Lbm 4 Modul Tumbang

  • Uploaded by: Nisitya
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lbm 4 Modul Tumbang as PDF for free.

More details

  • Words: 3,497
  • Pages: 46
Loading documents preview...
LI LBM 4 MODUL TUMBUH KEMBANG NISITYA MAHISI URSAMAYORI 30101307024 SGD 19

Jelaskan parameter pertumbuhan anak ?

Tinggi Badan

Tumbuh kembang anak. Dr. Soetjiningsih, Sp A

Bagaimana pertumbuhan bayi normal yang sesuai degan KMS ?



Hal yang paling dilihat dari hasil pengukuran di KMS ialah tren/kurva yang bersambung dari pertumbuhan berat badan anak. Sulit sekali menilai apakah anak memiliki berat badan ideal atau tumbuh kembang secara optimal bila hanya mengandalkan satu kali pengukuran di plot KMS. Hal ini disebabkan dari datu pengukuran hanya dapat menilai kira-kira anak tersebut memiliki berat badan sesuai atau tidak dengan teman sebayanya. Namun, kitabelum bisa menyimpulkan apakah anak tersebut memiliki berat ideal sesuai tinggi badannya serta alur pertumbuhannya normal atau tidak

Mengapa nampak kurus, lemah, nafsu makan kurang, hanya suka minum air putih ?

Mengapa anak di dapatkan hipoglikemi, hipotermi, dan dehidrasi ?

Bagaimana tahapan makanan sapihan ? Waktu Penyapihan  Masa penyapihan selama umur 6 bulan sampai 2 tahun adalah masa berbahaya bagi anak karena risiko tidak mendapat energi dan zat gizi cukup bila anak tidak mendapat cukup makanan pendamping ASI, makanan keluarga, dan berhenti menyusui sebelum umur 2 tahun misalnya karena ibunya hamil lagi, sering menderita diare bila makanan pendamping ASI atau minuman terkontaminasi kuman, sering memasukkan benda-benda kotor ke mulut sehingga menyebabkan diare atau cacingan, bertemu anak-anak atau orang dewasa lain sebagai sumber infeksi yang dapat menularkan penyakit, kehilangan kekebalan yang berasal dari ASI padahal belum mampu membentuk kekebalan sendiri.    Pemberian makanan sapihan sebaiknya berangsur-angsur mulai dari yang paling lembut sampai yang lebih keras. Pemberian keaneka-ragaman bahan makanan, tekstur, rasa, dan bentuk dari menunya, dimana semakin beragam bentuk tekstur, dan rasa, semakin menguntungkan anak serta dapat menumbuhkan cita rasa anak dari perkenalan makanan yang lebih beragam. Pada saat penyapihan yang terpenting adalah pemberian ASI masih terus diberikan yang dapat diteruskan sampai umur anak 2 tahun, selain anak diuntungkan oleh pemberian susu terbaiknya, sekaligus sebagai salah satu cara ikut Keluarga Berencana, karena selama masih tetap menyusui bayi, sel telur tidak gampang terbentuk

Petunjuk penyapihan Petujuk penyapihan dapat dilakukan dengan cara pada saat jam makan dapar memberikan anak makanan padat terlebih dahulu kemudian susu formula, sehingga anak makan selagi lapar dan minum sebagai pelepas rasa hausnya. Memulai memperkenalkan makanan baru dengan cara memberikan satu atau 2 sendok teh setiap makan. Tambahkan sedikit demi sedikit menjadi 3-5 sendok teh. Memberikan makanan padat dari mangkuk atau piring, jangan mencampur sereal dengan ASI atau susu formula dalam botol susu. Anak harus selalu diajarkan perbedaan apa yang dimakan dan apa yang diminum. Perhatikan baik-baik isyarat sang anak, bila masih lapar akan membuka mulut jika sudah kenyang akan mendorong atau membelakangi makanan. Bersabarlah dengan anak anda pada saat memperkenalkan makanan padat, kadang-kadang anak perlu waktu untuk membiasakan diri dengan makanan atau cara makan yang baru.

Panduan pemberian makanan untuk penyapihan dalam tahun pertama khususnya anak umur 6-12 bulan   ASI atau susu formula yang diperkaya zat besi berupa makanan diberikan sedikit tapi sering, 4-6 kali perhari atau 30-32 gram perhari 3-5 kali perhari atau 30-32 grm perhari. Sereal bayi yang diperkaya zat besi diberikan 2-5 sendok makan perhari), dicampur ASI atau susu formula. Sereal bayi atau sereal panas lain (5-8 sendok makan perhari) berupa potongan kecil roti bagel atau biskuit. Pemberian jus buah diberikan 2-8 gram perhari. Sayur berwarna kuning, orange dan hijau yang disaring atau dihaluskan, ½-1 botol berukuran 10 cc atau ½ cangkir perhari. Buah segar dan matang yang disaring atau dihaluskan, ½-1 botol berukuran 50 gram atau ½ cangkir perhari. Semua buah segar, dikupas dan dibuang bijinya ½ cangkir perhari. Pilihlah buah yang sesuai dengan balita yaitu tidak berbau merangsang. Pemberian protein berupa Yoghurt polos (bisa dicampur dengan buah atau saus apel) pure daging 3-4 sendok makan perhari. Daging tanpa lemak, ayam, ikan (disaring atau dalam potongan kecil halus), kuning telur, yoghurt, keju lembut. Potongan kecil dan halus dari daging, ayam atau ikan, telur, keju, mentega 4-5 sendok makan perhari

Bagaimana hubungan permberian makanan sapihan yang mulai diberikan usia 2 bulan dengan keadaan sekarang Mengapa umur 6 bl adalah saat terbaik anak mulai diberikan MPASI   1.    Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit.  Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bl belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dg membuka pintu gerbang masuknay berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bl, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.   2.    Saat bayi berumur 6 bl keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI.   Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bl.  3.    Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan Saat bayi berumur < 6 bl, sel2 di sekitar usus belum siap utk kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. 4.    Menunda pemberian MPASI hingga 6 bl melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Proses pemecahan sari2 makanan yg belum sempurna. Pada beberapa kasus yg ekstrem ada juga yg perlu tindakan bedah akibat pemberian MPASi terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bl.  

Mengapa 3 hari ini kondisi anak memburuk, lemah, kesadaran menurun ?

Mengapa anak sejak umur 1 tahun menderita KEP berat, sering diare serta batuk pilek ? Sertakan klasifikasi KEP

scoring system menurut Mc Laren,1967  Gejala klinik skor  Edema 3             

Dermatosis Edema + dermatosis Hair chane Hepatomegali Serum albumin/total protein < 1,00/ < 3,25 1,00-1,49 / 3,25-3,99 1,5-1,99 / 4,00-4,75 2,00-2,49 / 4,75-5,49 2,50-2,99 / 5,50-6,24 3,00-3,49 / 6,25-6,99 3,50-3,99 / 7,00-7,74 >4,00 / >7,75

Penilaian : Skor 0-3 : marasmus Skor 4-8 : marasmus-kwasiorkor Skor 9-15 : kwasiorkor  

2 6 1 1 7 6 5 4 3 2 1 0



Klasifikasi berdasarkan hasil lokakarya antropometri gizi, 29-31 Mei 1975 › KEP ringan : bila BB menurut

umur (BB/U) = 80-70% dan / atau BB menurut TB (BB/TB) = 90-80% baku median WHO-NCHS › KEP sedang : bila BB menurut umur (BB/U) = 70-60% dan / atau BB menurut TB (BB/TB) = 80-70% baku median WHO-NCHS 

KEP berat : bila BB menurut umur (BB/U) = < 60% dan / atau BB menurut TB (BB/TB) = < 70% baku median WHONCHS

a.          

  

Kwashiorkor

Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) Wajah membulat dan sembab Pandangan mata sayu Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok Perubahan status mental, apatis, dan rewel Pembesaran hati Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) Sering disertai: - penyakit infeksi, umumnya akut anemia diare.

b. Marasmus:    - Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit  - Wajah seperti orang tua  - Cengeng, rewel  - Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/”baggy pants”)  Perut cekung  Iga gambang  - Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)  diare

c. Marasmik-Kwashiorkor: Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klnik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHONCHS disertai edema yang tidak mencolok.

Cara mendiagnosis KEP ! 





 

Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit dll), tidak didasarkan pada Berat Badan anak menurut Umur (BB/U). Pemeriksaan BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Pemantauan berat badan anak dapat dilakukan di masyarakat (misalnya posyandu) atau di sarana pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas dan Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit), dalam bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis “Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median. Sedangkan anak didiagnosis gizi kurang jika “BB/PB atau BB/TB < - 2 SD atau 80% median”

Mengapa kurva pertumbuhan BB dari KMS anak tersebut growth faltering ? GAMBAR ! Pola pertumbuhan yang lain !

Mengapa 1 bulan ini kedua kaki atau tungkai bengkak tapi tubuh lainnya tampak kurus ? KEP ALBUMIN MENURUN

TEKANAN ONKOTIK MENURUN TEKANAN HIDROSTATIK MENINGKAT

EKSTRAVASASI CAIRAN

EDEMA

Pencegahan KEP

Penatalaksanaan KEP SEPULUH LANGKAH UTAMA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK LANGKAH KE-1: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA   Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersamasama, seringkali sebagai tanda adanya infeksi. Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia ( suhu ketiak <36C/suhu dubur <36C). Pemberian makanan yang sering penting untuk mencegah kedua kondisi tersebut.   Bila kadar gula darah dibawah 50 mg/dl, berikan:    50 ml “bolus” (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa 10%  (1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau pipa naso-gastrik.  Selanjutnya berikan larutan tsb. setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)  Berikan antibiotika (lihat langkah 5)  Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6)

  Pemantauan :    Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam. Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit  Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml (bolus) larutan glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap 30 menit sampai stabil.  Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36C dan/atau kesadaran menurun.   Pencegahan :    Mulai segera pemberian makan setiap 2 jam (langkah 6), sesudah dehidrasi yang ada dikoreksi.  Selalu memberikan makanan sepanjang malam.     Catatan : Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP berat/gizi buruk menderita hipoglikemia dan atasi segera dengan ditatalaksana seperti tersebut di atas.

LANGKAH KE-2: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOTERMIA    Bila suhu ketiak <36C : periksalah suhu dubur dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada pemeriksaan dengan termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia.    Bila suhu dubur <36C : Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dada ibu, selimuti (metoda kanguru). Berikan antibiotika (lihat langkah 5).  

Pemantauan: - Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5C, bila memakai pemanas ukur setiap 30 menit - Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hari - Raba suhu anak - Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.   Pencegahan:  Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6).  Sepanjang malam selalu beri makan  Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas tempat tidur)  Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu lama).

LANGKAH KE-3: PENGOBATAN/PENCEGAHAN DEHIDRASI    Jangan menggunakan “jalur intravena / i.v.” untuk rehidrasi kecuali pada keadaan syok/renjatan. Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. (Lihat penanganan kegawatan).  Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium dan kurang kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai pengganti, berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition atau penggantinya, lihat lampiran 6).



Tidaklah mudah untuk memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat/gizi buruk dengan menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat/gizi buruk dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi:

  •

• •

• •

• • • •

Cairan Resomal / pengganti sebanyak 5 ml/KgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik.   Selanjutnya beri 5–10 ml/kg/jam untuk 4–10 jam berikutnya; jumlah tepat yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.   Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.   Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6).   Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan anak mulai kencing

Pemantauan   • Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam selama 2 jam pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya.dengan memantau:   • denyut nadi • pernafasan • frekwensi kencing • frekwensi diare/muntah. • Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah berlangsung, tetapi pada KEP berat/gizi buruk perubahan ini seringkali tidak terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi yang cepat dan menetap selama rehidrasi menunjukkan adanya infeksi atau kelebihan cairan. • Tanda kelebihan cairan: frekwensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan segera pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam. Pencegahan:    Bila diare encer berlanjut:  Teruskan pemberian formula khusus (langkah 6)  Ganti cairan yang hilang dengan Resomal / pengganti (jumlah + sama)  Sebagai pedoman, berikan Resomal/pengganti sebanyak 50-100 ml setiap kali buang air besar cair  Bila masih mendapat ASI, teruskan.

LANGKAH KE-4: KOREKSI GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT   Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan.  Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati edema dengan pemberian diuretikum) Berikan :   • Tambahan Kalium 2-4 mEq/kg BB/hari (= 150300 mg KCl/kgBB/hari) • Tambahkan Mg 0.3-0.6 mEq/kg BB/hari (= 7.515 mg MgCl2 /kgBB/hari) • Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti) • Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam.  • Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan tersebut pada 1 liter formula, dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg. (Lihat lampiran 6 untuk cara pembuatan larutan).

LANGKAH KE-5: PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI   Pada KEP berat/gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak. Karenanya pada semua KEP berat/gizi buruk beri secara rutin :  Antibiotik spektrum luas  Vaksinasi Campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah diimunisasi (tunda bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik.  

Catatan:   Beberapa ahli memberikan metronidazol (7.5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari) sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan mucosa usus dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat pertumbuhan bakteri anaerobik dalam usus halus.   Pilihan antibiotik spektrum luas:  Bila tanpa komplikasi: Kotrimoksasol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2 x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila berat badan < 4 Kg)   Atau  Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia: hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas atau saluran kencing), beri :  Ampisilin 50 mg/kgBB/i.m./i.v. – setiap 6 jam selama 2 hari, dilanjutkan dengan Amoksisilin secara oral 15 mg/KgBB setiap 8 jam selama 5 hari. Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral. Dan  Gentamicin 7.5 mg /Kg/BB/i.m./i.v. sekali sehari, selama 7 hari.  Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25 mg/kg/BB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hari.   Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria positif.  Bila anoreksia menetap setelah 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian hingga 10 hari.  Bila masih tetap ada, nilai kembali kadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi infeksi, kemungkinan adanya organisme yang resisten serta apakah vitamin dan mineral telah diberikan dengan benar.

LANGKAH KE-6: MULAI PEMBERIAN MAKANAN   Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-nati karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.   Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal.   Prinsip pemberian nutrisi pada fase ini adalah :  Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso-osmolar.  Berikan secara oral/nasogastrik  Energi : 80 – 100 kal/kgBB/hari  Protein : 1 – 1.5 g/kgBB/hari  Cairan : 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila terdapat edema)  Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.    Formula khusus seperti F-WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas: (lihat tabel 2 halaman 24). Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan dengan sendok / pipet.    Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema, jadwal pemberian makanan pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai dari 80 Kkal/kg BB/hari, berikan sisa formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih 100 Kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi ini.   

Pantau dan catat :    Jumlah yang diberikan dan sisanya  Muntah  Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja  BB (harian).  Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik, tetapi pada penderita dengan edema BBnya akan menurun dulu bersamaan dengan menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.  Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah berhati-hati, lihat bab diare persisten.

LANGKAH KE-7: FASILITASI TUMBUH KEJAR   Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan  50 g/minggu. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu setelah dirawat. Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung dan intoleransi saluran cerna yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.   Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula khusus awal ke formula khusus lanjutan :    Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.  Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari). 

Pemantauan pada masa transisi:    frekwensi nafas  frekwensi denyut nadi  Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.   Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:    Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.  Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari  Protein 4-6 gram/kgBB/hari  Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.   Pemantauan setelah periode transisi:   Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan :  Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.  Evaluasi kenaikan BB setiap minggu    Bila kenaikan BB:   kurang ( <50 g/minggu ), perlu re-evaluasi menyeluruh : cek apakah asupan makanan mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi. Baik ( 50 g/minggu), lanjutkan pemberian makanan

LANGKAH KE-8: KOREKSI DEFISIENSI MIKRO NUTRIEN   Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah minggu ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya.   Berikan setiap hari:   • Suplementasi multivitamin • Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama) • Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari • Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari • Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10 mg/kgBB/hari • Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000 SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat suplementasi vit.A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda/gejala defisiensi vit.A, berikan vitamin dosis terapi.

LANGKAH KE-9: BERIKAN STIMULASI SENSORIK DAN DUKUNGAN EMOSIONAL   Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya berikan:    Kasih sayang  Lingkungan yang ceria  Terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari  Aktifitas fisik segera setelah sembuh  Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb).  

LANGKAH KE-10: TINDAK LANJUT DI RUMAH   Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak sembuh. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah penderita dipulangkan.   Peragakan kepada orangtua :    pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat  terapi bermain terstruktur.   Sarankan:   Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur:  bulan I : 1x/minggu  bulan II : 1x/2 minggu  bulan III : 1x/bulan.  Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)  Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.

Komplikasi

Hubungan gizi buruk dengan : - gangguan aborsi - resiko gagal jantung, gangguan metabolik dan elektrolit

Related Documents

Lbm 4 Modul Tumbang
January 2021 1
Lbm 4 Tumbang
January 2021 1
Lbm 4 Tumbang
January 2021 2
Lbm 4 Tumbang
January 2021 1
Tumbang Lbm 4
January 2021 0
Lbm 4 Tumbang
January 2021 1

More Documents from "pademot"

Lbm 4 Modul Tumbang
January 2021 1