Laporan Pendahuluan Pnc

  • Uploaded by: Nurvina Taurimasari
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Pnc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,331
  • Pages: 14
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN POSTNATAL CARE (PNC) A.

DEFINISI Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada

keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009). Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Periode postnatal mengacu pada waktu setelah melahirkan, di mana beradaptasi fisiologi bayi dan risiko terhadap ibu perdarahan postpartum dan morbiditas yang signifikan lainnya yang tertinggi. Periode postnatal meliputi 24 jam pertama sejak lahir. Biasanya, pada akhir periode ini dikaitkan dengan pelaksanaan intervensi seperti promosi kontrasepsi dan imunisasi bayi, meskipun beberapa metode kontrasepsi, seperti metode amenorea laktasi, IUD, vasektomi dan sterilisasi perempuan, harus didiskusikan bahkan sebelum melahirkan, dan beberapa imunisasi, seperti yang terhadap hepatitis B dan tuberkulosis (BCG), dapat diberikan saat lahir (WHO, 2010). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah kematian dini. Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu (Mitayani, 2009): a. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum b. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum c. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam postpartum B.

TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang

dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah: a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi. b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.

d. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. C.

KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali

melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk : a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi. b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya. c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya. KUNJUNGAN KE-1

WAKTU 6-8 jam

ASUHAN Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena

postpartum

atonia uteri. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang

cara

mencegah

perdarahan

yang

disebabkan atonia uteri. Pemberian ASI awal. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. Setelah bidan

melakukan

pertolongan

persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam KE-2

6 hari

keadaan baik. Memastikan involusi uterus barjalan dengan

postpartum

normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui. Memberikan konseling tentang perawatan bayi KE-3

KE-4

2 minggu

baru lahir Asuhan pada 2 minggu post partum sama

postpartum

dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan

6 minggu

6 hari post partum. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami

postpartum

D.

ibu selama masa nifas. Memberikan konseling KB secara dini.

PERUBAHAN PADA MASA NIFAS Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang

meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu: a. Perubahan fisik 1. Involusi Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya: a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan. b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah

karena

adanya

pelepasan

plasenta

dan

berguna

untuk

mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil. c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus. Involusi pada alat kandungan meliputi: a) Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Involusi

TFU

Berat Uterus

Diameter Bekas Melekat Plasenta

Keadaan Cervix

Setelah plasenta

Sepusat

1000 gr

12,5 cm

500 gr

7,5 cm

Lembek

lahir Pertengahan 1 minggu

pusat symphisis

Dapat dilalui 2 jari Dapat

2 minggu

Tak teraba

350 gr

5 cm

dimasuki 1 jari

Sebesar 6 minggu

hamil 2

50 gr

2,5 cm

minggu 8 minggu

Normal

30 gr

b) Involusi tempat plasenta Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. c) Perubahan pembuluh darah rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas. d) Perubahan pada cervix dan vagina Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali. 2. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)

disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik. 3. Lochea Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochea ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lochea rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga. a) Lochea rubra (cruenta) Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan. b) Lochea sanguinolenta Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan. c) Lochea serosa Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan. d) Lochea alba Cairan putih setelah 2 minggu. e) Lochea purulenta Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk. f) Lacheostatis Lochea tidak lancar keluarnya. 4. Dinding perut dan peritonium Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan. 5. Sistem Kardiovaskular Selama kehamilan secara normal volume darah

untuk mengakomodasi

penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.

6. Ginjal Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum. 7. System Hormonal a) Oxytoxin Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas. b) Prolaktin Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise

anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang

produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi. c) Laktasi Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan

kelenjar

susu

sedangkan

progesteron

merangsang

pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi. Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.

Rangsang ini

menuju ke hypofise dan menghasilkan oxitocin yang

menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %. Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. 8. Tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi: Parameter Tandatanda vital

Penemuan normal Penemuan abnormal Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90 mmHg, mungkin bisa naik mmHg dari tingkat disaat persalinan

1 – 3 hari post partum. Suhu > 380 C 0 Suhu tubuh < 38 C Denyut nadi: > 100 X / Denyut nadi: 60-100 X / menit menit Vital Sign sebelum kelahiran bayi : Suhu : a) saat partus lebih 37,20C b) sesudah partus naik 0,50C c) 12 jam pertama suhu kembali normal Nadi : a) 60 – 80 x/mnt b) ·Segera setelah partus bradikardi Tekanan darah : TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam Vital sign setelah kelahiran anak : a) Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan. b) Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris. c) Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil. d) Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.

e) Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi

merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah

terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama. Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah : a) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 380C b) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik akibat perdarahan. c) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid (spinal) blok. d) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari perdarahan. b. Perubahan psikologi Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu: 1. Periode Taking In Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru. 2. Periode Taking Hold Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar. 3. Periode Letting Go Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi. Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum E.

INTERVENSI MASA NIFAS Setelah melahirkan, ibu membutuhkan

perawatan yang intensif untuk pemulihan

kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi: a. Mobilisasi Dini Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya

trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. b. Rawat Gabung Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin. c. Pemeriksaan Umum Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan. d. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi: 1. Fisik: tekanan darah, nadi dan suhu 2. Fundus uteri: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus. 3. Payudara: puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI 4. Patrun lochia: Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba 5. Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi. e. Edukasi yang diberikan saat pulang adalah: 1. Diit Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan. 2. Pakaian Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar. 3. Perawatan vulva Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah

cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin. 4. Miksi Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. 5. Defekasi Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma. 6. Perawatan Payudara Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi. 7. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan. 8. Cuti Hamil dan Bersalin Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan. 9. Mempersiapkan untuk Metode KB Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.

F.

PATHWAY

G.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian 1. Biodata Klien Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian. 2. Alasan masuk Alasan yang membuat pasien datang dan ingin berobat, pada mastitis ibu ingin memreriksakan payudaranya 3. Keluhan Utama Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien tersebut bisa memperberat keadaan klien atau tidak 4. Riwayat kesehatan sekarang dan lalu 5. Riwayat Kesehatan Keluarga 6. Riwayat perkawinan Status perkawinan yang kurang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas 7. Riwayat KB Untuk mengetahui jenis KB yang pernah digunakan, dan lamanya berapa tahun 8. Riwayat menstruasi Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid normal terakhir, dan pengalaman haid sebelumnya 9. Riwayat kehamilan Berapa kali ibu hamil, apa pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan keadaan nifas lalu 10. Riwayat persalinan Ada kelainan atau tidak 11. Riwayat nifas Apakah pernah terdapat kelainan atau pada payudara berupa kaku payudara atau puting susu lecet atau kemerahan, bila iya terjadi pada hari keberapa 12. Pola Nutrisi dan cairan sKaji tentang nafsu makan, jenisnya, ada pantangan atau tidak, bagi ibu nifas minum 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum, dan 1 liter didapat dari kuah sayur dan buah 13. Pola Eliminasi BAB harus ada dalam 3 hari post partum 14. Pola Istirahat Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan 15. Personal hygiene Untuk mencegah adanya infeksi 16. Pola psikologis Untuk mengetahui respon ibu terhadap bayinya 17. Penggunaan obat-obatan/ rokok Apakah ibu pernah mengkonsumsi rokok dan obat-obatan seama hamil 18. Pemeriksaan Fisik a) TTV b) Kepala

c) Wajah Keadaan wajah pucat atau tidak, ada oedema/tidak dn eksema grividarum d) Mata e) Konjunctiva pucat/tidak, sklera kuning/tidak f) Hidung g) Telinga h) Payudara Nyeri teka memerah atau tidak, i) Abdomen Ada bekas luka /tidak, terdapat strie atau linia nigra atu tidak j) Vulva Untuk mengetahui apakah ada luka perineum dan lochea sesuai dengan hari nifas k) Anus l) Ekstremitas Ada oedema atau tidak m) Lochea Warna dan baunya 19. Pemeriksaan Laboratorium 20. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit. 21. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine. b. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan integritas jaringan 2. Gangguan rasa nyaman nyeri 3. Resiko tinggi infeksi 4. Gangguan pola tidur 5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 6. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine 7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit 8. Cemas 9. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta. Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 20012002,Philadelphia,USA. Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America: Mosby. Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Related Documents


More Documents from "Aulina"