Laporan Tumpangsari Jagung Manis Dengan Kacang Tanah

  • Uploaded by: Indah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Tumpangsari Jagung Manis Dengan Kacang Tanah as PDF for free.

More details

  • Words: 5,577
  • Pages: 30
Loading documents preview...
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Pola tanam tumpangsari memiliki banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari); populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki; dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas; tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil jika satu jenis tanaman yang diusahakan gagal; dan kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009). Produksi dalam pola tumpangsari akan meningkat apabila terdapat kecocokan dalam hal memilih jenis tanaman pokok dan tanaman selanya. Tanaman jagung dan kacang-kacangan (leguminase) adalah tanaman yang sesuai untuk diterapkan pada pola pertanaman tumpangsari. Sebab dari kedua jenis tanaman tersebut memiliki morfologi yang berbeda sehingga dapat memperkecil persaingan antara kedua jenis tanaman tersebut. Tanaman leguminase memiliki bintil akar yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang dapat memfiksasi N bebas dari udara, sehingga N dapat diserap dan digunakan oleh akar tanaman kacangan dan rembesan N oleh tanaman kacangan seperti kacang tanah dapat digunakan tanaman pokok seperti jagung. Menurut Myrna (2003), syarat bagi tercapainya hasil produksi jagung yang tinggi adalah ketersediaan unsur hara yang optimal yang salah satu hara tersebut adalah nitrogen. Masalah penggunaan nitrogen, terutama di daerah tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi serta iklim basah seperti Indonesia, adalah efisiensinya yang rendah. Oleh sebab itu diharapkan pada sistem tanam

tumpangsari jagung dan kacang tanah dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung sehingga penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya tumpangsari menjadi efisien karena tanaman jagung mendapatkan Nitoegen (N2) yang berasal dari tanaman kacang tanah. 1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan mengamati pertumbuhan tanaman jagung mulai dari persiapan penanaman hingga panen. 2. Untuk mendeskripsikan teknik budidaya dan mengidentifikasi hama penyakit pada tanaman jagung manis dan kacang tanah secara langsung di lapang 3. Untuk menghitung analisa usaha tani pada tumpangsari jagung manis dan kacang tanah 1.2.2

Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengamati pertumbuhan tanaman jagung mulai dari persiapan penanaman hingga panen. 2. Mahasiswa dapat mengetahui teknik budidaya dan mengidentifikasi hama penyakit pada tanaman jagung manis dan kacang tanah secara langsung di lapang 3. Mahasiswa dapat menghitung analisa usaha tani pada tumpangsari jagung manis dan kacang tanah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung manis (Zea mays saccharata) 2.1.1 Sistematika dan Morfologi Jagung Manis

Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara sistematik tanaman jagung diuraikan sebagai berikut: Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub division

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Graminae

Famili

: Graminae

Genus

: Zea

Spesies

: Zea mays saccharata Linn. Secara morfologi Rukmana (2010), menjelaskan bahwa tanaman jagung

manis termasuk jenis tumbuhan semusim. Akar tanaman jagung manis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kodisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung manis cukup banyak, sedangkan pada tanah yang kurang baik, akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. Batang tanaman jagung manis bentuknya bulat silindris, tidak berlubang, dan beruas-ruas sebanyak 8–20 ruas. Pertumbuhan batang tidak hanya memanjang, tapi juga terjadi pertumbuhan ke samping atau membesar, bahkan batang tanaman jagung manis dapat tumbuh membesar dengan diameter sekitar 3cm sampai 4cm. Fungsi batang yang berisi berkas-berkas pembuluh adalah sebagai media pengangkut zat-zat makan dari atas ke bawah ataupun sebaliknya. Daun tanaman jagung manis terdiri dari beberapa struktur yakni, tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung, sedangkan lidah dauntarletak di atas pangkal batang, serta talinga daun bentuknya seperti pita yang tipis dan memnjang. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara 8-48 helai, namun pada umumnya berkisar antara 12-18 helai, bergantung varietas dan umur tanaman.

Bunga tanaman jagung manis bila di lihat dari sifat penyerbukannya termasuk kedalam tanaman yang menyerbuk silang. Tanaman ini bersifat monoecious, dimana bunga jantan dan betina terpisah pada bunga yang berbeda tapi masih dalam satu individu tanaman (Admaja,2006). Bunga jantan jagung berinduk malai, terdiri atas kumpulan bunga-bunga tinggal dan terletak pada ujung batang. Masing-masing bunga jantan mempunyai tiga stamen dan satu pistil rudimenter. Bunga betina keluar dari buku-buku berupa tongkol. Tangkai putik pada bunga betina menyerupai rambut yang bercabang-cabang kecil. Bagian atas putik keluar dari tongkol untuk menangkap serbuk sari. Bunga betina memiliki pistil tunggal dan stamen rudimenter. Biji jagung atau buah jagung terletak pada tongkol yang tersusun. Kemudian pada tongkol tersebut tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat, sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus buah jagung.biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan bervariasi. Biji jagung manis yang masih mudah mempunyai ciri bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi kriput dan berkerut. Tanaman jagung manis mempunyai daun cukup banyak, tingginya sedang, dengan warna biji kuning atau putih, bahwa jagung manis hampir mirip dengan jagung normal, hanya telah kehilangan kemampuan untuk menghasilkan pati dengan sempurna atau dengan kata lain tidak dapat mensintesis pati dengan efisien (Subekti,1995). Sifat manis pada sweet corn disebabkan oleh adanya gen su-1 (sugary), bt2 (britle), atau sh-2 (shrunken). Gen ini mencegah pengubahan gula menjadi pati pada endosperm sehingga jumlah gula yang ada kira kira dua kali lebih banyak dibanding jagung biasa. Jagung manis memiliki rambut berwarna putih sedangkan jagung biasa berwarna merah. Umur panen jagung manis berkisar antara 60-70 hari. Pada dataran rendah (<400m) dan pada dataran lebih tinggi dapat mencapai 80 hari. Biji jagung manis pada saat masak keriput dan transparan. Biji yang belum masak mengandung kadar gula (water-soluble polysccharride, WSP) lebih tinggi daripada pati. Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibanding

jagung normal pada umur 18-22 hari setelah penyerbukan. Sifat ini ditentukan oleh gen sugary (su) yang resesif (Tracy 1994). 2.1.2 Syarat Tumbuh jagung Manis Jagung manis sebagai tanaman daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik. Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-30 0C, pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1987). Tanaman jagung manis berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya, jagung manis dapat tumbuh baik pada berbagai iklim. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung manis adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis atau tropis basah. Jagung manis dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0 o50o lintang utara hingga 0o-40o lintang selatan. Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 6,5 sampai 7,0, tetapi masih cukup toleran pada tanah dengan tingkat kemasaman yang relatif tinggi, dan dapat beradaptasi pada keracunan Al (Thompson and Kelly, 1957). Jagung umumnya ditanam di dataran rendah, di lahan sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, tetapi terdapat juga di daerah dataran tinggi pada ketinggian 1000 m - 1800 m di atas permukaan laut. Tanah dengan kemiringan sampai 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhan jagung manis. 2.2 Kacang Tanah ( Arachis hypogaea ) 2.2.1 Sistematika dan Morfologi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L) diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun 1521-1529. Penanaman kacang tanah di Indonesia baru

dimulai pada awal abad ke-18. Kacang tanah yang ditanam adalah varietas tipe menjalar (Wijaya, 2011). Dalam dunia tumbuhan, tanaman kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Leguminales

Famili

: Papilionaceae

Genus

: Arachis

Spesies

: Arachis hypogaea L.

Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan atau leguminase. Tanaman ini merupakan herba monocious, menjalar sampai tegak dengan tinggi berkisar antara 15 - 70 cm. Batang utama berasal dari epikotil yang berisi keping biji di kedua sisi pada dua buku pertama. Percabangan dimorfik dengan cabangcabang vegetatif dan cabang-cabang reproduktif yang memendek. Semua cabang vegetatif mempunyai daun sisik yang disebut katafil dan letaknya berhadapan dengan buku kedua dari cabang itu. Cabang-cabang vegetatif sekunder atau tersier akan muncul dari cabang-cabang vegetatif primer. Daun-daun yang berada pada batang utama tersusun spiral dengan filotaksis 2/5, daun-daun tersebut akan beranak daun empat helai (tetrafoliet) terdiri atas dua pasang yang saling berhadapan, berbentuk bulat telur terbalik (Irfanda dkk, 2010). Kacang tanah mempunyai susunan perakaran seperti berikut: yang pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penghisap. Kacang tanah memiliki akar serabut yang tumbuh ke bawah sepanjang ± 20 cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke samping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar serabut, fungsinya

untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral terdapat bintil akar (nodule) yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium, sehingga dapat mengikat N bebas dari udara (Deptan, 2006). Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur 80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), berukuran kecil dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua di antara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Disebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera (vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala). Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga adalah sebenarnya tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera dari mahkota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya (Pitojo, 2005). Buah kacang tanah berbentuk polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Buah kacang tanah berada di dalam tanah setelah terjadi pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi polong. Mula-mula ujung ginofor yang runcing mengarah ke atas, kemudian tumbuh mengarah ke bawah, dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada waktu menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofor terhenti. Panjang ginofor ada yang mencapai 18 cm. Tempat berhentinya ginofor masuk ke dalam tanah tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofor yang terbentuk di cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong (Deptan, 2006). Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang telah berkembang penuh. Fase vegetatif berlangsung sejak biji berkecambah hingga kanopi (tajuk) mencapai maksimum. Penandaan fase reproduktif ditandai dengan adanya bunga, buah dan biji. Pembungaan pada kacang tanah dimulai pada hari ke-27 sampai ke-32 setelah tanam yang ditandai dengan munculnya bunga pertama. Jumlah bunga yang dihasilkan setiap harinya akan meningkat sampai maksimum dan menurun mendekati nol selama periode pengisian polong. Ginofor (tangkai kepala putik)

muncul pada hari ke-4 atau ke-5 setelah bunga mekar, kemudian akan memanjang, serta menuju dan menembus tanah untuk memulai pembentukan polong. Pembentukan polong dimulai ketika ujung ginofor mulai membengkak, yaitu pada hari ke-40 hingga hari ke-45 setelah tanam atau sekitar satu minggu setelah ginofor masuk ke dalam tanah (Trustinah, 1993). 2.2.2 Syarat Tumbuh Kacang Tanah Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian dibawah 500 m dpl dan ketinggian maksimum 1000 m dpl kacang tanah dapat tetap tumbuh. Namun, makin tinggi daerah penanaman dari permukaan laut, produksi tanaman kacang tanah cenderung turun (rendah). Demikian pula pada areal pertanaman yang ternaungi tanaman menjadi kurus dan tinggi, kurang produktif berbunga, sehingga hasilnya rendah. Curah hujan yang cocok untuk bertanam kacang tanah, yaitu pada kisaran antara 800 mm-1300 mm per tahun dan bulan kering rata-rata sekitar 4 bulan/tahun. Secara umum, suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah berkisar antara 28-32 0C dengan RH 65%-75% (Rukmana, 1998). Penyinaran sinar matahari secara penuh sangat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang. Derajat keasman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0-6,5 (Sumarno, 2003). Tanah berstruktur ringan (remah) menguntungkan bagi tanaman kacang tanah, agar bakal buah (ginofor) mudah masuk ke dalam tanah dan (polong) mudah menembus tanah, perkembangannya normal, serta memudahkan pemanenan. Tanah yang lembab (drainase jelek) menyebabkan akar dan polong kacang mudah busuk. Sebaliknya, tanah yang terlalu kering menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, bahkan gagal membentuk buah (polong).

2.3 Pola Tanam Tumpangsari

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hasil total tanaman tumpangsari umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan pola monokultur, namun hasil individu tanaman menurun. Menurunnya hasil tanaman yang dikombinasikan tersebut terutama karena adanya kompetisi (yakni suatu proses partisi sumberdaya lingkungan yang terdapat dalam keadaan kurang yang disebabkan oleh kebutuhan yang serentak dari individu-individu yang mengurangi pertumbuhan dan kapasitas produksinya) diantara bagian tanaman atau diantara spesies tanaman. Untuk itu teknologi budidaya tumpangsari yang dikembangkan harus selalu mengacu kepada minimalisasi kompetisi terhadap berbagai faktor tumbuh, baik kompetisi antara spesies tanaman yang sama (intra-spesific competition), kompetisi antara bagian tanaman (inter-plant competition), dan kompetisi antara spesies tanaman yang berbeda (inter-spesific competition) (Kadekoh, 2007). Salah satu contoh sistem tumpangsari dengan pola annual adalah kombinasi tanaman jagung dan kacang tanah. Kacang tanah dan jagung merupakan dua komoditas yang biasa ditanam petani secara tumpangsari. Kedua jenis tanaman tersebut sesuai untuk ditumpangsarikan karena habitus kedua tanaman berbeda, sehingga kemampuan memanfaatkan faktor-faktor tumbuh berbeda pula. Kacang tanah merupakan tanaman leguminosae yang mempunyai sifat dapat memperbaiki kesuburan tanah karena adanya kerjasama akar tersebut dengan bakteri Rhizobium sp. (Kadekoh, 2007). Akar tanaman kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium. Bakteri ini terdapat pada bintil-bintil (nodula-nodula) akar tanaman kacang tanah dan hidup bersimbiosis saling menguntungkan. Tanaman kacang tanah tidak dapat menambat nitrogen bebas (N2) dari udara tanpa bakteri Rhizobium. Sebaliknya, bakteri Rhizobium tidak dapat mengikat nitrogen tanpa bantuan tanaman kacang tanah. Pada bintil-bintil akar terdapat unsur nitrogen yang berguna untuk pertumbuhan tanaman dan ketersediaan unsur N didalam tanah (Rukmana, 1998). Untuk tumpangsari jagung dan kacang tanah dengan perlakuan waktu tanam kacang tanah bersamaan dengan jagung dan populasi kacang tanah 190.476 rumpun/ha memberikan hasil terbaik yaitu diperoleh hasil jagung sebesar 7,72 t/ha dan kacang tanah sebesar 1,59 t/ha serta mempunyai nilai rata-rata NKL

(Nilai Kesetaraan Lahan) dan ATER tertinggi yaitu 1,62 dan 1,58 diperoleh pada perlakuan waktu tanam kacang tanah bersamaan dengan jagung (Pinem, Syarif, dan Chaniago, 2011). Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi, masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi. Dengan demikian dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal seperti pengaturan jarak tanam, populasi tanaman, umur panen tiap-tiap tanaman, dan bentuk arsitektur tanaman (Suwarto dkk., 2005). Jagung dan kacang tanah sangat cocok untuk ditanam secara tumpangsari karena kacang tanah termasuk golongan tanaman C3, dan jagung tergolong tanaman C4 sehingga sangat cocok untuk ditanam secara tumpangsari. Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat jagung sebagai tanaman C4, adalah daun jagung mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi tanaman jagung rendah, serta tanaman jagung efisien dalam penggunaan air (Salisbury dan Ross, 1992).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum tumpangsari jagung manis dan kacang tanah dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2015 sampai 15 Desember 2015 di lahan praktikum Politeknik Negeri Jember. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat 1. Cangkul 2. Kored 3. Knapsack 4. Sabit 5. Gembor 6. Kenco 7. Meteran 8. Tali rafia 9. Alat tulis 10. Timbangan 3.2.2 Bahan 1. Benih Jagung Manis 2. Benih Kacang Tanah 3. Pupuk Urea 4. Pupuk Phonska 5. Curacron 500 EC 6. Fastac 15 EC 7. Furadan 3G 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Pelaksanaan 1. Penanaman

Lahan yang digunakan dalam praktikum tumpangsari berukuran 5 x 4 m (20 m2). Untuk jarak tanam jagug manis yang digunakan adalah 200 cm x 10 cm. Sedangkan untuk jarak tanam kacang tanah 50 x 20 cm. Kacang tanah yang digunakan sebagai tanaman sela ditanam tepat ditengah antar barisan jagung manis dengan jarak kacang tanah dalam barisan 20 cm. Gambar petak dan tata letak tumpangsari jagung manis dan kacang tanah 5m 2m

50 cm

50

cm

U

10 cm 20 cm

4m

Keterangan: = jagung manis

= kacang tanah

Adapun berikut langkah- langkah penanaman: 1. Menentukan jarak tanam untuk jagung dan kacang tanah menggunakan kenco (tali). Barisan tanaman pertama merupakan setengah jarak tanam antar barisan dari pinggir petakan. Arah tanam untuk jarak tanam dalam barisan adalah timur ke barat. 2. Membuat lubang tanam dengan sabit sedalam 4-5cm disamping tali yang telah memiliki tanda sesuai jarak tanam. 3. Masukkan benih (jagung manis 1 benih /lubang dan kacang tanah 1 benih/ lubang beserta furadan (± 5 butir/lubang).

4. Menyiram air secukupnya pada barisan tanaman jika tidak ada hujan atau keadaan tanah kering. 5. Meretakkan permukaan tanah pada petakan sehingga tinggi permukaan tanah sama. 2. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Melakukan penyulaman tanaman yang tidak berkecambah pada 1 MST, penyulaman menggunakan bibit kacang tanah dan jagung dengan umur yang sama. 2. Menyiangi gulma dengan cangkul dan koret dilakukan setiap minggu. Saat penyiangan gulma (umur 30 hari) sekaligus dilakukan pembumbunan untuk kacang tanah dan jagung manis, pembumbunan dilakukan kembali 5-6 MST. 3. Pengendalian hama melalui penyemprotan insektisda “Factac 15 EC” dan “Curacron 500 EC” dengan dosis 1 ml/l. 4. Pemupukan pertama dilakukan dua minggu setelah tanam yaitu pupuk urea dengan dosis setengah bagian, kemudian empat minggu setelah tanam dipupuk urea kembali. Pemupukan phonska dilakukan pada enam minggu setelah tanam. Dosis urea untuk jagung manis yaitu 200 kg/ha dan phonska 400 kg/ha. Sedangkan dosis urea untuk kacang tanah yaitu 50 kg/ha dan phonska 100 kg/ha. Pemupukan dengan cara membuat larikan dengan jarak 5 cm dengan barisan

tanaman, kedalaman 5-7 cm. Pupuk ditabur disepanjang larikan, lalu ditutup kembali dengan tanah. 5. Pengairan melalui irigasi setiap minggu sekali selama 4 minggu pertama dan penyiraman setiap hari dengan gembor apabila tanah kering 3. Pemanenan Pemanenan dilakukan jika tanaman jagung telah menunjukkan ciri matang panen yang ditandai dengan rambut pada klobot sudah berwarna coklat dan tongkol sudah penuh, serta biji kalau ditekan tidak mengeluarkan cairan putih. Sedangkan untuk tanaman kacang tanah ditandai dengan adanya bercak hitam pada kulit polong

bagian dalam serta polong sudah terisi penuh serta daun yang sudah menguning dan rontok.

3.3.2 Pengamatan Pengamatan menggunakan masing-masing 10 sampel tanaman, yaitu 10 sampel tanaman jagung manis dan 10 sampel tanaman kacang tanah. Metode untuk penentuan sampel, yaitu metode acak menggunakan nomor undian. Penandaan sampel tanaman untuk jagung manis menggunakan tali rafia yang diikatkan agak longgar pada batang jagung. Untuk kacang tanah ditandai dengan pengikatan tali rafia pada salah satu cabang dari tanaman sampel. Pengamatan dilakukan selama pertumbuhan sampai panen. Untuk pengamatan vegetatif pengamatan terhadap peubah pertumbuhan dan komponen produksi sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman jagung manis dan kacang tanah (cm) Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang untuk jagung dan dari pangkal batang sampai titik tumbuh untuk kacang tanah serta sampel yang diambil berjumlah 10 tanaman tiap komoditas. Pengukuran tinggi tanaman dilaksanakan mulai minggu kedua setelah tanam sampai minggu ketujuh setelah tanam. 2. Panjang dan lebar daun jagung manis (cm) Panjang daun di amati mulai dari minggu kedua sampai dengan minggu ketujuh. Panjang daun yang diukur adalah daun yang paling panjang dalam setiap tanaman sampelnya. Lebar daun yang diamati merupakan daun yang sama yakni yang paling panjang sehingga akan diketahui lebar daun tersebut. Alat ukur yang digunakan adalah meteran. 3. Jumlah daun kacang tanah -1 (helai) Jumlah daun yang diamati mulai dari minggu kedua sampai dengan minggu ketujuh dilakukan pada 10 tanaman sampel yang diambil secara acak setiap minggunya. Daun yang dihitung yaitu daun yang telah terbuka penuh dan minimal 50 % masih berwarna hijau. 4. Umur berbunga penuh

Umur berbunga penuh adalah saat tanaman jagung dan kacang tanah telah berbunga 75 % pada petak praktikum. 5. Jumlah tongkol tanaman-1 (buah) Tongkol pada tanaman jagung merupakan bunga betina yang memiliki rambut-rambut. Tongkol yang tumbuh pada masing-masing 10 tanaman sampel dihitung setiap minggunya. 6. Berat tongkol tanaman-1 (gram) Pengamatan berat tongkol dilakukan saat panen. Sampel yang diamati tetap pada sampel pengamatan vegetatif. Masing-masing tongkol berkelobot tiap tanaman sampel ditimbang beratnya. 7. Berat polong segar tanaman-1 (gram) Pengamatan berat polong kacang tanah dilakukan saat panen. Sampel yang diamati tetap pada sampel pengamatan vegetatif. Polong tiap sampel tanaman ditimbang beratnya. 8. Produksi ha-1 (ton) Setelah menimbang 10 sampel hasil panen kacang tanah dan jagung manis. Kemudian dihitung rata-ratanya dan mengestimasi hasil tersebut untuk luasan hektar. Sehingga dapat diketahui potensi hasilnya per hektar.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Pengamatan Vegetatif 1. Tinggi Jagung Manis

Grafik 1. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis pada 2-7 MST 2. Panjang Daun Jagung Manis

Grafik 2. Panjang daun tanaman jagung manis pada 2-7 MST3 3. Lebar Daun Jagung Manis

Grafik 3. Lebar daun tanaman jagung manis pada 2-7 MST 4. Tinggi Tanaman Kacang Tanah

Grafik 4. Pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah pada 2-7 MST

5. Jumlah Daun Kacang Tanah

Grafik 5. Jumlah daun kacang tanah pada 2-7 MST 6. Jumlah Tongkol Jagung Sampel

Jumlah Tongkol

1

2

2

2

3

1

4

2

5

2

6

1

7

2

8

2

9

1

10 2 Tabel 1. Jumlah tongkol jagung manis per tanaman 7. Umur Berbunga Penuh Jagung

: 49 hari setelah tanam

Kacang tanah : 40 hari setelah tanam

4.1.2 Pengamatan Panen Sampel 1

Berat tongkol (gram) 489,5

2

485,9

3

275,6

4

543,5

5

610,6

6

354,2

7

485,9

8

524,7

9

375,2

10

510,5

Rerata

465,56

Tabel 2. Berat tongkol berkelobot jagung manis per tanaman dalam satuan gram Sampel

Berat polong (gram)

1

55,5

2

45,5

3

30,2

4

36,6

5

41,5

6

37,9

7

46,4

8

30,5

9

32,8

10

33,9

Rerata

39,08

Tabel 3. Berat polong basah kacang tanah per tanaman dalam satuan gram 4.2 Pembahasan 1. Populasi Tanaman Luas lahan tumpangsari jagung manis dan kacang tanah adalah 20 m 2, lebar 4 m dan panjang 5 m. Populasi tanaman didapatkan melalui perbandigan antara luas lahan dengan jarak tanam. Untuk jarak tanam jagung manis yaitu 200 x 10 cm,

dengan lebar 4 m dan jarak antar tanaman dalam barisan jagung 10 cm maka dalam satu baris terdapat 40 tanaman. Dalam satu petak terdapat tiga barisan jagung sehingga populasi jagung manis ada 120 tanaman. Untuk kacang tanah dengan jarak tanam 50 x 20 cm, dengan lebar 4 m dan jarak antar tanaman dalam barisan kacang tanah 20 cm maka dalam satu baris terdapat 20 tanaman. Dalam satu petak terdapat enam barisan jagung sehingga populasi kacang tanah ada 120 tanaman. 2. Daya kecambah Daya kecambah merupakan kemampuan benih (biji) untuk tumbuh membentuk individu baru. Daya kecambah adalah perbandingan antara benih yang berkecambah dengan banyaknya benih yang dikecambahkan dinyatakan dalam persen. Daya tumbuh benih yang baik berkisar 85% s/d > 90%. Daya kecambah diamati satu minggu setelah tanam. Untuk daya kecambah kacang tanah yaitu 86 %. Dari jumlah populasi 120 tanaman dengan luasan petak 20 m 2, yang tumbuh menjadi individu baru sebanyak 103 tanaman. Sedangkan daya kecambah untuk jagung manis sebesar 93 %. Dari 120 tanaman yang tumbuh sebanyak 112 tanaman. Benih yang tidak tumbuh dilakukan penanaman kembali dengan bibit (penyulaman) setelah pengamatan daya kecambah yaitu pada satu minggu setelah tanam. Sehingga penyulaman yang dilakukan untuk kacang tanah sebanyak 17 bibit dan jagung manis sebanyak 8 bibit. Banyak sedikitnya penyulaman selain tergantung pada mutu benih sendiri juga dipengaruhi kedalaman lubang tanam benih. Hasil penelitian (Pratama, 2014) menunjukkan bahwa penanaman jagung manis pada kedalaman 5 cm merupakan kedalaman yang optimal karena jumlah benih yang tumbuh 100 %. Bibit normal dari benih yang memiliki kekuatan tumbuh yang baik pada kedalaman optimal namun sebaliknya jika kedalaman kurang optimal benih tidak akan tumbuh dengan baik karena benih memerlukan ruang yang optimal agar dapat berkecambah serta tumbuh. 3. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang untuk jagung dan dari pangkal batang sampai titik tumbuh untuk kacang tanah.

Dari grafik 1 terlihat pertumbuhan tinggi tanaman jagung dari minggu kedua sampai minggu ketujuh mengalami kenaikan. Tinggi tanaman jagung akan berhenti ketika sudah memasuki fase generatif. Untuk pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah (grafik 4) terlihat bahwa tinggi tanaman kacang tanah dari minggu kedua sampai minggu ketujuh mengalami kenaikan.

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman pada tumpangsari jagung manis dan kacang tanah umur 28 hst 4. Panjang dan lebar daun jagung manis Panjang daun yang diukur adalah daun yang paling panjang dalam setiap tanaman sampelnya. Lebar daun yang diamati merupakan daun yang sama yakni yang paling panjang sehingga akan diketahui lebar daun tersebut. Terlihat bahwa panjang daun (grafik 2) dan lebar daun (grafik 3) jagung manis terus mengalami kenaikan selama pengamatan dari minggu kedua hingga minggu ketujuh.

5. Jumlah daun Daun yang dihitung yaitu daun yang telah terbuka penuh dan minimal 50 % masih berwarna hijau. Terlihat bahwa jumlah helai daun per tanaman (grafik 5) semakin bertambah dengan bertambahnya umur tanaman. 6. Jumlah tongkol per tanaman

Jumlah tongkol per tanaman diamati sejak pembentukan tongkol hingga menjelang panen. Jumlah tongkol antara 1-2 tiap tanaman. Namun kebanyakan satu tanaman terdapat dua tongkol. 7. Umur Berbunga Penuh Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur 80 hari setelah tanam. Umur berbunga penuh adalah saat tanaman jagung dan kacang tanah telah berbunga 75 %. Jagung berbunga penuh umur 49 hari setelah tanam sedangkan kacang tanah umur 40 hari setelah tanam.

Gambar 2. Kacang tanah berbunga penuh (40 hst)

Gambar 3. Jagung manis berbunga penuh (49 hst) 8. Berat tongkol jagung Pengamatan berat tongkol dilakukan saat panen. Sampel yang diamati tetap pada sampel pengamatan vegetatif. Masing-masing tongkol berkelobot ditimbang beratnya. Berdasarkan rata-rata 10 sampel diperoleh rata-rata berat tongkol berkelobot per tanaman yaitu 465,56 gram. Dengan jumlah tongkol rata-rata 2 buah tiap tanaman. 9. Berat polong basah kacang tanah Pengamatan berat polong kacang tanah dilakukan saat panen. Sampel yang diamati tetap pada sampel pengamatan vegetatif. Polong tiap sampel tanaman ditimbang beratnya. Berdasarkan rata-rata 10 sampel diperoleh rata-rata berat polong basah per tanaman yaitu 39,08 gram. 10. Hasil Produksi per hektar Setelah menimbang 10 sampel hasil panen kacang tanah dan jagung manis. Kemudian dihitung rata-ratanya dan mengestimasi hasil tersebut untuk luasan hektar. Hasil produksi per hektar didapat dengan mengalikan hasil rata-rata dengan populasi tanaman per hektar. Berat rata-rata tongkol jagung manis tiap tanaman yaitu 465,56 gram, untuk jarak tanam 200 x 10 cm populasi jagung manis dalam satu hektar sebanyak 50.000 tanaman, sehingga potensi hasilnya 465,56 gram x 50.000 tanaman = 23.278.000 gram atau kurang lebih 23 ton. Sedangkan untuk kacang tanah berat rata-rata polong basahnya 39,08 gram untuk jarak tanam 50 x 20 cm populasi kacang tanah per hektar sebanyak 100.000 tanaman, sehingga potensi hasilnya 39,08 gram x 100.000 tanaman = 3.908.000 gram atau sekitar 3,9 ton.

11. Serangan hama dan penyakit a) Hama Helicoverpa armigera Hama yang menyerang pada tanaman jagung manis yaitu hama penggerek tongkol Helicoverpa armigera. Ulat ini mulai muncul pada fase generatif 43 sampai menjelang panen. Ngengat H. armigera aktif pada malam hari, ngengat betina meletakkan telurnya secara tunggal pada umur tanaman 45-56 hari setelah tanam bersamaan dengan munculnya rambut tongkol, dan mampu bertelur 6001000 butir. Telur baru menetas setelah 4-7 hari. Larva ini selain menyerang tongkol juga menyerang pucuk dan menyerang malai sehingga bunga jantan tidak terbentuk yang mengakibatkan hasil biji berkurang. Stadia pupa ada di dalam tongkol, siklus hidupnya berkisar 36-45 hari (Kalshoven,1981). Kehilangan hasil yang disebabkan serangan H. armigera dapat mencapai 10% (Yasin,2008). Pengendalian yang dilakukan secara mekanis dan kimia. Secara mekanis dengan mengambil ulat pada ujung tongkol. Secara kimia dengan aplikasi pestisida Curacron dan Fastac dengan ukuran 3 tutup botol untuk air setengah tangki knapsack atau 1 ml/l. 2. Penyakit Belang Kacang Tanah Penyakit belang disebabkan oleh PMoV (Peanut Mottle Virus) yang mulai terjadi pada umur 30 hst. Penyakit ini hampir mengenai seluruh tanaman. Gejala yang tampak yaitu belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak menggulung ke atas. Ukuran daun tidak banyak berbeda dari daun yang sehat. Infeksi terjadi pada waktu tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis (Semangun, 2006).

Gambar 4. Penyakit belang pada tanaman kacang tanah (umur 30 hst) 3. Penyakit Layu Penyakit layu yang menyerang pada kacang tanah disebabkan oleh bakteri Xanthomonas Solanacearum dan cendawan Sclerotium rolfsii. Tanaman kacang tanah yang terserang penyakit ini terlihat layu, daun mengering. Pada siang hari waktu sinar matahari terik tanaman terkulai seperti disiram air panas, selanjutnya tanaman mati. Hal ini disebabkan sumbatan massa bakteri pada pangkal batang sehingga tanaman tidak mendapat suplai air dan hara. Tanaman yang terserang cendawan sclerotium terlihat adanya bercak berwarna kuning kecoklatan di pangkal batang, batang kemudian membusuk, dan akhirnya mati. Pengendalian dilakukan dengan mencabut tanaman yang terserang kemudian membakarnya. Penyakit layu ini hanya menyerang 2 tanaman kacang tanah dari 120 tanaman.

Analisa Usaha Tani Tumpangsari Jagung Manis dan Kacang Tanah (Ha) No I

Uraian Kegiatan BAHAN

Jumlah

Harga Satuan

Total (Rp)

1. Sewa Lahan Jagung 30 % Kacang Tanah 70 %

Rp 900.000 Rp 2.100.000

Rp 60.000/200 m2

Rp 3.000.000

2. Benih Jagung

8 kg/ha

Rp 80.000/kg

Rp 640.000

Kacang Tanah

45 kg/ha

Rp 25.000/kg

Rp 1.125.000

200 kg/ha

Rp 1.800/kg

Rp 360.000

400 kg/ha

Rp 2.300/kg

Rp 920.000

50 kg/ha

Rp 1.800/kg

Rp 90.000

100 kg/ha

Rp 2.300/kg

Rp 230.000

Cair

2 liter

Rp 60.000/ l

Rp 120.000

Butiran

10 kg

Rp 10.000/ kg

Rp 100.000

3. Pupuk Jagung : Urea Phonska Kacang tanah : Urea Phonska 4. Pestisida

TOTAL II

Rp 6.585.000

TENAGA KERJA 1. Pembersihan Lahan

20 HOK

Rp 35.000

Rp750.000

2. Penanaman

20 HOK

Rp 35.000

Rp 750.000

3. Pembuatan Parit

6 HOK

Rp 35.000

Rp 210.000

4 kali

Rp 150.000

Rp 600.000

5. Pemupukan

10 HOK

Rp 35.000

Rp 350.000

6. Aplikasi pestisida

6 HOK

Rp 35.000

Rp 210.000

20 HOK

Rp 35.000

Rp 750.000

20 HOK

Rp 35.000

Rp 750.000

4. Pengairan

7. Penyiangan dan Pembubunan 8. Panen

9. Pengangkutan

2 HOK

Rp 35.000

TOTAL

Rp 4.400.000

TOTAL

Rp 11.025.000

KESELURUHAN III

HASIL PRODUKSI Jagung manis

23.000 kg

Rp. 4000/kg

Rp 92.000.000

Kacang Tanah

39.000 kg

Rp 10.500/kg

Rp 40.950.000

TOTAL IV

Rp 70.000

KEUNTUNGAN

Rp 132.950.000 Penjualan – Total Biaya Keseluruhan

Rp 121.925.000

Analisa usaha tani adalah Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, perikanan atau peternakan (Prawirokusumo, 1990). Pengertian lainnya yaitu pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak dalam menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga memberikan pendapatan maksimal (Ken Suratiyah, 2002). Komponen pada analisa usaha tani pada dasarnya dibagi dua yaitu sarana produksi dan tenaga kerja. Sarana produksi meliputi benih, pupuk, pestisida. Untuk kebutuhan benih jagung manis sebanyak 8 kg dengan jumlah populasi per hektar 50.000 tanaman. Hal ini diperoleh dari berat 100 butir jagung manis yaitu 15 gram, maka untuk 1000 gram (1 kg) sebanyak 6500 butir. Sehingga untuk populasi 50.000 tanaman membutuhkan 8 kg (50.000/6500 = 8). Untuk kebutuhan benih kacang tanah sebanyak 45 kg dengan jumlah populasi per hektar 100.000 tanaman. Hal ini diperoleh dari berat 100 butir jagung manis yaitu 45 gram, maka untuk 1000 gram (1 kg) sebanyak 2200 butir. Sehingga untuk populasi 100.000 tanaman membutuhkan 45 kg (100.000/2200 = 45). Untuk total biaya produksi tumpangsari dan jagung manis yaitu Rp 11.025.000 dan hasil penjualan sebesar Rp 132.950.00 sehingga keuntungan yang

diperoleh Rp 121.925.000. Dapat dikatakan bahwa tumpangsari jagung manis dan kacang tanah layak untuk dilakukan sebab memberikan keuntungan yang besar.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini sebagai berikut: 1. Teknik budidaya tumpangsari jagung manis dan kacang tanah meliputi pembersihan

lahan,

penanaman,

pemeliharaan

(meliputi

penyiraman,

penyulaman, pemupukan, penyemprotan pestisida, pembumbunan), dan pemanenan.

2. Pertumbuhan tanaman jagung manis dan kacang tanah semakin meningkat seiring bertambahnya umur tanaman. Untuk potensi hasil jagung manis per hektar (tongkol berkelobot) yaitu 23 ton sedangkan kacang tanah (polong basah) 3,9 ton. Serangan hama yang menyerang pada jagung manis adalah hama penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) dan penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah adalah penyakit belang dan layu. 3. Analisa usaha tani tumpangsari jagung manis dan kacang tanah mendapatkan keuntungan, sehingga budidaya ini layak untuk dilakukan dan dikembangkan. 5.2 Saran Sebaiknya mahasiswa diberi petunjuk tentang waktu pemupukan beserta dosis yang tepat dan juga dosis aplikasi pestisida sehingga lebih memudahkan berjalannya proses praktikum dan menghindari terjadinya kesalahan dosis yang dapat berakibat fatal seerti matinya tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2006. Budidaya Jagung. http://www.deptan.go.id , diakses 20 Desember 2015 Anonim,2006. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan tanaman terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id , diakses 20 Desember 2015 Judjadi Muhammad, Supriati Yati. Perbaikan Teknologi Produksi Kacang Tanah di Indonesia. http://biogen.litbang.deptango.id , diakses 20 Desember 2015.

Kadekoh,I . 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanam dalam sistem tumpangsari dengan jagung yang didefoliasi pada musim kemarau dan musim hujan. J.Agroland 14(1) : 11-17 Myrna, N.E.F., 2003. Hasil tanaman jagung pada berbagai dosis dan cara pemupukan N pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Jurnal Agronomi. 9 (1) : 9-15 Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius: Yogyakarta. 76 hlm Pratama, dkk. 2014. Pengaruh Ukuran Biji Dan Kedalaman Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Produksi Tanaman. 2 (7) : 576-582 Rukmana, R. 2003. Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius Rukmana, R. 2003. Usaha Tani Jagung.Yogyakarta: Kanisius Salisbury, F.B. and C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan Diah Lukman dan Sumaryono dari Plant Physiology . Jilid 2 tahun 1995. ITB: Bandung. 167 hlm. Subekti, N. A., R. Syafruddin., Efendi, dan S. Sunarti. 1995. Morfologi tanaman dan fase pertumbuhan jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Hlm 16-28 Warsana, 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. BPTP Jawa Tengah.

Related Documents


More Documents from "Prisca Monika Sari"