Laporan Praktikum Biologi Virus Tumbuhan Pengukuran Virus Penyakit Tumbuhan Terung

  • Uploaded by: Nia Rakhmayanti Nurdin
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Biologi Virus Tumbuhan Pengukuran Virus Penyakit Tumbuhan Terung as PDF for free.

More details

  • Words: 4,195
  • Pages: 23
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN BIOLOGI VIRUS TUMBUHAN

PENGUKURAN PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN HOLTIKULTURA

Disusun oleh :

Nama

: Nia Rakhmayanti Nurdin

NIM

: M0411045

Hari / Tanggal praktikum

: Sabtu,16 November 2013

Kelompok

: 01

Nama asisten

: Wahju S

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah penyakit tumbuhan akan selalu muncul sepanjang manusia mengusahakan tanaman atau tumbuhan tersebut sebagai tanaman budidaya, dibidang kehutanan khususnya di Indonesia hal ini mulai menjadi bahan pemikiran disaat mulai diusahakannya jenis-jenis tanaman hutan secara monokultur, seperti jati, agathis, pinus, mahoni, sengon, acacia, eucalyptus. Kondisi ini semakin menjadi persoalan jika kerusakan-kerusakan yang terjadi menimbulkan kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi dalam jumlah yang besar akibat keruaskan yang disebabkan oleh penyakit secara umum jarang terjadi meskipun pernah ada, dan sebenarnya kerusakan hutan yang menimbulkan kerugian ekonomi dalam jumlah yang besar adalah akibat dari ulah manusia, yaitu seperti terjadinya kebakaran dan penebangan liar. Meskipun demikian kejadian suatu penyakit adalah salah satu proses yang terjadi di alam, sehingga sangat perlu menjadi bahan pemikiran pada saat mengembangkan suatu tanaman dimana manusia berperan didalamnya. Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus sangat bervariasi. Ada virus yang laten tanpa menimbulkan gejala, ada virus yang dapat menimbulkan gejala ke seluruh tubuh tanaman, mulai dari tidak berat sampai sangat berat. Virus tumbuhan biasanya disebarkan oleh serangga vektor golongan Aphid, leaf hoppers, Trips, tungau, lalat putih atau karena pembuatan okulasi, penyambungan atau oleh adanya kontak antara tanaman sakit dengan tanaman sehat. Cara pencegahan penyakit karena virus dilakukan dengan tindakan vaksinasi. Vaksin pertama yang ditemukan oleh manusia adalah vaksin cacar, ditemukan oleh Edward Jenner (1789), sedangkan vaksinasi oral ditemukan oleh Jonas Salk (1952) dalam menanggulangi penyebab polio. Manusia secara alamiah dapat membuat zat anti virus di dalam tubuhnya, yang disebut Interferon, meskipun demikian manusia masih dapat sakit karena infeksi virus, karena kecepatan replikasi virus tidak dapat diimbangi oleh kecepatan sintesis interferon. Pada saat ini, tumbuhan mulai berkembang dengan cepat ditandai semakin beragamnya tumbuhan dari satu spesies ,namun memiliki beberapa keunggulan dari spesies tersebut yang terjadi, karena adanya suatu mekanisme atau proses yang membuat tanaman sekarang lebih baik dari sebelumnya. Seiring dengan berkembangnya tanaman berkembang juga virus yang menyerang tanaman. Namun tidak semua virus menyerang semua tanaman.Virus hanya menyerang tanaman tertentu, yang kebanyakan merupakan tanaman yang menjadi tanaman budidaya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah kacang

tanah yang diserang virus PSTV, jagung oleh virus MDMV atau JGMV, padi oleh RTSV dan RTBV serta kedelai oleh SbMV. Disuatu perkebunan tidak jarang ditemukan virus yang menyerang ,sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar terhadap para petani perkebunan.Oleh karena itu, perlu diketahui tentang penularan, penyebaran, serta karakteristik virus yang menyerang tanaman perkebunan. Cara penularan, penyebaran, dan karakteristik virus perlu diketahui agar mampu menekan tingkat kerugian para petani dalam proses pemanenan dan pembibitan kembali hasil panen yang didapat. B. TUJUAN 1. Mengetahui jenis virus yang terinfeksi tanaman hortikultura 2. Mengetahui gejala yang ditimbulkan virus pada tanaman hortikultura 3. Mengetahui bagian tanaman yang sakit dalam suatu tanaman dan menghitung Disease Severity 4. Mengetahui proporsi tanaman yang terinfeksi virus dalam suatu populasi tanaman dan menghitung Desease Incidence C. MANFAAT 1. Dapat mengetahui karakteristik tanaman yang terkena virus pada perkebunan sayur di Karangpandan. 2. Dapat mengetahui mekanisme penularan dan penyebaran virus pada perkebunan sayur di Karangpandan 3. Dapat mengetahui bagian tanaman yang sakit dalam suatu tanaman dengan menghitung disease severity. 4. Dapat mengetahui proporsi tanaman yang terinfeksi virus dalam suatu populasi tanaman dengan menghitung disease incidence.

II. LANDASAN TEORI Karena tanaman umumnya tidak bergerak , virus mereka harus ditularkan oleh vektor . Ini dapat termasuk vektor non - spesifik mekanis seperti mesin pemotong rumput atau alat pemangkasan, tetapi mayoritas virus tanaman akut vektor serangga tanaman. Studi terbaru menunjukkan bahwa infeksi virus dapat mempengaruhi senyawa volatil tanaman menghasilkan, dan ini pada gilirannya dapat menarik serangga. Dalam beberapa kasus tanaman yang terinfeksi virus adalah host yang lebih baik bagi serangga , mengakibatkan peningkatan makan. Meskipun beberapa penelitian telah dilakukan , tampaknya ada korelasi yang menarik antara jenis transmisi dan kualitas tanaman . Virus yang ditularkan secara non persistent (yaitu, mengakuisisi serangga dan mengirimkan virus dengan cepat melalui host sederhana) (Roossinck, 2013). Umumnya tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit. seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu gejala, tetapi juga menimbulkan sindroma. selain itu beberapa penyakit berbeda menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti. maka, selain memperhatikan gejala kita harus memeperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain raksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya (HS, Suprato. 1985). Penyakit tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan yaitu Penyakit Abiotik dan Penyakit Biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit abiotik meliputi: Suhu tinggi, Suhu rendah, Kadar oksigen yang tak sesuai, Kelembaban udara yang tak sesuai, Keracunan mineral, Kekurangan mineral, Senyawa kimia alamiah beracun, Senyawa kimia pestisida, Polutan udara beracun, Hujan es dan angin. Penyakit biotikk adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain Patogen penyakit biotik meliputi : Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda, Tumbuhan tingkat tinggi parasitic dan Mikoplasma (Sastrahidayat, Ika Rochidjatun. 1990). Ketiga komponen penyakit tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan. Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan

dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit atau (disease squaire) dimana manusia dimasukkan sebagai salah satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit. Selanjutnya Piramida Penyakit, Konsepnya sama dengan segi empat, tapi ada satu lagi yang mempengaruhi perkembangan penyakit tumbuhan, yaitu waktu. Jadi, setelah ada keikutsertaan manusia di dalamnya, penyakit bisa dikendalikan seiring berjalannya waktu. Memang butuh waktu. Tinggal memperhitungkan dan adu cepat saja, antara kecepatan persebaran penyakit dengan kecepatan antisipasi dari manusianya (Triharso. 2004). Terung termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu. Batangnya rendah (pendek) berkayu, dan bercabang. Tinggi tanaman bervariasi antara 50-150 cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya. Permukaan kulit batang, cabang ataupun daun tertutup oleh bulu-bulu halus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya sempit, namun bagian tengahnya lebar. Letak daun berselang-seling, dan bertangkai pendek (Rukmana, 1994). Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang penting di Irak. Tanaman ini tumbuh di lapangan terbuka selama musim panas dan dalam plastik dan rumah kaca selama musim dingin. Telah dilaporkan bahwa terung terinfeksi dari beberapa virus menyebabkan kerusakan signifikan akibat pengerdilan tanaman, keriting dan daun disertai bintik. Virus yang biasanya menginfeksikan pada tanaman ini adalah (EMDV) (Rakib et al,2011). Dalam tanaman (sistematika) tumbuhan, tanaman terung diklasifikasikan sebgai berikut: Divisi

: Spermatophyta

Sub-Divisio

: Angiospermae

Kelas

: Dycotyledonae

Ordo

: Tubiflorae

Famili

: Solanaceae

Genus

: Solanum

Spesies

: Solanum melongena L.

Tanaman terung sudah lama dikenal penduduk di Indonesia, dan di berbagai daerah sudah mempunyai nama lokal setempat. Nama lain dari terung adalah trueng (Aceh), trong (Gayo), reteng (Batak), Toru (Nias), tiung (Lampung), terong atau cokrom (Sunda), encong (Jawa), tuung atau cung (Bali) (Rukmana, 1994). Buah terung sangat beragam, baik dalam bentuk dan ukuran maupun warna kulitnya. Dari segi bentuk buah, ada yang bulat, bulat-panjang, dan setengah-bulat. Ukuran buahnya antara kecil, sedang sampai besar. Sedangkan warna kulit buah umumnya ungu, hijau keputih-putihan, putih, putih keungu-unguan dan hitam. Buah menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna cokelat muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atau perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 1994). Tanaman terung memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang dapat menembus kedalaman tanah sekitar 80-100 cm. Akar-akar yang tumbuh mendatar dapat menyebar pada radius 40-80 cm dari pangkal batang, tergantung dari umur tanaman dan kesuburan tanahnya (Rukmana, 1994). Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berupa penyakit utama pada terung di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Layu Bakteri 

Penyebab dan penyebaran:  Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum  Penyebaran dan penularan penyakit ini dapat melalui benih (biji), tanaman inang yang sakit, air (irigasi), alat-alat pertanian, angin, serangga, dan nematoda



Gejala serangan:  Bakteri ini dapat hidup lama dalam tanah, dan akan menyerang hebat bila keadaan temperatur udara cukup tinggi antara 35o C-37o C serta kelembabannya diatas 80%, atau keadaan tanah kebun becek.  Gejala awal ditandai dengan layunya daun-daun muda, kemudian merembet ke bagian daun-daun tua. Gejala lebih lanjut adalah menimbulkan kelayuan seluruh bagian tanaman secara mendadak, sehingga dalam beberapa hari kemudian tanaman akan mati.

2. Busuk Buah



Penyebab dan penyebaran:  Penyebabnya adalah cendawan Phytophthora nicotianae, Phomopsis vexans dan Phytium aphanidermatum  Penyebaran penyakit ini dapat melalui benih ataupun tanaman inang yang sakit



Gejala serangan:  Gejala serangan P.parasitica adalah terdapat bercak-bercak kebasahan bergaris tengah ±0,5 cm pada kulit buah, kemudian meluas dengan cepat hingga bagian dalam buah menjadi busuk berwarna coklat sampai hitam  Serangan P.vexans atu Diaporthe vexans, menyebabkan bercak-bercak cokelat melekuk pada buah, kemudian busuk-lunak berair dan akhirnya buah seperti mummi berwarna hitam mengering.  Phytium menyerang buah yang letaknya dengan tanah dan menyebabkan busuk basah yang penuh dengan misellium cendawan seperti kapas.

3. Bercak Daun 

Penyebab dan penyebaran:  Penyebabnya adalah cendawan  Penyebaran penyakit ini adalah melalui tanaman inang yang sakit.



Gejala serangan:  Serangan C, melongena menyebabkan gejala bercak-bercak berwarna kelabukecoklatan pada daun  Penyakit A, solani menimbulkan bercak-bercak kering bentuknya melingkar (konsentris) pada daun (Rukmana, 1994)

JENIS DAN VARIETAS TERUNG Terung mempunyai aneka bentuk, ukuran dan warna buah yang beragam (bervariasi). Hendro Sunarjono (1984) mengklasifikasikan jenis terung berdasarkan bentuk buahnya ke dalam empat tipe, yaitu: 1. Terung Kopek Ciri-cirinya: buah terung ini bentuknya bulat-panjang dengan bagian ujungnya tumpul, berwarna ungu atau hijau keputih-putihan

2. Terung Craigi Ciri-cirinya: buah berbentuk bulat-panjang dan ujungnya runcing, berwarna ungu atau ungu muda. 3. Terung Bogor (Terung Kelapa) Ciri-cirinya: buah berbentuk bulat-besar, berwarna putih atau hijau keputih-putihan, rasanya renyah dan sedikit getir. 4. Terung Gelatik (Terung Lalap) Ciri-cirinya: buah berbentuk bulat, ukurannya lebih kecil daripada terung Bogor, warna kulit buahnya ungu atau putih keungu-unguan, cita rasanya renyah dan manis (tidak getir)

Begomoviruses telah muncul sebagai masalah serius untuk sayuran dan tanaman serat. Pada masa lalu, di daerah tropis dan subtropis di dunia. Begomovirus biasanya berasosiasi dengan terung kuning Penyakit mosaik yang sampai sekarang belum terpisah dari satu laporan dari Thailand. Sebuah survei di Nagpur, India menunjukkan kejadian parah penyakit mosaik kuning terong (Pratap et al,2011).

III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Kamera

1 buah

2. Alat tulis

secukupnya

3. Papan Jalan

1 buah

4. Lup

1 buah

5. Area Tanaman Hortikultura secukupnya B. LOKASI DAN WAKTU Praktikum Biologi Virus Tumbuhan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 16 November 2013 pukul 09.00-11.00 WIB dan bertempat di Perkebunan Hortikultura Karang Pandan, Karang Anyar C. PROSEDUR KERJA 1. Petak area yang akan diamati dipilih 2. Tanaman hortikultura diamati pada petak yang akan dipilih 3. Gejala yang tampak pada tanaman yang sakit diamati dengan seksama serta dibandingkan dengan tanaman sehat 4. Penyakit yang menyerang tanaman diprediksi dengan melakukan studi literatur 5. Jumlah gundukan /guludan dihitung dalam satu petak 6. Disease Incidene (DI) dihitung (proporsi tanaman yang terserang penyakit dalam suatu populasi). a) Seluruh tanaman dihitung yang ada dalam satu petak b) Tanaman yang terserang virus dihitung Rumus:

Keterangan n = jumlah tanaman sakit N = jumlah tanaman yang diamati

7. Disease Severity (DS) dihitung (proporsi area/bagian tanaman yang sakit dalam satu tanaman) a) Memilih sampel sejumlah 3 guludan dalam petak b) Memilih 5 tanaman dari setiap guludan yang dijadikan sampel c) Menghitung presentase jumlah daun yang sakit dalam satu tanaman d) Rumus:

Hasil perhitungan DI dan DS berupa presentasi (%), sehingga dapat diketahui seberapa parah tingkat penyerangan penyakit virus tanaman (DI) tersebut menghancurkan tanaman dalam suatu populasi. Disamping itu, proporsi tingkat keparahan dari bagian tanaman (daun,pucuk daun dan batang) dari suatu tanaman dapat diketahui dengan menerapkan rumus DS diatas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Penghitungan DI No.

Tanaman sakit

Total tanaman

Presentase ( % )

99

1448

6,83%

1.

Tabel 2. Penghitungan DS No.

Daun sakit

Total daun

Presentase ( % )

1

1304

6913

18,86%

B. PEMBAHASAN Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks. Asam nukleat dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan mekanisme sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan substansi viral (asam nukleat dan protein). Penyerangan virus pada tanaman melalui luka yang dibuat oleh vector karena pelukaan. Gigitan serangga terhadap daun sakit dengan mudahnya membawa virus didalam mulutnya kemudian ditempatkan ke tanaman yang sehat, yang berakibat ikut sakit. Virus merupakan agen penyebab penyakit yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop electron. Hasil pengamatan mikroskop electron, virus dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu berbentuk batang kecil, benang dan bola. Virus hanya dapat bertambah banyak dalam sel yang hidup. Oleh karena hal tersebut maka virus dapat dimasukkan sebagai parasit yang biotrof. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berupa penyakit utama pada terung di antaranya adalah sebagai berikut: Layu Bakteri 

Penyebab dan penyebaran:  Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum  Penyebaran dan penularan penyakit ini dapat melalui benih (biji), tanaman inang yang sakit, air (irigasi), alat-alat pertanian, angin, serangga, dan nematoda



Gejala serangan:  Bakteri ini dapat hidup lama dalam tanah, dan akan menyerang hebat bila keadaan temperatur udara cukup tinggi antara 35o C-37o C serta kelembabannya diatas 80%, atau keadaan tanah kebun becek.  Gejala awal ditandai dengan layunya daun-daun muda, kemudian merembet ke bagian daun-daun tua. Gejala lebih lanjut adalah menimbulkan kelayuan seluruh bagian tanaman secara mendadak, sehingga dalam beberapa hari kemudian tanaman akan mati.

Busuk Buah 

Penyebab dan penyebaran:  Penyebabnya adalah cendawan Phytophthora nicotianae, Phomopsis vexans dan Phytium aphanidermatum  Penyebaran penyakit ini dapat melalui benih ataupun tanaman inang yang sakit



Gejala serangan:  Gejala serangan P.parasitica adalah terdapat bercak-bercak kebasahan bergaris tengah ±0,5 cm pada kulit buah, kemudian meluas dengan cepat hingga bagian dalam buah menjadi busuk berwarna coklat sampai hitam  Serangan P.vexans atu Diaporthe vexans, menyebabkan bercak-bercak cokelat melekuk pada buah, kemudian busuk-lunak berair dan akhirnya buah seperti mummi berwarna hitam mengering.  Phytium menyerang buah yang letaknya dengan tanah dan menyebabkan busuk basah yang penuh dengan misellium cendawan seperti kapas.

Bercak Daun 

Penyebab dan penyebaran:  Penyebabnya adalah cendawan  Penyebaran penyakit ini adalah melalui tanaman inang yang sakit.



Gejala serangan:  Serangan C, melongena menyebabkan gejala bercak-bercak berwarna kelabukecoklatan pada daun  Penyakit A, solani menimbulkan bercak-bercak kering bentuknya melingkar (konsentris) pada daun

(Rukmana, 1994) Selain dari penjelasan diatas, gejala-gejala virus yang terdapat pada tanaman terung adalah Virus mosaik terung dapat ditularkan secara mekanis dengan gosokan, maupun oleh kutu daun. Para pekerja yang menangani semai-semai dapat menularkan virus ke banyak tanaman. Virus juga mungkin terdapat di dalam banyak tumbuh, termasuk gulma di sekeliling pertanaman terung. Dan Busuk Daun (Pseudoperonospora cubensis Berk). Daur penyakit ini tidak dapat hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman, dan jamur tidak mempertahankan dari musim ke musim pada tanaman mentimun. Spora dipencarkan oleh angin. Infeksi terjadi melalui mulut kulit. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini di bantu oleh kelembaban, dan akan berkembang hebat jika terdapat banyak kabut dan embun. Infeksi hanya terjadi kalaukelembaban udara 100 %, suhu 10-28oC, dengan suhu optimum 16-22oC. Gejala pada permukaan atas daun terdapat becak-becak kuning, sering agak bersudut karena terbatas oleh tulang-tulang daun. Pada cuaca lembab pada sisi bawah becak terdapat kapang seperti bulu yang warnanya keunguan. Pada daun terung yang sakit dapat mati. Pada praktikum kali ini didapatkan gejala-gejala virus yang diduga disebabkan oleh potyvirus yang merupakan bagian dari virus Eggplant mottled dwarf virus (EMDV). Hasil pengamatan penyakit mengeriting/menggulung dilapangan terlihat jelas pada tanaman terung terserang adanya gejala mozaik atau kuning yang mencolok. Kemudian pucuk daun mengeriting dan menumpuk dengan bentuk helaian yang menyempit (Gambar 1) bandingkan dengan (Gambar 2) daun yang sehat/ yang tidak mengeriting.

Gambar 1. Daun mengeriting

Gambar 2. Daun yang tidak mengeriting

Dan pada lapangan juga terlihat jelas terdapat daun yang terdapat bercak kuning yang menyebar hampir ke seluruh bagian daun. Virus yang biasanya terdapat di tanaman terung adalah Patovirus. Bandingkan antara Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Daun yang terdapat bercak kuning

Gambar 4 Daun yang sehat

Pada praktikum kali ini menggunakan 2 rumus yaitu DI dan DS. DI (Disease Incidence) merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung proporsi tanaman yang terserang penyakit dalam suatu populasi. Dilakukan dengan cara menghitung seluruh tanaman yang ada dalam satu petak dan kemudian menghitung tanaman yang terserang virus. Dengan rumus:

Dengan n adalah jumlah tanaman yang sakit berbanding terbalik jumlah tanaman yang diamati kemudian dikalikan 100% untuk mendapatkan berapa presentase tanaman yang terkena virus tersebut dalam satu area luas petak tanaman. Sedangkan DS (Disease Severity) merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung proporsi area/bagian tanaman yang sakit dalam suatu tanaman. Dilakukan dengan cara menghitung berapa tanaman dalam satu bagian petak dan menghitung presentase jumlah daun yang sakit dalam satu tanaman. Adapun rumus dari DS yaitu:

Dengan jumlah daun sakit per jumlah total daun dalam satu tanaman dikalikan 100% didapatkan proporsi tingkat keparahan dari bagian tanaman (daun,pucuk daun dan batang) dari suatu tanaman. Berdasarakan hasil pengamatan didapatkan bahwa (tabel 1) pada jumlah total tanaman sebesar 1448 tanaman yang terjangkit virus sebesar 99 tanaman. Didapatkan presentase sebesar 6,83%. Hal itu mengartikan bahwa virus pada tanaman terung pada area tersebut memiliki presentase yang sangat sedikit. Hal itu dikarenakan pada daerah ini sudah cukup mendapatkan perawatan yang baik. Pembudidayaan tanaman/ perlindungan tanaman diutamakan terhadap upaya pencegahan dan pengendalian hama ataupun penyakit secara terpadu. Penggunaan bibit sehat dan varietas yang tahan (resisten), sanitasi kebun, penggunaan pestisida secara selektif berdasarkan hasil pemantauan, dan juga penerapan pengendalian non-kimiawi lainnya seperti pengendalian secara fisik-mekanik, genetik dan lain-lain. Dan pada (tabel 2) dari jumlah total daun yang terdapat pada tanaman yang sakit sebesar 6913 daun didapatkan 1304 daun yang terjangkit virus. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada satu tanaman yang sudah terinfeksi oleh virus memiliki sifat yang cepat menyebar ke seluruh bagian tanaman tersebut.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KESIMPULAN 1. Jenis virus yang menginfeksi tanaman hotikultura seperti terung adalah jenis Patovirus 2. Gejala-gejala yang ditimbulkan virus pada tanaman terung adalah sebagai berikut: Layu bakteri, busuk buah, bercak daun, virus mozaik dan busuk daun. 3. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil DI (Disease Incidence) pada jumlah total tanaman sebesar 1448 tanaman yang terjangkit virus sebesar 99 tanaman. Didapatkan presentase sebesar 6,83%. Hal itu mengartikan bahwa virus pada tanaman terung pada area tersebut memiliki presentase yang sangat sedikit 4. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil DS (Disease Severity) dari jumlah total daun yang terdapat pada tanaman yang sakit sebesar 6913 daun didapatkan 1304 daun yang terjangkit virus. B. SARAN Setelah melakukan praktikum untuk selanjutnya mengatasi permasalahan virus yang terjangkit pada tanaman terung adalah dengan melakukan pembudidayaan dan pengendalian tanaman yang baik. Pembudidayaan tanaman/ perlindungan tanaman diutamakan terhadap upaya pencegahan dan pengendalian hama ataupun penyakit secara terpadu. Penggunaan bibit sehat dan varietas yang tahan (resisten), sanitasi kebun, penggunaan pestisida secara selektif berdasarkan hasil pemantauan, dan juga penerapan pengendalian non-kimiawi lainnya seperti pengendalian secara fisik-mekanik, genetik dan lain-lainnya harus ditingkatkan untuk menghasilkan produk yang sehat.

VI. DAFTAR PUSTAKA Hendro, Sunardjono. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. HS, Suprato. 1985. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya. Pratap, Dharmendhra, Ashwin R Kashikar and Sunil K Mukherjee. 2011. Molecular characterization and infectivity of a Tomato leaf curl New Delhi virus variant associated with newly emerging yellow mosaic disease of eggplant in India. Virology Journal 2011, 8:305 Rakib A. Al-Ani, Mustafa A. Adhab and Kareem A. H. Ismail. 2011. Eggplant blister mottled virus (EBMV): A possible new potyvirus characterized from Iraq. Journal of General and Molecular Virology Vol. 3(3): 049-052 Rochidjatun, Ika. 1990. Ilmu Penyakit Tanaman. Surabaya: Usaha Nasional. Roossinck,

MJ.

2013.

Plant

Virus

Ecology.

PLoS

Pathog

9(5):

e1003304.

doi:10.1371/journal.ppat.1003304. Rukmana, Rahmat, 1994. Bertanam Terung. Yogyakarta: Penerbit Kanisisus. Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

LAMPIRAN PERHITUNGAN LAMPIRAN PERHITUNGAN DS No

n

N

%

1

1

32

3,12%

2

13

51

25,49%

3

2

25

8%

4

17

25

68%

5

10

41

24,39%

6

5

30

16,66%

7

4

30

13,33%

8

4

30

13,33%

9

22

25

88%

10

8

35

22,85%

11

1

52

1,92%

12

25

30

83,33%

13

6

24

25%

14

1

25

4%

15

7

40

17,50%

16

17

24

70,83%

17

9

30

30,00%

18

2

30

6,66%

19

12

52

23,07%

20

4

50

8%

21

11

52

21,15%

22

12

30

40%

23

12

67

17,91%

24

12

61

19,67%

25

15

67

22,38%

26

15

78

19,23%

27

8

59

13,55%

28

11

56

19,64%

29

14

60

23,33%

30

18

50

36%

31

14

56

25%

32

6

42

14,28%

33

4

48

8,33%

34

12

44

27,27%

35

6

49

12,24%

36

5

45

11,11%

37

20

45

44,44%

38

5

47

10,63%

39

4

46

8,69%

40

5

45

11,11%

41

10

42

23,80%

42

5

47

10,63%

43

7

43

16,27%

44

6

42

14,28%

45

6

48

12,50%

46

6

45

13,33%

47

5

46

10,86%

48

5

52

9,61%

49

6

49

12,24%

50

5

48

10,41%

51

3

32

9,37%

52

3

42

7,14%

52

16

44

36,36%

54

3

51

5,88%

55

14

41

34,14%

56

8

45

17,77%

57

5

36

13,88%

58

28

48

58,33%

59

5

40

12,50%

60

8

30

26,66%

61

11

35

31,42%

62

1

45

2,22%

63

5

30

16,66%

64

9

45

20%

65

5

40

12,50%

66

5

40

12,50%

67

4

50

8,00%

8

2

40

5%

69

5

37

13,51%

70

9

45

20%

71

10

35

28,57%

72

7

45

15,55%

73

8

40

20%

74

10

40

25%

75

4

30

13,33%

76

12

35

34,28%

77

15

40

37,50%

78

10

40

25%

79

12 8

50 50

24%

80 81

10

48

20,83%

82

12

50

24%

83

25

37

67,50%

84

30

50

60%

85

6

44

13,63%

86

15

47

31,91%

87

1

34

2,94%

88

1

34

2,94%

89

2

32

6,25%

90

9

56

16,07%

91

19

45

92

26

44

42,22% 59,09%

93

3

39

7,69%

94

9

51

17,64%

95

3

52

5,76%

96

7

42

16,66%

97

12

39

30,76%

98

9

35

25,71%

99

11

42

26,19%

100

13

45

28,88%

101

4

56

7,14%

102

9

38

23,68%

103

7

40

17,50%

104

12

52

24%

105

6

38

15,78%

106

7

26

27%

107

10

56

17,85%

108

3

37

8,10%

109

18

34

52,94%

110

3

36

8,33%

111

5

39

12,82%

112

8

50

16%

113

8

38

21,05%

114

5

60

8,33%

115

3

32

9,37%

116

4

58

6,89%

117

2

31

6,45%

118

16

30

53,33%

119

4

32

12,50%

16%

120

5

37

13,51%

121

3

44

6,81%

122

7

38

18,42%

123

5

32

15,62%

124

5

43

11,62%

125

3

47

6,38%

126

12

46

26,08%

127

3

44

6,81%

128

7

38

18,42%

129

8

42

19,04%

130

3

46

6,52%

131

10

38

26,31%

132

4

43

9,30%

133

8

36

22,22%

134

10

43

23,25%

135

13

56

23,30%

136

10

45

22,20%

137

3

79

3,70%

138

14

62

22,50%

139

30

76

39,40%

140

3

51

5,80%

141

4

39

10,20%

142

5

46

10,80%

143

2

59

3,30%

144

11

54

20,30%

145

13

56

23,20%

146

4

32

12,50%

147

3

47

6,30%

148

4

42

9,50%

149

2

40

5%

150

3

50

6%

151

1

45

2,22%

152

5

48

10,41%

153

6

50

12%

154

5

51

9,80%

155

7

68

10,29%

156

8

35

22,85%

157

8

57

14,03%

158

5

48

10,41%

TOTAL

1304

6913

18,86%

Keterangan = n : jumlah daun yang terinfeksi N: jumlah keseluruhan daun

LAMPIRAN PERHITUNGAN DI 1. Plot 1 (mbak fiky) Total Pohon Pohon terinfeksi DI 2. Plot 2 (sisil) Total pohon Pohon terinfeksi DI 3. Plot 3 (laela) Total pohon Pohon terinfeksi DI 4. Plot 4 (dini) Total pohon Pohon terinfeksi DI 5. Plot 5 (nia) Jumlah pohon Pohon ternfeksi DI 6. Plot 6 (Wulan) Jumlah pohon Pohon terinfeksi DI 7. Plot 7 (mas adit) Jumlah pohon Pohon terinfeksi DI : 27/113 x 100% = 23,89% 8. Plot 7 (mas ridho) Jumlah pohon Pohon terinfeksi DI 9. Plot 7 (mbak catharina) Jumlah pohon Pohon terinfeksi DI

: 49 pohon terong : 21 pohon terong : 21/49 x 100% = 42,85 % : 121 pohon terong : 14 pohon terong : 14/121 x 100% = 11,57% : 163 pohon terong : 33 pohon terong : 33/163 x 100% = 20,24% : 187 pohon terong : 18 pohon terong : 18/187 x 100% = 9,62% : 204 pohon terong : 16 pohon terong : 16/204 x 100% = 7,84% : 169 pohon terong : 9 pohon terong : 9/169 x 100% = 5,32% : 113 pohon terong : 27 pohon terong

: 376 pohon terong : 19 pohon terong : 19/376 x 100% = 5,05%

: 66 pohon terong : 10 pohon terong : 10/66 x 100% : 6,6%

DI keseluruhan : 99/1448 x 100% : 6,83 %

LAMPIRAN FOTO Tanaman Terong (Solanum melongena )

Daun yang terserang virus

Daun yang tidak terserang virus (normal)

Related Documents

Virus
February 2021 8
Virus
March 2021 0
Virus
February 2021 8
Corona Virus
January 2021 1

More Documents from "Shoyo Hinata"