Lp Bronchitis Pada Anak

  • Uploaded by: Devi Afina Azmi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Bronchitis Pada Anak as PDF for free.

More details

  • Words: 3,292
  • Pages: 17
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHITIS PADA ANAK

Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak Di Poli Anak RSU Haji Surabaya

Disusun Oleh :

Devi Afina Azmi NIM. P27220019260

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS OKTOBER 2019

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHITIS PADA ANAK

I.

KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna (Suryo, 2010). Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan, bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan dan sinus ke paru (Hidayat, 2008). Bronkitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan trachea oleh berbagai sebab. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus. Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis Bronkitis yaitu bronkitis akut dan kronik (Muttaqin, 2008).

B. Etiologi 1. Bronkitis Akut Penyebab utama penyakit bronkitis akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis akut dapat disebabkan karena non-infeksi karena paparan asap tembakau karena polutan pembersih rumah tangga dan asap. Pekerja yang terkena paparan debu dan uap dapat juga menyebabkan bronkitis akut. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut. 2. Bronkitis Kronik Bronkitis akut dapat menyebabkan bronkitis kronik jika tidak mengalami penyembuhan. Hal ini terjadi karena penebalan dan peradangan pada dinding bronkus paru-paru yang sifatnya permanen. Disebut bronkitis kronis

jika batuk terjadi selama minimal 3 bulan dalam setahun di dua tahun berturut. Yang termasuk penyebab bronkitis kronik adalah : a. Spesifik 1) Asma. 2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya: sinobronkitis). 3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur. 4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis. 5) Sindrom aspirasi. 6) Penekanan pada saluran napas. 7) Benda asing. 8) Kelainan jantung bawaan. 9) Kelainan sillia primer. 10) Defisiensi imunologis. 11) Kekurangan anfa-1-antitripsin. 12) Fibrosis kistik. 13) Psikis. b. Non-Spesifik 1) Perokok. 2) Polusi udara dan debu. 3) Gas beracun di tempat kerja. 4) Gastroesophageal reflux desease (GERD). GERD adalah asam lambung yang naik kedalam esophagus dan beberapa tetes masuk ke saluran napas.GERD sebabkan karena lemahnya katup lambung yang memisahkan antara lambung dan esophagus. (Raharjoe, 2012)

C. Klasifikasi Bronkitis dapat diklasifikasikan sebagai : 1.

Bronkhitis Akut Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA)

bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dan karena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea

dan

bronkus.

Gangguan

ini

sering

juga

disebut

laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi. 2.

Bronkitis Kronis atau Batuk Berulang Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya. Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi paru. (Raharjo, 2012)

D. Tanda dan Gejala 1. Tanda dan gejala pada kondisi bronchitis akut : a) Batuk b) Terdengar ronki c) Suara yang berat dan kasar d) Wheezing

e) Demam f) Produksi sputum meningkat 2. Tanda dan gejala bronchitis kronis : a) Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab b) Sering mengalami infeksi saluran nafas (misalnya: pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk c) Gejala bronchitis akut lebih dari 2-3 minggu d) Demam tinggi e) Sesak nafas jika saluran tersumbat f) Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau

E. Patofisiologi 1.

Pathway

Meningkatnya produksi mucus, disebabkan oleh infeksi dan iritasi dan iritan melalui udara yang menghambat jalur udara di paru-paru, mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menukar gas. Ada dua bentuk bronchitis; bronchitis akut, dimana kemacetan jalur udara dapat dibalik, dan bronchitis kronis, dimana kemacetan tidak dapat dibalik. Pasien dengan bronchitis akut merupakan gejala khas untuk 7 sampai 10 hari sering karena kuman virus (tetapi kadang kadang oleh bakteri) infeksi. Pasien dengan bronchitis kronis akan mempunyai gejala gejala batuk produktif kronis untuk setidaknya 3 bulan berurutan dalam 2 tahun berurutan. Ada peningkatan produksi lender, perubahan radang, dan yang terakhir fibrosis di dalam dinding jalur udara. Pasien dengan bronchitis kronis lebih mungkin untuk terkena infeksi pernafasan. (Mary DiGiulio, dkk. 2014).

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Bayangan di paru-paru pada sinar X dada selama infeksi 2. Tes fungsi paru-paru menunjukan : a) Forced Vital Capacity (FCV) berubah karena diperlukan lebih banyak waktu untuk menghirup udara setelah inhalasi maksimal. b) FEV1 turun karena diperlukan lebih banyak waktu untuk ekshalasi. c) Residial Volume (RV) naik karena udara terperangkap. 3. Oksigen turun dan karbondioksida naik di arterial blood gas. (Mary DiGiulio, dkk. 2014).

G. Komplikasi Komplikasi bronkitis yang diderita dapat terjadi karena terlambatnya penanganan bronchitis tersebut. Hal ini tidak lagi jarang ditemukan. Bahkan cenderung banyak masyarakat yang menyepelekan penyakit bronkitis dan membuatnya menjadi semakin parah dan terjadi komplikasi. 1.

Pneumonia Pneumonia adalah penyakit yang pasti muncul setelah terjadi komplikasi pada penyakit bronkitis. Tidak dapat dipungkiri penyakit ini akan menyebabkan keadaan paru menjadi semakin parah. Khususnya pneumonia ini akan terjdi

pada pasien bronkitis yang lanjut usia. Tidak jarang jika pasien membutuhkan penanganan sesak nafas mendadak pada kasus-kasus pneumonia. 2.

Otitis Media Otitis media adalah penyakit infeksi yang terjadi di bagian telinga. Keadaan ini ternyata dapat terjadi pada penderita bronkitis yang mengalami komplikasi. Pasalnya, saluran pernafasan memang memiliki hubungan dengan telinga.

3.

Efusi Pleura Efusi pleura merupakan kondisi yang terjadi akibat adanya penumpukan cairan di antara lapisan pleura paru-paru. Pleura atau membran paru-paru ini tidak boleh memiliki cairan berlebih. Karena akan membuat pernafasan menjadi tidak normal.

4.

Bronkitis Kronis Bronkitis kronis adalah penyakit bronkitis yang terjadi menahun. Keadaan ini juga merupakan akibat dari komplikasi penyakit bronkitis akut yang terjadi dalam waktu hari atau minggu saja. Jika menderita bronkitis kronis, maka biasanya perawatan pemulihannya pun akan semakin rumit dilakukan.

5.

Sinusitis Sinusitis adalah penyakit yang dapat terjadi pada anak yang mengidap bronkitis. Alasannya adalah karena sinusitis ini merupakan peradangan yang terjadi pada rongga hidung. Jadi, anak akan mengalami banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan sinusitis.

6.

Pleuritis Pleuritis adalah penyakit radang pada pleura. Pleura adalah lapisan tipis yang membungkus paru-paru. Jika terjadi pada penderita bronkitis, maka pasien akan mengalami rasa sakit atau nyeri di dada. Keadaan ini akan menyebar hingga menjadi penyakit pleuritis. Oleh sebab itu, ketahuilah bagaimana cara mencegah pleuritis terjadi akibat komplikasi bronkitis ini.

7.

Infeksi Pernafasan Infeksi pernafasan sangat mungkin terjadi pada penderita bronkitis. Terutama jika bronkitis sudah semakin menyebar dan menyebabkan komplikasi. Oleh sebab itu, perlu mencegah penyebaran penyakit bronkitis sesegara mungkin

sebelum semakin parah. Jika perlu pasien dapat menggunakan pengobatan alami infeksi paru yang dipercaya aman dalam masyarakat. 8.

Atelektasis Atelektasis adalah penyakit atau gangguan paru paru yang menunjukkan gejala pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru. Hal ini akibat terjadinya penyumbatan pada saluran pernafasan. Keadaan ini sangat mungkin terjadi pada pasien yang menderita bronkitis karena gangguan pada saluran pernafasannya.

9.

Gagal Nafas Gagal nafas adalah penyakit paru-paru yang paling berat yang dapat terjadi pada penderita bronkitis. Keadaan ini sesuai namanya menunjukkan bahwa terjadi masalah pernafasan bahkan menyebabkan penderita tidak lagi dapat bernafas dengan normal.

10. Bronkiektasis Bronkiektasis adalah kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh dilatasi paruparu yang terjadi tidak normal. Paru-paru menjadi melebar dan saluran pernafasan melebar dan menyebabkan produksi lendir di paru-paru terus meningkat.

H. Penatalaksanaan Medis Bronchitis akut diobati dalam jangka pendek dengan pengobatan simtomatik dan antibiotic ketika ada infeksi bakteri. Bronchitis kronis diobati dengan kombinasi medikasi untuk menjaga jalur udara tetap terbuka, mengurangi inflamasi di dalam jalur udara, dan mencegah komplikasi atau gejala sakit mendadak. 1. Memberika Beta2-agonist yang dihirup atau nebulizier untuk memperbesar bronkus : 

Terbutaline, albuterol, levallbuterol



Formoterol, salmeterol

2. Memberikan anticholinergic agar otot bronchial yang lembut bias rileks : 

Ipratropium, tiotropium inhaler

3. Memberikan steroid untuk mengurangi inflamasi pada jalur udara :



Hydrocortisone, methylprednisolone secara sistematis



Beclomethasone, triamcinolone, fluticasone, budesonide, flunisoslide inhalers



Prednisolone, prednisone secara oral

4. Memberikan methylxanthines untuk meningkatkan bronkodilasi : 

Aminophylline



Theophylline (Theo-Dur)

5. Memberikan diuretic untuk mengurangi retensi cairan pada pasien dengan gagal jantung : 

Furosemide, bumetanide

6. Memberikan ekspektoran untuk membantu mengencerkan sekresi : 

Guaifepsin

7. Memberikan antibiotic pada kekambuhan akut dari bronchitis kronis : 

Dipilih berdasar kultur dan sensitivitas atau diberikan secara empiric

8. Memberikan antacid, H2 bloker, atau penghalang pompa proton untuk menurunkan

jumlah

asam

dalam

perut,

mengurangi

kemungkinan

pembentukan tukak/luka karena stress akibat penyakit atau efek medikasi. 

Antacid : aluminum hydroxide/magnesium hydroxide, calcium carbonat



H2 blokers : ranitidine, famotidine, nizatidine, cimetidine



Penghalang pompa protons : omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, pantoprazole.

9. Memberikan vaksin untuk menurunkan kesempatan infeksi : 

Influenza



Pneumonia

10. Oksigen : 2 liter per menit via nasal canula untuk membantu kebutuhan tubuh; laju aliran rendah membantu mengurangi dyspnea sementara menghindari CO2 11. Meningkatkan protein, kalori, dan vitamin C dalam diet untuk memenuhi kebutuhan tubuh. 12. Memberikan katup flutter pada spignometer insentif untuk mendorong batuk dan mengeluarkan lender.

13. Nocturnal negative pressure ventilation digunakan untuk pasien hypercapnic (tingkat CO2 naik).

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN Menurut marlin E. Doengoes dkk (2000) : 1.

Pengkajian Dasar data pengkajian pasien bronkhitis adalah : a. Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelelahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, dispnea saat tidur Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum b. Sirkulasi Gejala : pembengkakan pada ekstremitas bawah Tanda : peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung atau takhikardi berat, edema, warna kulit atau membran mukosa pucat c. Integritas ego Gejala : peningkatan faktor resik, perubahan pola hidup Tanda : ansietas, ketakutan pada rangsang d. Makanan / cairan Gejala : mual / muntah, ketidakmampuan makan karena distress pernapasan, peningkatan BB menunjukkan edema Tanda : turgor kulit buruk, edema, berkeringat, palpitasi abdominal dapat mengakibatkan hepatomegali e. Hygiene Gejala : penurunan penampilan/memerlukan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari Tanda : kebersihan buruk, bau badan f. Pernapasan Gejala : batuk menetap dengan produksi sputum tiap hari (terutama pada saat bangun) produksi sputum dapat banyak sekali riwayat pneumonia berulang terpasang pada polusi kimia / iritan Tanda : penggunaan otot bantu pernafasan

g. Keamanan Gejala : riwayat sensitif terhadap zat/faktor lingkungan adanya infeksi berulang

2.

Diagnosa Keperawatan a. Pola nafas tidak efektif b/d broncokontriksi, mukus b. Nyeri b/d patologis penyakit atau iritasi c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual/muntah d. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 (kelemahan) e. Ansietas b/d perubahan status kesehatan f. Perubahan pola tidur b/d sesak

3. No 1

Intervensi Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil

Diagnosa Keperawatan

(NOC)

Pola nafas tidak efektif b/d broncokontriksi, mukus.

-

Definisi : Pertukaran udara inspirasi

-

dan/ekspirasi tidak adekuat. Batasan karakteristik :

-

v - Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi tidak adekuat v - Penurunan pertukaran udara per menit v - Menggunakan otot pernapasan tambahan

Intervensi (NIC)

NOC :

Airway Management :

- Respiratoty status :

1. Buka jalan napas,

ventilation

gunakan teknik chin lift

- Respiratory status :

atau jaw thrust bila

airway patency

perlu

-

Vital sign status

2. Posisikan pasien untuk

Kriteria hasil :

memaksimalkan

1. Mendemonstrasikan

ventilasi

batuk efektif dan suara

3. Identifikasi pasien

napas yang bersih, tidak

perlunya pemasangan

ada sianosis dan dyspneu

alat jalan napas buatan

2. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien

v - Nasal faring

tidak merasa tercekik,

v - Dispnea

irama napas dan

4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 6. Keluarkan sekret

v - Orthopnea

frekuensi napas dalam

dengan batuk atau

v - Perubahan penyimpangan

rentang normal, tidak

suction

dada v - Nafas pendek v - Assumption of 3 – point position

ada suara napas abnormal)

7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan Terapi Oksigen :

v - Pernapasan pursed lip

1. Bersihkan mulut,

v - Tahap ekspirasi berlangsung

hidung dan secret trakea

sangat lama v - Peningkatan diameter anterior dan posterior v - Pernapasan rata – rata normal :

2. Pertahankan jalan napas yang paten 3. Pertahankan posisi pasien 4. Observasi adanya tanda-

a.

Bayi : <25 atau >60

tanda hipoventilasi

b.

1-4 th : <20 atau >30

Vital Sign Monitoring :

c.

5-4th : <14 atau >25

1. Monitor TD, nadi, suhu

d.

>14 th : <11 atau >24

dan RR

v - Kedalaman pernapasan a.

a. Dewasa, volume tidal 500 ml saat istirahat

b.

b. Bayi, volume tidal 6-8 m/kg

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Monitor TD, nadi dan RR sebelum dan sesudah aktivitas

v - Timing rasio

4. Identifikasi penyebab

v - Penurunan kapasitas vital

dari perubahan vital sign

Faktor yang berhubungan: v - Hiperventilasi v - Deformitas tulang v - Kelainan bentuk dinding dada v - Penurunan energi atau kelelahan v - Perusakan atau pelemahan

muskuloskeletal v - Obesitas v - Posisi tubuh v - Kelelahan otot pernapasan v - Hipoventilasi sindrom v - Nyeri v - Kecemasan

2

Nyeri b/d patologis penyakit

NOC

atau iritasi

v - Pain level

Definisi :

v - Pain control

Pengalaman sensori dan

v - Comfort level

emosional yang tidak

Kriteria Hasil :

NIC Pain Management v 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi,

menyenangkan yang muncul v 1. Mampu mengontrol

karakteristik, kualitas dan

akibat kerusakan jaringan

faktor prespitasi

yang aktual atau potensial

nyeri

v 2. Melaporkan bahwa nyeri v 2. Observasi reaksi

atau digambarkan dalam

berkurang dengan

nonverbal dari

kerusakan sedemikian rupa

menggunakan manajemen

ketidaknyamanan

Batasan Karakteristik :

nyeri

v 3. Gunakan teknik

v - Perubahan selera makan

v 3. Mampu mengenali nyeri

v - Perubahan tekanan darah

v 4. Menyatakan rasa nyaman untuk mengetahui

v - Perubahan frekuensi jantung v - Perubahan frekuensi pernapasan

setelah nyeri berkurang

komunikasi terapeutik

pengalaman nyeri pasien v 4. Ajarkan teknik non farmakologi v 5. Monitor penerimaan

v - Laporan isyarat

pasien tentang manajemen

v - Diaforesis

nyeri

v - Perilaku distraksi v - Mengekspresikan perilaku v - Sikap melindungi area nyeri v - Dilatasi pupil v - Melaporkan nyeri secara

v 6. Cek riwayat alergi

verbal Faktor yang berhubungan : v Agen cedera (misalnya biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

3

Ketidakseimbangan nutrisi

NOC

kurang dari kebutuhan tubuh v - Nutritional status : food b/d anoreksia, mual/muntah

and fluid intake

Definisi :

Kriteria hasil :

Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme Batasan karakteristik : v - Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal v - Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA v - Membran mukosa dan konjungtiva pucat v - Kelemahan otot yang

NIC Nutrition Management v 1. Kaji adanya alergi makanan

v 1. Adanya peningkatan BB v 2. Kolaborasi dengan ahli sesuai dengan tujuan

gizi untuk menentukkan

v 2. Berat badan sesuai

jumlah kalori dan nutrisi

dengan tinggi badan

yang dibutuhkan pasien

v 3. Mampu mengidentifikasi v 3. Anjurkan pasien untuk kebutuhan nutrisi v 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi v 5. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti

meningkatkan intake Fe v 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein da vitamin C v 5. Berikan substansi gula v 6. Yakinkan diet yang

digunakan untuk menelan /

dimakan tinggi serat untuk

mengunyah

mencegah konstipasi

v - Luka, inflamasi pada rongga mulut v - Mudah merasa kenyang,

v 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Nutrition Monitoring

sesaat setelah mengunyah

v 1. BB dalam batas normal

makanan

v 2. Monitor tipe dan jumlah

v - Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan v - Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

aktivitas yang biasa dilakukan v 3. Monitor lingkungan selama makan

v - Kurangnya informasi

v 4. Monitor turgor kulit v 5. Monitor mual dan

Faktor yang berhubungan : v Ketidakmampuan pemasukan

muntah

atau mencerna makanan atau

v 6. Monitor makanan

mengabsorbsi zat – zat gizi

kesukaan

berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

4

Intoleransi aktivitas b/d

NOC

ketidakseimbangan antara

v - Energy conservation

suplai dan kebutuhan O2

v - Activity tolerance

(kelemahan)

v - Selfcare : ADLs

Definisi : Ketidakcukupan energi

NIC Activity Therapy v 1 Kolaborasikan dengan

Kriteria hasil : v 1. Berpartisipasi dalam

tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program therapy yang

psikologis atau fisiologis

aktivitas fisik tanpa disertai

untuk melanjutkan atau

peningkatan tekanan darah, v 2. Bantu klien

menyelesaikan masalah /

nadi, RR

aktivitas sehari-hari yang

v 2. Mampu melakukan

tepat

mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

harus atau yang ingin

aktivitas sehari-hari (ADLs) v 3. Monitor vital sign

dilakukan

secara mandiri

Batasan Karakteristik : v - Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas v - Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia v - Ketidaknyamanan setelah beraktivitas v - Dispnea setelah beraktivitas v - Menyatakan merasa letih v - Menyatakan merasa lemas Faktor yang berhubungan :

v 3. TTV normal v 4. Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat

sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

v - Tirah baring atau imobilisasi v - Kelemahan umum v - Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen v - Imobilitas v - Gaya hidup monoton

5

Ansietas b/d perubahan status

NOC

kesehatan

v - Anxiety self – control

Definisi :

v - Anxiety level

Perasaan tidak nyaman atau v - Coping kekhawatiran yang samar disertai respon autonom Batasan Karakteristik : a. Perilaku - Pernurunan produktivitas - Gerakan yang ireleven - Gelisah - Melihat sepintas

Kriteria Hasil : v 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas v 2. Vital sign dalam batas normal v 3. Postur tubuh, ekspresi

NIC Anxiety Reduction v 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan v 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien v 3. Identifikasi tingkat kecemasan v 4. Bantu pasien mengenal situasi mengenal situasi yang menimbulkan

- Insomnia

wajah, bahasa tubuh dan

kecemasan

- Agitasi

tingkat aktivitas

- Mengintai

menunjukkan berkurang

menggunakan teknik

- Tampak waspada

kecemasan

relaksasi

NOC

NIC

v 5. Instruksikan pasien

b. Affektif - Gelisah, Distress - Kesedihan yang mendalam - Ketakutan - Perasaan tidak adekuat 6

Gangguan pola tidur b/d sesak

v - Anxiety reduction

Sleep Enhacement

Definisi :

v - Comfort level

Gangguan kualitas dan

v - Pain level

kuantitas waktu tidur akibat v - Rest : extent and pattern faktor eksternal Batasan karakteristik :

v 1. Determinasi efek – efek medikasi terhadap pola tidur

v - Sleep : extend and pattern v 2. Jelaskan pentingnya Kriteria hasil :

tidur yang adekuat

v - Perubahan pola tidur normal v 1. Jumlah jam tidur dalam v 3. Ciptakan lingkungan v - Penurunan kemampuan berfungsi v - Ketidakpuasan tidur

batas normal 6-8 jam/hari

v 2. Pola tidur, kualitas dalam v 4. Monitor / catat batas normal

v - Menyatakan sering terjaga v 3. Perasaan segar sesudah v - Menyatakan tidak merasa cukup istirahat

yang nyaman

kebutuhan pasien setiap hari & jam

tidur atau istirahat v 4. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marlyn, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC Donna Jackson & Mary Digiulio. Editor Khudazi Aulawi (2014). Keperawatan Medikal Bedah Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistim Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction. Rahajoe N., 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. pp.583-593

Related Documents

Lp Bronchitis Pada Anak
January 2021 3
Lp Diare Pada Anak
January 2021 1
Lp Diare Pada Anak
January 2021 5
Lp Diare Pada Anak
February 2021 0
Lp Kejang Demam Pada Anak
January 2021 1
Plf Tortitolis Pada Anak
January 2021 0

More Documents from "Nes Tri"

Lp Bronchitis Pada Anak
January 2021 3
Klp Iv (1).pdf
January 2021 1
1 Ammaku Sahayam(nmg)
January 2021 0
January 2021 6