Laporan Pratikum Geologi Struktur Fixx

  • Uploaded by: saifi
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pratikum Geologi Struktur Fixx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,379
  • Pages: 26
Loading documents preview...
LAPORAN PRATIKUM GEOLOGI STRUKTUR

oleh : FARAH ADIBA 155090701111005

Asisten : GHOZY AL ATQIYA 135090700111005

PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN GEOLOGI STRUKTUR oleh : FARAH ADIBA 155090701111005

TANGGAL LAPORAN MASUK : Korektor

Asisten

GHOZY AL ATQIYA

GHOZY AL ATQIYA

135090700111005

135090700111005

Co. Asisten Geologi Struktur

YOSSI ARDIANTO 135090707111008

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan atas kepada Allah SWT karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan pratikum, kuliah lapangan Geologi Struktur. Meskipun terdapat rintangan dan hambatan yang dialami penulis dalam proses pengerjaannya, tapi dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada pihakpihak yang telah membantu penulis dalam melancarkan pengerjaan laporan ini. Pertama-tama penulis mengucapkan terimakasih kepada asisten pratikum yang telah membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini. Kemudian kepada teman – teman seperjuangan geologi struktur yang membantu saat perkuliahan dan pratikum. Penulis berharap hasil makalah ini memberikan manfaat bagi pembacanya dan tentu penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Penulis juga berharap pembaca memaklumi segala kekhilafan yang penulis lakukan selama penulisan laporan ini.

Malang, 31 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………….i KATA PENGANTAR …………………………………………………………………ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………iii DAFTAR GAMBAR

…………………………………………………………………iv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….1 1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………….1 1.2 PERUMUSAN MASALAH …………………………………………………1 1.3 BATASAN MASALAH ……………………………………………………...1 1.4 TUJUAN ……………………………………………………………………2 1.5 MANFAAT …………………………………………………………………..2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….3 BAB III METODOLOGI …………………………………………………………….11 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN………………………….......11 3.2 PERALATAN ……………………………………………………………...11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 STRUKTUR COBAN RONDO……………………………………………15 4.2 PENGGUNAAN ALAT…………………………………………………….16 4.3 LITOLOGI BATUAN……………………………………………………...17 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN……………………………………………………………...18 5.2 SARAN………………………………………………………………………20 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….21 LAMPIRAN ……………………………………………………………………………22

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Strike slip fault ……………………………………………………………………3 ambar 2.2 Normal fault ……………………………………………………………………...…4 Gambar 2.3 Reserve fault ……………………………………………………………..………..4 Gambar 2.4 Bagian lipatan …………………………………………………………………… 6 Gambar 2.5 Lipatan Simetris ………………………………………………………….……… 7 Gambar 2.6 Lipatan asimetris …………………………………………………………………7 Gambar 2.7 Lipatan overtuned Gambar 2.8 Lipatan rebah

……………………………………………………………….8

…………………………………………………………………….8

Gambar 2.9 Lipatan isoclinal

…………………………………………………………………8

Gambar 2.10 Lipatan chevron …………………………………………………………………8 Gambar 2.11 Lipatan Kotak

…………………………………………………………………..8

Gambar 2.12 Lipatan Kipas ……………………………………………………………………9 Gambar 2.13 kink band ...……………… ………………………………………………………9 ambar 2.14 monoklin ……………………………………………………………………………9 Gambar2.12 Teras structural

…………………………………………………………………9

Gambar 2.22 Fisiografi daerah Jawa Timur (van Bemmelen 1949)

………………………10

Gambar 3.2.1 Palu geologi …………………………………………………………………… 11 Gambar 3.2.2 Kompas Geologi

………………………………………………………………12

Gambar 3.2.3 Gps ………………………………………………………………………………12 Gambar 3.2.4 Peta geologi …………………………………………………………………… 13 Gambar 4.1.1 Coban Rondo

…………………………………………………………………15

Gambar 4.2.1 Cara mengukur strike …………………………………………………………16 Gambar 4.2.2 Cara mengukur strike ………………………………………………………… 17

Gambar 4.2.3 Sampel batuan beku di Coban Rondo …………………………………17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Geologi struktur merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bentuk-bentuk arsitektur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan yang membentuk kerak bumi. Menurut Bagley (1965), geologi strukrur adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur-struktur individual (kerak bumi) seperti antiklin, trust (sesar sungkup), sesar-sesar liniasi dan lainnya dalam satu unit tektonik pada kerak bumi. Geologi struktur merupakan studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permungkaannya. Geologi struktur juga mencangkup bentuk permungkaan yang dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur bumu serta bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya proses terbentuknya lipatan dan patahan. Latar belakang diadakannya kuliah lapangan (fieldtrip) geologi struktur ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang materi-materi geologi struktur baik secara teori maupun pratikum yang telah diberikan diperkuliahan dan asisten pratikum geologi struktur. Selain itu untuk mengetahui bentuk dan struktur geologi khususnya patahan dan lipatan dipermukaan bumi secara nyata, proses terbentuk dan factor-faktor yang mempengaruhinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang akan dibahas antara lain adalah sebagai berikut 1. Apa yang dimaksud dengan patahan dan lipatan? 2. Apa yang menyebabkan terjadinya patahan dan lipatan? 3. Apa saja jenis-jenis lipatan dan patahan? 4. Bagaimana cara menggunakan peralatan geologi struktur?

1.3 BATASAN MASALAH 1. Faktor – factor yang menyebabkan lipatan dan patahan 2. Penggunaan peralatan geologi struktur

1.4 TUJUAN Tujuan diadakannya kuliah lapangan (fieldtrip) pada mata kuliah Geologi Struktur ini adalah 1. Memahami teori tentang lipatan dan patahan 2. Dapat mengidentifikasi proses terbentuknya dan factor terjadinya patahan dan lipatan 3. Mengguasai tata cara penggunaan alat Geologi Struktur

1.5 MANFAAT Manfaat yang diperoleh oleh mahasiswa Geofisika 2015 adalah dapat memahami konsep dasar dan dapat mengidentifikasi macam-macam lipatan dan patahan. Dan memaplikasikan alat-alat geologi struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pembentukan kembali dari kulit bumi yang berupa gunung dan pengunungan, plato, lembah, serta retakan yang terjadi dikarenakan gerakan lempeng bumi dinamakan gejala diastrofisme. Diastrofisme merupakan proses structural yang menyebabkan adanya proses lipatan dan patahan. Peristiwa – peristiwa akibat tenaga endogen ini mengakibatkan permukaan bumi menjadi berbagai bentuk. Tenaga endogen sering disebut sebagai tenaga tektonik. Tenaga endogen terdiri atas proses diatropisme (proses structural yang mengakibatkan terjadinya lipatan dan patahan) dan vulkanisme (gejala alam yang berhubungan dengan kegiatan gunung api). Patahan (faulting) merupakan gejala yang sangat umum terjadi pada batuan. Terutama pada batuan yang berlapis seperti batuan sedimen. Patahan dapat dengan mudah dilihat pada batuan jenis sedimen, tapi sulit dilihat pada batuan jenis massif. Struktur batuan yang dapat mengalami patahan jika mendapat tekanan yang sangat kuat dan cepat hingga melampaui titik patah batuan. Oleh karena itu, struktur batuan terserbut tidak hanya retak-retak, tapi dapat terpisah satu dengan yang lain. Daerah patahan merupakan daerah yang lemah dari kerak bumi dan sering terjadi pergeseran sehingga ini menjadi pusat gempa. Jenis patahan dibedakan menjadi 3 tipe dasar menurut arah gerakan lempeng, yaitu normal fault, reserve fault dan strike slip fault. Normal fault adalah patahan yang gerakan lempeng batuannya kebawah menurut bidang miring patahan mengikuti arah gaya beratnya. Kemudian reserve fault adalah patahan yang gerakan lempeng batuannya ke atas bidang patahan dan berlawanan arah dengan gaya berat dan strike slip fault adalah patahan yang lempeng batuannya bergerak horizontal dalam arah yang berlawanan

Gambar 2.1 Strike slip fault

Gambar 2.2 Normal fault

Gambar 2.3 Reserve fault Ketiga tipe dasar patahan tersebut menghasilkan 3 bentuk permukaan bumi yang khas, yaitu graben atau slenk, horst dan fault scrap. 1. Graben atau slenk adalah tanah turun, merupakan suatu depresi yang terletak diantara dua bagian yang lebih tinggi. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh patahan sehingga batuan yang berada ditengahnya mengalami penurunan. 2. Horst (tanah naik) adalah bagian diantara dua patahan yang mengalami pengangkatan sehingga posisinya lebih tinggi dari daerah sekitar 3. Fault scrap adalah dinding terjal (cliff) yang dihasilkan oleh patahan yang salah satu sisinya bergeser ke atas sehingga posisinya lebih tinggi. Namun, sering kali fault scrap tidak tampak lagi karena mengalami erosi Terkandung patahan tampak tersusun seperti tangga karena terdiri dari rangkaian patahan yang tingginya tidak sama. Susunan patahan yang demikian dikenal dengan sebutan rift valley atau sering pula disebut depresi tektonik (Pujiastuti, 2006). Jenis-jenis patahan dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu : 1. Berdasarkan rake dari net slip, dibedakan menjadi a. Strike dip fault (rake = 0°) b. Diagonal slip fault (0° < rake < 90°) c. Dip slip fault (rake = 90°) 2. Berdasarkan kedudukan relative bidang patahan terhadap bidang perlapisan atau struktur regional a. Strike fault (jurus patahan sejajar jurus lapisan) b. Bedding fault (patahan sejajar lapisan)

c. Dip fault (jurus patahan tegak lurus jurus lapisan) d. Obliqueldiagonal fault (menyudut terhadap jurus lapisan) e. Longitudinal fault (sejajar struktur regional) f. Transversal fault (menyudut struktur regional) 3. Berdasarkan besar sudut bidang patahan a. High angle fault ( > 45°) b. Low angle fault ( < 45°) 4. Berdasarkan pergerakan semu a. Normal fault (patahan turun) b. Reverse fault (patahan naik) 5. Berdasarkan pola patahan a. Parallel fault (patahan saling sejajar) b. En echelon fault (patahan paling overlap, sejajar) c. Periphenal fault (patahan melingkar, konsentris) d. Radier fault (patahan menyebar dari satu pusat) Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam bahan tersebut. Bentuk muka bumi berupa lipatan yang terjadi karena adanya tekanan-tekanan mendatar terhadap lapisan sedimen. Lipatan mempunyai dua bagian, yakni anticlinal dan sinklinal yang dimana anticlinal adalah bagian dari lipatan yang mempunyai posisi lebih tinggi dari bagian lipatan lainnya. Lipatan anticlinal akan membentuk bumi menjadi cembung, contohnya penggunungan atau perbukitkan. Sedangkan sinklinal adalah bagian lipatan yang mempunyai bagian yang lebih rendah dari bagian lipatan lainnya. Lipatan akan membentuk permukaan bumi menjadi cekung dan contohnya adalah lembah. Perlipatan adalah deformasi yang tak seragam (inhomogeneous) yang terjadi pada suatu bahan yang mengandung unsur garis atau bidang. Bagian – bagian dari lipatan 1. Limb Merupakan bagian lipatan yang terletak down-dip dimulai dari lengkung maksimum suatu antiklin atau up-dip dimulai d ari lengkung suatu sinklin 2. Hinge Merupakan titik pelengkungan maksimum pada lapisan yang terlipat 3. Crest Merupakan titik puncak tertinggi dari lipatan 4. Trough

Merupakan titik dasar terendah dari lipatan. 5. Core Merupaka pusat lipatan 6. Inflection Merupakan pertengahan antara dua pelekungan maksimum 7. Axial line Merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik perlekungan maksimum pada setiap permukaan lapisan 8. Axial surface Merupaka bidang khayal yang memuat axial line. 9. Crestal line Merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan suatu antiklin 10. Crestal surface Merupakan suatu bidang khayal yang memuat crestal line 11. Trough line Merupakan garis khayal yang menghubungkan titik – titik rendah sinklin 12. Trough surface Merupakan bidang khayal yang memuat semua trough line 13. Plunge Merupakan sudut penunjaman dari axial line yang diukur terhadap bidang horizontal 14. Bearing Merupakan sudut horizontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan menyatakan arah penunjaman axial line 15. Pitch Merupakan sudut antara axial line dengan bidang atau garis horizontal yang di ukur pada axial planel surface

Gambar 2.4 Bagian lipatan Klafikasi lipatan dapat dibagi menjadi 2 , yang pertama Klasifikasi Billings pada tahun 1977 yang disusun berdasarkan pada bentuk penamapkan tegak, intensitas perlipatan, pola dari sumbu lipatan yang terdapat pada suatu daerah dan sifat-sifat dari pada lipatan dengan kedalaman. 1. Lipatan simetris

Gambar 2.5 Lipatan Simetris 2. Lipatan asimetris

Gambar 2.6 Lipatan asimetris

3. Lipatan overtuned

Gambar 2.7 Lipatan overtuned 4. Lipatan rebah

Gambar 2.8 Lipatan rebah 5. Lipatan isoclinal

Gambar 2.9 Lipatan isoclinal 6. Lipatan chevron

Gambar 2.10 Lipatan chevron 7. Lipatan kotak

Gambar 2.11 Lipatan Kotak

8. Lipatan kipas

Gambar 2.12 Lipatan Kipas 9. Kink band

Gambar 2.13 kink band 10. Monoklin

Gambar 2.14 monoklin 11. Teras structural

Gambar 2.12 Teras structural Kemudian klasifikasi menurut Fleuty tahun 1964 adalah a. Berdasarkan kisaran besarnya sudut antar sayap b. Berdasarkan besarnya sudut kemiringan hinge surface dan sudut penunjangan hinge line Geologi Jawa timur dibagi atas beberapa zona, menurut van Bemmelen jawa timur dibagi atas 4 bagian antara lain : a. Zona Pegunungan Selatan Jawa (Souththern Mountains) : batuan pembentuknya terdiri atas siliklastik, volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat. b. Zona Gunung Api Kuarter (Quartenary Volcanoes) : merupakan gunung aktiv

c. Zona Kendeng (Kendeng Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas Sekuen dari volkanogenik dan sedimen pelagik. d. Zona Rembang (Rembang Zone) : batuan pembentuknya terdiri atas endapan laut dangkal , sedimen klastik , dan batuan karbonat. Pada zona ini juga terdapat patahan yang dinamakan Rembang High dan banyak lipatan yang berarah timurbarat

Gambar 2.22 Fisiografi daerah Jawa Timur (van Bemmelen 1949)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat pelaksanaan Pratikum Geologi Struktur ini terbagi dua macam yaitu teori dan pratikum lapangan. Pratikum tentang teori bertempat di Biomol lantai 3 Fakultas MIPA Universitas Brawijaya sebanyak 3 kali pertemuan. Kemudian pratikum lapangan bertempat di Coban Rondo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang sebanyak 1 kali pada tanggal 18 Desember 2016 pada pukul 07.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada pratikum geologi struktur adalah 1. Palu geologi Dikenal dua jenis palu yaitu palu batuan beku dan palu batuan sedimen yang masing-masing memiliki bentuk dan kegunaan yang spesifik sehingga hanya cocok digunakan untuk batuan yang sudah di tentukan sesuai dengan peruntukannya.

Gambar 3.2.1 Palu geologi 2. Kompas geologi Kompas geologi digunakan untuk mengukur arah (azimuth) pada suatu titik ataupun kelurusan struktur, mengukur kemiringan lereng,maupun mengukur jurus ataupun kedudukan perlapisan dan kemiringan lapisan batuan.

Gambar 3.2.2 Kompas Geologi 3. Gps Prinsip kerja GPS dalam menentukan posisi adalah dengan menghitung delay waktu transmisi suatu signal dicapai oleh receiver, dikalikan dengan kecepatan perambatan signal maka akan didapat jarak receiver relatif terhadap satelit. Untuk mendapatkan koordinat x, y, dan z, receiver membutuhkan pengamatan dari tiga satelit, dan satu pengamatan dari satelit keempat dibutuhkan untuk keakuratan prediksi.

Gambar 3.2.3 Gps

4. Peta geologi Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang merupakan gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti.

Gambar 3.2.4 Peta geologi 5. Alat tulis Alat tulis yang digunakan adalah pulpen, kertas, penghapus, pensil dan lainlain yang digunakan untuk menggambarkan deskripsi daerah tersebut 6. Kamera Kamera digunakan untuk mendokumentasikan dan memotret saat pratikum berlangsung

3.3 Tata Laksana Pratikum 3.3.1

Pratikum I Pratikum pertama bertempat di Gedung Biomol Fakultas MIPA Universitas Brawijaya pada tanggal 17 November 2016 pada pukul 18.00 WIB. Pada pertemuan pertama dilakukan pratikum tentang pengenalan alat dan tata cara pemakaiannya. Alat – alatnya adalah palu geologi, kompas geologi, gps, peta geologi dan lup. Sistematika pratikum pertama dilakukan secara rolling. Jadi asisten rolling ke setiap kelompok dan memberikan pertanyaan perorang

3.3.2

Pratikum II Pratikum pertama bertempat di Gedung Biomol Fakultas MIPA Universitas Brawijaya pada tanggal 24 November 2016 pada pukul 18.00 WIB. Pertemuan kedua pratikum tentang Litologi Batuan. Pada pratikum ini sistematikanya asisten pratikum menjelaskan kemudian memberi pertanyaan.

3.3.3

Pratikum III Pratikum pertama bertempat di Gedung Biomol Fakultas MIPA Universitas Brawijaya pada tanggal 02 Desember 2016 pada pukul 18.00 WIB. Pada pratikum kali ini tentang Lipatan dan Patahan. Pratikum ini sistematikanya

adalah Ting Test. Jadi ada 50 soal yang telah disiapkan oleh asistem kemudian setiap 1 menit akan ada bell kemudian soal dirolling ke teman yang disamping. 3.3.4

Pratikum Lapang Pratikum lapang yang bertempat di Coban Rondo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Pratikan dikumpulkan terlebih dahulu di Gazebo Universitas Brawijaya pada pukul 07.00 WIB. Kemudian dilakukan brifieng oleh asisten pratikum. Kemudian pratikan berangkat ke Coban Rondo menggunakan kendaraan umum. Setelah sampai di Coban Rondo, pratikan dan asisten langsung menuju cobannya. Asisten memencar. Kemudian pratikan rolling ke tempat asisten tersebut. Pertama pratikan menentukan litologi di sekitar lokasi kemudian menentukan koordinat menggunakan gps garmin. Setelah itu pratikan mengambil sampel batuan yang ada di Coban Rondo dengan mengunakan palu geologi dan yang terakhir mengukur strike dan dip dengan menggunakan kompas geologi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Geologi di Coban Rondo Patahan adalah rekahan atau retakan pada batuan yang telah mengalami pengeseran. Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yang menyebabkan satu blok batuan bergerak relative terhadap blok lain. Patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih dahulu yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan batuan yang mendapatkan gaya sehingga timbul adana retakan (fracture). Tekanan yang diberian mampu memberikan perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat lama dan hingga memberikan gerakan sebesar seperseratus sentimenter dan bahkan sampai beberapa meter. Berdasarkan hasil pengamatan di Coban Rondo yang berlokasi di kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini terbentuk dari letusan Gunung Butak, Gunung Arjuno dan Gunung Anjasmara. Oleh karena hal tersebut batuan yang terdapat di Coban Rondo merupakan batuan beku. Batuan beku mempunyai laminasi yang seragam karena dari bagian atas Coban Rondo. Struktur geologinya adalah yang terletak dibawah merupakan struktur yang paling tua. Coban Rondo merupakan patahan normal yang merupakan patahan yang gerakan lempeng batuannya kebawah menurut bidang miring patahan mengikuti arah gaya beratnya.

Gambar 4.1.1 Coban Rondo Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimiawi, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan berubah menjadi tanah. Apabila tanah tersebut tidak bercampur dengan mineral lainnya, maka tanah tersebut dinamakan tanah mineral. Macam – macam pelapukan yaitu pelapukan mekanik, pelapukan kimiawi dan pelapukan biologi. Coban Rondo

tentu saja ada yang mengalami pelapukan yaitu pelapukan biologi ditebingnya. Pelapukan biologi disebabkan pelapukan batuan oleh makhluk hidup.

4.2 Penggunaan Alat Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Kompas memiliki jenis-jenis yang berbeda, yaitu kompas analog yang merupakan kompas yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kompas digital yang bertujuan untuk melengkapi kebutuhan robotika yang semakin canggih. Kemudian kompas geologi merupakan alat-alat yang digunakan dalam berbagai kegiatan survei dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan unsur-unsur struktur geologi seperti strike dan dip. Untuk menentukan strike dan dip tentu ad acara-caranya. Berikut cara menentukan strike, 1. Cari bidang pada batuan yang rata 2. Kemudian tempelkan sisi E (east) badan kompas ke bidang batuan dengan lengan kompas searah strike 3. Badan kompas digerak-gerakan sehingga gelembung udara pada bull’s eyes tepat ditengah 4. Setelah tepat ditengah tekan tombol kecil yang berada dibadan kompas untuk mengunci posisi jarum pada kompas 5. Baca derajat yang ditunjukkan oleh jarum utara (N)

Gambar 4.2.1 Cara mengukur strike Kemudian cara menentukan dip 1. Tempelkan sisi W (west) badan kompas ke bidang batuan dengan lengan kompas tegak lurus dengan strike 2. Kemudian diatur tabung klinometer hingga tepat berada ditengah tabung dengan memutar tuas yang berada dibagian belakang

3. Baca derajat yang ditunjukkan derajat klinometer

Gambar 4.2.2 Cara mengukur strike Palu geologi merupakan palu khusus yang digunakan untuk mengambil sampel batuan. Palu geologi terbagi 2 yaitu palu batuan beku dan palu batuan sedimen. Palu batuan beku digunakan untuk mengambil sampel batuan beku dan palu batuan sedimen untuk mengambil sampel batuan sedimen. Palu batuan beku biasanya berujung runcing karena digunakan untuk batuan yang keras sedangkan palu batuan sedimen biasana berujung lebar dan umumnya digunakan batuan berlapis seperti sedimen.

Gambar 4.2.3 Sampel batuan beku di Coban Rondo GPS adalah singkatan dari Global Positioning System (suatu sistem posisi dengan bumi sebagai acuan). Secara resmi, GPS disebut sebagai NAVSTAR (Navigation Satellite Timing and Ranging) oleh penciptanya, yaitu: Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense). GPS secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan satelit yang secara terus – menerus mentransmisi data, yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi suatu lokasi di bumi secara akurat dengan mengukur jarak pada satelit. Cara menggunakan GPS sebagai berikut, pertama GPS dinyalakan dengan menggunakan

tombol power kemudian dikalibrasi terlebih dahulu. Minimal ada 3 satelit yang digunakan agar datanya lebih valid. Setelah itu untuk mengetahui koordinat kita, tekanan tombol mark. Maka akan municul informasi koordinat lokasinya. 4.3 Litologi Batuan Litologi suatu batuan memberikan acuan tentang mineralogy, tekstur, kemas yang mengarahkan kepada klasifikasi yang dapat diterima. Pentingnya klasifikasi yang dapat diterima yaitu jenis batuan, mineralogy, tekstur, fabric, deskriptif terminology, system klasifikasi yang dapat diterima. Batuan memiliki jenis – jenis yang berbeda yaitu batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen. Dimana batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku didalam perut bumi. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses metamorphosis dari suatu batuan akibat pengaruh tekanan dan suhu yang ekstrim. Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari sedimen yang terendapkan dalam mengalami proses kompaksi serta sementasi. Ciri-ciri batuan sedimen adalah tersusun atas fragmen batuan lainnya, biasanya memiliki tekstur yang lunak. Pada daerah Coban Rondo dapat disimpulkan dan diidentifikasikan bawah batuan didaerah Coban Rondo adalah batuan beku karena Coban Rondo terbentuk karena letusan gunung Butak, Gunung Arjuno dan Gunung Anjasmoro.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pratikum lapangan di Coban Rondo maka dapat disimpulkan bahwa kawasan Coban Rondo terbentuk dari letusan Gunung Butak, Gunung Arjuno dan Gunung Anjasmoro. Daerah Coban Rondo merupakan contoh pemodelan patahan normal karena kawasan ini dilihat secara local mirip kawasan patahan. Dalam melakukan survey, seorang geophysicist harus bisa atau mengerti cara penggunaan alat-alat dasar geologi untuk menggunakannya dalam pengumpulan data geologi seperti kompas geolgi, cara membaca peta, menggunakan GPS karena hal ini merupakan hal paling dasar dalam melakukan akusisi dengan menggunakan metode geofisika.

5.2 Saran Sebaiknya pada awal pertemuan ditentukan tanggal dan hari kuliah lapangan atau fieldtrip agar tidak terburu-buru menyediakan alat-alat yang dibutuhkan seperti transportasi dan konsumsi

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, R. W. Van. 1949. Geology of Indonesia Volume IA General Geology. Indonesia: Yayasan Obor Indonesia 2001 Endarto, Danang. 2009. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press Noor, Jauhari. 2009. Pengantar Geologi. Pakuan: CV. Graha Ilmu. Ulfa,

Miftah.

2008.

Dikutip

dari

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/620/jbptitbpp-gdl-

miftahulfa-30999-3-2008ta-2.pdf. pada tanggal 3 Juni 2014, pukul 20.01 WIB Widyaningsih.

2004.

http://repository.upnyk.ac.id/1195/1/skripsi_Widyaningsih_E_P.pdf.

pada tanggal 3 Juni 2014, pukul 21.02 WIB

LAMPIRAN

Related Documents


More Documents from "Roni Hepson Tambun"