dan 4,9% mengalami gizi buruk. Dari data yang didapatkan dari propinsi Sumatera barat, terdapat 14,4% gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 2,8%. Data tersebut menunjukan masih tingginya angka gizi kurang yang ditemukan di Sumatera barat yang berkontribusi besar dalam menyumbang angka kejadian balita dengan gizi kurang di indonesia (Riskedas, 2010). Meski Indonesia telah terbebas dari kemiskinan secara bertahap, namun masalah gizi pada anak mengalami perbaikan yang masih sedikit. Dimulai dari tahun 2007 sampai 2011 masalah kemiskinan menunjukan penurunan yang berarti sekitar 16,6-12,5 %, dan balita dengan berat badan kurang menunjukan angka yang masih tinggi di tahun 2007 yang yaitu 18,4%, di tahun 2010 adalah 17,9%. Itu menunjukan hanya ada penurunan hanya sekitar 0,5% (UNICEF, 2012) Pentingnya kesadaran dari berbagai pihak dan orang tua tentunya diharapkan mampu menekan kejadian gizi kurang dalam kelanjutannya. Pengenalan, deteksi, pencegahan, dan penanggulangan sangat diperlukan, sehingga tercipta optimalnya masa emas pertumbuhan anak yang kemudian mampu membentuk kualitas sumber daya manusia yang lebih baik di masa yang akan datang.

II. METODE

Metode dalam pendekatan ini adalah berupa wawancara, pengamatan dan menggunakan data sekunder. Wawancara dimulai dengan melakukan sesi tanya jawab dengan bagian gizi puskesmas sumberlawang untuk mendapatkan gambaran tentang balita dengan gizi kurang dan pencarian data sekunder, kemudian dilanjutkan magang di bagian KIA dan mengikuti kegiatan – kegiatan yang ada di puskesmas khususnya di bagian KIA guna mendapatkan informasi dari ibu – ibu yang datang berobat dengan anaknya sehingga tahu nutrisi – nutrisi apa sajakah yang biasanya diberikan di kesehariannya, higienitas, dan aspek asah, asuh dan asih. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan bidan desa untuk lebih tahu menahu tentang keadaan sosio demografi maupun kultur yang berlaku pada masyarakat yang kemungkinan berpengaruh terhadap kejadian dari gizi kurang, serta ibu – ibu yang membawa balitanya untuk berobat ke tempat praktek bidan atau menilai pertumbuhan dan perkembangannya melalui posyandu – posyandu yang aktif dijalankan.

III. HASIL

a. Fakta permasalahan kesehatan yang ditemukan Dari hasil pengumpulan data baik melalui wawancara, data sekunder, dan selama kegiatan magang di bagian KIA puskesmas Sumberlawang, peneliti menemukan terdapat permasalahan yang mempengaruhi kejadian gizi kurang pada balita masih ditemukan di wilayah kerja puskesmas sumberlawang, adalah sebagai berikut : 

Dari data Puskesmas yang meninjau gizi kurang terdapat angka yang naik – turun muncul disetiap tahunnya, terdapat beberapa yang berhasil mengalami perbaikan gizi, dan kemudian muncul balita gizi kurang baru yang awalnya adalah balita yang masih dalam kategori balita gizi baik.



Status ekonomi keluarga yang kurang mempengaruhi kejadian gizi kurang.



Kurangnya pengetahuan akan pemberian makanan yang sesuai dengan usia serta kurang tahunya terhadap zat – zat pokok yang terkandung dalam makanan sehingga menimbulkan pola pikir bahwa gizi baik haruslah mahal yang berdampak terhadap makanan anak kurang dari kecukupan gizi.



Aktivitas orangtua yang bekerja sehingga menitipkan anak ke tempat tetangga maupun nenek yang kurang tahu menahu jam – jam pemberian makan serta kualitas makanan seadanya.



Ibu – ibu yang terkesan tidak mau mendengarkan perihal pentingnya gizi yang sudah diberikan melalui program puskesmas.



Para kader sudah terlatih dalam mendeteksi balita dengan gizi kurang namun belum mengetahui langkah yang harus ditempuh dalam menekan angka gizi kurang untuk kembali terulang.

Persebaran balita gizi kurang di kecamatan sumberlawang cukup bervariasi, Kecamatan sumberlawang adalah kecamatan yang mengampu 11 desa yang masing – masing terdapat angka yang menunjukkan kemunculan balita dengan gizi kurang.

Tabel 1. Persebaran balita dengan gizi kurang di wilayah kerja puskesmas sumberlawang periode juli 2014

Balita Laki – laki

Perempuan

Pendem

2

1

250

Hadiluwih

2

3

297

Jati

4

5

310

Cepoko

1

8

226

Mojopuro

9

5

227

Ngandul

4

4

306

Ngargosari

0

2

364

Kacangan

0

0

249

Pagak

2

5

224

Tlogotirto

2

5

184

Ngargotirto

4

2

450

Desa

jumlah balita

Pada tabel 1. diatas menunjukkan bahwa desa dengan balita gizi kurang tertinggi adalah desa mojopuro sejumlah 14 balita. Desa dengan tidak terdapatnya balita dengan gizi kurang adalah desa kacangan. Angka kejadian gizi gurang mengalami naik turun di setiap periode bulannya, ada yang terdaftar kemudian sembuh, dan ada yang terdata sebagai balita dengan kategori normal bisa saja diperiode selanjutnya masuk ke dalam kategori gizi kurang karena berbagai sebab.

Dokumentasi

Menilai status gizi balita melalui pengukuran antopometri

Melakukan penyuluhan edukatif tentang pemberian nutrisi pada balita di sela kegiatan di KIA

Melakukan edukasi tentang pemberian nutrisi saat kegiatan KIA berjalan

Kegiatan penyuluhan di sela aktivitas posyandu

Penyerahan produk elektif berupa leaflet ke perwakilan bagian gizi puskesmas Sumberlawang

b. Rencana Intervensi

Rencana intervensi yang kemudian akan melahirkan langkah dalam upayanya menekan dan mungkin dapat dijadikan langkah dalam memutus timbulnya balita – balita baru dengan gizi kurang adalah memberikan pengetahuan lewat penyuluhan tentang pentingnya memberikan nutrisi yang tepat untuk balita dan pelatihan dalam deteksi balita dengan gizi kurang maupun komplikasi yang terjadi oleh karena akibat yang ditimbulkannya. Materi penyuluhan yang akan dilakukan berisi tentang pengenalan zat – zat penting yang terkandung dalam makanan, dan makanan apa sajakah yang mengandung nilai kecukupan gizi, pentingnya zat makanan dalam peranannya sebagai nutrisi tumbuh kembang anak dan penyakit yang ditimbulkan akibat suplai gizi yang tidak adekuat.

Penyuluhan dilakukan di desa Pagak kecamatan sumberlawang, sebagai wilayah kerja yang ditunjuk oleh puskesmas sumberlawang untuk dilakukannya intervensi kesehatan melalui kegiatan posyandu, dan melalui nasihat yang diberikan terhadap para ibu yang datang dalam waktu berkunjung ke puskesmas yang mempunyai anak balita, baik yang dibawa ke puskesmas maupun yang tidak. Peneliti membuat produk berupa slide sebagai sarana edukatif dalam penyuluhan saat berada dalam forum posyandu, juga menghasilkan sebuah produk leaflet sebagai sarana pemicu agar ibu – ibu mau membaca dan mempelajari serta menerapkan isi yang terkandung di dalam leaflet perihal pentingnya gizi dan akibat asupan gizi yang kurang pada balita serta mampu menjadi mediator pembelajaran untuk masyarakat sekitar.

IV. INTERVENSI DAN HASIL

4.1. Pelaksanaan kegiatan Kegiatan yang dilakukan selama program elektif berjalan adalah berupa kegiatan magang yang berlokasi di puskesmas sumberlawang pada bagian kesehatan ibu dan anak (KIA) . Kegiatan magang diawali dengan perencanaan program yang kemudian dibicarakan dengan kepala puskesmas dan meminta perijinan untuk ikut andil dalam pelaksanaan program yang berjalan di KIA dengan jadwal yang disusun kemudian disesuaikan. Kegiatan elektif

juga melibatkan bidan desa untuk

kepentingannya sebagai pendamping di lapangan ketika penyuluhan dilakukan. Kegiatan yang kemudian dilakukan adalah; 4.1.1. Magang di bagian KIA Kegiatan yang dilakukan di bagian KIA adalah melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada balita yang datang ke bagian KIA di puskesmas sumberlawang yang datang ke puskesmas dalam keadaan sakit guna mengetahui pola tumbuh kembang balita yang sesuai dengan usiannya. Selain itu peneliti ikut membantu dalam berjalannya kegiatan KIA dengan ikut berpartisipasi dan memanfaatkan segi keilmuan dalam bidang kedokteran dalam penentuan diagnosis dan keputusan terapi serta menjadi sarana edukatif kepada ibu perihal nutrisi yang semestinya diberikan kepada balita – balita dalam tumbuh kembangnya. 4.1.2. Penyuluhan pentingnya nutrisi dan deteksi balita gizi kurang Penyuluhan dilakukan dalam sasarannya terhadap ibu – ibu beserta kader yang ikut hadir berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Tujuan kegiatan penyuluhan ini dilakukan adalah untuk memberikan pengetahuan perihal pentingnya nutrisi serta

pemilihan bahan makanan yang mengandung nilai gizi yang baik untuk balita, sehingga diharapkan terbentuklah pola pikir pada ibu – ibu serta kader bahwa makanan bergizi tidaklah harus mahal dan mampu memilah bahan – bahan makanan agar saat dimasak menjadi makanan tidak berupa makanan yang itu – itu saja namun lebih variatif sehingga anak tidak bosan dan lebih menyenangi kegiatan makan. Pemateri juga menyajikan tentang fungsi dari masing – masing zat makanan didalam tubuh dalam kepentinganya sebagai zat penunjang tumbuh kembang anak. Ibu dan kader diberikan pengetahuan singkat tentang penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan gizi dan tanda – tanda fisik maupun perilaku yang terlihat saat anak mengalami gizi kurang, serta diberikan pengetahuan akan pola asah, asuh, dan asih yang penting diberikan pada anak. 4.2. Tanggapan masyarakat Tanggapan yang ditunjukkan oleh masyarakat terutama ibu – ibu yang memiliki balita dan para kader yang ikut hadir dalam penyuluhan program cukup baik. Ibu – ibu menunjukan antusiasme yang cukup baik saat sesi pertanyaan dimulai. Kebanyakan dari ibu – ibu bertanya dengan topik pertanyaan yang sama terhadap pola pikir yang masih belum terbentuk karena minimnya pengetahuan yang dilatar belakangi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan jauhnya letak desa dari kota yang sudah banyak mengalami kemajuan. Pertanyaan tersebut dimulai dari kurang tahunya akan bahan makanan yang masih sebatas dapat diolah menjadi makanan yang enak dan mengenyangkan, bukan nilai gizi yang didapatkan, tentang bagaimana pola asuh, asah, dan asih yang baik serta upaya apa yang dapat mencegah agar anak terhindar dari gizi kurang maupun sakit yang kemudian ditimbulkan.

4.3. Perubahan yang terlihat Perubahan yang terjadi setelah upaya intervensi dilakukan melalui penyuluhan yang diberikan kepada ibu – ibu dan kader yang hadir dalam kegiatan posyandu maupun melalui edukasi terhadap ibu – ibu melalui kegiatan KIA di puskesmas sumberlawang adalah pengetahuan baru yang muncul atau melainkan bertambahnya pengetahuan dari yang semulanya masih sedikit tahu akan pentingnya nilai gizi dalam setiap peranannya. Ibu – ibu dan kader juga mengerti akan akibat jangka panjang yang dapat ditimbulkan jika pemberian nutrisi yang tidak adekuat dibiarkan begitu saja. Mulai mengerti tentang pentingnya dan efek dari pola asah, asuh, dan asih yang baik, dan mengenali tanda fisik balita dengan gizi kurang dan bagaimana langkah yang harus dilakukan jika menemukannya di lapangan. 4.4. Harapan masyarakat Harapan yang diharapkan peneliti terjadi dalam kegiatan ini adalah terbentuknya pengetahuan baru yang dapat merintis pola pikir dalam masyarakat tentang pentingnya gizi dan pemberian makanan yang sesuai pada anak, serta masyarakat diharapkan mampu berperan aktif dalam keikut sertaannya menghapus angka kejadian balita gizi kurang di wilayah kecamatan sumberlawang. Harapan yang ditunjukkan masyarakat tidak jauh beda, mereka sangat berterima kasih sudah diperkenalkan dengan pengetahuan akan pentingnya gizi, dan memiliki harapan jangka panjang terhadap anak – anaknya dapat berkembang dan tumbuh dengan baik dan terhindar dari sakit.

V. PEMBAHASAN

Kegiatan elektif dapat berjalan setelah sebelumnya permasalahan yang ditemukan melalui wawancara didapatkan kemudian dicarikan langkah intervensi yang sesuai. Langkah yang awal mula dilakukan adalah mengetahui mengenai lokasi posyandu yang berada di wilayah kerja desa pagak kecamatan sumberlawang yang telah ditunjuk sebagai lokasi kerja. Data mengenai jumlah balita didesa pagak sudah tercatat

dengan

baik

di

bagian

gizi

puskesmas

sumberlawang.

Peneliti

dikesehariannya membuat jadwal untuk melaksanakan kegiatan elektif yang terbagi sebagai kegiatan magang di KIA dan penyuluhan yang sudah terjadwal mengikuti kegiatan posyandu agar lebih memudahkan dalam mengumpulkan sasaran kerja. Berdasarkan data hasil observasi yang didapatkan di bagian gizi, didapatkan bahwa angka kejadian balita dengan gizi kurang cenderung fluktuatif, naik turun. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa sebab baik itu karena sakit yang diderita, asupan nutrisi, sosio-ekonomi, rendahnya pendidikan orangtua yang berdampak kepada kurang tanggapnya terhadap pengetahuan yang diberikan padahal media informasi sudah beragam bentuk dan sangat mudah dicari. Balita dalam data tersaji dikelompokkan menjadi balita dengan kategori normal, kurang, dan sangat rendah. Dari data perhitungan terahir tidak ditemukan balita yang masuk kedalam kategori dengan gizi sangat rendah dalam kurun waktu dua tahun terahir. Meskipun demikian, data tersebut sangatlah penting dalam memonitoring perkembangan yang ada di masyarakat. Data mengenai sakit didapatkan melalui wawancara yang dilakuka ke bidan desa. Sakit yang dialami oleh balita disebabkan oleh kebersihan yang masih buruk, belum tersedianya jamban layak, dan perilaku anak yang kurang pengawasan oleh

orang tua. Kesadaran hidup bersih dari orang tua berperan penuh dalam kejadian sakit yang muncul. Tidak adanya pembiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sedini mungkin yang diterapkan dalam keluarga ikut andil dalam aspek higienitas. Tidak tahu menahu akan pentingnya mencuci tangan yang tidak sekedar mengahapus noda di tangan, namun dapat dilakukan saat setelah melakukan aktivitas yang berisiko yaitu sesudah buang air besar, sesudah memegang bayi, sebelum makan dan sebagainya. Keadaan sosio-ekonomi memang sangatlah berdampak kepada kualitas belanja yang mampu dilakukan ibu di kesehariannya. Mata pencaharian mayoritas masyarakat pagak adalah petani dengan sebagiannya adalah sebagai buruh lepas dengan penghasilan kurang menentu. Dipengaruhi oleh kebiasaan yang berlaku pada masyarakat yang lebih mementingkan ternaknya ketimbang pemenuhan kebutuhan dasar sangatlah tidak dapat dibenarkan. Pendidikan rata – rata masyarakat pagak hanya mencapai jenjang SMP. Pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menerima informasi yang diberikan. semakin tinggi tingkat pendidikan dari seseorang, semakin berpeluang besar dalam kemampuannya menerima informasi maupun pengetahuan sehingga diharapkan mudah terbentuknya perubahan perilaku. Asupan nutrisi yang kurang adalah kurang pahamnya orang tua terhadap pentingnya makanan yang diberikan untuk anak. Kebanyakan masyarakat berfikiran bahwa yang membutuhkan banyak makanan adalah orang dewasa dengan aktivitas lebih banyak, padahal anak balita dalam masa – masanya sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam periode emas yang berpengaruh terhadap kelanjutanya. Pemilihan bahan makanan yang kurang variatif dan mementingkan kuantitas ketimbang kualitas adalah sesuatu yang salah pada masyarakat yang masih sering ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA Choirunisa, 2009. Panduan Terpenting Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta. Moncer Publisher. Riskedas, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta Soetjiningsih, 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC. Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC. UNICEF, 2012. Ringkasan Kajian. [email protected].

DIARY ELEKTIF No. Hari

Jam (WIB)

Kegiatan

Tanggal 1

Senin

07.00 – 07.30 

21-07-14

Sampai di puskesmas, mempersiapkan diri dan ruangan KIA.

07.30 – 09.00 

Meminta ijin untuk melakukan kegiatan elektif yaitu magang di bagian KIA puskesmas Sumberlawang dan terjun secara langsung mengikuti kegiatan.

09.00 – 10.30 

Ke bagian gizi, diskusi dengan petugas gizi tentang masalah balita gizi kurang diwilayah kerja puskesmas Sumberlawang

10.30 - 12.00 

Berpartisipasi melakukan kegiatan magang di KIA

12.00 – 13.00 

Mengumpulkan data balita dengan gizi kurang

13.00 – 14.30 

Menyusun materi penyuluhan

15.00 - 17.00 

Menemui bidan desa Pagak untuk meminta ijin mengikuti kegiatan posyandu dalam rencana kegiatan penyuluhan dan melakukan penyuluhan di posyandu Pucung

Hasil yang diperoleh hari ini: 

Mendapatkan pengalaman baru magang di KIA



Mendapatkan banyak informasi tentang pola kerja KIA



Mengetahui tentang balita gizi kurang di wilayah puskesmas sumberlawang namun belum mendetail



Mendapatkan sambutan baik dari bidan desa Pagak.



Menemukan faktor resiko balita gizi kurang di Posyandu Pucung

2

Selasa

07.00 – 07.30



22-07-14

Tiba di puskesmas, mempersiapkan diri dan menata ruang KIA.

07.30 – 12.00



Magang di bagian KIA puskesmas sumberlawang

12.30 – 14.00



Berdiskusi dengan dokter pembimbing mengenai seluk beluk gizi kurang

15.00 – 17.00



Melakukan Penyuluhan di posyandu ngawen

Hasil yang diperoleh hari ini: 

Membantu kegiatan KIA dan melakukan penyuluhan ke ibu yang memiliki balita di akhir pemeriksaan



Menemukan sebab masalah gizi kurang masih ditemukan di kecamatan Sumberlawang.



Mendapatan sambutan baik dari ibu – ibu yang hadir dalam penyuluhan yang dilakukan di puskesmas ngawen serta berbagai pertanyaan yang menyebabkan penulis lebih tahu tentang permasalahan gizi kurang yang ada.

3

Rabu

07.00 – 07.30



23-07-14

Tiba di puskesmas, menyiapkan diri dan ruangan KIA.

07.30 – 12.00



Magang di bagian KIA

13.00 – 14.30



Menemui bidan desa pagak untuk wawancara perihal balita gizi kurang

15.00 – 17.00



Melakukan penyuluhan di Posyandu Plosorejo

Hasil yang diperoleh hari ini: 

Wawancara dengan ibu yang memiliki balita yang datang ke puskesmas

melalui kegiatan KIA 

Menemukan afktor resiko gizi kurang melalui wawancara dengan bidan desa.



Menemukan faktor resiko balita gizi kurang di posyandu plosorejo

4

Kamis

07.00 – 07.30

Sampai di puskesmas, menyiapkan diri.

24-07-14

07.30 – 12.00

Magang di KIA

12.30 – 14.00 Menilai data balita gizi kurang di bagian gizi sekaligus melakukan diskusi 15.00 – 17.00 Penyuluhan di posyandu Kaligandu Hasil yang diperoleh hari ini: 

Mendapatkan pengalaman melakukan penyuluhan.



Mendapatkan pengalaman langsung ke masyarakat, sharing tentang deteksi dini balita gizi kurang dan pemenuhan nutrisi yang baik.



Mendapatkan informasi tentang upaya yang sudah ditempuh dalam mengurangi gizi kurang



5

Menemukan faktor risiko balita gizi kurang di posyandu kaligandu

Jumat

06.30 – 07.00 

Tiba di puskesmas dan mempersiapkan diri.

07.30 – 12.30 

Magang di KIA

13.00 – 14.30 

Menemui bagian promkes puskesmas

15.00 – 17.00 

Melakukan penyuluhan di posyandu kacangan

25-07-14

Hasil yang diperoleh hari ini: 

Melaksanakan kegiatan KIA dan melakukan edukasi mengenai gizi kurang.



Mengetahui cara dalam penyampaian promosi kesehatan yang baik ke masyarakat dan menemukan ide beserta isi pembuatan produk



Menemukan faktor resiko balita gizi kurang di Posyandu Kacangan

6

Sabtu

07.00 – 07.30

 Datang dan mempersiapkan diri.

26-07-14 07.30 – 12.00 

Magang dibagian KIA dan mengikuti kegiatan pelayanan kesehatan

13.00 – 14.30

 Kunjungan kerumah bidan desa

15.00 – 17.00  penyuluhan di Posyandu Pagak Hasil yang diperoleh hari ini: 

Mengikuti kegiatan KIA dan membagikan produk leaflet



Membagikan leaflet ke bidan desa dan berdiskusi dalam kaitanya meninjau kegiatan elektif yang telah berjalan.



menemukan faktor resiko balita gizi kurang di Posyandu Pagak

Related Documents


More Documents from "seppohim"

Laporan Kegiatan Elektif
February 2021 3