Laporan_eksplorasi_daerah_long_loreh_dan.pdf

  • Uploaded by: Gani Rizal
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan_eksplorasi_daerah_long_loreh_dan.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,522
  • Pages: 29
Loading documents preview...
LAPORAN EKSPLORASI PT BUANA SARANA TAMA DAERAH LONG LOREH DAN SEKITATNYA KECAMATAN MALINAU SELATAN, KABUPATEN MALINAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Seiring dengan meningkatnya penggunaan batubara sebagai sumber energi pengganti minyak dan gas bumi, mengakibatkan sejumlah perusahaan diantaranya PT.Buana Sarana Tama mengembangkan usaha di bidang pertambangan batubara di Indonesia. Untuk mengetahui potensi batubara di wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Iup Eksplorasi ke Iup Produksi PT. Buana Sarana Tama telah dilakukan kegiatan pemboran endapan batubara di daerah Desa Long Loreh dan Desa Langap kecamatan Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, Propinsi Kalimantan Timur. 1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan pemboran ini dimaksudkan sebagai uji geologi yaitu untuk mengambil data bawah permukaan meliputi: ketebalan batubara dan batuan, jenis litologi dan sifat fisik batuan maupun batubara. Data-data ini akan ditafsirkan guna mengetahui penyebaran vertikal batubara di wilayah KP. Adapun tujuan yang akan dicapai antara lain: agar hasil yang diperoleh dari kegiatan ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi pemilik KP didalam menetapkan kegiatan lanjutan dalam rangka pengusahaan batubara di wilayah ini. Disamping itu, hasil kegiatan ini juga penting dalam mempertimbangkan status KP.

1.3 Lokasi dan Pencapaian Daerah Lokasi wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan IUP Eksplorasi PT. Buana Sarana Tama secara administratif pemerintahan sebagian besar termasuk dalam wilayah Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, Propinsi Kalimantan Timur. Kegiatan pemboran dilakukan disekitar bagian Timur Desa Long Loreh, dan bagian Tenggara Desa Langap, Kecamatan Malinau Selatan. Daerah penyelidikan dapat dicapai dari Balikpapan dengan menggunakan sarana jalur udara menuju Tarakan , kemudian dilanjutkan dengan menggunakan sarana transportasi air melalui Sungai Teluk Sakatak hingga ke Kabupaten Malinau dan dilanjutkan memenggunakan transpotasi darat ke Desa Long Loreh dengan waktu tempuh kurang lebih 6

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

jam. Wilayah Kuasa Pertambangan Iup Eksplorasi PT. Buana Sarana Tama dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan roda dua melalui jalan perusahaan PT. BDMS dan KPUC hingga kilometer 6.

1.4 Penyelidikan terdahulu Penyelidikan geologi yang pernah dilakukan di daerah Malinau dan sekitarnya adalah sebagai berikut :  Atmawinata S, Ratman N dan Baharudin, Puslitbang Geologi Bandung 1995, melakukan pemetaan geologi regional skala 1 : 250.000 (Lembar Malinau, Kalimantan Timur).  PT. Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral (DIM) Bandung 2005, melakukan inventarisasi endapan batubara di daerah Long Loreh dan sekitarnya, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur  Laporan Eksplorasi Awal PT. Banua Sarana Tama, PT. BST Mei 2011 1.5 Peralatan/Perlengkapan Peralatan dan perlengkapan yang digunakan selama kegiatan penyelidikan pemboran adalah sebagai berikut:

1. Peta Geologi Lembar Muara Ancalong skala 1 : 250.000 (P3G) 2. Peta topografi skala 1 : 50.000 (Sumber: DEM, USGS) 3. Mesin bor Jackro SP 200 (modifikasi) sebanyak 1 (Satu) unit kemampuan kedalaman 200 m. 4. Batang bor (AW) 5. Core Barrel 6. Mata bor (wimbit) tungsten ukuran AW 7. Mesin pompa 8. Core Box 9. Perlengkapan pemboran 10. Palu geologi 11. Kompas geologi 12. Loupe (kaca pembesar)

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

13. GPS (Global Positioning System) 14. Kamera Digital 15. Rollmeter 16. Perlengkapan alat tulis dan buku catatan lapangan 17. Komputer, software geologi printer, scanner, dll 18. Perlengkapan flying camp (tenda, alat masak, dll)

1.6 Waktu Penyelidikan dan Tenaga Pelaksana Kegiatan penyelidikan pemboran berlangsung selama 2 periode yaitu periode Mei 2011 dan periode Agustus 2011 Tenaga pelaksana kegiatan penyelidikan geologi adalah: 1. Mujianto : Penanggung jawab proyek 2. Eli Surya Indra: Koordinator 3. John 4. Lasarus 5. Hartoli 6. Gusti

: Driller

7. Adu

: Assisten Driller

8. Erwin

: Crew bor

9. Thomas : Crew bor 10. Mario

: Crew bor

11. Kornelius : Crew bor 12. Daniel

: Crew bor

13. Abel

: Koki

14. Stepanus : Koordinator Bor 15. Yunus

: Driver

16. Lungu

: Wakar

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Gambar 1. Peta Pembagian Block

Gambar 2. Peta Lokasi Block I

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

[TYPE A QUOTE FROM THE DOCUMENT OR THE SUMMARY OF AN INTERESTING POINT. YOU CAN POSITION THE TEXT BOX ANYWHERE IN THE DOCUMENT. USE THE TEXT BOX TOOLS TAB TO CHANGE THE FORMATTING OF THE PULL QUOTE TEXT BOX.]

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

BAB II GEOLOGI REGIONAL Wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum PT.Buana Sarana Tama termasuk dalam Peta Geologi Regional Lembar Malinau, skala 1 : 250.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG), tahun 1995). 2.1.

Stratigrafi Regional Daerah penyelidikan secara regional merupakan bagian dari Cekungan Kutai. (Lihat

Gambar 2) Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Malinau skala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penyelidikan Dan Pengembangan Geologi (1989), urutan stratigrafi dari yang termuda ke tua adalah sebagai berikut: Alluvium (Qa) : Kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan sisa tumbuhan. (Gambar 3)  Formasi Sumbat,Retas : .Andesit, basal, andesit-basal dan trakit  Formasi Langap (Tml) : Tuf puti, kapuran, konglomerat, komponen sekitar 80 % & 90 % terdiri dari batu pasir,lempung dan kuarsa susu, matriks batu pasir kasar,menampakan struktur silang – siur, mengandung beberapa lapisan tebal batubara; berumur miosen akhir mungkin endapan danau; tebal satuan antara 50 – 100 M.  Batuan gunung api jelai : Breksi vulkanik, tuf,breksi lava bersusunan basal andesitan.  Formasi Sebakung : Kolongmerat alas,batu lempung,batu lanau,dan batu gamping,terumbu kaya akan ganggang foraminifera, koral, meluska dan gastropoda, umur eosin tengah, eosin akhir diendapkan laut dangkal, tebal sedikit 300 m.  Formasi Malinau : Batu pasir, felsparan, lempung dan mikaan, kelabu kehijauan berbutir sedang – kasar, terpilah buruk,tebal lapisan 20 – 50 cm. Setempat berapa meter, berseling dengan batu lanau – lempung atau argilit, kelabu tua hitam, mika dan gampingan,umur eosin tengah di endapkan dalam lingkungan laut dangkal.  Formasi Mentarang : Batupasir,kelabu kebiruan – kehijauan,berbutir halus – sedang ,dan felsparan, mika dan mengandung sedikit fragmen batuan,bersisipkan dengan argilit dan serpihan, setempat breksi dan kolongmerat, endapan flis, diduga umur

kapur akhir paleosen, mungkin di endapkan dalam lereng benua pada tepi cekungan samudera.  Formasi Lurah : Batu pasir ,(sub – grewake), kehijauan,felsparan dan mikaan, berbutir halus – sedang,tebal lapisan beberapa desimeter sampai meter,bagian atasnya ditempati batu gamping, batu lanau dan argilit umur diduga kapur akhir sampai paleosen.Lingkungannya sedimentasinya tepi benua,marginal flysch.  Formasi Long Bawan : Argilit, jingga,hijau atau kelabu muda, berlapisan baik, mudah hancur bersisipan batu pasir, felsparan dan arkosa kelabu, kaya akan bahan organik, mikaan, tebal lapisan dan beberapa desimeter sampai beberapa meter. Mengandung efavorit air garam dan lapisan batubara dengan tebal sekitar 0,5 – 1,5 meter. Umur diduga paleosen, lingkungan pengendapannya fluviatil sampai lagun.  Formasi Paking : Sekis serisit dan sekis klorit, kelabu kehijauan, fasies sekis hijau, menunjukkan perdaunan. Ditafsirkan sebagian batuan paling tua di daerah ini,umurnya diduga kapur awal atau lebih tua.  Utramafik : Serpentinit, gabro terbreksikan termilonitkan, berdasarkan posisi statigrafi dan korelasi dengan lebar lainnya, diduga berumur jura. 2.2. Struktur Geologi Regional Struktur geologi yang terdapat di lembar Malinau adalah sinklin, antiklin, sesar mendatar dan sesar naik.Kegiatan tektonik didaerah ini dimulai sejak paleosen yang menghasilkan

perlipatan

yang

sangat

kuat

pada

batuan

sedimen

kelompok

embaluh.Perlipatan tersebut memperlihatkan arah sumber hamper utara – selatan, yang di ikuti,oleh sesar naik,yang searah dengan sumbu lipatan dan sesar mendatar mengiring (sinistral) dengan arah baratlaut – tenggara.Sesar – sesar tersebut diantaranya mensesarkan batuan sekis paking dan batuan ultrabasa terhadap batuan Kelompok Embaluh. Pada Kala Eosen batuan Kelompok Embaluh tertindih secara tidak selaras oleh batuan sedimen Formasi Malinau yang menjemari dengan Formasi Sebakung. Pada Kala Oligosen sampai Miosen terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan gunungapi jelai.Batuan batuan tersebut ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Langap dan di trobos oleh batuan intrusi tersusun andesit sampai basal dan diduga berumur Miosen.

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Gambar 3. Struktur geologi regional kalimantan

Gambar 4. Peta Geologi Regional

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

BAB III HASIL EKSPLORASI

3.1

Geologi daerah penyelidikan Pada umumnya di daerah penyelidikan terdapat dua formasi, yaitu : Formasi Malinau (Tema)

berumur Eosen – Miosen Awal terendapkan pada lingkungan darat. Formasi ini tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Langap berdasar kedudukan stratigrafinya. Satuan ini terdiri atas batulempung berbutir, graded bedding, mengandung kuarsa dan sedikit mineral hitam, struktur sedimen silang siur (crossbedding), laminasi tebal lapisan sampai 5 meter. Formasi ini tersebar diseluruh daerah penyelidikan. Umumnya endapan batubara pada formasi ini ditemukan pada alur-alur sungai dimana aktifitas erosi terjadi. Batubara umumnya berlapis baik dengan kemiringan antara 11O ampai 20Odengan arah jurus relatif dari Utara - Selatan. Struktur geologi daerah ini menunjukkan adanya perlipatan menunjam yang membentuk antiklin dengan arah sumbu relatif Utara - Selatan. Singkapan batubara yang ditemukan selama kegiatan penyelidikan terdapat kurang lebih 13 lokasi pengamatan.

3.1.1

Pengamatan Morfologi Daerah penyelidikan umumnya ditempati oleh satuan perbukitan bergelombah rendah hingga

sedang dengan ketinggian berkisar 70 – 800 meter diatas permukaan air laut. Kemiringan lereng berkisar 10O – 30O. Proses geomorfologi yang bekerja adalah pelapukan dan erosi. Proses pelapukan berlangsung cukup intensif, hal ini ditandai dengan tebalnya top soil sehingga batuan jarang untuk dijumpai Singkapan batuan.

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Gambar III-1, Peta Morfologi Daerah Penyelidikan

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

hanya dapat ditemukan pada alur-alur sungai yang telah mengalami proses erosi secara denudasional. Secara umum morfologi ini disusun oleh batupasir, batupasir lepas dan batupasir kuarsa. Aliran sungai di daerah penyelidikan mempunyai pola sudendritik, hal ini didukung oleh keadaan morfologi yang relatif rendah dengan batuan yang relatif homogen.

3.1.2

Pola Aliran Sungai

Sungai utama yang mengalir di daerah penyelidikan adalah sungai Marah yang memotong dari Baratdaya kearah Timurlaut daerah penyelidikan. Aliran sungai di daerah penyelidikan mempunyai pola sub-dendritik hal ini didukung oleh keadaan morfologi yang relatif rendah dengan batuan yang relatif homogen dan bermuara ke timur ke sungai Malinau.

3.1.3

Stratigrafi dan Litologi Stratigrafi dan litologi daerah penyelidikan diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi

secara langsung di lapangan. Berdasarkan variasi dan ciri litologi, maka litologi daerah penyelidikan dapat dikelompokan ke dalam Formasi Malinau dan Formasi Langap. Formasi Malinau memiliki litologi terdiri batupasir meta sebagian warna abu-abu sebagian hitam mengandung karbon, beberapa tempat ditemukan batubara dengan kilap kaca. Formasi ini menempati 70 daerah penyelidikan. Umumnya endapan batubara pada formasi ini ditemukan pada alur-alur sungai dimana aktifitas erosi terjadi di ketinggian > 200 m. Batubara umumnya berlapis baik dengan kemiringan antara 11O sampai 15O dengan arah jurus relatif dari Utara - Selatan. Formasi Langap terdiri atas batupasir kasar abu-abu sebagian keras selang-seling dengan batu lempung berwarna putih, batubara hitam keras sebagian kusam sebagian kilap kaca. Formasi ini berbentuk seperti mangkok dengan strike membentuk antiklin kemiringan dari 10O – 40O.

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Gambar III-2, Peta Geologi

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Gambar III-3, Startigrafi Daerah Penyelidikan ZAMAN K U A R T E R

KALA

UMUR (Juta)

Holosen

0.01

PEMERIAN Alluvial, kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan sisa tumbuhan

Plistosen

Pliosen

T E R S I E R

FORMASI

M i o s e n

Atas

1,6 5,3 (4,8) 11, (11,3)

Tml

Tengah Bawah

16,2 23 (23,7)

Oligosen 36,5

Eosen

Tema

Formasi Langap, batupasir kasar abuabu sebagian keras selang-seling dengan batu lempung berwarna putih, batubara hitam keras sebagian kusam sebagian kilap minyak

Formasi Malinau, batupasir meta sebagian warna abu-abu sebagian hitam mengandung karbon, beberapa tempat ditemukan batubara

39 (43,6) 53 (57,8)

Paleosen

3.1.4

Struktur Geologi Pengamatan struktur geologi didasarkan pada kedudukan lapisan batuan dan morfologi daerah

penyelidikan. Berdasarkan kedudukan lapisan batuan diketahui bahwa di daerah penyelidikan terdapat 2 arah umum jurus lapisan yaitu N 350O E dan N 165O E dengan arah kemiringan lapisan yang saling berlawanan. Hal ini menunjukkan bahwa daerah penyelidikan mempunyai struktur geologi berupa antiklin. Berdasarkan morfologi, diketahui dari perbukitan memanjang dengan arah Utara ke Selatan.

3.2 3.2.1

Keadaan Endapan Batubara 23

Penyebarannya

Satuan batuan pembawa batubara yang tersingkap di daerah penyelidikan yaitu Formasi Langap dan Malinau. Selama penyelidikan ini berlangsung ditemukan kurang lebih 8 singkapan batubara yang tersebar di daerah penyelidikan. Penyebaran singkapan batubara tersebut di bagian

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

barat mengikuti pola antiklin yakni tersebar sepanjang sayapnya. Singkapan terbanyak dijumpai dibagian barat dan utara daerah penyelidikan.

Foto 2 : Singkapan batubara (OC-2) di anak S. Malinau arah jurus lapisan N 157O E/15O

Foto 3 : Singkapan batubara (OC-3) di tepi jalan Desa Loreh arah jurus lapisan N 350O E/17O

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Tabel IIIA-1, Data singkapan batubara Formasi Langap dan Formasi Malinau No

Kode

Kedudukan

Koordinat

(N…O

E/…O

Tebal

Bujur Timur

Lintang Utara

1

OC-C

441.396

350.006

N 65 E/27

2

OC-IIC

441.405

350.402

N 125 E/25

0.8 Di tepi jalan

3

OC-IIIA

441.720

350.230

N 117 E/35

>1 Sungai Kecil

4

OC-IIC2

440.200

349.293

5

OC-III 1

442.424

351.243

6

OC-BST1

443.149

348.156

7

OC-BST2

444.606

347.633

N 315 E/9

>1.40 Aliran anak sungai

8

OC-BST3

444.656

347.625

N 300 E/10

1.30 Aliran anak sungai

9

OC-BST4

444.659

347.634

N 300 E/7

10

OC-BST5

443.372

347.719

N 146 E/30

>1.50 Posisi Tebing

11

OC-BST K

441.157

350.490

N 58 E/25

Tdk dpt diukur

12

OC-K1

441.301

350.588

13

OC-BDMS

443.232

347.459

N 135 E/30

>0.2 Di luar KP

14

OC-KPUC1

443.668

345.391

N 148 E/31

>7 Pit KPUC

15

OC-KPUC2

444.015

344.995

N149 E/39

>7 Pit KPUC

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

( meter)

Keterangan

Singkapan

2.1 50m di luar KP

Tdk dpt diukur krn di dasar sungai dan di luar KP N 100 E/20 N 145 E/34

0.2 Lereng Gunung >0.50

Lereng Gunung (Bekas Pit BDMS yg masuk KP)

>1.50 Bercampur dg karbon

Tdk dpt diukur

Team Geologist

Gambar III-4, Peta Lokasi Singkapan

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Batubara pada bagian ini mempunyai penyebaran yang relatif menerus dengan ketebalan yang relatif bervariasi berkisar antara 6 – 12 meter. Sudut kemiringan/dip yang landai antara 10O sampai 21O.

Foto 4 : Singkapan batubara (OC-4) di ? dengan arah jurus lapisan N 358O E/21O

Dari hasil temuan 13 singkapan di daerah penyelidikan tersebut setelah dilakukan analisa mengenai karakteristik ketebalan, jurus dan kemiringannya serta interpretasi penyebarannya, maka jumlah lapisan (seam) batubara di daerah ini ditafsirkan sebanyak 4 (empat) seam yaitu meliputi seam 6, 7, 8 dan 9. Seam 6 mempunyai ketebalan rata-rata 7 meter, seam 7 rata-rata 8 meter, seam 8 ratarata 12 meter dan seam 9 rata-rata 12 meter. Seluruh temuan batubara memperlihatkan karakteristik yang hampir sama yaitu : •

Berwarna hitam, kusam hingga kilap kaca, berlembar/berlaminasi, keras.



Ketebalan lapisan batubara umumnya regular dan cukup konstan, penipisan dan penghilangan lapisan batubara yang mendadak ditafsirkan suatu pemancungan akibat proses erosi atau secara geologi akibat pengaruh channel.

4.2.2

Kualitas Batubara Untuk mengetahui kualitas batubara sampel yang diperoleh dari lapangan telah dilakukan

analisa laboratorium untuk beberapa sampel yang dianggap mewakili dan hasilnya menunjukkan kalori berkisar 5700 kcal/kg adb sampai 7100 kcal/kg adb dengan kandungan sulfur berkisar dari 0,13% adb sampai 0,14% adb (lihat lampiran hasil analisa laboratorium).

Tabel IIIA-2, Hasil analisa kualitas batubara No

Kualitas Batubara (adb)

Code Sampel

TM (ar)

IM

ASH

VM

FC

TS

CV

1

BST – 3

10,6

6,3

3,1

42,6

47,7

0,14

7.112

2

BST– 4

13,9

10,4

2,8

4,6

82,2

0,29

6,781

3

BST – 5

13,7

10,6

0,4

7,5

81,5

0,58

6,738

4

BST – 1

14,2

10,7

1,2

35,2

49,5

0,12

5,758

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

BAB IV KEGIATAN PEMBORAN 4.1 Persiapan Pemboran Kegiatan persiapan meliputi:

 Menyiapkan peralatan bor dan fasilitas penunjang yang disesuaikan dengan target pemboran dan menyiapkan logistik di ‘Base Camp’ Long Loreh.

 Penentukan lokasi titik bor dan dudukan mesin bor yang didasarkan kepada pertimbangan geologi, kondisi medan dan ketersediaan sumber air.

 Mempersiapkan jalan dari akses mobil terakhir hingga lokasi-lokasi titik bor maupun jalan antara titik bor.

 Kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan bor, bahan bakar, oli serta fasilitas penunjang dari ‘Base Camp’ di Long Loreh hingga lokasi titik bor dan antar titik bor. 4.2 Metoda Pemboran Pemboran dilakukan untuk mengetahui kondisi dan posisi keberadaan batubara termasuk ketebalan, kedalaman dan penyebaran batubara secara horizontal dan vertikal. Pemboran secara vertikal dilakukan dengan metode “touch coring”, dimana pengambilan inti pemboran (core) hanya dilakukan pada lapisan batubara sedangkan lapisan batuan lain dibor dengan sistem ‘open hole. Pengamatan batuan dan batubara dilakukan berdasarkan jenis pecahan batuan “cutting” yang diangkut sirkulasi air pembilas pemboran yang ditampung di dalam bak-bak dan pada setiap lapisan batubara dilakukan pemboran inti (coring) (lihat fotofoto pada LAMPIRAN A). Pertama-tama saat pemboran dimulai, dilakukan pengamatan warna sirkulasi air pembilas sambil menampung “cutting” yang diangkut pada bak atau ember besar hingga terjadi perubahan warna air. Ketika warna sirkulasi air berubah, tempat penampungan dipindahkan ke bak atau ember besar yang lain. Karena perubahan warna sirkulasi air pembilas ini berarti terjadi perubahan litologi, dimana dapat dibuktikan dari jenis “cutting” yang ditampung. Lapisan batubara dapat diketahui dengan mudah dari warna hitam pekat dari sirkulasi air pembilas kemudian dilakukan pemboran inti (coring) pada lapisan batubara tersebut.

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Demikian seterusnya, setiap kali terjadi perubahan warna air pembilas bor, dilakukan pemindahan penampungan “cutting” dan deskripsi dilakukan terhadap “cutting” dan inti bor secara cermat.

4.3 Jumlah Titik Pemboran Kegiatan pemboran yang telah dilakukan di wilayah KP sebanyak 20 (dua puluh) titik bor, dimana koordinat lokasi dan kedalaman pemboran ditunjukkan pada Tabel 4. Seluruh titik bor (diberi kode DH-BST) terletak di wilayah KP, dimana jarak / spasi antara titik pemboran berkisar dari 100 meter hingga 300 meter.

Tabel 1. Data Lokasi dan Kedalaman Pemboran Yang mengandung Batubara KOORDINAT NO

HOLE

Long

Lat

Easting

Northing

KEDALAMAN PEMBORAN KETERANGAN (M) Kedalaman “bottom” lapisan 24.00 tidak tercapai (water loss)

1

DH-BST-1/6B

0441508

0350298

2 3 4 5 6 7 8 9 10

DH-BST-2/7 DH-BST-3/8 DH-BST-4/9 DH-BST-5/10 DH-BST-6/11 DH-BST-7/12 DH-BST-8/13 DH-BST-9/27 DH-BST-10/28

0441548 0441639 0441658 0441693 0441729 0441744 0441717 0442623 0442602

0350249 0350247 0350276 0350380 0350388 0350413 0350470 0349835 0349905

43.5 43.5 60.00 63.00 25.00 50.00 70.00 61.00 30.00

11

DH-BST-11/29

0442512

0349965

30.00

12

DH-BST-12/33

0441826

0350091

47.50

13

DH-BST-13/34

0442098

0350089

33.50

4.4 Hasil Pemboran/Pengamatan “Cutting” Dengan melakukan pengamatan warna sirkulasi air pembilas dan mendeskripsi “cutting” pada setiap kedalaman pemboran tertentu maka diperoleh data-data: kedalaman, ketebalan,

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

jenis, warna dan kondisi fisik (kekerasan dan kekompakan) batubara maupun batuan di bawah permukaan sebagaimana dicantumkan pada Tabel 2 (lihat juga Log Bor pada LAMPIRAN B). Ketebalan (t) dihitung menggunakan rumus: t = tebal semu x sin (90-σ)…………….(1)

σ = dip

Tabel 2. Data Hasil Pemboran ‘Coring dan Cutting’ NO

HOLE

INTERVAL KEDALAMAN BATUBARA (M)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

DH-BST-1/6B DH-BST-2/7 DH-BST-3/8 DH-BST-4/9 DH-BST-5/10 DH-BST-6/11 DH-BST-7/12 DH-BST-8/13 DH-BST-9/27 DH-BST-10/28 DH-BST-11/29 DH-BST-12/33 DH-BST-13/34

6.5 – 8.3 36.4 – 39 9.0 – 10.5 19.0 – 20.5 17.6 – 19.3 2.8 – 3.9 10.0 – 10.3 10.0 – 12.0 10 – 12 2.20 – 3.80 2.20 – 3.80 16.5 – 18.5 -

TEBAL BATUBARA TEBAL BATUBARA SEMU (M) (M) 1.8 2.6 1.5 1.5 1.7 1.1 0.3 2.00 2.00 1.60 1.80 2.00 -

1.47 2.44 1.40 1.40 1.59 1.03 1.63 1.63 1.31 1.47 1.63 -

4.4.1. Sumberdaya batubara Perhitungan Sumberdaya batubara di wilayah I PT. BUANA SARANA TAMA, dilakukan berdasarkan perkiraan pelamparan dari data bor dan singkapan karena belum adanya data geologi komprehensif seperti peta pola sebaran lapisan yang akurat, peta topografi detail dan sebagainya yang dapat dijadikan acuan untuk perhitungan sumberdaya secara akurat. Oleh karena itu, hasil perhitungan sumberdaya batubara dari kegiatan penyelidikan ini bersifat sumberdaya tereka (inferred).

Drilling Exploration Report PT. Buana Sarana Tama 2011

Team Geologist

Tabel 2. Tabel Perhitungan Sumber Daya

Average NO

Seam

Thicknes

DIP

SIN

Length

Kedalaman

Strike

50

1

A

(M) 1,6

35

0,57

8000

2

B

1,2

35

0,57

2000

TOTAL

Drilling Exploration Report

87,719 87,719

RD

Sumber Daya Inferred

1,3 1,3

1.459.649 273.684

1.733.333

Team Geologist

Gambar IV-1, Peta Lokasi Titik Bor

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan pemboran, maka beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Terdapat 20 titik bor yang dilaksanakan dalam kegiatan pengeboran Blok I PT. BUANA SARANA TAMA. 2. Ada 4 titik bor yang dilakukan core dengan ketebalan batubara dari lubang bor bervariasi antara 1.6 hingga 2 meter 3. Lithologi dari lokasi pemboran dimulai dari top soil, coral, batu lempung, batu pasir dan batubara. 4. Topografi dari lokasi pengeboran adalah perbukitan landai. 5. Vegetasi Blok I PT. BUANA SARANA TAMA adalah hutan sekunder dan semak belukar dan ditambah dengan adanya ladang penduduk di sekitar wilayah pengeboran. 5.2. Saran Jumlah sumberdaya batubara yang ada dalam diestimasi dalam laporan pemboran ini adalah sebesar 1.733.333 Metrik Ton. Agar didapatkan perhitungan sumber daya yang lebih akurat maka disarankan untuk melakukan kegiatan penyelidikan lanjutan yang lebih terencana dan sistematis, sebagai berikut : 1. Melakukan penyelidikan geologi detail dilokasi, diikuti dengan pengukuran topografi. 2. Melakukan pemetaan geologi semi-detail di area prospek Long Loreh (diantara area prospek I,II serta III) untuk membuktikan korelasi lapisan batubara diantara ketiga area prospek tersebut. 3. Melakukan pemboran dangkal sistematis dengan pola grid 100 meter x 200 meter di bilamana telah di lakukan geologi detail. 4. Melakukan pemboran dalam (mencapai kedalaman 100 hingga 150 meter) pada beberapa titik, untuk memperjelas hasil penyelidikan terdahulu yang menyimpulkan adanya keterdapatan lapisan batubara kedua dibawah lapisan dengan tebal >8 meter. ------Terima kasih-------

More Documents from "Gani Rizal"

January 2021 0
Surat Lamaran Pekerjaan
January 2021 1
Toturialmemperbesarpenis
January 2021 0
Kak Dasawisma 2018.docx
February 2021 3
Nafas Meditasi.pdf
January 2021 1