Laporan Magang-dikonversi

  • Uploaded by: riri wijaya
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Magang-dikonversi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,994
  • Pages: 23
Loading documents preview...
LAPORAN MAGANG PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN PADA LABORATORIUM BALAI BESAR PENGUJIAN PENERAPAN HASIL PERIKANAN (BBP2HP ) JAKARTA TIMUR

DISUSUN OLEH 1. Odilia Banur, S.Pt 2. Hilarius Delis, S.Pi 3. Robertus Apul

DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT TAHUN 2019

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN MAGANG PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN PADA LABORATORIUM BALAI BESAR PENGUJIAN PENERAPAN HASIL PERIKANAN (BBP2HP ) JAKARTA TIMUR

Disusun oleh: 1. 2. 3.

Odilia Banur, S.Pt Hilarius Delis, S.Pi Robertus Apul

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing Uji:

Basirun, S.Pi NIP. 19630209 198903 1 003

Mengetahui, Bimas. Ketahanan Pangan dan Perikanan Kepala Bidang Perikanan Budidaya, 4 Hari Setiawan, S.St.Pi Pembina NIP. 19810207 200501 1 008

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan Rahmat dan Karunianya kami dapat menyelesaikan Laporan Magang ini yang telah dilaksanakan di Laboratorium Organoleptik Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP), Jl. Raya Setu No.70 Cilancap - Cipayung — Jakarta Timur . Laporan ini disusun sebagai informasi bahwa kami telah melaksanakan magang pengujian hasil perikanan di Laboratorium BBP2HP. Kegiatan Magang pengawasan mutu produk perikanan yang dilakukan di laboratorium ini dimaksudkan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan Sumber Daya Aparatur yang diperlukan dalam rangka pengawasan mutu produk perikanan dan mendapatkan keterampilan mengenai proses uji formalin, Boraks dan Rhddamin serta uji yang lainnya yang sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI) dalam rangka pengawasan produk perikanan yang beredar di masyarakat baik ikan segar, kering maupun dalam bentuk olahan. Sehubungan dengan terlaksananya Magang ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama dengan berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) Jakarta Timur Bapak Muhammad Wahidin, S.St.Pi, M.AP selaku Pimpinan BBP2HP Ibu Dra. Prihastini Ngudi Lestari, MM selaku Kepala Bidang Pengujian dan Sertifikasi Produk BBP2HP Ibu Mintut Silowati,S.Pi, M.Tr,Pi selaku Kepala Seksi Pengujian Lab Organoleptik BBP2HP Bapak Basirun,S.Pi selaku Analis dan Pembimbing Uji Formalin, Boraks, Rhodamin B dan Uji Filth Bapak Ismarsudi dan Ibu Nia yang telah berkenan memberi arahan dan sharing kepada peserta magang Ibu Rini Rosita selaku penyelia Lab Organoleptik BBP2HP

Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat Khususnya Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam terlaksananya kegiatan Magang di BBP2HP ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar laporan ini bisa lebih baik dan semoga laporan ini bermanfaat. Labuan Bajo, 18 Juli 2019 Penyusun,

DAFTAR ISI LEMBARAN PENGESAHAN es oem aman KATA PENGANTAR erick hamomann menawan pe Kan aNan man amamungnanNa Mann sa Ka Mma ai ia esa aa benar mna noah Nana PA PA UAN bni arena bekam Ba Baba esa AE IS sabeaba nan mean amen 1.2 Tujuan dan Manfaat.............ooooocooo. srosnaekapabikumsanan sangsi Le MARIO TAN DEDE, nonb em cuba kowebm oma saban neon naa NN Naa BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN DAN METODOLOGI PENGUJIAN 2,1 Pelaksanaan Kegiatan.................oooooco. Bs ne iba Na Niaga 2.2 Metodelogi PEnpiiah......oooo.ooo.coo.oooooooooococcocemsseseescocomseyesvesd BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............oooooooooWooW mna SA PENS ena Nat bima mmm mabA Mam Me maM han ha mms mmm marka nenen Tots PEMANAS inti! enosrb oo kebaikan kans wombknk daludinihakkehhsntoneen BARIY PENUTUP et be ema mimasbmnsn anne ea oobeninnbbon some PN Sau makanan Ah ban ebi Se Meet alias tan bel dian ieaiia ek kenlasan beoneba nii etrbaelaennl mard so a

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia untuk bisa tetap mempertahankan hidup. Tidak heran jika saat ini industri pangan di Indonesia menjadi usaha yang banyak digeluti masyarakat. Namun, Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan bahan pangan. Ikan termasuk bahan pangan yang sangat mudah mengalami pembusukan (high perishable product) dan kerusakan lainnya yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba, bahan kimia yang berasal dari habitat hidupnya maupun dari cara penanganan dan pengolahan yang kurang baik. Ikan yang merupakan bahan makanan yang mudah mengalami pembusukan memerlukan upaya pengolahan dan pengawetan untuk menjaga kualitas ikan agar sampai ditangan konsumen dalam keadaan baik dan layak dikonsumsi sebagai makanan. Selama ini usaha memperendah suhu ikan dengan menerapkan teknik pendinginan hasil perikanan sudah terbukti berhasil dalam mengawetkan ikan (Putra dan Eka, 2009) Pendapat lain mengatakan, Usaha untuk membuat ikan tetap selalu segar ataupun meningkatkan kesegarannya adalah tidak mungkin, walau begitu kesegaran ikan masih bisa dipertahankan. Melalui penanganan yang baik dan benar, penghambatan proses pembusukan daging ikan sangat memungkinkan untuk dilakukan. Hingga saat ini penanganan yang dianggap baik adalah dengan penerapan rantai dingin, yaitu mengusahakan agar ikan tetap dingin (berada dalam suhu rendah). Penanganan yang dianggap paling ekonomis dan efektif adalah menggunakan es, bisa juga dengan melakukan pembekuan ikan agar dapat bertahan lebih lama lagi. Pada daerah tropis, proses kerusakan ikan berlangsung lebih cepat karena suhu dan kelembaban harian yang tinggi. Proses kemunduran mutu tersebut makin dipercepat dengan cara penangkapan, Penanganan dan pengolahan yang kurang baik, fasilitas yang kurang memadai serta terbatasnya sarana prasarana distribusi dan pemasaran.

Dalam menjaga kualitas fisik ikan yang baik terkadang didapati para tangan-tangan produsen perikanan yang tidak bertanggung jawab. Pemberian bahan tambahan terkadang dilakukan agar kualitas fisik tetap terlihat baik. Bahan tambahan seperti formalin sebagai pengawet banyak diberikan pada ikan segar dan kering tanpa memikirkan dampak yang akan dialami konsumen yang mengkonsumsi ikan. Selain itu, pada produk perikanan bahan kimia berbahaya yang sering digunakan juga adalah boraks dan Rhodamin B. Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Namun Formalin sangat berbahaya Jika dihirup, mengenai kulit dan tertelan. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang maka formadehid dapat merusak hati, ginjal, limpa, pankreas, dll. Formaldehid mempunyai banyak manfaat untuk pembersih lantai, kapal, gudang-gudang, pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga. Umumnya formalin lebih sering digunakan pada industri kimia antara lain industri resin, tekstil, plastik (melamin), kertas dan pupuk. Dalam bidang medis formalin biasanya digunakan untuk mengawetkan mayat. Penggunaan bahan kimia berbahaya pada produk perikanan saat ini banyak ditemukan, salah satunya adalah penggunaan formalin sebagai bahan pengawet karena bahan ini memiliki daya desinfektan/antiseptik yang sangat tinggi, selain itu mudah didapat dan harganya relative murah. Berdasarkan UU Perikanan No.31 tahun 2004 dalam pasal 23 dinyatakan bahwa adanya larangan mengenai penggunaan bahan tambahan makanan yang dapat membahayakan kesehatan manusia dalam penanganan dan pengolahan produk perikanan. Dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.33 Tahun 2012 tentang larangan penggunaan formalin dan boraks sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP). formalin dilarang untuk digunakan sebagai bahan pengawet pada produk perikanan karena akan menimbulkan bahaya keracunan, yang menyebabkan gangguan pencernaan akut, gangguan saluran pernafasan, iritasi pada selaput membran mata dan pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan kematian.

Selain itu, Peraturan Pemerintah yang melarang tentang penggunaan bahan kimia seperti boraks yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1168/MENKES/PER/X/1999, yang berisi bahwa boraks termasuk dari salah satu bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan. Penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan saat ini sudah meluas di dunia bahkan di Indonesia. Boraks tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai komponen dalam makanan tetap dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab/para pedagang nakal yang ingin mendapatkan keuntungan lebih. Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan, sehingga menghasilkan rupa yang bagus. Boraks sebenarnya boleh dijadikan bahan untuk mencampur makanan, asal dalam jumlah takaran yang aman. Jika penggunaan boraks pada makanan berlebihan atau tidak sesuai dengan takarannya maka akan bersifat berbahaya dan dapat merusak tubuh konsumen. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Boraks sebenarnya memiliki banyak manfaat jika digunakan dengan benar yaitu sebagai zat pengawet yang berfungsi untuk mengawetkan sesuatu agar lebih tahan lama, untuk pembersih alat dapur, pengawet kayu, pengontrol kecoa, bahan solder, antiseptik kayu, hingga membuat benda padat menjadi lunak. Makanan-makanan yang biasanya dicampur dengan boraks seperti 

Karak : kompenen untuk pembuatan adonan calon kerupuk



Mi : membuat adonan mi menjadi kenyal dan tahan lama



Lontong : membuat adonan lontong menjadi Kenya



Ketupat : membuat adonan ketupat menjadi lebih kenyal



Bakso : membuat adonan bakso menjadi kenyal dan tahan lama



Kecap : membuat kecap menjadi tahan lama



Cenil : membuat adonan cenil menjadi lebih kenyal Bahan kimia berbahaya lain yang juga sering digunakan yaitu Rhodamin B, yang biasa

digunakan pada industri tekstil dan kertas. Rhodamin B adalah salah satu bahan pewarna sintesis makanan yang dilarang penggunaannya di Indonesia utamanya sejak 1985 melalui Peraturan Menteri Kesehatan. Namun penggunaan Rhodamin sebagai zat pewarna dalam makanan masih banyak ditemukan di Indonesi. WHO secara resmi juga telah mengumumkan bahwa zat tersebut berbahaya karena kandungan logam berat dan sifat kimiawinya. Di Eropa, zat ini telah lama dilarang karena digolongkan dalam kategori karsinogen yang dapat memicu kanker. Karena efek samping yang begitu besar, zat ini bahkan tidak hanya berbahaya jika dijadikan pewarna makanan, akan tetapi juga pada produk kosmetik. Bahkan, unsur berbahaya dalam Rodhamin B tidak hanya terdapat dalam senyawa organiknya, akan tetapi juga senyawa anorganik ataupun ketika terkontaminasi oleh senyawa anorganik lainnya. Untuk itu, sangat penting kiranya mengetahui informasi-informasi inti mengenai zat satu ini. Dalam struktur Rhodamin diketahui mengandung klorin (senyawa halogen). Sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi sehingga senyawa yang radikal tersebut akan berusaha mencapai ketidakstabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawasenyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia. Dalam penentuan standar mutu produk perikanan diperlukan suatu pengujian terhadap produk tersebut. Pengujian bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti Uji organoleptic, Uji . Fisika, Uji kimiawi maupun Uji mikrobiologi. Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap makanan. Sasaran alat indera ini ditujukan terhadap kenampakan, bau, rasa dan konsistensi serta beberapa faktor lain yang mungkin diperlukan oleh produk tersebut. Uji kimiawi dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan kimiawi yang terkandung dakin produk seperti formalin, boraks, dan lainlain. Uji Fisika dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan asing yang terkandung di dalam produk

seperti Filth, dan lain-lain. Uji mikribiologi diperlukan untuk mengetahui produk pangan yang tercemar mikorobia-mikrobia tertentu yang menyebabkan produk pangan tidak layak konsumsi. Oleh karena itu, untuk menjamin keamanan dan kesehatan produk perikanan yang beredar di Pasaran baik dalam bentuk segar, kering maupun olahan, maka diperlukan suatu pengawasan mutu yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah secara ketat dengan melakukan uji formalin, boraks ataupun Rhodamin-B, agar bahan pangan termasuk produk perikanan bebas dari segala bentuk bahan tambahan berbahaya yang dapat merugikan konsumen/masyarakat. Magang pengawasan mutu produk perikanan dilakukan dengan maksud agar Kabupaten Manggarai Barat khususnya Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan memiliki sumber daya aparatur untuk melaksanakan pemantauan sekaligus menguji kualitas produk perikanan yang beredar di Wilayah Kabupaten Manggarai Barat, terutama untuk uji formalin yang terkandung dalam produk perikanan baik ikan segar, kering maupun olahannya. 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan magang pengawasan mutu produk perikanan yang dilakukan di laboratorium ini adalah: 1.

untuk meningkatkan ilmu pengetahuan Sumber Daya Aparatur yang diperlukan dalam rangka pengawasan mutu produk perikanan.

2.

Mengetahui dan mampu melakukan kegiatan dan prosedur kerja yang digunakan dalam pengujian mutu hasil perikanan di bidang pengujian formalin, Boraks. Rhodamin dan pengujian sensorik pada produk perikanan

3.

Menambah wawasan tentang pegujian mutu hasil perikanan pada produk ikan segar, ikan kering atau produk olahan perikanan

Manfaat dari magang ini, yaitu 1.

Mendapatkan ketrampilan mengenai proses uji formalin, Boraks dan Rhodamirf

2.

Memahami cara pengujian pada laboratorium sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI)

3.

Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi masyarakat.

1.3. Waktu dan Tempat

1.

Tempat Pelaksanaan magang ini berlangsung dari tanggal 10 sampai 12 Juli 2019, bertempat di Laboratorium Organoleptik Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP), Jl. Raya Setu No.70 Cilancap - Cipayung — Jakarta Timur

2.

Waktu Magang dilaksanakan dari jam 07.00 Pagi — 16.00 sore, selama 3 (tiga) hari dari & tanggal 10 s/d 12 Juli 2019.

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN DAN METODELOGI PENGUJIAN 2.1. Pelaksanaan Kegiatan Magang dilaksanakaan di Laboratorium Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) yang terletak di Jl. Raya Setu No.70 Cilancap - Cipayung — Jakarta Timur. Yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional No: LP-197-IDN. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari pengujian formalin, aa Boraks, pengujian Rhodamin B, dan Pengujian Filth serta Pengujian sensori. 2.2. Metodelogi Pengujian Metode Pengujian yang dilakukan pada pengujian Formalin bersifat Semi Kuantitatif, Pengujian Boraks bersifat Kualitatif dan Rhodamin-B bersifat kualitatif, dilaksanakan pada jam 07.00 — 16.00 WIB, bertempat di Laboratorium Organoleptik BBP2HP. Adapun Bahan dan Peralatan yang digunakan pada pengujian-pengujian ini sebagai berikut: 1. Pengujian kandungan formalin Semi Kuantitatif a. Bahan dan peralatan yang digunakan adalah: 

Testkit dari Merck (HCHO / Formaldehyde Test) e Kertas pH



Timbangan



Blender/Ulekan



Sentrifuge



Corong



Gelas Ukur



Beaker Glass



Kertas Saring Kasar



Telenan, pisau, batang pengaduk, s e Pengukur Waktu



Aguadest



NaOHIN



HCLIN

Uji Formalin adalah pengujian untuk mengetahui kandungan formalin pada produk perikanan baik segar maupun olahan menggunakan metode testkit yang bersifat semikuantitatif. b.

Prosedur kerja sesuai SNI



Timbang sebanyak 10 gr sampel yang sudah homogeny/lunak/halus



Tambahkan aguadest sebanyak 40 ml kemudian aduk hingga homogen



Ukur pH antara 7,5 — 8, cek dengan kera pH (sesuaikan dengan 1 N NaOH dan 1 N HCI untuk mengatur pH). Jika pH belum 7,5 maka tambahkan NaOH. Jika pH lebih dari 8 maka tambahkan HCI.



Tepatkan dengan aguadest hingga 60 ml kemudian aduk hingga homogeny Kocokkocok/sentrrifuge selama 5 menit



Saring dengan kertas saring kasar dan tamping fitrat dalam beaker glass.



Ambil fitrat/cairan masing-masing 5 ml, masukkan ke dalam botol contoh dan botol blanko



Tambahkan reagensia Fo-l sebanyak 5 tetes, kocok perlahan kemudian atur pH minimal 13 (tepatkan dengan 1 N NaOH)



Tambahkan reagensia Fo-2 sebanyak 1 sendok takar (microspoon),kocok kuat selama # 1 menit dan diamkan selama 5 menit.



Letakkan botol contoh dan botol blanko pada wadah hitam yang tersedia kemudian baca di atas tabel warna.



Amati perubahan warna, jika berubah menjadi warna ungu berarti positif mengandung formalin, jika tidak berubah warna berarti negative/tidak mengandung formalin.



Catat/baca/hitung selisih nilai antar sample dan blanko



Hitung kandungan formalin dengan menggunakan rumus sbb:

Kandungan Formalin mg/kg)= 0,1 mg/L x 0.06 L 0,01 kg = 0,6 mg/kg 2,

2. Pengujian Kandungan Boraks Kualitatif a.

Bahan dan peralatan yang digunakan adalah:



Testkit chem-kit pisau,



Telenan



Tabung reaksi Sampel



Uji Boraks adalah pengujian untuk mengetahui kandungan boraks pada produk



perikanan menggunakan metode testkit yang bersifat kualitatif.

b.

Prosedur kerja sesuai SNI



Potong kecil-kecil/blender/haluskan sampel 10 gr



Masukan kedalam tabung reaksi dan Tambahkan air sebanyak 2-3 ml



Ambil t 1 ml cairan sampel, masukkan ke tabung reaksi



Tambahkan 10— 20 tetes pereaksi I Boraks



Kocok hati-hati beberapa menit (2 3 menit)



Celupkan ujung Pereaksi II Boraks (kertas) ke dalam tabung reaksi sampel Angin-anginkan kertas pereaksi II tersebut selama 10 menit



Lihat perubahan warna, bila berubah menjadi kemerahan/merah berarti positif mengandung boraks dan jika tidak berubah berarti negative/tidak mengandung

 3.

boraks

Pengujian Kandungan Rhodamin-B 

. Bahan dan peralatan yang digunakan adalah:



Testkit Rhodamin B Pisau,



Telenan



Tabung reaksi Flenmeyer



Sampel

Uji Rhodamin B adalah pengujian untuk mengetahui kandungan Rhodamin B pada produk perikanan menggunakan metode testkit yang bersifat kualitatif.

b. Prosedur kerja sesuai SNI 

Potong kecil-kecil/blender/haluskan sampel 10 gr



Masukan kedalam Elenmeyer dan Tambahkan air sebanyak 3 ml, kocok dengan hati-hati



Ambil # 1 ml cairan dari laruan sampel, masukkan ke tabung reaksi Tambahkan sebanyak 20 tetes pereaksi I Rhodamin B kemudian di kocok Selanjutnya ditambahkan pereaksi II Rhodamin B sebanyak 5 tetes dan di kocok.



Tambahkan sebanyak 20 tetes pereaksi III kemudian di kocok hati-hati



Lalu diamati perubahan warna yang terjadi, bila terjadi perubahan warna violet pada lapisan atas (lapisan seperti cincin), menunjukan positif terhadap uji Rhodamin B.

Selain 3 pengujian tersebut di atas, pada saat magang ini dilakukan juga pengujian Filth pada produk ikan kaleng dan uji organoleptic pada sampel ikan bandeng isi dan bandeng lunak. 1.

Uji Filth

Uji Filth adalah pengujian untuk mengetahui dan mendeteksi kotoran/benda-benda asing ikutan yang terkandung dalam produk perikanan seperti serpihan logam, besi, rambut, semut, batu, dan benda asing lainnya. Bahan dan peralatan yang digunakan pada uji Filth antara lain: 

Sampel produk (ikan kaleng) Timbangan



Gelas Baker



Pingset



Propanol



Sulfit



Alkohol



Aguadest



Corong besar dan corong kecil



Vacum



Magnet stires



Hotplek



Parafin Oil



Kertas saring



Microskop



dll

Prosedur kerjanya sesuai SNI adalah: 

Rebus air biarkan sampai mendidih



Siapkan bahan-bahan : nimbang sulfit, propanol, dll



Siapkan sampel, catat kode produk, timbang sampel, tuangkan ke baker glass Hancurkan sampai ferdhaniher dengan sendok lab (tidak boleh di blender/giling, dil) lakukan di dalam gelas beker.



Tambahkan dengan HCI 5 Y5



Tambahkan ke bubur produk dan aduk-aduk



Tambahkan aguadest 800 cc, aduk-aduk



Deteksi logam dengan besi magnet stirel, panaskan selama 20 menit di hotplek dengan suhu 120”C dengan kecepatan 250 rpm



Setelah 20 menit, tambahkan paraffin oil sebanyak 50 ml



Keluarkan magnetnya (bersihkan, perhatikan benda logam/besi yang menempel) Campuran dimasukan ke corong yang berisi aguadest



Masukin air panas sampai penuh corong besar ukuran 2000 ml



Tunggu mengendap selama 1 menit



Buka kran, biarkan keluar bahan-bahan ikan dan air, sisakan sampai Y4 corong Tambahkan air panas lagi sampai 2 liter, endapkan, buka kran dan biarkan keluar bahan-bahan ikan dan air, sisakan



Ulangi proses tersebut dengan menambahkan air panas sampai benar-benar terlihat bening dan bisa telihat kotoran atau filth pada produk.



Bersihkan dengan sulfit lalu alcohol



Saring dengan kerta saring



Masukan ke vakum\



Cermati kertas saring di bawah mikroskop untuk melihat benda-benda asing yang menempel

2.

Uji Sensori/Organoleptik

Sedangkan uji organoleptic/sensori adalah cara pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk menilai mutu sensori, yang dibantu dengan menggunakan lembar penilaian dengan spesifikasi tertentu, melibatkan panelis yang ditentukan (panelis terlatih, panelis tidak terlatih), dengan syarat-syarat tertentu. Uji sensori terdiri dari macam — macam pengujian seperti uji afektif, uji skor/rating, uji pembedaan, uji deskripsi, dll Uji afektif pada uji organoleptic adalah Pengujian sensori yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk, dan dilakukan oleh panelis tidak terlatih dalam jumlah yang banyak. Lembar Penilaian Uji sensorik mempunyai spesifikasi untuk diisi seperti Kenampakan produk, Bau, Rasa dan tekstur. Prosedur kerja Pengujian Organoleptik sesuai SNI. 

Sebelum sampel diuji sampel ikan bandeng beku di thawing terlebih dahulu.



Kemudian lakukan pengamatan secara indrawi untuk bagian luar (mata, warna, bau dan tekstur).



Ikan sebagian di masukan ke presto



Setelah itu ikan difillet dan dilakukan pengamatan kenampakan, bau dan pengecapan/test untuk uji rasa dan tekstur daging



Sambil melakukan pengamatan score sheet yang telah disediakan diisi, sesuai hasil pengamatan terhadap sampel. - Pengisian score sheet dengan standar nilai tertinggi 9 dan terendah 3.



Setelah melakukan pengamatan dan pengisian score sheet dilakukan perhitungan



dari hasil pengamatan.

Metode Analisis Data Setelah data dalam score sheet dari panelis ditabulasi. Maka nilai mutu di tentukan dengan mencari hasil rata-rata setiap panelis pada tahap kepercayaan 95 Y6 artinya nilai mutu rata-rata yang diperoleh mengandung kemungkinan kesalahan hanya sebesar 5 Yo untuk mendapatkan seluruh nilai. Mutu rata-ratanya dan setiap panelis pada taraf kepercayaan 95 Yo. Maka diperlukan rumus sebagai berikut : P- (X-1,96.5/)su Ss (X6 1,96. 5) Keterangan : N = Banyaknya panelis X = Nilai mutu rata-rata X1 = Nilai mutu dari panelis S2 = Simpanan baku 1,96 = Koefisien standar mutu deviasi pada taraf 95%

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengujian terhadap kandungan formalin, Boraks, Rhodamin B, yang dilakukan pada Magang ini, dapat dilihat hasilnya pada tabel berikut yang terdiri dari Data Uji Semi Kuntitatif Kandungan Formalin, data uji kandungan boraks, Rhodamin B dan uji Filth serta uji sensori terhadap sampel produk ikan di Laboratorium Organoleptik BBP2HP, sebagai berikut: Tabel pengujian Formalin, Boraks, Rhodamin, Filth dan Sensori No

Kode

Jenis Uji

Berat Sampel

Hasil Pengujian

Pembimbing oleh Analis

3.2. Pembahasan Pada praktek pengujian semikuantitatif kandungan formalin pada sampel ikan ini, dilakukan dengan cara mengambil ekstrak sampel ikan yang sengaja dibeli di Pasar, lalu diambil ekstraknya 5 ml dan diberi cairan reagensia Fo-1 sebanyak 5 tetes dan reagensia

Fo-2 sebanyak satu sendok (microspoon), dari 2 sampel hasilnya tidak ada Sampel yang positif mengandung formalin (negative), ekstrak sampel ikan warnanya tidak berubah menjadi warna ungu. Namun pada praktek pengujian tersebut dilakukan pengujian sebagai pembanding dengan menambah formalin pada sampel untuk membanding sampel tersebut jika terdapat formalin dalam produk. Hasilnya terjadi perubahan warna ekstrak sampel dari bening menjadi warna ungu muda. Pada pengujian kandungan Boraks pada sampel bakso ikan, dilakukan dengan cara mengambil air larutan sampel sebanyak 1 ml lalu ditambahkan 20 tetes pereaksi I Boraks pada sampel ikan, dikocok-kocok, lalu Pereaksi II Boraks sebanyak 1 lembar dicelupkan ke dalam sampel, dan diamati perubahan warnanya. Dari 2 sampel hasilnya tidak terdeteksi mengandung boraks (negative), kertas pereaksi II Boraks warnanya tidak berubah menjadi warna kemerahan. Untuk pengujian kandungan Rhodamin B, dilakukan dengan cara mengambil 1 ml air dari larutan sampel terasi ikan lalu ditambahkan sebanyak 20 tetes pereaksi I Rhodamin B kemudian dikocok, lalu ditambahkan pereaksi II Rhodamin B sebanyak 5 tetes dan dikocok, lalu ditambahkan lagi Sebanyak 20 tetes pereaksi III kemudian dikocok dan diamati perubahan warna yang terjadi, membentuk lapisan warna violet pada lapisan atas. Dari 2 sampel hasilnya tidak terdeteksi mengandung Rhodamin B (negative), sampel tidak mengalami perubahan membentuk lapisan violet di lapisan atas sampel. Begitu pula pada pengujian Filth yang dilakukan pada produk ikan kaleng, dari dua sampel yang diuji hasilnya tidak terdapat kotoran ataupun benda-benda asing dalam produk ikan kaleng tersebut, tidak ditemukan Filth (0 potong). Untuk uji sensori, dilakukan pada sampel ikan bandeng. Ada empat sampel ikan yaitu dua sampel ikan Beridbsla Isi dan dua sampel ikan Bandeng Lunak. Pada uji ini peserta magang ikut diminta menjadi salah satu panelis (panelis tidak terlatih) yang melakukan pengamatan pada sampel-sampel ikan tersebut dan mengisi form score yang telah disediakan. Ini merupakan praktek tambahan untuk peserta magang. Uji sensoris dilakukan dengan mengisi ' score spesifikasi yang terdiri dari kenampakan produk/sampel ikan utuh, membaui sampel ikan, mencoba rasa dan tekstur sampel

ikan yang ada. Hasilnya akan dihitung setelah semua panelis melakukan pengamatan dan mengisi form score. Pengujian organoleptik/sensoris merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk menilai mutu produk. Penilaian menggunakan alat indera ini meliputi spesifikasi mutu, yaitu kenampakan, bau rasa dan tekstur. Dengan menggunakan score sheet. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting sebagai pendeteksi awal dalam mutu untuk mengetahui peryimpangan dan perubahan dalam produk. Pelaksanaan uji organoleptik ini dapat dilakukan dengan cepat dan langsung serta kadang-kadang penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan 1. Pengujian yang dilakukan di Laboratorium BBP2HP mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk masing-masing pengujian 2. Pengujian mutu dan kandungan bahan kimia pada magang ini dilakukan sekedar untuk mengetahui cara dan langkah-langkah dalam pengujian kandungan bahan kimia dalam produk perikanan khususnya kandungan formalin, boraks dan rhodamin. Sedangkan uji lainnya seperti Uji Filth dan uji sensori merupakan uji tambahan untuk peserta magang. 3. Peserta magang mengetahui langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian kandungan bahan kimia dalam produk perikanan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 4.2. Saran Untuk Pemerintah Daerah khususnya Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Manggarai Barat, 1)

Perlu ditingkatkan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan formalin, boraks dan Rhodamin B pada produk perikanan

2)

Perlu untuk selalu menyediakan bahan dan peralatan yang digunakan dalam melakukan pengujian bahan kimia dalam produk perikanan

3)

Perlu dilaksanakan pengawasan dan monitoring untuk memantau penggunaan bahan kimia berbahaya pada produk perikanan, sehingga dapat lebih menjamin mutu dan keamanan produk perikanan.

4)

Perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah khususnya Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Manggarai Barat dengan instansi terkait dalam peredaran dan penggunaan bahan kimia berbahaya khususnya pada produk perikanan.

5)

Perlu adanya pembinaan dam sosialisasi tentang larangan dan dampak penggunaan bahan kimia berbahaya pada bahan pangan khususnya produk perikanan kepada pelaku usaha bidang perikanan.

6)

Perlu adanya peningkatan SDM Aparatur secara terus menerus dalam pengujian mutu produk perikanan

Related Documents

Laporan Ointment
January 2021 1
Laporan Antipiretik
January 2021 1
Laporan Coleoptera.docx
January 2021 1
Laporan Jelly
January 2021 4
Laporan Surimi
February 2021 1
Laporan Magang
February 2021 1

More Documents from "afrazahira"