Loading documents preview...
LEUKEMIA AKUT
Dr. Gebyar Tri Baskoro SpA
Pendahuluan Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Definisi Penyakit keganasan sel darah yang berasal
dari sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam sel darah tepi Epidemiologi :
30-40% keganasan pada masa anak-anak 90% dari semua leukemia 4-4,5 kasus/th/100.000 anak di bwh 15 th ♂:♀ = 1,15:1
Jumlah Pasien Kanker Anak di RSUP Dr. Sardjito Tahun 1996 – 2006, n = 968
Jenis
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
ALL
162
219
381
AML
58
62
120
Retinoblastoma
32
40
72
NHL
12
40
52
Neuroblastoma
21
36
57
CML
13
19
32
Osteusarcoma
10
8
18
Hepatoblastoma
8
13
21
Others
84
131
215
400
568
968
Epidemiologi kanker anak di negara – negara Amerika Tengah dan kepulauan Karibia
Hematologic malignancy
70,3%
LLA
41,9%
LMA
10,6%
HL
8,8%
NHL
7,7%
CML
0,7%
MDS
0,5%
Juvenile CML
0,2%
Solid tumor
29,7% Annals of oncology 2004;15; 680-5
Etiologi Penyebab leukemia pada anak-anak belum diketahui tetapi kasus lebih tinggi pada : • Cacat genetik ( trisomi 21, anemia fanconi, ataksia telangiektasia) • Paparan pestisida dan produk minyak bumi pada paternal/maternal • Radiasi dosis tinggi ( bom atom) • Infeksi virus atau bakteri • Kemoterapi (LMA sekunder pada penderita NHL) • Hal lain penyakit ginjal pada ibu, penggunaan suplemen oksigen, bayi besar, asfiksia, ibu alkoholik
Leukemia: etiologi umum dan patogenesis
Patofisiologi dan klasifikasi morfologik leukemia dimulai dari suatu mutasi somatik yang mengakibatkan gugus (clone) abnormal Leukemia sel tunggal berproliferasi secara klonal sampai mencapai jumlah populasi tertentu yg dapat terdeteksi
Leukemia dimulai dari satu sel bermutasi dan
mengakibatkan terbentuknya “gugus sel abnormal”
proliferasi tidak terkontrol mendesak sel normal dalam sutul
Infiltrasi ke berbagai jaringan tubuh
Sel Kanker Sel mutasi Tidak respon thd kontrol siklus sel Tumbuh terus menerus
Invasif Angiogenesis Metastasis
Klasifikasi menurut perjalanan penyakit : Akut atau kronis
Klasifikasi menurut sel yang dominan Mieloid atau limfoid
Klasifikasi Morfologik Leukemia akut di bedakan menurut asal sel induknya terdapat LMA (leukemia mielositik akut) dan LLA (leukemia limfoblastik akut) Klasifikasi morfologik yang dianut adalah menurut FAB (French, American, British)
Klasifikasi Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan tipe leukemia
paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih Leukemia mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut. Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadangkadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak.
Klasifikasi LMA M0: leukemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal M1: leukemia mielositik akut tanpa maturasi
M2: leukemia mielositik akut dengan maturasi M3: leukemia promielositik hipergranuler M4: leukemia mielomonositik akut
M5: leukamia monositik akut M6: leukemia eritroblastik (eritroleukemia) M7: leukemia megakariositik akut
Klasifikasi LLA L1: limfoblas kecil serupa, kromatin homogen, anak inti tdk tampak, sitoplasma sempit L2: limfoblas lebih besar dan bervariasi, kromatin
kasar, anak inti satu atau lebih L3: limfoblas besar, kromatin berbercak, anak inti banyak, sitoplasma basofilik dan bervakuolisasi
Klasifikasi LLA secara morfologik : L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa, dengan kromatin homogen, anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit
L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi
Type L1
Type L2
Type L3
Manifestasi klinis
Gejala akibat: – Gangguan sumsum tulang – Infiltrasi ke organ – leukostasis – Komplikasi lain
Durasi gejala biasanya singkat
Gangguan sumsum tulang
neutropenia: anemia: trombositopenia:
Infeksi, sepsis fatigue, pucat perdarahan
ALL generally present with signs and symptoms that
reflect bone marrow failure (including anemia, thrombocytopenia, and neutropenia) Clinical manifestations include: Fatigue and pallor Petechiae and bleeding Fever lymphadenopathy and hepatosplenomegaly Weight loss
Bone pain Dyspnea
Leukostasis
Akumulasi sel blast di mikrosirkulasigangguan perfusi Paru: hipoksemia, infiltrasi paru SSP: stroke Terjadi bila leukosit >> 50 x 109/L
Efek metabolik: BB turun, panas Hyperuricemia Hyperphosphatemia Hyperkalemia
Diagnosis : Anemnesis dan pemeriksaan fisik Laboratorium: Darah tepi anemia, retikulositopenia, trombositopenia dan granulositopenia dan blast blast : beberapa persen - >50.000/mm³. Lekosit mungkin normal jumlahnya, meskipun hemopoesis terdesak.
Aspirasi sumsum tulang GOLDEN STANDART
Morfologi Pengecatan histokimiawi (PAS & Sudan Black) Immunofenotyping Analisis kromosom
Lain2 (radiologis, analisis LCS)
Bukti heterogenitas LLA Gambaran klinis Morfologi Sitokimia Imunofenotipe
Sitogenetik Fenotipe molekular
Diagnosis banding : Limfoma maligna Leukemoid reaction Anemia aplastik Mononukleus infeksiosa ITP
Terapi : Suportif (Tranfusi darah/trombosit, antibiotik, anti jamur, psikososial, obat untuk meningkatkan granulosit)
Kuratif induksi Dexa, Vincristine, Daunorubicine, L-asparagines, L-asparagines, methotrexate, konsolidasi 6-MP, MTX, re-induksi MTX, dexa, daunorubicine maintenance markaptopurin, MTX, vincristin, prednisolon (atau dexametason)
Dukungan psikososial pasien dan keluarga
Kriteria Standart Risk
Umur lebih > 1 th dan < 10 th Jumlah sel darah putih ≤ 50.000 Tidak ada masa mediastinal Tidak ada meningeal leukemia Pada saat pengobatan hanya dengan kortikosteroid pada 7 hari pertama, jumlah blast di darah tepi < 1.000/mililiter Tambahan kalau laboratorium mampu Imunofenotyping : bukan sel T Sitogenetik Farmakogenetik Minimal Residual Disease (MRD) negatif Resistensi obat
PROTOKOL TERAPI ALL
Protocol SR - A
Protocol SR - A
Protocol SR - B
Protocol SR - B
Protocol HR - C
Protocol HR - C
Kriteria Remisi Komplit Bebas gejala klinis Sutul didapat sel blas <5% dari sel berinti Hb >12 g% tanpa tranfusi Jumlah leukosit >3000/μL dengan hitung jenis
normal Jumlah granulosit >2000/μL Jumlah trombosit >100.000/μL Pemeriksaan LCS normal
Faktor prognostik : Jumlah leukosit awal saat diagnosis (> 50 rb) Umur saat diagnosis dan hasil pengobatan (Usia < 18 bulan atau > 10 tahun)
Fenotip imunologis limfoblas saat diagnosis Jenis kelamin (♂ lebih buruk dari ♀) Respon terhadap terapi Kelainan kromosom
AML (Acute Myeloblastic Leukemia)
DEFINISI Penyakit keganasan jaringan atau sel-sel darah, yang berasal dari sel induk non limfoid atau mieloid.
EPIDEMIOLOGI Sebagian besar pada usia pertengahan (dewasa) , anak – anak 10 % Insiden tertinggi pada dekade ke 5.
Distribusi P : W = 3 : 2
ETIOLOGI
Belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat faktor risiko pada : - Infeksi virus, dan atau bakteri - Radiasi dosis tinggi - Terpapar kimia - Aberasi genetik ( Pada down sindrom)
KLASIFIKASI FAB (French-British-American) Tipe sel
FAB
Gambaran
Insidensi (%)
Tak terdiferensiasi
M1
Blas dengan sifat asal
20
Mieloblastik
M2
Blas dengan diferensi awal granulositik
30
Promielositik
M3
Sifat promielostik jelas
10
Mielomonositik
M4
Campuran sifat granulositik dan monositik
25
Monositik
M5
Sifat monositik jelas
10
Eritroleukemik
M6
Blas dengan sifat eritroid
4
Megakariositik
M7
Blas dengan sifat megakariositik
1
M1 Granula tidak ada atau
sedikit sama sekali Mielolast tanpa maturasi Auer rod +/_
M2 Meiloblast dengan
maturasi dari sumsum tulang : meiloblas + promielosit Granula azurofil + ( granula primer yang mengandung enzim mieloperoksidase )
M3 Promielosit dominan Ukuran besar , inti :
bentuk dan ukuran tidak teratur Granula azurofil banyak Auer rod bergerombol
M4 Lekeumia mielositik
akut Kedua garis sel granulosit dan monosit Campuran yang hampir sama : seri mielosit + monosit
M5 Leukemia monositik
akut Kurang berdifereniasi Diferensiasi lemah : monosit Diferensiasi baik : monoblas promonosit monosit Auer rod +
M6 Eritrosit bentuk besar Berinti dua , berlobus Sutul eritrosit < 5%
Meiloblas dan
promielosit + Eritroblas predominan disertai diseritropoesis berat
M7 Leukemia megakariosit Sutul di dominasi
megakariosit yang aktif Daran tepi : trombosit >>> , besar dan bergerombol
GEJALA KLINIS Bervariasai : Ekimosis,perdarahan pada gusi dan hidung , malaise , fatigue , nyeri tekan sternum ,
kadang – kadang hepatosplenomegali. Leukosit tinggi , jika > 100.000/mm3 dapat timbul : leukositosis, iskemik multiple organ, disfungsi paru dan SSP.
Gejala klinis Darah tepi : pansitopeni, anemia (umumnya normositik normokromik) trombositopeni dan granulositopeni.
<20% hepatomegali dan splenomegali Masa mediastinum (jarang, dapat membedakan dengan LLA) Sumsum tulang : Hiperseluler 50% mieloblas , badan Auer +
DIAGNOSIS ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK LAB : darah tepi, fungsi koagulasi DIAGNOSIS PASTI : aspirasi sumsum tulang. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
immunotyping dan sitogenik
TERAPI 1. SUPORTIF - Hidrasi, diet dan keseimbangan elektrolit - Tranfusi darah/ komponen darah - Antibiotik, antivirus dan anti-jamur 2. KEMOTERAPI - Kombinasi sitostatika : arabinosa, antrasiklin, tioguamin, vinkristin, prednison, dsb
3. CST ( cangkok sumsum tulang ) - Terutama pada pasien muda, sulit pada usia tua . - Keberhasilan jangka panjang 50-70% jika dilakukan pada remisi 1 . - ≤ 10% sampai 25% pada pasien yang telah mengalami relaps .
Di inggris : cytarabin, daunomycin, etopusid,
6-thioguanin (50% survival) Di AS : induksi dg cytarabin, dexametason, idarubicin, daunomycin, etopuside, 6thioguanin (remisi pada 76%) Dilanjutkan dg transplantasi sumsum tulang
PROGNOSIS Kemungkinan hidup : 3 – 6 bulan tanpa pengobatan 1 – 3 tahun dengan pengobatan Beberapa dapat selamat untuk waktu yang lama Dengan kemoterapi kombinasi 65% - 85% penderita mencapai remisi sempurna, 20% penderita dapat mencapai masa bebas penyakit selama 5 th Pada saat ini 50% anak – anak dan kira – kira 35% dewasa muda disembuhkan dengan kemoterapi intensif ( Gale dan Waldman, 1989)