Lp Askep Keluarga Diare

  • Uploaded by: Widya Aryanti
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Askep Keluarga Diare as PDF for free.

More details

  • Words: 3,772
  • Pages: 20
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN  KONSEP DASAR KELUARGA A. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ). Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dan logan,1986 dalam Setiadi,2008). Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungandarah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan ( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).

B. Tipe Keluarga Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu : a.

Tipe Keluarga Tradisional 1.

Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

2. Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan

sanak

saudara,

misalnya

nenek,

keponakan,

saudara

sepupu,paman, bibi dan sebagainya. 3. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak. 4. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah/ibu)

dengan

anak

(kandung/angkat).

dapatdisebabkan oleh perceraian atau kematian.

Kondisi

ini

5.

“Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

b. Tipe Keluarga Non Tradisional 1. The Unmarriedteenege mather, adalah keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. 2. The Stepparent Family adalah keluarga dengan orang tua tiri. 3.

Commune Family adalah beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

4.

The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family adalah keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5.

Gay And Lesbian Family adalah seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami – istri (marital partners).

6.

Cohibiting Couple adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7. Group-Marriage Family adalah beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya. 8. Group Network Family adalah keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya. 9.

Foster Family adalah keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluargayang aslinya.

10. Homeless Family adalah keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. 11. Gang adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

C. Struktur Keluarga Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantarannya adalah : 1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah istri. 4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah suami. 5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

D. Fungsi keluarga Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut : a. Fungsi Biologis 1. Untuk meneruskan keturunan. 2. Memelihara dan membesarkan anak.

3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga 4. Memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi Psikologis 1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman. 2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga. 3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga. 4. Memberikan identitas keluarga. c. Fungsi Sosialisasi 1.

Membina sosial pada anak.

2.

Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

3.

Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

4.

Fungsi Ekonomi.

5.

Mencari

sumber-sumber

penghasilan

untuk

memenuhi

kebutuhankeluarga. 6.

Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

7.

Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masayang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

d. Fungsi pendidikan 1.

Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

2.

Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3.

Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

E. Peran Keluarga Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan. b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

F. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu: a. Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah : 1. Membina hubungan intim yang memuaskan. 2. Menetapkan tujuan bersama. 3.

Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.

4. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB. 5. Persiapan menjadi orang tua. 6.

Memahami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing). Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis

keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal : 1. Suami merasa diabaikan. 2. Peningkatan perselisihan dan argument. 3. Interupsi dalam jadwal kontinu. 4. Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah : 1. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan). 2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. 3. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan). 4. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. 5. Konseling KB post partum 6 minggu. 6. Menata ruang untuk anak. 7. Biaya / dana Child Bearing. 8. Memfasilitasi role learning angggota keluarga. 9. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : 1. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga. 2. Membantu anak bersosialisasi. 3. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi. 4. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga. 5. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak. 6. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : 1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas. 2. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual. 3. Menyediakan aktivitas untuk anak. 4. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga. e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada say ini adalah : 1. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi). 2. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi). 3. Memelihara hubungan intim dalam keluarga. 4. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah). Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : 1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2. Mempertahankan keintiman. 3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat. 4. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya. 5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6. Berperan suami – istri kakek dan nenek. 7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak- anaknya.

g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family). Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : 1. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan waktu santai. 2. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua. 3. Keakrapan dengan pasangan. 4. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga. 5. Persiapan masa tua/ pension.

h. Keluarga Lanjut Usia. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : 1. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup. 2. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian. 3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat. 4. Melakukan life review masa lalu.



KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian Diare Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong, 2001 : 883).Diare adalah pasase feses dan konsistensi lunak atau cair, sering dengan atau tanppa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada apitelium (Tusker, 1998 : 816).Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behiman, 1999 : 1273). Diare adalah keadanan frekuensi air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau adapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997 : 143).Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001 : 123). Jadi diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 x sehari pada anak sehingga mengacu kehilangan cairan dan elektrolit. B. Klasifikasi Diare dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Diare akut Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas defekasi. 2. Diare kronis Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu. C. Etiologi Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor : 1. Faktor infeksi a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut: 1) Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia, aeromonas, dsb. 2) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis), adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain

3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles, protzoa (Entamoeba histolytica, Giarella lemblia, tracomonas homonis), jamur (candida albicans). b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti otitis

media

akut

(OMA),

tonsilitist

tonsilofasingitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. 2. Faktor malabsorbsi a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa). b. Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi. c. Malabsorbsi lemak d. Malabsorbsi protein 3. Faktor makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 4. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar). D. Manifestasi Klinis Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nasfu makan berkurang atau tidak ada. Kemudian disertai diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah.Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Anus dan daerah sektiar timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sehingga akibat makin lama makin asam sehingga akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari latosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata dan ubun-ubun cekugn (pada bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 1997).

E. Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah : 1. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. F. Penatalaksanaan 1. Pemberian cairan Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya dan keadaan umum. a.

Pemberian cairan Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut : oralit.

b. Cairan parontenal Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan

tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan BB-nya. 2. Pengobatan dietetik Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan : -

Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).

-

Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.

-

Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak sejuh.

3. Obat-obatan Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb). -

Obat anti sekresi Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari

-

Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi.

-

Antibiotik Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia.

 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Pengkajian Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy, 1998). Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu : 1. Data Umum a) Identitas kepala keluarga b) Komposisi anggota keluarga c) Genogram d) Tipe keluarga e) Suku bangsa f)

Agama

g) Status sosial ekonomi keluarga 2. Aktifitas rekreasi keluarga a) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga b) Tahap perkembangan keluarga saat ini c) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi d) Riwayat keluarga inti e) Riwayat keluarga sebelumnya 3. Lingkungan a) Karakteristik rumah b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal c) Mobilitas geografis keluarga d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat e) System pendukung keluarga 4. Struktur keluarga a) Pola komunikasi keluarga

b) Struktur kekuatan keluarga c) Struktur peran (formal dan informal) d) Nilai dan norma keluarga 5. Fungsi keluarga a) Fungsi afektif b) Fungsi sosialisasi c) Fungsi perawatan kesehatan 6. Stress dan koping keluarga a) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga. b) Respon keluarga terhadap stress c) Strategi koping yang digunakan d) Strategi adaptasi yang disfungsional 7. Pemeriksaan fisik a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga c) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik 8. Harapan keluarga a) Terhadap masalah kesehatan keluarga b) Terhadap petugas kesehatan yang ada Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Supraji (2004), yaitu: 1. Membina hubungan baik Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan kunjungan, meyakinkan

keluarga

bahwa

kehadiran perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di keluarga. 2. Pengkajian awal

Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan yang dilakukan. 3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua) Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini

perawat

perlu

mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.

B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu: 1. Anallisa data Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan. 2. Perumusan diagnosa keperawatan Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi: a) Masalah yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. b) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif. c) Perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab. Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial Yaitu

keadaan

sejahtera

dari

keluarga

memenuhi

kebutuhan kesehatannya

penunjang

kesehatan

yang

dan

ketika

telah

mampu

mempunyai

sumber

memungkinkan dapat

digunakan.

Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E). 2) Diagnosa ancaman/risiko Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S). 3) Diagnosa nyata/actual/gangguan Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri

dari problem (P),

etiologi (E), dan sign/symptom (S).

Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga. Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004). 1) Skala prioritas Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi

dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor

terendah. Dalam menyusun prioritas masalah

kesehatan

dan

keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai berikut : a) Sifat masalah (actual, risiko, potensial) b) Kemungkinan masalah dapat diubah. c) Potensi masalah untuk dicegah. d) Menonjolnya masalah. Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah

dari

satu proses skoring

menggunakan skala

yang telah

dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998). 1. Kriteria : Bobot Skor

2. Sifat masalah : Aktual

=3

Risiko

=2

Potensial

=1

3. Kemungkinan masalah untuk dipecahkan Mudah

=2

Sebagian

=1

Tidak dapat = 0 4. Potensi masalah untuk dicegah Tinggi

=3

Cukup

=2

Rendah

=1

5. Menonjolnya masalah Segera diatasi = 2 Tidak segera diatasi = 1 Tidak dirasakan adanya masalah = 0 Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan : a.

Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot c.

Jumlahkan skor untuk semua criteria

d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

C. Rencana Keperawatan Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998). Langkah

pertama

yang

dilakukan

adalah

merumuskan

tujuan

keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan

stressor

dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat

pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan

pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000). Tujuan terdiri

dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana

mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.

Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut : 1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah. 2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah. 3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktorfaktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur. 4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan. 5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

D. Implementasi Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu: 1. Sumber daya keluarga. 2. Tingkat pendidikan keluarga. 3. Adat istiadat yang berlaku. 4. Respon dan penerimaan keluarga. 5. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

E. Evaluasi Evaluasi

merupakan

kegiatan

membandingkan

antara

hasil

implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998). Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana : 1. S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. 2. O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif. 3. A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif. 4. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Nursing, Concept and Practice. Lippincott : California,

Health

and

Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :EGC Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research Theory and Practice,4th Edition.Connecticut : Aplenton Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC Suprajitno.2004.Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :EGC Wright dan Leakey.1984.Penderita Obesitas.Jakarta : PT Pustaka Raya http://www.akkesaskep.com/2017/01/laporan-pendahuluan-asuhankeperawatan.html Guntur, prasetyo. 203. Laporan Pendahuluan Keperawatan http://arsipguntur.blogspot.co.id/2013/04lp-diare.html?m=1

Diare.

Related Documents

Lp Askep Keluarga Diare
February 2021 1
Lp-askep Diare
January 2021 1
Askep Diare
January 2021 0
Askep Keluarga
January 2021 0
Keluarga Dialog Diare
February 2021 1
Askep Keluarga
March 2021 0

More Documents from "Imelda Sie Fateemah"