Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN KISTA GANGLION A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi Kista ganglion adalah tumor atau pembengkakan di atas sendi atau selubung tendon (jaringan yang menghubungkan otot ke tulang), paling sering di pergelangan tangan. Kista ganglion merupakan kista yang terbentuk dari kapsul suatu sendi sarung tangan tendon, bentuknya seperti kantung yang berisi cairan bening seperti jeli yang kental, lengket dan tidak berwarna yang kaya protein. Tergantung pada ukurannya, kista ini dapat bertambah besar atau mengecil seiring berjalannya waktu dan dapat terasa keras atau lembut. Ganglion terjadi pada sendi, oleh karena itu perlu diketahui mengenai anatomi sendi. Ganglion ditemukan pada sendi diartrodial yang merupakan jenis sendi yang dapat digerakkan dengan bebas dan ditemukan paling sering pada wrist joint. Hal ini mungkin diakibatkan banyaknya gerakan yang dilakukan wrist joint sehingga banyak gesekan yang terjadi antar struktur di daerah tersebut sehingga memungkinkan terjadinya reaksi inflamasi dan pada akhirnya mengakibatkan timbulnya ganglion.selain itu wrist joint merupakan sendi yang kompleks karea terdiri dari beberapa tulang sehingga kemungkinan timbulnya iritasi atau trauma jaringan lebih besar (Sjamsuhidajat, 2010). 2. Etiologi Penjelasan yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan pembentukan kista hingga degenerasi mukoid dari kolagen dan jaringan ikat. Teori ini menunjukkan bahwa sebuah ganglion mewakili struktur degeneratif yang melingkupi perubahan miksoid dan jaringan ikat, bahwa kista terbentuk akibat trauma jaringan atau iritasi struktur sendi yang menstimulasi produksi asam hialuronik. Proses ini bermula di pertemuan sinovial-kapsular. Musin yang terbentuk untuk kemudian membentuk duktus kapsular dan kista utama. Duktus pada akhirnya akan bergabung menjadi kista ganglion soliter yang besar (Medscape,2015). Seperti yang telah disebutkan, penyebab ganglion tidak sepenuhnya diketahui, namun ganglion dapat terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum yang melewati selubung tendon atau kapsul sendi baik akibat cedera, proses degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak diketahui sebelumnya (Sjamsuhidajat, 2010). Faktor resiko terjadinya kista ganglion : a) Wanita usia 20-40 tahun b) Arthritis c) Penggunaan sendi berlebihan d) Cedera pada sendi atau tendon (Mayoclinic, 2016) 3. Manifestasi Klinik Meskipun kista ganglion umumnya asimtomatik, gejala yang
muncul dapat berupa
keterbatasan gerak, parestesia dan kelemahan. Kista ganglion umumnya soliter, dan jarang berdiameter di atas 2 cm. Dapat melibatkan hampir semua sendi pada tangan dan pergelangan tangan. Dorsal wrist, volar wrist, volar retinakular dan distal interfalangeal merupakan kista
ganglion yang paling sering ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Ganglion terbesar di belakang lutut dan biasa disebut Kista Baker. Ahli bedah tangan yang berpengalaman juga dapat mengenali ganglion dorsal okulta (tersembunyi), yang dapat timbul dengan tekanan lembut pada regio fossa scapolunate. Nyeri terjadi dengan gerakan pergelangan tangan yang ekstrim. Temuan radiografik biasanya normal, dan MRI berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis. Eksisi bedah pada ganglion okulta dapat menghilangkan nyeri dan gejala pada sebagian besar kasus. Sebagian pasien mengeluhkan benjolan di bawah kulit yang sebagian besar terletak pada bagian belakang tangan, sisi telapak pada pergelangan tangan, di atas tendon, pada dasar jari pada sisi telapak tangan, atau pada sendi jari terdekat ke ujung jari. Ganglion umumnya tidak nyeri, namun dapat menyebabkan nyeri ketika digerakkan atau menyebabkan masalah mekanis (terbatasnya ruang gerak) tergantung dari lokasi ganglion tersebut. Kista ganglion memiliki kecenderungan untuk membesar dan mengecil, kemungkinan karena cairan yang terdapat dalam kista terserap kembali ke dalam sendi atau tenduk untuk kemudian diproduksi kembali. Masalah terbesar dengan ganglion adalah ketakutan pasien bahwa benjoloan adalah merupakan sesuatu yang gawat (Schwartz et al, 2009). 4. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran ganglion. Komplikasi utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana terdapat ganglion. Tidak seperti tumor lain, ganglion tidak pernah berubah menjad ganas. Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan berupa rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu juga terdapat resiko infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan serabut saraf atau pembuluh darah. Komplikasi pasca operasi dapat terjadi adalah kekakuan pergelangan tangan, cedera neurovaskuler terutama laserasi arteri radialis, infeksi, penurunan fungsi gerak, dan ketidakstabilan ligament pada ganglionektomy terbuka (Medscape, 2015). 5. Patofisiologi Kista ganglion dapat berupa kista tunggal ataupun berlobus. Biasanya memiliki dinding yang mulus, jernih dan berwarna putih. Isi kista merupakan musin yang jernih dan terdiri dari asam hialuronik, albumin, globulin, dan glukosamin. Dinding kista terbuat dari serat kolagen. Kista dengan banyak lobus dapat saling berhubungan melalui jaringan duktus. Tidak terdapat nekrosis dinding atau selularitas epitel atau sinovia yang terjadi. Normalnya, sendi atau tendon distimulasi oleh cairan khusus yang terkunci di dalam sebuah kompartemen kecil. Kadang akibat arthritis, cedera atau tanpa sebab yang jelas, terjadi kebocoran dari kompartemen tersebut. Cairan tersebut kental seperti madu, dan jika kebocoran tersebut kecil maka akan seperti lubang jarum pada pasta gigi, jika pasta gigi ditekan walaupun lubangnya kecil dan pasta di dalamnya kental, maka akan mengalir keluar dan begitu keluar, tidak dapat masuk kembali. Hal ini bekerja hampir seperti katup satu arah, dan akan mengisi ruang di luar area lubang. Ketika kita menggunakan tangan kita untuk bekerja, sendi akan
meremas dan menyebabkan tekanan yang besar pada kompartemen yang berisi cairan tersebut. Ini dapat menyebabkan benjolan dengan tekanan yang besar sehingga sekeras tulang. Cairan pelumas mengandung protein khusus yang menyebabkannya kental dan pekat dan menyulitkan tubuh untuk mereabsorbsi jika terjadi kebocoran. Tubuh akan mencoba untuk menyerap kembali cairan tersebut, tapi hanya sanggup menyerap air yang terkandung di dalamnya sehingga membuatnya lebih kental lagi. Biasanya, pada saat benjolan cukup besar untuk dilihat, cairan tersebut telah menjadi sekental jelly. Kadang disebutkan bahwa ganglion berasal dari protrusi dari membran sinovial sendi atau dari selubung suatu tendon. Namun, tidak dapat memperlihatkan adanya hubungan antara rongga kista dengan selubung tendon atau sendi yang berhubungan. Namun, terdapat kemungkinan bahwa kista berasal dari bagian kecil membran sinovia yang mengalami protrusi dan kemungkinan terjadi strangulasi sehingga terpisah dari tempat asalnya, bagian ini kemudian berdegenerasi dan terisi oleh material koloid yang berakumulasi dan membentuk kista (Hochwald & Green 2008). Pathway: Arthritis/cedera pada sendi atau tendon ↓ Terjadi kebocoran kompartemen ↓ Cairan synovial keluar dari dalam kompartemen (tidak bisa masuk kembali/bersifat kental dan pekat) ↓ Reabsorbsi tubuh terganggu ↓ Cairan synovial menjadi kental seperti jelly (mengisi ruang di luar area lubang kebocoran) ↓ Saat tangan/kaki bekerja terjadi peremasan pada sendi ↓ Terjadi peningkatan tekanan pada kompartemen yang berisi cairan synovial ↓ Benjolan terbentuk dengan tekanan yang besar (benjolan menjadi sekeras tulang/ganglion) ↓ Keterbatasan gerak → ↓ Nyeri akut
Hambatan mobilitas fisik
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Terdapat tiga pilihan utama penatalaksanaan ganglion. Pertama, membiarkan ganglion tersebut jika tidak menimbulkan keluhan apapun. Setelah diagnosis ditegakkan dan pasien diyakinkan bahwa massa tersebut bukanlah kanker atau hal lain yang memerlukan pengobatan segera, pasien diminta untuk membiarkan dan menunggu saja. Jika ganglion menimbulkan gejala dan ketidaknyamanan ataupun masalah mekanis, terdapat dua pilihan penatalaksanaan yaitu aspirasi (mengeluarkan isi kista dengan menggunakan jarum) dan pengangkatan kista secara bedah. Aspirasi melibatkan pemasukan jarum ke dalam kista dan mengeluarkan isinya setelah mematirasakan daerah sekitar kista dengan anestesi lokal. Karena diperkirakan bahwa inflamasi berperan dalam produksi dan akumulasi cairan di dalam kista, obat anti inflamasi (steroid) kadang diinjeksikan ke dalam kista sebagai usaha untuk mengurangi inflamasi serta mencegah kista tersebut terisi kembali oleh cairan kista. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menggunajan substansi lain seperti hialuronidase bersama dengan steroid setelah aspirasi meningkatkan angka kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% substansi tambahan. Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, keterbatasan gerak dan komplikasi saraf (hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada saraf) atau timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan (Medscape 2015). Hal ini melibatkan insisi di atas kista, identifikasi kista, dan mengangkatnya bersama dengan sebagian selubung tendon atau kapsul sendi tersebut dari mana berasal. Kemudian dibalut selama 7-10 hari. Eksisi kista ini biasanya merupaka prosedur minor, tapi dapat menjadi rumit tergantung pada lokasi kista dan apakah kista tersebut melekat pada struktur lain seperti pembuluh darah, saraf atau tendon. Eksisi bedah pilihan untuk pengangkatan kista ganglion yang disarankan adalah reseksi arthroscopic yang dapat mengurangi resiko intraoperatif dan komplikasi pasca operasi. Dibanding ganglionektomy terbuka, reseksi arthroscopic mempunyai sayatan lebih kecil sehingga bekas luka menjadi lebih kecil. Selain itu dengan reseksi arthroscopic viasualisasinya lebih baik dan identifikasinya lebih mudah (Medscape 2015). Adapun penatalaksanaan keperawatan pada pasien kista ganglion yaitu dengan manajemen nyeri untuk membantu mengurangi nyeri pasien, diantaranya yaitu ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, dan atur posisi senyaman mungkin sesuai keinginan pasien (NIC 2016). B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor resgister, tanggal masuk RS dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama Adanya rasa nyeri ketika digerakkan, namun terkadang asimtomatis. Ada terlihat suatu benjolan yang letaknya di dekat sendi. c. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya benjolan, penyebab lain yang menyertai terjadinya ganglion serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. d. Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat ganglion sebelumnya. Riwayat aktivitas dan pekerjaan pasien yang mungkin berhubungan dengan terjadinya ganglion. e. Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga dan penyakit keuturunan ataupun penyakit menular f. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita secara umum, kesadaran, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital b. Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, adakah gangguan pendengaran, keadaan lidah, gigi, gusi, dan indra penglihatan c. Sistem integumen Turgor kulit, adanya benjolan pada area sendi yang dapat dipegang dan digerakkan, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku d. Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada e. Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan, nadi perifer, adakah takikardi/bradikari, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis f. Sistem gastrointestinal g. Apakah ada rasa mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas h. Sistem urinary Keadaan umum sistem urinary pasien, adakah keluhan pada sistem urinaria i. Sistem muskuloskeletal Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan
j. Sistem neurologis Apakah ada terjadi oenurunan sensoris, parasthesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan radiologi untuk menentukan sebesar apa ganglion tersebut. Temuan radiografik biasanya normal. 2. Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan kista ganglion baik pre operatif maupun post operatif adalah sebagai berikut: 1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis 2) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang perjalanan penyakit 3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif 3. Perencanaan Keperawatan No.
Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan 1.
Nyeri
berhubungan Setelah
dilakukan
dengan agen cedera tindakan biologis
keperawatan
diharapkan
nyeri
berkurang. Dengan KH: -
-
Jelaskan pada pasien tentang timbulnya nyeri
mengatakan nyeri
yang
berkurang/hilang
nyaman
Pasien
dapat
metode
atau
tindakan mengatasi
untuk atau
mengurangi nyeri Tanda-tanda vital dalam
sebab
Ciptakan lingkungan
Pasien
melakukan
-
Kaji tingkat nyeri
batas
tenang
dan
Ajarkan
teknik
relaksasi
dan
distraksi Atur posisi senyaman mungkin
sesuai
keinginan pasien Kolaborasi
untuk
pemberian analgetik
normal 2.
Ansietas berhubungan Setelah
dilakukan
dengan ketidaktahuan tindakan klien
keperawatan
tentang diharapkan rasa cemas
perjalanan penyakit.
pasien
berkurang.
Dengan KH: -
Kaji
tingkat
kecemasan pasien Kaji
tingkat
pengetahuan pasien/keluarga
Pasien
tidak
terlihat
cemas,
Beri
kesempatan
pada pasien untuk
-
emosi stabil, dan
mengungkapkan rasa
pasien tenang
cemasnya Gunakan komunikasi
Pasien mengetahui tentang
terapeutik proses
Berikan
informasi
operasi yang akan
yang akurat tentang
dilakukan
proses
operasi,
mengetahui
proses
penyakit,
proses
perawatan
dan
pengobatan
pada
dan
penyakit
dan
tahu
mengenai perawatan
pasien dan
pengobatannya
Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian Ciptakan lingkungan yang
tenang
dan
nyaman 3.
Resiko
infeksi Setelah
berhubungan
dengan tindakan
prosedur invasif
dilakukan keperawatan
diharapkan tidak terjadi
-
penyebaran
infeksi pada luka kepada
Tanda-tanda
pasien dan keluarga
infeksi tidak ada
untuk selalu menjaga
Keadaan
kebersihan
luka
baik -
tanda Anjurkan
infeksi. Dengan KH: -
Kaji adanya tanda-
Tanda vital dalam batas normal
diri
selama perawatan Lakukan
perawatan
luka secara aseptik Kolaborasi pemberian antibiotik
4. Evaluasi keperawatan 1) Nyeri pada pasien berkurang 2) Rasa cemas pasien dapat teratasi 3) Tidak terjadi resiko infeksi pada pasien
DAFTAR PUSTAKA Bulechek, G et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian edition. Singapore: Elsevier. Hochwald, N, L & Green et al. 2008. Orthopaedics A Study Guide. New York: McGraw-Hill. Mayo clinic (http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ganglion-cyst/home/ovc20168586) Medscape (http://www.emedicine.medscape.com/article/1243454-overview) Schwartz, et al. 2009. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta: EGC. Sjamsuhidajat, R and De Jong, W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.