Lp Defisit Perawatan Diri

  • Uploaded by: Irwan Basri S Kep
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Defisit Perawatan Diri as PDF for free.

More details

  • Words: 2,126
  • Pages: 15
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun oleh : PERMADI NUR P SN 162127

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017 / 2018

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. LATAR BELAKANG Perawatan diri adalah salah satu kemmpuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan / melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1.

Definisi Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya

guna

memepertahankan

kehidupannya,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2013). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2014). Menurut Poter. Perry (2015), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2008).

2.

Tanda dan gejala a.

Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor

b.

Ketidakmampuan berhias / berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.

c.

Ketidakmampuan

makan

secara

mandiri,

ditandai

oleh

ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya d.

Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB / BAK

Menurut Depkes (2013: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: a.

Fisik 1) Badan bau, pakaian kotor. 2) Rambut dan kulit kotor. 3) Kuku panjang dan kotor 4) Gigi kotor disertai mulut bau 5) Penampilan tidak rapi

b.

Psikologis 1) Malas, tidak ada inisiatif. 2) Menarik diri, isolasi diri. 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c.

Sosial 1) Interaksi kurang 2) Kegiatan kurang 3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma. 4) Cara makan tidak teratur 5) BAK dan BAB di sembarang tempat

3.

Jenis dari masalah utama Menurut (Nurjannah : 2014, 79 ) : a.

Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

b.

Kurang perawatan diri ( mandi ) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.

c.

Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri ( mengenakan pakaian ) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

d.

Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri

( makan ) adalah gangguan kemampuan

untuk menunjukkan aktivitas makan. e.

Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting ) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri

4.

Penyebab terjadinya masalah Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2008) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.

5.

Faktor predisposisi a.

Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu

b.

Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri

c.

Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri

d.

Sosial Kurang

dukungan

lingkungannya.

dan

Situasi

latihan

kemampuan

lingkungan

perawatan

mempengaruhi

diri

latihan

kemampuan dalam perawatan diri

6.

Faktor presipitasi Merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah, lemas yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2013:59) factor- factor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: a. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya: dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli kebersihan dirinya. b. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygiene c. Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, shampo dan alat mandi semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan seorang mengunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun , shampo dan lain-lain. g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya 7.

Akibat terjadinya masalah a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Data subyektif 1) Klien mengatakan saya tidak mampu mandi 2) Merasa tidak bisa melakukan apa-apa Data obyektif 1) Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis 2) Badan bau 3) Kulit kotor b. Isolasi Sosial Data subyektif 1) Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bias 2) Merasa tidak tahu apa-apa, bodoh 3) Mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif 1) Klien terlihat lebih suka sendiri 2) Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan 3) Ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup 4) Apatis, ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang 5) Aktivitas menurun 6) Menolak berhubungan 7) Kurang memperhatikan kebersihan

c. Defisit Perawatan Diri Data subyektif 1) Pasien merasa lemah 2) Malas untuk beraktivitas 3) Merasa tidak berdaya. Data obyektif 1) Rambut kotor, acak – acakan 2) Badan dan pakaian kotor dan bau 3) Mulut dan gigi bau. 4) Kulit kusam dan kotor 5) Kuku panjang dan tidak terawatt

C. POHON MASALAH

Resiko tinggi isolasi sosial

: akibat

Defisit perawatan diri

: core problem

Harga Diri Rendah Kronis

: sebab

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2.

Isolasi Sosial

3.

Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB / BAK

E. RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa 1: Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri Tujuan Umum

: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri

Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Intervensi : 1.

Berikan salam setiap berinteraksi.

2.

Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

3.

Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

4.

Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

5.

Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

6.

Buat kontrak interaksi yang jelas.

7.

Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

8.

Penuhi kebutuhan dasar klien.

1.

Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Intervensi a.

:

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

b.

Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

c.

Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

d.

Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e.

Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.

f.

Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.

g.

Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

2.

Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Intervensi

:

a.

Motivasi klien untuk mandi.

b.

Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c.

Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d.

Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e.

Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f.

Bekerjasama

dengan

keluarga

untuk

mengadakan

fasilitas

kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

3.

Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Intervensi

:

a.

Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur

b.

Ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

4.

Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Intervensi

:

a.

5.

Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Intervensi a.

:

Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.

b.

Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

c.

Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.

d.

Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.

e.

Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f.

Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.

g.

Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2: Isolasi sosial

Tujuan Umum

: Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi

Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi

:

1.

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

2.

Beri perhatian dan penghaargaan : temani klien walau tidak menjawab.

3.

Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Intervensi a.

:

Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya

b.

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul

c.

Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul

d.

Berikan

pujian

terhadap

kemampuan

klien

mengungkapkan

perasaannya

2. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Intervensi a.

Kaji

: pengetahuan

klien

tentang

manfaat

dan

keuntungan

berhubungan dengan orang lain b.

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain

c.

Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

d.

Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

e.

Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

f.

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain

g.

Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

h.

Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

3. Klien dapat melaksanakan hubungan social Intervensi

:

a.

Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

b.

Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain

c.

Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

d.

Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e.

Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

f.

Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g.

Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Intervensi a.

:

Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain c.

Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

Diagnosa 3 Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB / BAK Tujuan

Umum

: Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri

Khusus : 1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 2. Pasien mampu melakukan berhias / berdandan secara baik 3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik 4. Pasien mampu melakukan BAB / BAK secara mandiri

Intervensi 1.

:

Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2.

Melatih pasien berdandan/berhias Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a) Berpakaian b) Menyisir rambut c) Berhias

3. Melatih pasien makan secara mandiri a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan b) Menjelaskan cara makan yang tertib c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2013. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta Kaplan Sadoch. 2008. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2007. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2007. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2011. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2015 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2014. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, 2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. Townsend, Marry C. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2014. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia

Related Documents


More Documents from "Lena Caleopatra"

Askep Bayi Baru Lahir
March 2021 0
Lp Defisit Perawatan Diri
January 2021 1
Askep Hipermetropi.doc
February 2021 0
Crm.pdf
January 2021 5
Pathway Batu Ginjal
February 2021 1