Lbm 4 Tumbang Sgd 22

  • Uploaded by: verdita
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lbm 4 Tumbang Sgd 22 as PDF for free.

More details

  • Words: 6,241
  • Pages: 36
Loading documents preview...
LBM 4 Anakku sangat kurus Step 1 1. KMS  kartu menuju sehat digunakan untuk menilai kecukupan gizi dari bayi. Membandingkan BB berdasarkan usia anak. Digunakan untuk mencatat dan memantau tumbung kembang balita. Waktunya dari lahir-5th dilakukan tiap bulan. 2. Growth faltering ketidakmampuan anak untuk mencapai BB/ TB sesuai dengan jalur pertumbuhan normal. 3. Crazy pavement dermatosis  kelainan kulit khas biasanya pada penyakit kwashiokor spt bercak putih/ merah muda dengan tepinya hitam. 4. Flag sign phenomena  warna rambut belang biasanya karena defisiensi protein. 5. Baggy pants  otot paha yg kendor 6. BGM  (bawah garis merah) bukan menunjukan gizi buruk tp warning untuk menentukan tindak lanjut. Step 2 1. bagaimana pertumbuhan anak sehat? 2. Mengapa anak tampak kurus, lemah, nafsu makan kurang, dan sering minum air putih dengan keluhan ? 3. Kapan seharusnya MP-ASI diberikan? 4. Apakah ada kaitan keluhan anak sekarang dg riwayat MP-ASI 2 bulan? Apakah berhubungan? 5. Apa Interpretasi dari KMS? 6. Klasifikasi dari KEP ? 7. Apa saja klasifikasi dari gizi buruk? 8. Bagaimana pencegahannya? 9. Apa faktor resiko dan etiologi dari skenario? 10. Bagaimana patofisiologinya Jantung(tensi), GIT (diare), Glukosa (GDS), Hepar, Elektrolit ? 11. Apa interpretasi dari px fisik dan lab? Dan penjelasan 12. Apa diagnosis dan DD? 13. Bagaimana alur diagnosis KEP? 14. Bagaimana penatalaksanan dari KEP? 15. Apa saja komplikasinya?

Step 3 1. bagaimana pertumbuhan anak sehat? Pertumbuhan  bertambah ukuran BB Lingkar kepala, LLA tjd ada perubahan. Dikaitkan dengan makanan dilihat dai ASI lalu MP-ASI Lihat dari 3 : a. KMS  berbandingan BB/U. sehat gafik naik. Ada 2 : naik (sehat), turun  lihat kenaikan BB minimal. Misal 1 bulan 800gr; 2 bln 900gr; 3blm 800gr; 4bln ; 600 gr; 5bln ;500gr ; 8-11bln: gram sdah tercantum di KMS b. Kurva WHO  0-5th  TB/BB  BB/U  BB/TB  IMT Anak Sehat  Tahapan BB baru lahit 3,5kg 1th : 10kg 2th : 10th : 30 kg TB Saat lahir : 50cm 1th : 75 cm 3th : 90 cm 4th : 100cm BB 8kg usia 3th TB c. CDC  >5th Lingkar Kepala lahir 34cm; 6bln : 44cm ; 1 th : 47cm; 2th : 49cm; dewasa : 54cm TB (Rumus : Behrman) Lahir  50cm; 1th : 1,5xTB waktu lahir; 4th : 2xTB waktu lahir; 6th : 1,5xTB usia 1th; 13 th : 3xTB lahir; dewasa : 3,5 x TB waktu lahir BB (Rumus : Behrman) Bisa dihitung 3bln-12th Rumus 1-6th (umur dlm th x 2 + 8)dalam kg. Jadi, dari skenario 3x2 + 8 = 14 kg (harusnya) 3-12 bulan = (dalam bulan + 9 : 2) 6-12 tahun = (umur dalam tahun x 7 – 5 : 2)

2. Mengapa anak tampak kurus, lemah, nafsu makan kurang, dan sering minum air putih dengan keluhan ?  Masuk dalam red flag (tanda bahaya abnormal) harunsya usia 2-th anjuran makan minum susu 500ml (susu sapi/soya)u/ mencukupi kalsium dan vit.D merupakan usia golden period u/ tumbuh kembang. bila tidak susu harusnya makan yg mengandung susu, margarin , mkn 3-4x sehari.  Bila anak kurus  BB750ml (N=500ml) atau cairan yg lain  Perkembangan tidak sesuai dg usianya  Jadi, dari konsumsi/pola makan anak karena nutrisi yg tidak lengkap dan tidak seimbang Sering minum air putih  kompensasi dari diare Tampak kurus  kurang nutrisi shg energi dari glukoneogenesis juga kurang 3. Kapan seharusnya MP-ASI diberikan? Diberikan setelah 6 bulan. Pada hari 1-7  bubur asi 8-  bubur susu 16-23  bubur; buah jeruk 24-30  tambah buah melon bulan ke-7 1-  bubur susu 8-16  Tim 1724-30  2xbubur susu; 1 x tim; 1x buah bulan ke-8 1-7  tim (2x bubur susu; 1 x tim; 1 x buah) 8-15 sama 16-23  ditambah snack bulan ke-9 1-7  sama 8-15  ditambah telur 16-23  1x tim; buah 24-30  1x finger food (2x bubur susu, 1 tim, 1 buah, 1 snack) <6 bulan  rawan tersedak; enzim pencernaan : blm sempurna matang pas usia 6 bulan asi mengandung protein lebih  fe, zinc, laktosa, imunoglobulin (dikolustrum), shg <6 bulan rawan infeksi mudah terserang batuk, pilek 6 bulan terbaik MP-ASI?

Perlindungan dari berbagai oenyakit, sistem imun semourna, mengurangi alergi makanan <6bulan sel sekiar usus belum sempurna malah tjd reaksi imun malah tjd alergi pematangan usus belom sempurna karena sel2 blm matang enzim blm dihasilkan shg energi tdk dapat diserap (apa yg dia makan)shg tjd reaksi imundiare 4. Apa Interpretasi dari KMS?

5. Klasifikasi dari KEP ? 1. Ringan  pita kuning 2. Sedang  BGM 3. Berat  gizi buruk a. kwashiokor  kurang protein gejala klinis “  pembesaran hati  otot hipertrofi  kelainan kulit bercak putih/ merah muda (tdk semua)  infeksi akut  anemia  penurunan sintesis protein  diare  udem  (moon face) dimulai dari tungkai-lengantangan-wajah  mata sayu  rambut tipis kemerahan spt rambut jagung, mudah dicabut  perubahan status mental (apatis dan rewel)

b. marasmus  kurang KH (energi)  tampak sangat kurus  wajah spt orang tua  kulit keriput (dipantat juga)  jar lemak subkutis dikit-gk ada  perut cekung  disertai penyakit infeksi kronis berulang  diare  TD dan detak jantung turun  Kelainan di rambut tdk terlalu tipis dan tidak mudah dicabut c. M-K  Campuran antara marasmus dan kwashiokor 6. Bagaimana pencegahannya? Diberi MP-Asi setelah 6 bulan dengan makanan yg sesuai Pencegahan Hipoglikemia  Segera diberi makan taip 2 jam dan selalu memberi makanan sepanjang malam Pencegahan Hipotermi  Selalu selimuti dana hindari paparan langsung dengan udara Pencegahan Dehidrasi  Ganti canel yg hilang dg cairan oengganti/ resomal sebanyak 50-100ml taip kali buang air besar cair 7. Apa faktor resiko dan etiologi dari skenario? Faktor Resiko : a. Pendapatan keluarga b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Sanitasi-Lingkungan Marasmus :  Pemasukan kalori yg tidak cukup  Kebiasaan makan yg tidak tepat  Malformasi kongenital Kwasiokor :  Pola makan tidak diberi ASI eksklusif  Sos-ek  Infeksi  penurunan imunitas 8. Bagaimana patofisiologinya Jantung(tensi), GIT (diare), Glukosa (GDS), Hepar, Elektrolit ? -GIT  MP-ASI <6 bulan shg sal cerna belomsiap mencerna makanan shg kompensasinya diare. Dikenal sbg benda asing 1) beri banyak air shg tek air osmotik tinggi.

-Jantung  edem. Curiga kurang protein shg produksi albumin kurang (diprod protein)  tek. Onkotik turun  edem Volume darah turun  plasma keluar  hipotensi; Cardiac Output turun. Hematokrit naik (shg tidak edem) -Hepar  fx untuk metabolisme lemak (LDL dan HDL tergangu krn krg protein)penumpukan dihepar (yg harusnya disebarkan ke subkutan dll) -Tampak kurus  energi yg harusnya diperoleh dari makan shg tjd glukoneogenolisis (pmbtk gkukosa seain KH 1)lemak  lipolisis shg penurunan turgor kulit. 2)protein  atrofi otot) -Rambut merah  kurang protein(padahal protein penting nnti dipecah jd as aminorantai tirosinu/ pigmentasi (bila krg protein maka pigmentasi terganggu  rambut merah) -elektrolit (diare) a. gg. malabsorbsi  usus banyak cairan  merangsang keluar  diare b. gg sekresi  akibat rangsangan karena hormon oksitosin yg merangsang air dan elektrolit  diare c. gg motilitas usus  hiperperistaltik (meningkatmakanan yg diusus tdk diserap oleh usus cuma lewat aja . hipoperistaltik (kalo ada kotoran terlalu lama memicu bakteri / koloni akan berkembang ) 9. Apa interpretasi dari px fisik dan lab? Dan penjelasan Kadar Hb  8,1 (N=11-13g/dl)  anak anemia defisiensi besi (krn sejak satu th pola makan anak buruk, tdk makan daging(Fe)fx untuk membentuk SDMada di Hb) Leukosit  2500 mmk (N=6000-18000/mmk)  kurang Hematokrit  35% (N=40+- 4%)  kurang. Cara cari hematokrit? Naik/turun taunya gimana? Trombosit  650.000 mmk (N=165000-415000 mmk)  lebih Mengapa naik? Gula Darah  40 mg/dl (N=GDS 70-120 mg/dl)hipoglikemi 10.

Apa diagnosis dan DD? a. kwashiokor  kurang protein  pembesaran hati  otot hipertrofi  kelainan kulit bercak putih/ merah muda (tdk semua)  infeksi akut  anemia  penurunan sintesis protein  diare  udem  (moon face) dimulai dari tungkai-lengantangan-wajah  mata sayu



rambut tipis kemerahan spt rambut jagung, mudah dicabut  perubahan status mental (apatis dan rewel) b. marasmus  kurang KH (energi) DIAGNOSIS  tampak sangat kurus  wajah spt orang tua  kulit keriput (dipantat juga)  jar lemak subkutis dikit-gk ada  perut cekung  disertai penyakit infeksi kronis berulang  diare  TD dan detak jantung turun  Kelainan di rambut tdk terlalu tipis dan tidak mudah dicabut c. M-K  Campuran antara marasmus dan kwashiokor 11. 12.

13.

Bagaimana alur diagnosis KEP? Bagaimana penatalaksanan dari KEP? Mengatasi hipoglikemi  cairan gula dextrose 10% dan antibiotik hipotermi  taruh ruangan yg hangat, sering diberi makan, mencegah dan mengatasi dehidrasi diberi cairan resomal (rehidration solution for malnutrition)70-100mg kg/BB koreksi elektrolit mengatasi dan mencegah infeksi menjaga kebersihan lingkungan, antibiotik untuk infeksi 3 tahapan (fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi; pemberiannya spt apa?berapa? misal BB kurang, prematur, malnut : gimana cara ngejarnya? Apa saja komplikasinya?

Step 4 Mapping Concept

STEP 7 1. bagaimana pertumbuhan anak sehat?

Sumber : Tumbuh Kembang Anak dr. Soetjiningsih, Sp Ak 2. Mengapa anak tampak kurus, lemah, nafsu makan kurang, dan sering minum air putih dengan keluhan ? 3. Kapan seharusnya MP-ASI diberikan?

Resiko pemberian MPASI terlalu dini

(Dirangkum & ditulis bebas oleh Luluk Lely Soraya I, 26 March 2005) Banyak sekali pertanyaan dan kritik yang timbul mengenai pemberian MPASI di usia < 6 bl. Bahkan banyak dari kita tidak pernah tahu mengapa WHO & IDAI mengeluarkan statement bahwa ASI eksklusif (ASI saja tanpa tambahan apapun bahkan air putih sekalipun) diberikan pada 6 bl pertama kehidupan seorg anak. Kemudian setelah umur 6 bulan anak baru mulai mendapatkan MPASI berupa bubur susu, nasi tim, buah, dsb. Alasan menunda pemberian MPASI Mengapa harus menunda memberikan MPASI pada anak sampai ia berumur 6 bl ?! Kalo jaman dulu (baca : sebelum diberlakukan ASI eksklusif 6 bl) umur 4 bl aja dikasih makan bahkan ada yg umur 1 bl. Dan banyak yang berpendapat gak ada masalah apa-apa tuh dg anaknya. Satu hal yg perlu diketahui bersama bahwa jaman terus berubah. Demikian juga dengan ilmu & teknologi. Ilmu medis juga terus berkembang dan berubah berdasarkan riset2 yg terus dilakukan oleh para peneliti. Sekitar lebih dari 5th yg lalu, MPASI disarankan diperkenalkan pada anak saat ia berusia 4 bl. Tetapi kemudian beberapa penelitian tahun2 terakhir menghasilkan banyak hal sehingga MPASI sebaiknya diberikan >6bl. Mengapa umur 6 bl adalah saat terbaik anak mulai diberikan MPASI ?! 1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bl belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dg membuka pintu gerbang masuknay berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bl, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya. 2. Saat bayi berumur 6 bl keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bl. 3. Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan Saat bayi berumur < 6 bl, sel2 di sekitar usus belum siap utk kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. 4. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bl melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Proses pemecahan sari2 makanan yg belum sempurna. Pada beberapa kasus yg ekstrem ada juga yg perlu tindakan bedah akibat pemberian MPASi terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bl. Masih banyak yg mengenalkan MPASI < 6 bl Kalo begitu kenapa masih banyak orangtua yg telah memberikan MPASI ke anaknya sebelum berumur 6 bl ? Banyak sekali alasan kenapa ortu memberikan MPASI < 6 bl. Umumnya banyak ibu yg beranggapan kalo anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski gak ada relevansinya banyak yg beranggapan ini benar. Kenapa ? Karena belum sempurna, sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras utk mengolah & memecah makanan. Kadang anak yg menangis terus dianggap sbg anak gak kenyang. Padahal menangis bukan semata2 tanda ia lapar.

Belum lagi masih banyak anggapan di masyarakat kita spt ortu terdahulu bahwa anak saya gak papa tuh dikasih makan pisang pas kita umur 2 bl. Malah sekrg jadi orang. Alasan lainnya juga bisa jadi juga tekanan dari lingkungan dan gak ada dukungan spt alasan di atas. Dan gencarnya promosi produsen makanan bayi yg belum mengindahkan ASI eksklusif 6 bl. Aturan MPASI setelah 6 bulan : Karena < 6 bl mengandung resiko Sekali lagi tidak mungkin ada saran dari WHO & IDAI jika tidak dilakukan penelitian panjang. Lagipula tiap anak itu beda. Bisa jadi gak jadi masalah utk kita tapi belum tentu utk yg lain. Misalkan, ilustrasinya sama spt aturan cuci tangan sebelum makan. Ada anak yg dia tidak terbiasa cuci tangan sebelum makan. Padahal ia baru bermain2 dengan tanah dsb. Tapi ia tidak apa2. Sedangkan satu waktu atau di anak yg lain, begitu ia melakukan hal tsb ia langsung mengalami gangguan pencernaan karena kotoran yg masuk ke makanan melalui tangannya. Demikian juga dengan pemberian MPASI pada anak terlalu dini. Banyak yang merasa ”anak saya gak masalah tuh saya kasih makan dari umur 3 bulan”. Sehingga hal tsb menjadi ”excuse” atau alasan utk tidak mengikuti aturan yg berlaku. Padahal aturan tsb dibuat karena ada resiko sendiri. Lagipula penelitan ttg hal ini terus berlanjut. Saat ini mungkin pengetahuan dan hasil riset yg ada masih terbatas dan ”kurang” bagi beberapa kalangan. Tapi di kemudian hari kita tidak tahu. Ilmu terus berkembang. Dan satu hal yg penting. Aturan agar menunda memberikan MPASi pada anak < 6 bulan bukan hanya berlaku utk bayi yg mendapatkan ASI eksklusif. Tetapi juga bagi bayi yg tidak mendapatkan ASI (susu formula atau mixed). Semuanya akan kembali kepada ayah & ibu. Jika kita tahu ada resiko dibalik pemberian MPASI < 6 bl, maka mengapa tidak kita menundanya. Apalagi banyak sekali penelitian & kasus yang mendukung hal tsb. Apapun keputusan ibu & ayah, apakah mau memberikan MPASi < 6 bl ataupun > 6bl, alangkah baiknya dipertimbangkan dg baik untung ruginya bagi anak, bukan bagi orang tuanya. Sehingga keputusan yg diambil adalah yg terbaik utk sang anak. Sumber : 

Solid Food in Early Infancy increases risk of Eczema, from original source : Fergusson DM et al Early solid feeding and recurrent childhood eczema: a 10-year longitudinal study Pediatrics 1990 Oct; 86:541-546.[Medline abstract][Download citation]

4. Apakah ada kaitan keluhan anak sekarang dg riwayat MP-ASI 2 bulan? Apakah berhubungan? 5. Apa Interpretasi dari KMS? 6. Klasifikasi dari KEP ? 1. Pengertian Kurang Energi Protein (KEP) KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). 2. Klasifikasi KEP

Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1)

2.1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning 2.2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah (BGM). 2.3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median WHONCHS (lampiran 1)

3. Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor. a. Kwashiorkor -

Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) Wajah membulat dan sembab Pandangan mata sayu Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok Perubahan status mental, apatis, dan rewel Pembesaran hati Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

-

-

Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) Sering disertai : • penyakit infeksi, umumnya akut  anemia  diare.

b. Marasmus: -

Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit Wajah seperti orang tua Cengeng, rewel Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar) Perut cekung Iga gambang Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) - diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor: -

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.

SEMUA PENDERITA KEP BERAT UMUMNYA DISERTAI DENGAN ANEMIA DAN DEFISIENSI MIKRONUTRIEN LAIN

7. Apa saja klasifikasi dari gizi buruk? 8. Bagaimana pencegahannya? 9. Apa faktor resiko dan etiologi dari skenario?

Etiologi Faktor penyebab yang dapat menimbulkan kekurangan energi protein menurut Nazirudin (1998) yaitu: a. Sosial ekonomi yang rendah. b. Sukar atau mahalnya makanan yang baik. c. Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi. d. Kurangnya faktor infeksi pada anak (misal: diare). e. Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan (missal: tidak makan daging atau telur disaat luka). Faktor-faktor yang mempengaruhi KEP Ada tiga penyebab terjadinya KEP pada balita, yaitu penyebab langsung, tidak langsung dan penyebab mendasar. Yang termasuk ke dalam penyebab langsung antara lain ketidakcukupan konsumsi makanan, penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung antara lain adalah kurangnya pengetahuan ibu tentangkesehatan, kondisi sosial ekonomi yang rendah, ketersediaan pangan ditingkatkeluarga tidak mencukupi, besarnya anggota keluarga, pola konsumsi keluargayang kurang baik, pola distribusi pangan yang tidak merata, serta fasilitaspelayanan kesehatan yang sulit dijangkau. Sedangkan

penyebab mendasar yangpaling penting menjadi penyebab KEP adalah rendahnya pengetahuan ibu danrendahnya pendidikan ibu. (Depkes RI, 1997) Kejadian KEP..., Edwin Saputra Suyadi, FKM UI, 2009 Sedangkan menurut Susanto dalam Gizi Indonesia (1993), masalah KEP dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor penentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kemiskinan, yang menyebabkan terbatasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan danpekerjaan sehingga mengakibatkan kemampuan untuk memperoleh panganmenjadi sangat rendah; penyakit infeksi yang berkaitan erat dengan kondisisanitasi lingkungan temapt tinggal; kurangnya perhatian ibu terhadap balita karenabekerja; akses yang sulit terhadap sumber pelayanan kesehatan; dan kurangnyapengetahuan ibu tentang manfaat makanan bagi kesehatan anak, hal ini dikarenakan pendidikan ibu yang rendah. Menrurut Unicef (1998), kurang gizi disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yaitu penyebab langsung, tidak langsung, pokok masalah di masyarakat dan penyebab dasar. Faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi adalahpenyakit infeksi dan asupan makanan yang tidak seimbang. Faktor penyebab tidak langsung adalah tidak cukupnya persediaan pangan dalam rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, sanitasi/air bersih dan pelayanan kesehatan dasar kesehatan yang tidak memadai juga rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan orang tua. Pokok masalah timbulnya kurang gizi di masyrakat adalah kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga, kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat, pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan. Sedangkan yang menjadi akarnya masalah adalah krisis ekonomi, politik dansosial. 10. Bagaimana patofisiologinya Jantung(tensi), GIT (diare), Glukosa (GDS), Hepar, Elektrolit ?

Patofisiologi Adapun energi dan protein yang diperoleh dari makanan kurang, padahal untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang didapat, dipengaruhi oleh makanan yang diberikan sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Kekurangan energi protein dalam makanan yang dikonsumsi akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino essensial yang dibutuhkan untuk sintesis, oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagai asam amino di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot.

Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan alkomin oleh heper, sehingga kemudian timbul edema perlemahan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipo protein beta sehingga transport lemak dari hati ke hati dapat lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar. (Ilmu kesehatan anak, 1998). Pengaruh KEP Terhadap Beberapa Organ a. Saluran Pencernaan Malnutrisi berat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak lambung. Mukosa usus halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus lenyap, permukaannya berubah menjadi datar dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit. Pembaruan sel-sel epitel, indeks mitosis, kegiatan disakarida berurang. Pada hewan percobaan, kemampuan untuk mempertahankan kandungan normal mucin dalam mukosa terganggu dan laju penyerapan asam amino serta lemak berkurang. b. Pankreas Malnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang akan mengganggu fungsi pankreas sebagi kelenjar eksokrin. Gangguan fungsi pankreas bersama dengan intoleransi disakarida akan menimbulkan sindrom malabsorpsi, yang selanjutnya berlanjut sebagai diare. c. Hati Pengaruh malnutrisi pada hati bergantung pada lama, serta jenis zat gizi yang berkurang. Glikogen pada penderita marasmus cepat sekali terkuras sehingga zat lemak kemudian tertumpuk dalam sel-sel hati. Manakala kelaparan terus berlanjut, hati mengerut sementara kandungan lemak menyusut dan protein habis meskipun jumlah hepatosit relative tidak berubah. d. Sistem Hematologik Perubahan pada sistem hematologic meliputi anemia, leucopenia, trombotopenia, pembentuan akantosit, serta hipoplasia sel-sel sumsum

tulang yang berkaitan dengan transformasi substansi dasa, tempat nekrosis sering terlihat. Derajat kelainan ini bergantung pada berat serta lamanya kekurangan energy berlangsung (Sunita Matsier, 2009) Anemia pada kasus demikian biasanya bersifat normokromik dantidak disertai oleh retikulositosis meskipun cadangan zat besi cukup adekuat. Penyebab anemia pasien yang asupan proteinnya tidak adekuat ialah menurunnya sintesis eritropoietin, sementara anemia pada mereka yang sama sekali tidak makan protein timbul karena stem cell dalam sumsum tulang tidak berkembang, di samping sintesis eritropoietin juga menurun (Sunita Matsier, 2009). Malnutrisi berat berkaitan dengan leucopenia dan hitung jenis yang normal. Morfologi neutrofil juga kelihatan normal. Namun, jika infeksi terjadi, jumlah neutrofil biasanya (namun tidak selalu) meningkat. Simpanan neutrofil yang dinyataan sebagai hitung neutrofil tertinggi setelah 3-5 jam pemberian hidrokortison pada malnutrisi juga berkurang, dan fungsinya tidak normal. Sebagai tambahan, jumlah trombosit turut pula menurun (Sunita Matsier, 2009).

11. 12. 13.

Apa interpretasi dari px fisik dan lab? Dan penjelasan Apa diagnosis dan DD? Bagaimana alur diagnosis KEP?

Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan. Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

    

Kejadian mata cekung yang baru saja muncul Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare (encer/darah/lendir) Kapan terakhir berkemih Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin. Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera. Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani):

             

Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit Riwayat pemberian ASI Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir Hilangnya nafsu makan Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir Batuk kronik Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung Berat badan lahir Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain Riwayat imunisasi Apakah ditimbang setiap bulan Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak) Diketahui atau tersangka infeksi HIV

Pemeriksaan fisis       

Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB (lihat lampiran 5). Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk). Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun. Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5° C). Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung Sangat pucat Pembesaran hati dan ikterus



Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)

 o o o    o o o o

Tanda defisiensi vitamin A pada mata: Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak Bitot Ulkus kornea Keratomalasia Ulkus pada mulut Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit Lesi kulit pada kwashiorkor: hipo- atau hiper-pigmentasi deskuamasi ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha, belakang telinga) lesi eksudatif (menyerupai luka bakar), seringkali dengan infeksi sekunder (termasuk jamur). Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir). Tanda dan gejala infeksi HIV (lihat bab 8).

 

Catatan:   

Anak dengan defisiensi vitamin A seringkali fotofobia. Penting untuk memeriksa mata dengan hati-hati untuk menghindari robeknya kornea. Pemeriksaan laboratorium terhadap Hb dan atau Ht, jika didapatkan anak sangat pucat. Pada buku Pedoman TAGB untuk memudahkan penanganan berdasarkan tanda bahaya dan tanda penting (syok, letargis, dan muntah/diare/ dehidrasi), anak gizi buruk dikelompokkan menjadi 5 kondisi klinis dan diberikan rencana terapi cairan dan makanan yang sesuai.

DIAGNOSIS Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila:  

BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus) Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB >-3SD atau marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha; tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema (lihat gambar).

Anak-anak dengan BB/U < 60% belum tentu gizi buruk, karena mungkin anak tersebut pendek, sehingga tidak terlihat sangat kurus. Anak seperti itu tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, kecuali jika ditemukan penyakit lain yang berat.

Sumber : International Child Health 14.

Bagaimana penatalaksanan dari KEP?

TATA LAKSANA PELAYANAN KEP BERAT/GIZI BURUK DI PUSKESMAS A.

PRINSIP DASAR PELAYANAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Atasi/cegah hipoglikemia Atasi/cegah hipotermia Atasi/cegah dehidrasi Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Obati/cegah infeksi Mulai pemberian makanan

7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth) 8. Koreksi defisiensi nutrien mikro 9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental 10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase.

Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut: No FASE

STABILISASI TRANSISI REHABILITASI Hari ke 1-2Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 2 3 4 5 6

Hipoglikemia Hipotermia Dehidrasi Elektrolit Infeksi MulaiPemberian makanan 7 Tumbuh kejar (Meningkatkan Pemberian Makanan) 8 Mikronutrien 9 Stimulasi 10 Tindak lanjut

B. SEPULUH LANGKAH BERAT/GIZI BURUK

Tanpa Fe

UTAMA

PADA

dengan Fe

TATA

LAKSANA

KEP

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)

Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten. 2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah) Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36 0 C. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas. Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.

Tidak dibenarkan penghangatan anak dengan menggunakan botol berisi air panas 3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan dehidrasi adalah :  Ada riwayat diare sebelumnya  Anak sangat kehausan  Mata cekung  Nadi lemah  Tangan dan kaki teraba dingin  Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama. Tindakan yang dapat dilakukan adalah :





Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4). Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan 1:1.

KEP BERAT/GIZI BURUK YANG DIRUJUK KE RSU HARUS DILAKUKAN TINDAKAN PRA RUJUKAN UNTUK MENGATASI HIPOGLIKEMI, HIPOTERMIA, DAN 4. Lakukan pemulihan gangguanDEHIDRASI keseimbangan elektrolit Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :  

Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

JANGAN OBATI EDEMA DENGAN PEMBERIAN DIURETIKA

Berikan : -

Makanan tanpa diberi garam/rendah garam Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak

Contoh bahan makanan sumber mineral Sumber Zink

: daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam Sumber Cuprum : daging, hati. Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai. Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam. Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak.

5.

Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :

UMUR ATAU BERAT BADAN

2 sampai 4 bulan (4 - < 6 kg) 4 sampai 12 bulan (6 - < 10 Kg) 12 bln s/d 5 thn (10 - < 19 Kg)

KOTRIMOKSASOL (Trimetoprim + Sulfametoksazol)  Beri 2 kali sehari selama 5 hari

AMOKSISILIN  Beri 3 kali sehari untuk 5 hari

Sirup

Tablet dewasa 80 mg trimeto prim + 400 mg sulfametok sazol

Tablet Anak 20 mg trimeto prim + 100 mg sulfametok sazol

Sirup/5ml 40 mg trimeto prim + 200 mg sulfametok sazol

125 mg per 5 ml

¼

1

2,5 ml

2,5 ml

½

2

5 ml

5 ml

1

3

7,5 ml

10 ml

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan

Catatan : 

Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.



Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera rujuk ke rumah sakit BILA DIARE BERLANJUT ATAU MEMBURUK ANAK SEGERA DIRUJUK KE RUMAH SAKIT

6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu : Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi

Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja. Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :

-

Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

- Energi : 100 kkal/kg/hari - Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari - Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari) - Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet - Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

Keterangan : 



 



Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam) Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas ) Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat : -

Jumlah yang diberikan dan sisanya Banyaknya muntah Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja Berat badan (harian) selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth) Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi : Fase Transisi (minggu ke 2) 





Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak. Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama. Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).

Pemantauan pada fase transisi: 1. frekwensi nafas 2. frekwensi denyut nadi Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas. 3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi: -

Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering. Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari Protein 4-6 gram/kg bb/hari

-

Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi : -

Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari Protein 4-6 g/kgbb/hari

-

-

Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar. Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan : - Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan. - Setiap minggu kenaikan bb dihitung.  Baik bila kenaikan bb  50 g/Kg bb/minggu.  Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75  FORMULA WHO 100 ATAU PENGGANTI FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)  MAKANAN KELUARGA

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

Berikan setiap hari : 

Tambahan multivitamin lain



Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut :

Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi UMUR DAN BERAT BADAN 6 sampai 12 bulan (7 - < 10 Kg) 12 bulan sampai 5 tahun 



TABLET BESI/FOLAT

Sulfas ferosus 200 mg + 0,25 mg Asam Folat  Berikan 3 kali sehari ¼ tablet ½ tablet

SIRUP BESI

Sulfas ferosus 150 ml  Berikan 3 kali sehari 2,5 ml (1/2 sendok teh) 5 ml (1 sendok teh)

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal sebagai berikut : UMUR ATAU BERAT BADAN

PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet) (DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) 9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) 1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg)

½ tablet ¾ tablet 1 tablet 1 ½ tablet

Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis Umur

6 bln sampai 12 bln 12 bln sampai 5 Thn

Kapsul Vitamin A 200.000 IU 1 kapsul

Kapsul Vitamin A 100.000 IU 1 kapsul -

Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya berikan : - Kasih sayang - Ciptakan lingkungan yang menyenangkan - Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari - Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh - Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb) 10.Persiapan untuk tindak lanjut di rumah Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan aktifitas bermain. Nasehatkan kepada orang tua untuk : -

Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas - Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di posyandu/puskesmas. - pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat - penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu - Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

15.

Apa saja komplikasinya?

Related Documents

Lbm 4 Tumbang Sgd 22
January 2021 5
Em Lbm 4 Tumbang Sgd 2
January 2021 0
Li Lbm 4 Tumbang Sgd 9
January 2021 1
Lbm 4 Tumbang
January 2021 1
Sgd Lbm 3 Modul Tumbang
January 2021 1
Sgd 17 Tumbang Lbm 5
January 2021 2

More Documents from "adityarifqiw"

Sgd 5 Mars Lbm 3
January 2021 0
Li Lbm 4 Tumbang Sgd 9
January 2021 1
Lbm 4 Tumbang Sgd 22
January 2021 5