Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Waham

  • Uploaded by: Dini Kesuma
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Waham as PDF for free.

More details

  • Words: 2,779
  • Pages: 19
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN WAHAM

Oleh: I PUTU BAYU SUADNYANA P07120215055 KELAS 3B DIV KEPERAWATAN SEMESTER VI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN WAHAM

I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. PENGERTIAN Menurut Keliat (1999), waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat. Menurut Depkes RI (2000), waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Ade Surya Direja, 2011). Waham adalah bagian dari gangguan orientasi realita pada isi pikiran. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain. Mereka menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya sehingga muncul ketidakmampuan menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga timbul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan perilaku menakutkan. Contohnya harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010). B. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI Penyebab/faktor predisposisi menurut Ade Surya Direja (2011), yaitu sebagai berikut: 1. Faktor perkembangan Hambatan perkembangan

akan

mengganggu

hubungan

interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif. 2. Faktor sosial budaya

Seseorang

yang

merasa

diasingkan

dan

kesepian

dapat

menyebabkan timbulnya waham. 3. Faktor psikologis Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan. 4. Faktor biologis Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic. 5. Faktor genetic

C. POHON MASALAH RPK

Waham

Biologis, lingkungan, ekonomi

Effect

Core Problem

Causa

(Ade Surya Direja, 2011)

Dalam buku Ajar Keperawatan Jiwa oleh H. Iyus Yosep (2014), proses terjadinya waham dibagi menjadi enam, yaitu: 1. Fase Lack of Human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history). 2. Fase lack of self esteem Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah. 3. Fase control internal external Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apaapa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien

adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. 4. Fase environment support Adanya

beberapa

orang

yang

mempercayai

klien

dalam

lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. 5. Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial). 6. Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang

keyakinan

klien

dengan

cara

konfrontatif

serta

memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

D. KLASIFIKASI Menurut Ade Surya Direja (2011), waham dibagi menjadi lima jenis, yaitu: 1. Waham Kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya ini adalah pemimpin yang paling kuat di Bali!” “Saya punya tanah yang luas dan rumah yang besar!” 2. Waham Agama Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya adalah titisan Dewa dari langit yang bisa menghentikan letusan Gunung Agung!” 3. Waham Curiga Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Semua orang iri terhadap kepintaran saya, sehingga mereka menjauhi saya selama ini”. 4. Waham Somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya menderita kanker” (Padahal pada hasil pemeriksaan lab tidak ada sel kanker pada tubuhnya). 5. Waham Nihilistik Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya dan kalian sedang berada di alam kubur, kita semua sudah mati”.

E. GEJALA KLINIS Menurut Ade Surya Direja (2011), tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir: waham adalah sebagai berikut. a. Menolak makan b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri c. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan d. Gerakan tidak terkontrol e. Mudah tersinggung f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan g. h. i. j.

kenyataan Menghindar dari orang lain Mendominasi pembicaraan Berbicara kasar Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

Menurut Kusumawati, (2010) yaitu : 1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial). 2. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi. 3. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen. 4. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan

spontan,

manerisme,

stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia. 5. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah. 6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi. F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Psikofarmakologi 2. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial 3. Penarikan diri high potensial 4. ECT tipe katatonik 5. Psikoterapi 6. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif (Riyadi dan Purwanto, 2009)

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Identifikasi klien Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan. 2. Keluhan utama / alasan masuk Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai. 3. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga dan faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan, yaitu: a) Psikologis Keluarga,

pengasuh

dan

lingkungan

mempengaruhi respon psikologis dari klien.

klien

sangat

b) Biologis Gangguan

perkembangan

dan

fungsi

otak

atau

SSP,

pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak. c) Sosial

Budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk. 4. Aspek fisik/biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan. 5. Aspek psikososial a) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh. b) Konsep diri c) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai. d) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan. e) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut. f) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya. g) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi

pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah. h) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat. i) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah. j) Status mental k) Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri. l) Kebutuhan persiapan pulang m) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan. n) Klien

mampu

BAB

dan

BAK,

menggunakan

dan

membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian. o) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien. p) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah. q) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat. r) Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien. s) Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

6. Aspek medik Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan

sosialisasi

secara

wajar

dalam

kehidupan

bermasyarakat. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham, yaitu sebagai berikut: 1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap? 2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya? 3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata? 4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya? 5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain? 6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar? 7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya? Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan Proses Berpikir: Waham Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul: a) b) c) d)

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan Gangguan Proses Pikir: Waham Isolasi Sosial Harga Diri Rendah Kronis

C. RENCANA KEPERAWATAN

NO

DIAGNOSA Perubahan

TUJUAN TUM:

Proses Pikir:

Klien dapat

waham

mengontrol wahamnya TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling

1.

percaya dengan perawat

PERENCANAAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI 1.1 Setelah ... X … menit, 1.1 Bina hubungan saling interaksi klien: a. Mau menerima kehadiran perawat disampingnya b. Mengatakan mau menerima bantuan perawat c. Tidak menunjukkan tanda-tanda curiga d. Mengijinkan duduk disamping

percaya dengan klien a. Beri salam b. Perkenalkan diri, Tanyakan nama, serta nama panggilan yang disukai c. Jelaskan tujuan interaksi d. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan mendampinginya e. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga f. Tunjukkan sikap terbuka dan jujur g. Perhatikan kebutuhan dasar dan bantu pasien

TUK 2:

1.2 Setelah ... X …

memenuhinya 1.2 Bantu klien untuk

Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klien

menit, interaksi klien: a. Klien menceritakan

mengungkapkan perasaan dan pikirannya a. Diskusikan dengan klien

ide-ide dan

pengalaman yang

perasaan yang

dialami selama ini

muncul secara

termasuk hubungan

berulang dalam

dengan orang yang

pikirannya

berarti, lingkungan kerja, sekolah, dsb b. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung atau menentang pernyataan wahamnya c. Katakan perawat dapat memahami apa yang

TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi stresor atau pencetus wahamnya

1.3 Setelah ... X … menit, interaksi klien: a. Dapat menyebutkan kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan

diceritakan klien 1.3 Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya a. Diskusikan dengan klien

atau kebutuhan

tentang kejadian-

dasar yang tidak

kejadian traumatik yang

terpenuhi seperti

menimbulkan rasa takut,

harga diri, rasa

ansietas maupun

aman, dsb b. Dapat menyebutkan

perasaan tidak dihargai b. Diskusikan kebutuhan

hubungan antara

atau harapan yang

kejadian traumatik kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya

belum terpenuhi c. Diskusikan cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian traumatik

d. Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan TUK 4

1.4 Setelah ... X … menit,

wahamnya 1.4 Bantu klien

Klien dapat

interaksi klien

mengidentifikasi keyakinan

mengidentifikasi

menyebutkan

yang salam tentan situasi

wahamnya

perbedaan pengalaman

yang nyata (bila klien

nyata dengan pengalaman wahamnya

sudah siap) a. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa berargumentasi b. Katakan kepada klien akan keraguan perawat tehadap pernyataan klien c. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya d. Diskusikan frekuensi, intensitas dan durasi terjadinya waham e. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan salah

TUK 5

1.5 Setelah ... X …,

oleh klien 1.5 Diskusikan tentang

Klien dapat

interaksi klien

pengalaman-pengalaman

mengidentifikasi

menjelaskan gangguan

yang tidak

konsekuensi dari

fungsi hidup sehari-hari

menguntungkan sebagai

wahamnya

yang diakibatkan ide-

akibat dari wahamnya

ide atau pikirannya

seperti: Hambatan dalam

yang tidak sesuai

berinteraksi dengan

dengan kenyataan

keluarga, hambatan

seperti:

dalam interaksi dengan

a. Hubungan dengan

orang lain dalam

keluarga b. Hubungan dengan

melakukan aktivitas

orang lain c. Aktivitas seharihari d. Pekerjaan e. Sekolah f. Prestasi, dsb

sehari-hari 1.6 Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan bantuan dari orang lain 1.7 Diskusikan dengan klien tentang orang atau tempat ia dapat meminta bantuan apabila wahamnya timbul atau sulit di kendalikan

TUK 6

1.6 Setelah ... X … menit,

Klien dapat

interaksi klien

melakukan

melakukan aktivitas

teknik distraksi

yang konstruktif sesuai

sebagai cara

dengan minatnya yang

menghentikan

dapat menglihkan

pikiran yang

fokus klien dari

terpusat pada

wahamnya

wahamnya

1.8 Diskusikan hobi atau aktivitas yang disukainya 1.9 Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan 1.10 Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu luang 1.11 Libatkan klien pada topik-topik yang nyata 1.12 Anjurkan klien untuk bertanggung jawab secara personal dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan dan pemulihannya

1.13 Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang TUK 7

1.7 Setelah ... X

positif 1.14 Diskusikan pentingnya

Klien mendapat

interaksi keluarga

peran keluarga sebagai

dukungan

dapat menjelaskan

pendukung untuk

keluarga

tentang cara mempraktekkan cara merawat klien waham

mengatasi waham 1.15 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham 1.16 Jelaskan pada keluarga tentang a. Pengertian waham b. Tanda gejala c.

waham Penyebap dan

d.

akibat waham Cara merawat klien

waham 1.17 Latih keluarga cara merawat waham 1.18 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih 1.19 Beri pujian pada keluarga atas keterlibatannya merawat TUK 8

1.8 Setelah ... X … menit,

klien di rumah 1.20 Diskusikan dengan klien

Klien dapat

interaksi dengan klien,

tentang manfaat dan

memanfaatkan

dapat

kerugian tidak minum

obat dengan baik

mendemonstrasikan penggunaan obat dengan baik

obat 1.21 Pantau klien saat penggunaan obat, beri

1.9 Setelah ... X … menit, interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.

pujian jika klien menggunakan obat dengan benar 1.22 Diskusikan akibat klien berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 1.23 Anjurakan klien untuk konsultasi kepada perawat atau dokter jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

D. IMPLEMENTASI Dilakukan berdasarkan intervensi. E. EVALUASI 1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan). 2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)

DAFTAR PUSTAKA Riyadi, Sujono. Purwanto, Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: EGC. Kusumawati, HY. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Surbakti. 2010. Gangguan Kebahagiaan Anda dan Solusinya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Direja, AHS. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi Evaluasi”. (Online).

https://www.vbook.pub.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-

evaluasi-keperawatan. Diunduh pada tanggal 5 Februari 2018. Yosep. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Related Documents


More Documents from "Putrii Raras Iswaraa"

Kak Kip-k
March 2021 0
Soal Pasien Safety
January 2021 1
Bpjs
January 2021 4
Dmp Fix
February 2021 2