Lp Asam Urat

  • Uploaded by: Nur Mazila
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Asam Urat as PDF for free.

More details

  • Words: 3,284
  • Pages: 27
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN ASAM URAT PADA Ny. M DI DESA PEKAJA RT 05 RW 02 KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

Oleh : Ika Sulistiowati 11. 019

AKADEMI KEPERAWATAN “YAKPERMAS” BANYUMAS BANYUMAS 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penyakit asam urat, adalah suatu penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebih, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun atau akibat peningkatan asupan makanan tinggi purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang tinggi.Gout ditandai dengan serangan berulang dari artritis (peradangan sendi) yang akut,kadang kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus, deformitas atau (kerusakan sendi) secara kronis,dan cedera pada ginjal (Sustrani, 2006). Di Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar 32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita, kadar asam urat umumnya rendah dan meningkat setelah usia menopause. Prevalensi arthritis gout di Bandungan, Jawa Tengah, prevalensi pada kelompok usia 15-45 tahun sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita 0,05%. Di Minahasa (2003), proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5 tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah. Penyakit asam urat ini muncul karena orang terlalu banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung purin,antara lain teh, kopi, jeroan(babat,limpa, usus dan sebagainya). Jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin maka kadar asam urat dalam tubuh akan tinggi. Kelebihan asam urat mengakibatkan seseorang

terserang penyakit asam urat. Pada pria kadar asam urat normal 3,5-7,0 mg/dl sedangkan pada wanita 2,6-6,0 mg/dl. Sedangkan di Desa Pekaja RW 3 untuk prevelensi asam urat yaitu 38% dari jumlak penduduk 1115 orang. Dampak tingginya asam urat di Desa Pekaja akan menimbulkan berbagai penyakit antara lain, reumatik gout, gangguan fungsi ginjal, dan batu urat dalam ginjal. Perubahan gaya hidup, konsumsi obat tertentu dan menghindari makanan yang berkadar purin tinggi dapat mengendalikan asam urat. Dalam pengakajian Asuhan Keperawatan pada lansia Ny. M dengan Focus Utama pada Asam Urat di Desa Pekaja RT 05 RW 02 Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Pengelolaan pada asuhan keperawatan ini dilakukan selama 3 hari secara komprehensif dari tanggal 19 April 2014 sampai dengan tanggal 21 April 2014. Berdasarkan data di atas maka saya tertarik melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Asam Urat .

B. Tujuan a. Tujuan Umum Agar dapat mampu mengaplikasikan hasil pengkajian selama pendidikan dan penulis mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan Asam Urat .

b. Tujuan Khusus a. Penulis mampu menyusun latar belakang dan konsep dasar tentang asuhan keperawatan Asam Urat . b. Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan gerontik yang menderita Asam Urat melalui proses keperrawatan. c. Mengidentifikasi

adanya

kesenjangan

antara

teori

dan

praktek

keperawatan, serta factor penghambat dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik melalui pembahasan. d. Penulis mampu menyimpulkan hasil pembahasan

BAB II TUJUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1.

Pengertian Asam urat adalah hasil metabolisme tubuh oleh salah satu unsur protein yang mengandung purin. Oleh karena itu kadar asam urat didalam darah meningkat bila seseorang banyak mengkonsumsi daging atau makanan lainnya yang mengandung purin (Muttaqin Arif, 2008) Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih (Mansjoer , Arif. 2001)

2.

Etiologi Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat. a. Jenis kelamin dan umur b. Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-60 tahun).

c. Berat badan d. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat. e. Konsumsi alkohol f. Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh. g. Diet h. Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacangkacangan, rempelo dll. i. Obat-Obatan Tertentu j. Sejumlah obat dapat menempatkan

orang pada risiko untuk

mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

3. Tanda dan Gejala a. Stadium Arthritis Gout Akut 1)

Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.

2)

Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.

3)

Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacangkacangan, rempelo dll), kelelahan fisik, stres, diuretic.

4)

Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.

b. Stadium Interkritikal Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode interkritikal asimptomatik. c. Stadium Arthritis Gout Menahun Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

4. Patofisiologi Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menunpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.

Hiperurecemia merupakan hasil: -

meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal

-

menurunnya ekskresi asam urat

-

kombinasi keduanya

Gout sering menyerang wanita post menopouse usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau usia di atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki.

B. Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Fokus Pengkajian Pengkajian keluarga adalah suatu tahap dimana seorang perawatan mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya (Murwani, 2007). Sumber informasi dan tahapan dalam pengkajian dapat menggunakan metode : a.

Wawancara keluarga

b.

Observasi fasilitas rumah

c.

Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dari ujung rambut ke ujung kaki.

d.

Data sekunder contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap smear, dan sebagainya.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : 1) Nama kepala keluarga (KK) 2) Alamat dan telepon 3) Umur 4) Pendidikan Pendidikan atau informasi akan mempengaruhi tingkat pemahaman dan pengetahuan keluarga penderita dan penyakit maka hal ini akan bisa mencegah terjadinya komplikasi (Ngastiyah, 2005). 5) Tipe keluarga Menjelaskan tipe atau jenis keluarga serta menjelaskan kandala yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut (Murwani, 2007). 6) Tipe bangsa 7) Agama Mengkaji agama yang dianut dan kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan (Murwani, 2007). 8) Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga (Murwani, 2007). 9) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktifitas rekreasi (Murwani, 2007). b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Menurut Murwani(2007) adalah : 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Dengan adanya

penyakit

maka

akan

mempengaruhi

tahap

perkembangan yang sedang dijalani oleh keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang sakit sehingga dapat mengakibatkan gangguan dalam tugas masing-masing individu sesui dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani (Mubarak, 2012). 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Hal ini perlu dikaji karena dengan mengatahui tahap perkembangan yang belum terpenuhi akan bisa dicarikan solusinya agar tidak memberikan pengaruh yang tidak diinginkan terhadap anggota keluarga yang sakit (Mubarak, 2012). 3) Riwayat keluarga inti Untuk mengetahui apakah ada riwayat penyakit genetik pada 3 generasi yang ada pada genogram, dengan mengetahui ada tidaknya penyakit menular maka akan dapat diketahui ada atau tidaknya keluarga yang tertular (Smeltzer, 2005).

4) Riwayat keluarga sebelumnya Digunakan untuk mengetahui adanya penyakit yang serupa baik riwayat penyakit genetik atau menular pada generasi sebelumnya (Mubarak, 2012). c. Pengkajian lingkungan 1) Karateristik rumah Dalam masyarakat yang hidupnya tinggal dalam satu rumah yang sempit, dengan ventilasi udara kurang, serta tidak mendapat cahaya matahari yang cukup akan mempengaruhi kondisi kesehatan penderita dan keluarga (Mubarak, 2012). 2) Karateristik tetangga dan komunitas RW Tetangga dan komunitas yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi akan membantu proses pengobatan dalam hal memberikan motivasi kepada penderita untuk menjalankan pengobatannya (Mubarak, 2012). 3) Mobilitas geografis keluarga Pengkajian dilakukan untuk mengetahui kebiasaan keluarga berpindah tempat (Murwani, 2007). 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga menjadi suatu unit yang penting pada perawatan kesehatan masyarakat karena setiap individu menghabiskan sebagian besar waktunya di lingkungan keluarga (Stanhope, 2007). 5) Sistem pendukung keluarga

Keluarga dapat menjadi sarana saat pemulihan atau adaptasi dari suatu penyakit tanpa menghiraukan penyebabnya (Stanhope, 2007). d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga Semakin terbuka dalam komunikasi maka akan lebih memudahkan keluarga dalam memecahkan masalah khususnya katarak yang dialami penderita. Jika komunikasinya tertutup, maka akan menyulitkan dalam pemecahan masalah yang ada dalam keluarga (Stanhope, 2007). 2) Struktur kekuatan keluarga Hubungan keluarga yang timbal balik dapat mempengaruhi ketenangan sebuah keluarga (Mubarak, 2012). 3) Struktur peran Dengan adanya katarak dapat mengganggu struktur peran yang harusnya dijalani karena penderita katarak akan mengalami kelemahan yang berakibat ketidak mampuan beraktivitas sesuai dengan perannya (Carpenito, 2006). 4) Nilai dan norma keluarga Kebiasaan akan mempengaruhi derajat kesehatan karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung dari peerilaku manusia itu sendiri (Mubarak, 2012).

e. Fungsi keluarga 1) Fungsi afekif Keluarga yang mempunyai penderita penyakit kronis atau cacat akan mempengaruhi fungsi dari keluarga tersebut (Stanhope, 2007). 2) Fungsi sosial Dengan penyakit yang diderita oleh individu akan mengakibatkan proses sosial terganggu (Stanhope, 2007).

f. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi perawatan kesehatan menurut Murwani 2007 adalah 1) Kemampuan mengenal masalah kesehatan. Pengetahuan yang cukup akan penyakit asam urat akan sangat membantu dalam meminimalkan terjadinya komplikasi. 2) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk penderita asam urat. Keputusan yang tepat dapat membantu penanganan yang cepat sehingga komplikasi dari asam urat dapat dicegah. 3) Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami asam urat. Kejadian asam urat tidak hanya menimpa penderita, tetapi hal ini juga dapat mempengaruhi keluarga, hal ini mendorong keluarga untuk dapat merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang tepat untuk kesehatan. Kemampuan keluarga untuk menciptakan

lingkungan yang sehat

mencegah terjadinya komplikasi pada asam urat terhadap anggota keluarga karena lingkungan kotor, kurang ventilasi, kurang cahaya matahari, dan tingkat kelembaban yang tinggi akan memudahkan terjadinya resiko komplikasi. 5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat. Kemampuan keluarga memanfaatkan menurunkan

terjadinya

komplikasi

fasilitas penyakit

kesehatan akan asam

uratyang

membutuhkan waktu yang lama. g. Fungsi reproduksi Dengan penyakit yang diderita akan menyebabkan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan biologis pada masing-masing individu (Stanhope, 2007). h. Fungsi ekonomi Ekonomi yang cukup lebih sangat mendukung tercapainya derajat kesehatan khususnya tidak terjadinya keparahan akan tetapi mencapai tingkat kesembuhan ddengan dilakukan pengobatan (Mubarak, 2012). i. Stress dan koping keluarga 1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

Stressor merupakan faktor yang mengakibatkan adanya masalah jika stressor ini berhubungan dengan dilakukannya pengobatan (Mubarak, 2012). 2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi Respon yang baikakan membantu dalam pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit sehingga komplikasi dapat dicegah (Smeltzeer, 2005). 3) Strategi koping yang digunakan Semakin baik koping yang digunakan akan semakin memudahkan masalah

teratasi,

tetapi

apabila

strategi

koping

salah

akan

menimbulkan masalah yang berkelanjutan (Smeltzer, 2005). 4) Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan (Murwani, 2007). j. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada penderita asam urat menurut Smeltzer, (2005). Lakukan pemeriksaan darah, dan pemeriksaan asam urat pada lansia yang menderita asam urat. k. Harapan keluarga Harapan keluarga yang besar terhadap perawatan akan membantu dalam mengtasi masalah penyakit asam urat yang dialami oleh anggota keluarga, dengan harapan sembuh maka keluarga akan berusaha untuk

menyembuhkan penyakit yang dialami oleh anggota keluarga yang sakit (Mubarak, 2012)

b. Perumusan Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri 2. Resiko hambatan mobilitas fisik 3. Fokus Intevensi a.

Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit asam urat Tujuan umum

: Setelah pertemuan 1 minggu diharapkan

nyeri dapat berkurang Kriteri hasil intervensi

: untuk

mengatasi

Mengidentifikasi nyeri

dengan

dan tepat

menggunakan Melaporkan/

mengungkapkan nyeri berkurang, Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat. Tujuan Khusus 1

: Keluarga mampu mengenal masalah nyeri

akut pada Asam Urat. Intervensi menurut (Wilkinson, 2007). 1) Jelaskan kepada keluarga tentang nyeri akut yaitu pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Rasional

: Keluarga mengerti tentang nyeri akut

2) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian dari nyeri akut Rasional

: Keluarga mampu menyebutkan tetang pengertian nyeri

akut 3) Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya Rasional

: Keluarga mau mengungkapkan hal yang belum dimengerti

4) Evaluasi penjelasan yang telah disampaikan. Rasional

: Keluarga mampu mengungkapkan kembali yang

telah disampaikan. Tujuan khusus 2

: Keluarga

mampu mengambil keputusan yang

tepat untuk mengatasi nyeri akut Intervensi menurut Wilkinson (2007). 1) Diskusikan bersama keluarga tentang cara mengatasi masalah nyeri akut misalnya dengan mendemonstrsikan cara mengatasi nyeri pada asam urat dan mengaplikasikannya. Rasional

: Keluarga menemukan cara dalam menangani masalah

nyeri akut. 2) Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Rasional

: Keluarga dapat mengatasi masalah nyeri akut.

3) Bimbing keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat. Rasional

: Agar keluarga mampu melakukan tindakan yang telah

disarankan. 4) Beri reinforcemen positif atas keputusan yang diambil.

Rasional

: Keluarga merasa puas dan seneng dengan

keputusan yang diambil. Tujuan khusus 3

: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

sakit Asam Urat untuk mengatasi nyeri akut. Intervensi menurut Wilkinson (2007). 1) Gali pengetahuan dan kebiasaan keluarga dalam menangani masalh nyeri akut. Rasional

:

Keluarga

menjelaskan

tentang

kebiasaan

tentang

kebiasaan keluarga dalam menangani masalah nyeri akut. 2) Diskusikan bersama keluarga cara penanganan masalah nyeri akut. Rasional

: Keluarga mengetahui cara mengatasinyeri akut.

3) Demonstrasikan cara penanganan masalah nyeri akut. Rasional

: Keluarga mengerti cara penanganan masalah nyeri akut.

4) Beri kesempatan keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara menangani nyeri akut. Rasional

: Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali cara

menangani nyeri. 5) Berireinforcement positif atas tindakan yang benar. Rasional

: Keluarga merasa dihargai dan lebih percaya diri.

Tujuan khusus 4: Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman dan sehat untuk mengatasi nyeri akut. Intervensi menurut Wilkinson (2007). 1) Gali pengetahuan tentang keluarga tenang lingkungan yang sehat.

Rasional

: Keluarga mau mengungkapkan tentang lingkungan yang

sehat 2) Jelaskan cara menata rumah dan lingkungan yang sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi dan kotoran. Rasional

: Keluarga mengerti tentang lingkungan yang sehat.

3) Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang mendukung untuk mengatasi masalah nyeri akut pada asma urat. Rasional

: Keluaraga paham dan mengerti tentang lingkungan yang

mendukung untuk mngatasi masalah nyeri pada asam urat. 4) Motivasi keluarga untuk menciptakan lingkungan ruamah yang sehat. Rasional

: Keluarga menjadi termotivasi menciptakan lingkungan

sehat. Tujuan khusus 5: Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk mengatasi nyeri akut. Intervensi menurut Wilkinson (2007). 1) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Rasional

: Untuk mengetahui manfaat pentingnya fasilitas kesehatan

bagi keluaraga 2) Tanyakan pada keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan yang akan dipilih untuk mengatasi nyeri akut. Rasional

: Agar keluarga dapt mengunjungi bila terjadi nyeri akut

3) Motivasi keluarga untuk mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan Rasional

: Keluarga untuk termotivasi untuk mengunjungi tempat

pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan keluarga. 4) Beri reinforcement positif atas mina keluarga Rasional

: Keluarga berminat untuk mengunjungi tempat pelayanan

kesehatan yang ada di lingkungan keluarga. b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Aam Urat. Tujuan umum

:

Setelah

pertemuan

1

minggu

diharapkan

memperlihatkan mobilitas fisik. Kriteri hasil

: Memperlihatkan mobilitas fisik seperti semula.

Tujuan Khusus 1

: Keluarga mampu mengenal masalah hambatan mobilitas fisik

Intervensi menurut (Wilkinson, 2007). 1) Jelaskan kepada keluarga tentang hambatan mobilitas fisik yaitu keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. Rasional

: Keluarga mengerti tentang hambatan mobilitas fisik

2) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian dari hambatan mobilitas fisik. Rasional

:

Keluarga

hambatan mobilias fisik.

mampu

menyebutkan

tetang

pengertian

4) Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya. Rasional

: Keluarga mau mengungkapkan hal yang belum dimengerti

5) Evaluasi penjelasan yang telah disampaikan. Rasional

: Keluarga mampu mengungkapkan kembali yang telah

disampaikan. Tujuan khusus 2

: Keluarga

mampu mengambil keputusan yang

tepat untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik. Intervensi menurut Wilkinson (2007). 1) Diskusikan bersama keluarga tentang cara mengatasi masalah tentang hambatan mobilitas fisik. Rasional

: Keluarga menemukan cara dalam menangani masalah

hambatan mobilitas fisik. 2) Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Rasional

: Keluarga dapat mengatasi masalah mobilitas fisik.

3) Bimbing keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat. Rasional

: Agar keluarga mampu melakukan tindakan yang telah

disarankan. 4) Beri reinforcemen positif atas keputusan yang diambil. Rasional

: Keluarga merasa puas dan seneng dengan keputusan yang

diambil. Tujuan khusus 3

: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit Asam Urat untuk mengatasi hambatan moilitas fisik.

Intervensi menurut Wilkinson (2007). 1) Gali pengetahuan dan kebiasaan keluarga dalam menangani masalh hambatan mobilitas fisik. Rasional

: Keluarga menjelaskan tentang kebiasaan keluarga dalam

menangani masalah hambatan mobilitas fisik. 3) Diskusikan bersama keluarga cara penanganan masalah hambatan mobilitas fisik. Rasional

: Keluarga mengetahui cara mengatasi tentang hambatan

mobilitas fisik. 4) Demonstrasikan cara penanganan masalah hambatan mobilitas fisik. Rasional

: Keluarga mengerti cara penanganan masalah hambatan

mobilitas fisik. 5) Beri kesempatan keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara menangani hambatan mobilitas fisik. Rasional

: Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali cara

menangani hambatan mbilitas fisik. 5) Berireinforcement positif atas tindakan yang benar. Rasional

: Keluarga merasa dihargai dan lebih percaya diri.

Tujuan khusus 4: Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman dan sehat untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik. Intervensi menurut Wilkinson (2007). 1) Gali pengetahuan tentang keluarga tenang lingkungan yang sehat.

Rasional

: Keluarga mau mengungkapkan tentang lingkungan yang

sehat 2) Jelaskan cara menata rumah dan lingkungan yang sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi dan kotoran. Rasional

: Keluarga mengerti tentang lingkungan yang sehat.

3) Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang mendukung untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik.. Rasional

: Keluarga paham dan mengerti tentang lingkungan yang

mendukung untuk mngatasi hambatan mobilitas fisik. 4) Motivasi keluarga untuk menciptakan lingkungan ruamah yang sehat. Rasional

: Keluarga menjadi termotivasi menciptakan lingkungan

sehat. Tujuan khusus 5: Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik. Intervensi menurut Wilkinson (2007). 2) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Rasional

: Untuk mengetahui manfaat pentingnya fasilitas kesehatan

bagi keluarag 3) Tanyakan pada keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan yang akan dipilih untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik.

Rasional

: Agar keluarga dapt mengunjungi bila terjadi hambatan

mobilitas fisik. 4) Motivasi keluarga untuk mengunjungi temapt pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan Rasional

: Keluarga untuk termotivasi untuk mengunjungi tempat

pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan keluarga. 5) Beri reinforcement positif atas mina keluarga Rasional

: Keluarga berminat untuk mengunjungi tempat pelayanan

kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aeusculapius.

Muttaqin Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Prince, Sylvia Anderson, 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.

Sustrani dkk, 2007. Asam Urat. Jakarta. PT Gramedia Utama.

Related Documents

Lp Asam Urat
January 2021 1
Lp Asam Urat
January 2021 1
Lp Asam Urat
January 2021 3
Sap Keluarga Asam Urat
February 2021 0

More Documents from "Catherine Karundeng"