Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan Acara Iii Reaksi Tanah

  • Uploaded by: SITI SYARIFATUL FIRDAUS
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan Acara Iii Reaksi Tanah as PDF for free.

More details

  • Words: 1,101
  • Pages: 6
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN ACARA III REAKSI TANAH

Disusun oleh : Nama

: Gina Kismunisya Putri

NIM

: 18/430131/KT/08820

Shif

: Senin, 13.00 WIB

Co-Ass

: Layla Ozca P.

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN TANAH HUTAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018

ACARA III REAKSI TANAH

I.

TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Membandingkan masing-masing metode penentuan pH. 2. Menyebutkan keuntungan dan kerugian penentuan pH tanah pada masing-masing metode. 3. Membandingkan nilai pH masing-masing contoh tanah. 4. Menentukan faktor faktor yang menyebakan perbedaan nilai pH tanah pada lima contoh tanah yang digunakan. 5. Meramalkan pengaruh yang mungkin terjadi pada nilai pH lima contoh tanah yang digunakan. 6. Mengetahui upaya yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai pH netral dan ptimal bagi pertumbuhan tanaman.

II.

DASAR TEORI Reaksi tanah adalah parameter tanah yang dikendalikan kuat oleh sifat sifat elektrokimia koloid-koloid tanah. Istilah ini menunjukkan pada kemasaman dan kebasaan tanah, yang derajatnya ditentukan oleh kadar ion hidrogen dalam larutan tanah. Reaksi tanah (nilai pH) dapat berpengaruh terhadap penyediaan hara untuk tanaman (Rahmah dkk, 2014). Reaksi tanah menunjukkan sifar kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah maka tanah tersebut semakin masam. Di dalam tanah selain H+ dan ion ion lain ditemukan pula ion OH yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi dari pada ion OH sedangkan pada tanah alkalis kandugan OH lebih banyak dari pada H+. Jika kandungan H+ sama dengan OH maka tanah bersifat netral (Hardjowigeno, 2007).

Tanah masam adalah tanah yang pada keseluruhan penampang kontrolnya mempunyai pH H2O kurang dari 5,5 atau pH-CaCl2 kurang dari 5,0 (Subardja, 2007). Sehingga tanah yang masam miskin hara, kandungan bahan organik rendah, kandungan besi dan aluminium tinggi melebihi batas toleransi tanaman serta peka erosi sehingga tingkat produktivitasnya rendah (Hidayat dkk, 2003). Beberapa perlakuan juga dapat menyebabkan tanah menjadi semakin masam seperti pemberian pupuk anorganik dapat menurunkan pH tanah pada perlakuan dosis yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan adanya pelepasan amonium pada pupuk anorganik urea ke dalam tanah yang kemudian mengalami oksidasi membentuk nitrat (NO3-) bersamaan dengan itu akan terlepas ion higrogen (H+ ) hal ini lah yang menyebabkan pH tanah menjadi lebih rendah pada dosis pemberian pupuk anorganik yang lebih tinggi (Dharmayanti dkk, 2013). Selain itu, Pengaruh pemberian bahan organik dapat meningkatkan pH tanah meskipun peningkatannya masih dalam kategori masam. Tingkat kemasaman tanah akibat dari pemberian bahan organik bergantung pada tingkat kematangan dari bahan organik yang diberikan, batas kadaluarsa dari bahan organik dan jenis tanahnya. Jika penambahan bahan organik yang masih belum matang akan penyebabkan lambatnya proses peningkatan pH tanah dikarenakan bahan organik masih belum terdekomposisi dengan baik dan masih melepaskan asam-asam organik (Afandi dkk, 2015). Tanah basa merupakan tanah yang mempunyai pH tanah tinggi atau banyak mengandung ion OH- atau yang mempunyai derajat kemasaman rendah. Di daerah tropika basah, tanah yang mempunyai pH tinggi adalah tanahtanah bergaram seperti jenis tanah vertisol. Vertisol dari bahan volkan andesitik didominasi oleh opak dan asosiasi andesin-amfibol, dari peridotit didominasi oleh mineral opak, dari batu gamping didominasi kuarsa, dan dari endapan lakustrik didominasi dari bahan volkan masam kuarsa, sanidin dan orthoklas (Prasetyo, 2007). Karena di dominasi oleh bahan induk kaput maka tanah vertsil termasuk jenis tanah tang bersifat basa. Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsure yang terkandung dalam tanah, adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH mineral tanah, air hujan, dan bahan induk. Bahan induk tanah

mempunyai pH yang bervariasi bergantung jenis mineral penyusunnya dan derajat pelapukannya, sehingga tanah-tanah muda yang baru terbentuk mempunyai pH yang selaras dengan bahan induknya. Tanah-tanah berbahan induk batuan kapur karbonat ber pH di atas 8, sedangkan yang beragam Na dapat mencapai pH 10 (Hanafiah dkk, 2010).

III.

ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan dalam praktikum adalah : 1. pH meter 2. pH stick 3. Mortar 4. Neraca 5. Gelas plastik 2 buah 6. Spatula Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah : 1. Aquades 2. KCl 1N 3. Contoh tanah vertisol, entisol, alfisol, gambut dan molisol.

IV.

LANGKAH KERJA Langkah kerja dalam praktikum reaksi tanah adalah :  Metode pH stick A. pH-H2O 1. Lima contoh tanah segar lapangan yang tersedia kira-kira diambil sebanyak 10 gram dalam botol. 2. Air suling di tambahkan sebanyak 25 ml dan diaduk sebaikbaiknya (atau dengan perbandingan tanah : air suling = 2 : 5). 3. Dibiarkan sampai mengendap 4. pH stick dimasukan dalam larutan jernih. Tidak boleh sampai terkena endapan tanah. 5. pH stick diambil dan dikibas-kibaskan sampai warna kilat air hilang.

6. Warna pH stick dibandingkan dengan warna standar pH yang terdapat pada kotak pH. B. pH-KCl 1. Lima contoh tanah segar lapangan yang tersedia kira-kira diambil sebanyak 10 gram dalam botol. 2. KCl di tambahkan sebanyak 25 ml dan diaduk sebaik-baiknya (atau dengan perbandingan tanah : KCl = 2 : 5). 3. Dibiarkan sampai mengendap. 4. pH stick dimasukan dalam larutan jernih. Tidak boleh sampai terkena endapan tanah. 5. pH stick diambil dan dikibas-kibaskan sampai warna kilat KCl hilang. 6. Warna pH stick dibandingkan dengan warna standar pH yang terdapat pada kotak pH. 

Metode pH meter A. pH-H2O 1. Lima contoh tanah segar lapangan yang tersedia kira-kira diambil sebanyak 10 gram dalam botol. 2. Air suling di tambahkan sebanyak 25 ml dan diaduk sebaikbaiknya (atau dengan perbandingan tanah : air suling = 2 : 5). 3. Dibiarkan sampai mengendap. 4. pH suspensi diukur dengan pH meter. Tidak bleh sampai terkena tanah. B. pH-KCl 1. Lima contoh tanah segar lapangan yang tersedia kira-kira diambil sebanyak 10 gram dalam botol. 2. KCl di tambahkan sebanyak 25 ml dan diaduk sebaik-baiknya (atau dengan perbandingan tanah : KCl = 2 : 5). 3. Dibiarkan sampai mengendap. 4. pH suspensi diukur dengan pH meter. Tidak boleh sampai terkena tanah.

Afandi dkk. (2015). PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan , Vol 2 No 2 : 237-244. Dharmayanti dkk. (2013). Pengaruh Pemberian Biourine dan Dosis Pupuk Anorganik. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika , Vol. 2, No. 3 165-174. Hanafiah dkk. (2010). Dasar-Dasar Ilmu Tana . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hardjowigeno. (2007). Ilmu Tanah . Jakarta: PT. Medyatama Sarana Perkasa. Hidayat dkk. (2003). Petunjuk Teknis Evaluasi lahan untuk komoditas pertanian. Bogor: balai pertanian. Prasetyo. ( 2007). PERBEDAAN SIFAT-SIFAT TANAH VERTISOL DARI BERBAGAI. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia , Volume 9, No. 1 20 - 31. Siti Rahmah dkk. (2014). SIFAT KIMIA TANAH PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. WARTA RIMBA , 88-95 Volume 2, Nomor 1. Subardja. (2007). Karakteristik dan Pengelolaan Tanah Masam dari Batuan Volkanik. JURNAL TANAH DAN IKLIM , NO. 25 59-68 .

Related Documents


More Documents from "saocy vidya"