Lbm 4 Tumbang

  • Uploaded by: anisa
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lbm 4 Tumbang as PDF for free.

More details

  • Words: 6,301
  • Pages: 32
Loading documents preview...
Step 7 1. Mengapa bayi tampak kurus lemah, nafsu makan sangat kurang, sering rewel dan hanya suka minum air putih? Karena asupan makanan juga tidak memadai jadi hanya sedikit energi yang dihasilkan oleh tubuh anak tersebut, padahal makanan itu sangatlah penting karena dari makanan tersebut energi akan dihasilkan. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap membutuhkan tenaga untuk bernafas, degup jantung, serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya. Namun, makanan perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jumlahnya harus memadai, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan sehari-hari (Nadesul, 2001). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein

dan

lemak merupakan

hal

yang

sangat

penting

untuk

mempertahankan

kehidupan;karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangatsedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnyakatabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asamamino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energikalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akanmempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kirakehilangan separuh dari tubuh. Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak . Jilid 1. Jakarta : FKUI

2. Apa yang di maksuddengan KEP jelaskansertasebutkanklasifikasinya? Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu : 



   

Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.

Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CD KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC) KEP berat : £ 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)



KwarsiorKhor - Oedem *Minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema * Derajat edema: +  Pada tangan & kaki ++  Tungkai & lengan +++  Seluruh tubuh (wajah & perut) * Derajat edema utk menentukan jumlah cairan yang diberikan - Wajah membulat dan sembab - Pandangan mata sayu - Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit,rontok - Perubahan status mental: apatis & rewel - Pembesaran hati - Otot mengecil (hipotrofi) - Kelainan kulit berupa bercak merah muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) - Sering disertai: peny. infeksi (umumnya akut), anemia, dan diare



Marasmus - Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit - Wajah seperti orang tua - Cengeng, rewel - Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar-baggy pants) - Perut umumnya cekung - Iga gambang - Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare Maasmik-kwarsiorkhor Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus dengan BB/TB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok



KEP secara klinis terdapat 3 tipe, yaitu Kwashiorkor, marasmus, & marasmikkwashiorkor. KEP ringan atau sedang disertai edema yang bukan karena penyakit lain disebut KEP berat tipe kwashiorkor. KEP berat tipe kwashiorkor  Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis)  Wajah membulat & sembam  Pandangan mata sayu  Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok  Perubahan status mental ; cengeng, rewel, kadang apatis

  

Pembesaran hati Otot mengecil (hipotrofi) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman & terkupas (Crazy pavement dermatosis)  Sering disertai infeksi, anemia, diare KEP berat tipe marasmus  Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit  Wajah seperti orang tua  Cengeng, rewel  Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, sampai tidak ada  Perut cekung  Sering disertai penyakit kronik, diare kronik KEP berat tipe Marasmik-kwashiorkor Gambaran klinis merupakan campuran dari keduanya, dengan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok. (Kapita Selekta Kedokteran 2, IKA, HAL.514) Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbedabeda, pada derajat yang ringan sampai berat. Beberapa pengertian Kurang Energi Protein (KEP): 







KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80 % indeks berat badan menurut (BB/U) baku WHO-NCHS. Istilah Kurang Energi Protein (KEP) digunakan untuk menggambarkan kondisi klinik berspektrum luas yang berkisar antara sedang sampai berat. KEP yang berat memperlihatkan gambaran yang pasti dan benar (tidak mungkin salah) artinya pasien hanya berbentuk kulit pembungkus tulang, dan bila berjalan bagaikan tengkorak (Daldiyono dan Thaha, 1998). KEP adalah gizi buruk yang merupakan suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk itu sendiri adalah bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun atau kekurangan gizi tingkat berat. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus, kwashiorkor dan kombinasi marasmus kwashiorkor (Soekirman (2000). KEP terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori dan protein atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan ketimbang yang lain.

Almatsier (2004) mengatakan KEP adalah sindroma gabungan antara dua jenis kekurangan energi dan protein, dimana sindroma ini merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Beberapa tipe Kurang Energi Protein (KEP) dapat disebutkan, bahwa KEP atau gizi buruk pada tingkat ringan atau sedang, belum menunjukkan gejala sakit. Masih seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati dengan seksama badannya mulai kurus. Sedangkan bagi KEP yang tingkat berat yang disertai dengan gejala klinis disebut marasmus atau kwashiorkor, dimasyarakat lebih dikenal sebagai “busung lapar”. Jika kondisi KEP cukup berat dikenal dengan istilah marasmus dan kwashiorkor, masing-masing dengan gejala yang khas, dengan kwashiorkor dan marasmik ditengahtengahnya. Pada semua derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan disamping gejala-gejala klinis maupun biokimiawi yang khas bagi tipenya. Klasifikasi KEP digunakan untuk menentukan prevalensi KEP disuatu daerah dengan melihat derajat beratnya KEP, hingga dapat ditentukan persentase gizi kurang dan berat di daerah tersebut (Pudjiadi, 2005) "Arial","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">. Beberapa tipe KEP antara lain adalah sebagai berikut : Marasmus. Marasmus adalah malnutrisi pada pasien yang menderita kehilangan lebih dari 10 % berat badan dengan tanda-tanda klinis berkurangnya simpanan lemak dan protein yang disertai gangguan fisiologik. Tanpa terjadi nya cedera/kerusakan jaringan atau sepsis (Daldiyono dan Thaha, 1998).

Marasmus disebabkan oleh kekurangan energi. Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting/merusak. Marasmus pada umumnya merupakan penyakit pada bayi (dua belas bulan pertama), karena terlambat diberi makanan

tambahan. Marasmus merupakan penyakit kelaparan dan terdapat pada kelompok sosial ekonomi rendah (Almatsier, 2004). Gejala klinis dari tipe KEP marasmus menurut Depkes RI, tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar), perut cekung, iga gambang dan sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) serta diare kronik atau konstipasi/susah buang air. Kwashiorkor. Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering terjadi pada anak yang terlambat menyapih sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbang terutama dalam hal protein. Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup atau lebih (Almatsier, 2004). Adapun gejala klinis dari tipe KEP kwashiorkor adalah ; edema umumnya diseluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak ; wajah membulat dan sembab ; pandangan mata sayu ; rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok ; perubahan status mental, apatis dan rewel ; pembesaran hati ; otot mengecil (hipotropi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk ; kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Crazy pavement dermatosis) dan sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut serta anemia dan diare. Marasmus-Kwashiorkor. Tipe marasmus-kwasiorkor terjadi karena makanan sehariharinya tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan normal. Pada tipe ini terjadi penurunan berat badan dibawah 60 % dari normal. Gejala klinis dari tipe marasmus dan kwashiorkor adalah merupakan gabungan antara marasmus dan kwashiorkor yang disertai oleh edema, dengan BB/U < 60 % baku Median WHO NCHS. Gambaran yang utama ialah kwashiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan pengurangan lemak bawah kulit seperti pada marasmus. Jika edema dapat hilang pada awal pengobatan, penampakan penderita akan menyerupai marasmus. Gambaran marasmus dan kwashiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi oleh kekurangan protein yang parah (Arisman, 2004).

Kurang Energi Protein (KEP) adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi sebagai “ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh bagi mereka untuk

menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi tertentu.” Kurang Energi Protein (KEP) berlaku untuk sekelompok gangguan terkait yang termasuk marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor. Marasmus berasal dari kata Yunani marasmos, yang berarti layu atau wasting. Marasmus melibatkan kurangnya asupan protein dan kalori dan ditandai oleh kekurusan. Para kwashiorkor istilah diambil dari bahasa Ga dari Ghana dan berarti “penyakit dari penyapihan.” Williams pertama kali digunakan istilah tahun 1933, dan mengacu pada asupan protein yang tidak memadai dengan wajar (energi) asupan kalori. Edema adalah karakteristik dari kwashiorkor tetapi tidak ada dalam marasmus. Studi menunjukkan bahwa marasmus merupakan respon adaptif terhadap kelaparan, sedangkan kwashiorkor merupakan respon maladaptif kelaparan. Anak-anak dapat hadir dengan gambaran beragam marasmus dan kwashiorkor, dan anak-anak dapat hadir dengan bentuk ringan dari kekurangan gizi. Untuk alasan ini, disarankan Jelliffe protein-kalori panjang (energi) gizi buruk untuk menyertakan kedua entitas. Meskipun kekurangan energi protein mempengaruhi hampir semua sistem organ, artikel ini terutama berfokus pada manifestasi kulit nya. Pasien dengan kekurangan energi protein juga mungkin memiliki kekurangan vitamin, asam lemak esensial, dan elemen, yang semuanya dapat menyebabkan dermatosis mereka. KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD– 3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition). Sehimgga pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.

3. Bagaiamanahubungan status gizidengananak yang seringsakitdiare?  ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

   



Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. Coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pencernaan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

4. Apainterpretasidaripx.fisik? jelaskan 5. Jelaskan apa itu MP ASI?

6. Apahubungantidakpernahmakandaging / ikan, tiapharimakannasidansayuskadangkadangmakantempemakantelurjugansngatjarangdengankeluhan di skenario? sudah 7. Mengapaanakseringsakitdiaredanbatukpilek? Diare Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan tidak dapat memberikan perlindungan yang besar pada bayi dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MPASI sebelum bayi berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif (Utami, 2001). Makanan pendamping ASI harus diberikan tepat pada waktunya, artinya bahwa semua bayi harus mulai mendapatkan makanan sebagai tambahan ASI dari umur 6 bulan kedepan. Makanan harus diberikan secara adekuat, yang berarti bahwa nilai nutrisi dari makanan pendamping ASI harus sama dengan ASI. Makanan harus dipersiapkan dan diberikan dengan cara yang aman, harus dipastikan memiliki resiko sekecil

mungkin dari kontaminasi patogen. Dan makanan harus diberikan dengan cara layak secara tekstur dan jumlah yang cukup, (Suhardjo, 1999). Patogenesis diare : a) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya amkanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan psmotik dalam rongga usus meninggi, sehinggaterjadi pergeeseran elektrolit dan air kedalam rongga usus, isi rongga usus yag berlebihan akan erangsang usus untuk mengeluarkan sehingga terjad diare b) Gangguan sekresi Akibat rangsangan ternteu, ex . toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya menyebabkan diare c) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan menyebabakan berkurangnya kesempatan susu untuk menyerap makann sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik menurun maka akan menyebakan bakteri tumbuh berlebih dan sebabkan diare Buku kuliah 3 ilmu kesehatan anak. Fkui. Halaman 284 Batuk Pilek Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Nency, 2005).

Risiko pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan berbahaya karena pemberian makanan yang terlalu dini dapat menimbulkan solute load hingga dapat menimbulkan hyperosmolality, kenaikkan berat badan yang terlalu cepat dapat menyebabkan obesitas, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan yang diberikan pada bayi. Bayi yang mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan pada ginjal bayi yang belum matang, dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang membahayakan dalam penyediaan dan penyimpanan makanan (Pudjiadi, 2000). Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (Ariani, 2008):

a) Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini, makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan produksi ASI ibu akan lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. b) Anak mendapat faktor perlindungan dari ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat. c) Risiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI. d) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, bubur nya berkuah dan sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit. e) Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil lagi. Pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi cenderung mengandung protein dan lemak tinggi sehingga pada akhirnya akan berdampak pada konsumsi kalori yang tinggi dan mengakibatkan obesitas (Albar, 2007). Sumber : Suhardjo. 1992. Pemberian makanan pada bayi dan anak. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

8. Bagaimanaseharusnyakurvapertumbuhan KMS padaanaknormaldanmacamKurva abnormal? 9. Mengapa KMS di bawahgarismerah? Cara Memantau Pertumbuhan Balita

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).

a) Balita naik berat badannya bila :

(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

b) Balita tidak naik berat badannya bila :

c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

HIJAU  pertumbuhan normal, semakin naik tiap bulannya KUNING  di atas hijau: kelebihan gizi MERAH  kekurangan gizi. 10. Bagaimanacaramenilai status gizipadaanakdanjelaskanklasifikasinya? Penilaian Status Gizi

Penentuan status gizi anak KLINIS Gizi buruk

Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua

ANTROPOMETRI (BB/TB-PB) < -3 SD

punggung kaki sampai seluruh tubuh Gizi kurang Tampak kurus ≥ -3 SD - <-2 SD Gizi Baik Tampak sehat -2 SD - +2 SD Gizi lebih Tampak Gemuk > +2 SD Buku BAgan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku 1, Depkes 2006

Untuk menilai status gizi bagi anak balita(0-59 bulan) dilakukan dengan melihat tabel status gizi. Untuk menilai status gizi anak usia 5-18 tahun dihitung IMTnya kemudian di bandingkan dengan umur pada tabel standar status gizi IMT/U. Untuk usia diatas 5 tahun atau dewasa dilakukan dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh). Yang dihitung dengan rumus :

Kategori, IMT orang dewasa Asia

BMI (kg/m²) < 18,5 18,5-22,9 23,0 - 26,9 27,0 - 29,9 >=30

Kategori Gizi kurang Normal Overweight Obese Obese II

Sumber : (WHO, 2000)

11. Bagaimanaalurpenegkan diagnosis dariskenario? 1. Anamnesis Dengan anamnesi yang baik akan diperoleh informasi tentang riwayat nutrisi selama dalam kandungan ,saat kelahiran,keadaan waktu lahir, (termasuk berat dan panjang badan) penyakit dan kelainan yang diderita ,data imunisasi data keluarga serta riwayat kontak dengan penderita penyakit menular. 2. Pemeriksaan jasmani a.

Bentuk tubuh serta perbandingan bagian kepala,tubuh dan anggota gerak.

b.

Demikian keadaan mental anak yang bersifat komposmentis,bersifat cengeng atau apatik.

c.

Pada kepala yang perlu mendapat perhatian khusus adalah rambut (warna ,tekstur,mudah dicabut), wajah serupa anak sehat, orang tua susah, wajah bulan), mata yang mencakup sinar mata (biasa, sayu atau apatik) bulu mata (biasa atu lurus, panjang dan jarang).

d.

gejala defesiensi vit A, serta mulut (stomatitis, noma).

e.

pada torak diperiksa bentuk seperti gambang atau adanya tanda rakitis.

f.

Abdomen mungkin tampak biasa atau membuncit ,teliti adanya asites, hepatomegali, splenomegali.

g.

Terhadap ekstremitas perhatikan adanya edema dan hipotrofi otot ,sedangkan pada kulit perlu diperiksa tanda perdaarhan, hyperkeratosis, dermatosis ,dan crazy pavement.

3. Antropometri Ukuran antropometri yang bermanfaat dan sering dipakai adalah BB,PB/ TB, LK, Lingkar lengan atas,dan lipatan kulit. BB merupakan indicator tunggal terbaik pada saat ini untuk menilai keadaan gizi dan tumbuh kembang. Di kilinik BB dimanfaatkan untuk -dasar perhitungan dosis obat dan asupan makanan -pemantau keadaaan kesehatan misalnya ketika sakit menilai keadaan gizi serta tumbuh kembang. Tinggi badan merupakan indicator kedua terpenting. TB akan meningkat terus walaupun laju tumbuh berubah. Lingkar kepala mencerminkan volume intrakarnial, ukuran ini dinilai untuk menilai pertumbuhan otak, laju tumbuhnya sangat pesat pada 6 bulan pertama yaitu dari 35 cm saat lahir, 43cm umur 1 tahun, dan 49cm umur 2 tahun, selajutnya melambat secara drastic. 4. pemeriksaan labolatorium Terutama mencakup pemeriksaan darah rutin seperti kadar HB, dan protein serum (albumin globulin) serta pemerikaan kimia darah (kadar hormone, perbandingan asam amino esensial-non esensial, lipid dan kadar kolesterol). 5. pemeriksaan radiology Terutama untuk menilai umur biologic misalnya umur tulang yang biasanya dilakukan bila terdapat dugaan gangguan atau hamabatan pertumbuhan. SUMBER : Ilmu Kesehatan Anak, Volume I, Nelson Z Score (Standard Deviation Unit)

SDscore :

observedvalue   medianreferencevalue s tan darddeviationofreferencepopulation

SUMBER : Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku I

12. Bagaimanapatofisiologi dari diagnosis banding? Marasmus Pada keadaan ini yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit yang pada mulanya merupakan

kwashiokor Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak

proses fisiologis.untuk kelangsungna hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makannan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan untuk memnuhi kebutuhan energi tersebut . Penghancuran kalori pada defisiensi kalori saja tidak membantu memenuhi kebutuhan eneergi, akan tetapi juga emmungkinkan untuk sintesa glukosa dan metabolit asam metabolit esensial lainya seperti asam amino dan komponen homeostatik , oleh karena itu pada marasmus berat kadang masih ditemukan asam amino yang normal sehingga hati masih dapat cukup membentuk albumin Gejala:  Pertumbuhan terhenti atau berkurang  Anak masih mengis walauun sduah minum atau minum susu  Konstipasi atau diare,jika diare maka akan terlihat bercak hijau tua yang terdiri dari lendir dan sedikit tinja  Jaringan lemak dibawah kulit menghilang, sehingga kehilangan turgor dan keriput  Berta : lemak pipi menghilang, seperti orng tua  Vena superfisialis tampak jelas, ubun ubun cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol  Mata besar dan dalam  Ujung tangan dan kaki tampak sianosis dan dingin  Perut buncit atau cekung dan gambaran usus jekas  Otot atrofi  Anak penakut  apatis

Ilmu kesehatan anak. FKUI. Halamn 361-366

13. Bagaimanakomplikasidari diagnosis? Dampak KEP

terjadi katabolisme jaringan yang berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan hati disebabkan gangguan pembentukan lipoproteinbeta sehingga transportasi lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar. Gejala :  Pertumbuhan terganggu  Perubahan mental , cengeng kemudian menjadi apatis  Edem baik ringan maupun berat  GIT : anoreksia demikian hebatnya, sehingga pemberian makan ditolak dan hanya dnegna sondase lambug, diare , intolerasni laktosa sehingga pemberian sus formula dapat memperparah  Perubahan rambut baik warna maupun tektuknya, dimaan rambut mudah dicabut, penderita kwashiokor lanjut : nampak kusam,kering, halusd an jarang dn berubah warnanya menjadi putih  Kulit : hiperpigmentasid an persisikan kulit , crazy pavement dermatosis ( bercak putih merah muda atau putih dengan tepi hitam pada dserah yang mendapat tekanan , ex: bokong, fossa popitea, lutut kemudian menjadi merah dna hitan dan menelupas , kadang ditemukan petekie  Pembesaran hati hingga setinggi pusat, diraba kenyal,permukaan licin, pinggir tajam, dan perlemkana hebat  Anemia ringan , terbanyak normokromik normositik karena berkurangnya sel sistem eritropoietik dalam susmsum tulang karena defisiensi bessi,defisieensi faktor hati, kerusakan hati dan def. Vit b kompleks  Kelianan kimia darah : albumin rendah, globulin norml atau sedikit meninggu

Banyak dampak merugikan yang diakibatkan oleh KEP, antara lain yaitu merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental anak, serta merupakan salah satu penyebab dari angka kematian yang tinggi ( Sihadi, 2000 ). Anak yang menderita KEP apabila tidak segera ditangani sangat berisiko tinggi, dan dapat berakhir dengan kematian anak. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya kematian bayi yang merupakan salah satu indikator derajat kesehatan ( Latinulu, 2000 ). Menurut Jalal ( 1998 ) dikatakan bahwa dampak serius dari kekurangan gizi adalah timbulnya kecacatan, tingginya angka kecacatan, dan tingginya percepatan kematian. Dilaporkan bahwa lebih dari separuh kematian anak di negara berkembang disebabkan oleh KEP. Anak-anak balita yang menderita KEP ringan mempunyai resiko kematian dua kali lebih tinggi dibandingkan anak normal. Hal ini didukung oleh Sihadi ( 1999 ) yang menyatakan bahwa kekurangan gizi diantaranya dapat menyebabkan merosotnya mutu kehidupan, tergangguanya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental anak, serta merupakan salah satu, sebab dari angkat kematian yang tinggi pada anak-anak. Anak-anak dengan malnutrisi dini mempunyai peluang lebih tinggi untuk mengalami retardasi pertumbuhan fisik jangka panjang, perkembangan mental yang suboptimal, dan kematian dini apabila dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Malnutrisi juga dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan fisik yang pada gilirannya berhubungan dengan risiko kematian yang tinggi ( Karyadi, 1971 ). Hal tersebut didukung oleh Astini ( 2001 ) yang menyatakan bahwa pada masa pasca natal sampai dua tahun merupakan masa yang amat kritis karena terjadi pertumbuhan yang amat pesat dan terjadi differensiasi fungsi pada semua organ tubuh. Gangguan yang terjadi pada masa ini akan menyebabkan perubahan yang menetap pada struktur anatomi, biokimia, dan fungsi organ. Jadi setiap gangguan seperti buruknya status gizi dapat mempengaruhi bayi secara psikologi, menyebabkan apatis, depresi, keterlambatan perkembangan, dan menarik diri dari lingkungan. Kurang gizi juga akan menyebabkan timbulnya infeksi dan sebaliknya penyakt infeksi akan memperburuk kekurangan gizi. Infeksi dalam derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi, sedangkan malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Hal ini akan bertambah buruk bila keduanya terjadi dalam waktu yang bersamaan ( Pudjiadi, 2000 ). Hubungan antara KEP dengan penyakit infeksi dapat dijelaskan melalui mekanisme pertahanan tubuh yaitu pada balita yang KEP terjadi kekurangan masukan energi dan protein ke dalam tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk membentuk protein baru berkuang. Hal ini kemudian menyebabkan pembentukan kekebalan tubuh seluler terganggu, sehingga tubuh menderita rawan serangan infeksi ( Jellife, 1989 ). SUMBER : Kejadin KEP, oleh Edwin Saputra FKM UI, 2009, Jurnal Universitas Indonesia Jakarta





Pada anak-anak KEP dapat : 

Menghambat pertumbuhan



Rentan terhadap penyakit infeksi



Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan

Pada orang dewasa, KEP dapat : 

Menurunkan produktifitas kerja



Menurunkan derajat kesehatan



Rentan terhadap serangan penyakit

SUMBER : Kurang Energi Protein ( KEP ), Dyah Umiyarni p, SKM, M.Si Kwashiokor KOMPLIKASI Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.

14. Bagaimanapenatalaksanaaan? Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit : Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)          

Penanganan hipoglikemi Penanganan hipotermi Penanganan dehidrasi Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Pengobatan infeksi Pemberian makanan Fasilitasi tumbuh kejar Koreksi defisiensi nutrisi mikro Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

Perawatan Medis 

Pada anak dan orang dewasa, langkah pertama dalam pengobatan kekurangan energi protein (KEP) adalah untuk mengoreksi kelainan cairan dan elektrolit dan untuk mengobati setiap infeksi. Kelainan elektrolit yang paling umum adalah hipokalemia, hipokalsemia, hypophosphatemia, dan hypomagnesemia.

 



Pemberian makronutrien harus dimulai dalam waktu 48 jam di bawah pengawasan spesialis gizi. Sebuah studi double-blind dari 8 anak dengan kwashiorkor dan ulserasi kulit menemukan bahwa pasta seng topikal lebih efektif dibandingkan plasebo dalam bidang penyembuhan kerusakan kulit. Suplemen seng oral juga ditemukan efektif. Langkah kedua dalam pengobatan kekurangan energi protein (yang mungkin tertunda 2448 jam pada anak) adalah menyediakan macronutrients dengan terapi diet. Susu formula berbahan dasar adalah pengobatan pilihan. Pada awal pengobatan diet, pasien harus diberi makan ad libitum. Setelah 1 minggu, harga asupan harus mendekati 175 kkal / kg dan 4 g / kg protein untuk anak-anak dan 60 kkal / kg dan 2 g / kg protein untuk orang dewasa. Sebuah multivitamin setiap hari juga harus ditambahkan.

Pengobatan penyakit penyerta 

Defisiensi vitamin A Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :

1. umur > 1 tahun 2. umur 6 – 12 bulan 3. umur 0 – 5 bulan 



: 200.000 SI/kali : 100.000 SI/kali : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan : Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari. Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali Dermatosis Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida. Tatalaksana :

1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10 menit 2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor) 3. usahakan agar daerah perineum tetap kering 4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral  



Parasit/cacing Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain. Diare berkepanjangan Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari. Tuberkulosis Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.

Tindakan kegawatan 

Syok (renjatan) Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan keduanya secara klinis saja. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi. Pedoman pemberian cairan :

1. Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. 2. Evaluasi setelah 1 jam : 3. Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status hidrasi ® syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti). 4. Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F75/pengganti) 

Anemia berat Transfusi darah diperlukan bila : Hb < 4 g/dl atau Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung. Transfusi darah : Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi dengan jumlah yang sama. Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai. Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

Konsultasi    





Konsultasi Setiap pasien pada risiko kekurangan gizi harus dirujuk ke ahli diet atau profesional gizi lainnya untuk penilaian gizi lengkap dan konseling diet. Arahan subspesialisasi lain harus dipertimbangkan jika temuan dari evaluasi awal menunjukkan bahwa penyebab mendasarnya bukan asupan gizi yang buruk. Jika tanda-tanda menunjukkan malabsorpsi, pencernaan harus dikonsultasikan. Selanjutnya, pada kasus pediatrik, seorang dokter anak, sebaiknya satu dengan pengalaman dalam pengelolaan kekurangan energi protein (KEP), harus mengawasi perawatan pasien. Setiap pasien dengan kelainan laboratorium yang signifikan, seperti dibahas di atas, dapat mengambil manfaat dari konsultasi dengan subspesialisasi yang sesuai (misalnya, endokrinologi, hematologi). Anak-anak dengan gizi buruk sekunder untuk asupan yang tidak memadai dan / atau kelalaian harus dirujuk ke lembaga sosial yang tepat untuk membantu keluarga dalam mendapatkan sumber daya dan menyediakan perawatan berkelanjutan bagi anak.

DAFTAR PUSTAKA



Alleyne G.A.O., Hay R.W., Picau D.I., Stanfield J.P., White head R.G., 1977. The ecology and pathogenesis of protein–energic malnutrition. Dalam : Alleyne GAO, Hay RW, Picau DI et al, eds. Protein–energy malnutrition. London : Edward Arnold Ltd, 824.

15. BagaimanatindakandokteruntukmelakukanStabilisasi?

a.

Atasi / cegah hipoglikemia Jika kadar glukosa < 50 mg/dl, berikan : 

50 ml bolus glukosa 10% / larutan sukrosa 10% ( 1 sdt gula dlm 5 sdm air ) secara oral / sonde / pipa nasogastrik diberikan setiap 30 menit selama 2 jam ( setiap kali diberikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam )

b.



berikan antibiotic



secepatkan berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam

Atasi / cegah hipotermi Jika suhu rectal < 35,5ºC : 

Segera berikan makanan cair / formula khusus



Hangatkan anak dg pakaian / selimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu / pemanas ( jangan gunakan botol air panas ) / peluk anak di dada ibu, selimuti



Berikan antibiotic

Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5ºC

 c.

Atasi / cegah dehidrasi Jangan gunakan jalur intravena untuk mengatasi dehidrasi kecuali dalam keadaan syok. Berikan cairan Resomal sebanyak 5 ml/kgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara oral /



lewat pipa nasogastrik 

Lanjutkan pemberian 5 – 10 ml/kgBB/jam selama 4 – 10 jam berikutnya



Ganti resomal pada jam ke 6 dan ke 10 dengan formula khusus sejumlah yg sama bila dehidrasi menetap / stabil Selanjutnya mulai berikan formula khusus

 d.

Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Kelebihan Na tubuh meskipun kadar Na plasma rendah, defisiensi kalium dan magnesium  edema ( jangan berikan diuretik ) :

e.



Tambahan K 2 – 4 mEq/kgBB/hari ( = 150 – 300 mg KCl/kgBB/hari )



Tambahan Mg 0,3 – 0,6 mEq/kgBB/hari ( = 7,5 – 15 mg KCl/kgBB/hari )



Siapkan makanan tanpa garam

Obati / cegah infeksi Antibiotic spectrum luas : 

Bila tanpa komplikasi  kotrimoksasol 5 ml, suspensi pediatric secara oral, 2 X sehari selama 5 hari ( 2,5 ml bila BB < 4 kg ) atau



Bila anak sakit berat ( apatis, letargi ) / ada komplikasi ( hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, saluran napas / saluran kencing )  beri ampisilin 50 mg/kgBB/IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari  lalu secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari ( jika tidak ada mk teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral )

f.

Koreksi defisiensi nutrient mikro Berikan setiap hari : 

Tambahan multivitamin



Asam folat 1 mg / kgBB/hari



Zn 2 mg/kgBB/hari



Tembaga / Cu 0,2 mg / kgBB / hari



Bila BB mulai naik  Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus 10 mg / kgBB/ hari



Vit A oral pada hari 1, 2, dan 14 : -

umur > 1 tahun : 200.000 SI

-

umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI

-

umur 0 – 5 tahun : 50.000 SI

 Bila ada ulserasi pada mata beri kloramfenikol / tetrasiklin tetes mata setiap 2 – 3 jam selama 7 – 10 hari

 Teteskan atropin tetes mata 3 kali 1 tetes sehari selama 3 – 5 hari  Tutup mata dengan kasa yg dibasahi larutan garam faali g.

Mulai pemberian makan Prinsip pemberian nutrisi pada fase stabilisasi adl : 

Porsi kecil, sering, rendah serat, dan rendah laktosa



Oral atau nasogastrik



Energi : 100 kkal/kgBB/hari



Protein : 1 – 1,5 g/kgBB/hari



Cairan : 130 ml/kgBB/hari ( 100 ml/kgBB bila ada edema berat )



Bila anak mendapat ASI, teruskan tetapi beri formula khusus lebih dulu

h.

Fasilitas tumbuh kejar

i.

Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi / mental Berikan :

j.



Kasih sayang



Lingkungan yang ceria



Terapi bermain yang terstruktur



Aktivitas fisik segera setelah sembuh



Keterlibatan ib ( memberi makan, memandikan, bermain dll )

Siapkan follow up setelah sembuh Bila BB anak sudah mencapai 80% BB/U dapat dikatakan anak sembuh. Pola pemberian makanan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah penderita dipulangkan. Tunjukkan kepada orangtua : 

Pemberian makanan yang sering dan kandungan energi dan nutrient yang padat



Terapi bermain terstruktur

Sarankan : 

Membawa anaknya kembali untuk control secara teratur



Pemberian suntikan/imunisasi ulang ( booster )



Pemberian vitamin A setiap 6 bulan

selain itu atasi penyakit penyerta : -

defisiensi vit A  beri vit A

-

dermatosis  beri Zn

-

parasit / cacing  mebendasol 100 mg oral 2 X sehari selama 3 hari

-

diare melanjut  metronidazol 7,5 mg / kgBB setiap 8 jam selama 7 hari

-

tuberkulosis  obati sesuai pengobatan TB

(Arif Mansjoer, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.)

LANGKAH 1  Atasi hipoglikemia  Kadar glukosa darah sangat rendah (40 mg/dL)  Sadar  Berikan 50 ml larutan Dekstrosa/ Glukosa 10%*) atau 50 ml larutan gula pasir 10% secara oral/ NGT (bolus)

LAGKAH 2  Hipotermia (suhu <36,5)  Hipotermia dan Hipoglikemia  merupakan tanda terjadinya infeksi sistemik serius  Tindakan hangatkan tubuh : a. Cara “kanguru” : kontak langsung kulit ibu dengan kulit balita b. Lampu : diletakkan 50cm dari tubuh balita c. Monitor suhu setiap 30 menit - Suhu sudah normal ? - Suhu tidak terlalu tinggi ? d. Hentikan panas jika suhu tubuh sudah mencapai 37 LANGKAH 3  Atasi Dehidrasi  Tanda Dehidrasi : - Kesadaran apatis - Anak rewel - Mata Cekung - Haus LANGKAH 4  Memperbaiki gangguan Elektrolit

LANGKAH 5  Pemberian Antibiotik

16. Apa prognosis dari diagnosis banding? Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan intelektualnya. Kasuskasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau penanganannya yang terlambat, akan memberikan akibat yang fatal Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Malnutrisi energi protein. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ;

17. Bagaimanacaramencegahsupayatidakterjadikomplikasi?

Related Documents

Lbm 4 Tumbang
January 2021 1
Lbm 4 Tumbang
January 2021 2
Lbm 4 Tumbang
January 2021 1
Tumbang Lbm 4
January 2021 0
Lbm 4 Modul Tumbang
January 2021 1
Lbm 4 Tumbang
January 2021 1

More Documents from "pademot"