Lp Dhf

  • Uploaded by: Dyan TD
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Dhf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,925
  • Pages: 13
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA DHF DI RUANG DAHLIA 1 RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

Disusun oleh : Ach. Maskur 201110420311202

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DENGUE HAEMORRAGHIC FEVER (DHF) 1.

Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 2011). Adapun klasifikasi DHF menurut WHO sebagai berikut: a. Derajat I Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif). Derajat II Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain. c. Derajat III Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg, b.

d. 2.

kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi). Derajat IV Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.

Penyebab a. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. b. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita,2007). c. Host Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih

mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990). 3.

Tanda dan Gejala a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma. d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri. e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati. f. Sakit kepala. g. Pembengkakan sekitar mata. h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening. i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah) (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007). KLASIFIKASI DHF Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat yaitu : a. Derajat I Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif b. Derajat II Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

c. Derajat III Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg. d. Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007). 4.

Patofisiologi Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi– virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi–virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan

fungsi

trombosit,

trombositopeni,

coagulopati.

Ketiga

hal

tersebut

menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007). 5. Komplikasi Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya : a. Perdarahan luas. b. Shock atau renjatan. c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran. 6. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium a. Ig.G dengue positif b. Trombositopenia c. Hemoglobin meningkat d. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat) e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia dan hipokalemia f. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan limposit, monosit dan basofil g. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat h. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat i. Waktu pendarahan memanjang j. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah 2. Pemeriksaan serologi Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan ( 104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml 3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

7. Penanganan/Penatalaksanaan Medik a. DHF tanpa Renjatan 1)

Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )

2)

Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres

3)

Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi ,

beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB. 4)

Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

b. DHF dengan Renjatan 1)

Pasang infus RL

2)

Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )

3)

Tranfusi jika Hb dan Ht turun

Keperawatan a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam 1)

Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 Jam

2)

Observasi intake - output

3)

Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam ,

4)

Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

5)

Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit.

b. Resiko Perdarahan 1)

Obsevasi perdarahan : Peteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena

2)

Catat banyak, warna dari perdarahan

3)

Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal

c. Peningkatan suhu tubuh 1)

Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik

2)

Beri minum banyak

3)

Berikan kompres

8. Clinical Pathway Arbovirus (Aedes aegypti) Beredar di aliran darah Infeksi virus (viremia) Hepatomegali Mengaktivasi sistem komplemen Nyeri Membentuk dan melepaskan C3a dan C5a Hypothalamus Hipertermi

Resiko syok hipovolemik Terjadi renjatan dan hipotensi Kebocoran plasma Ke ekstravaskuler Abdomen: asites Mual,muntah,anoreksia Perubahan nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh

Reabsorbsi Na+ +H2O Permeabilitas kapiler resiko perdarahan Trombositopenia trombosit dalam darah Perdarahan Difisit volume cairan Hb dalam darah Kurang pengetahuan suplai O2 Gangguan perfusi jaringan

(Ngastiyah, 2011).

9. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi : 1) Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya). 2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. 3) Kaji riwayat keperawatan. 4) Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran). b. Diagnosa Keperawatan 1) Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam. 2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan. 4) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi 5) Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

c. Intervensi Keperawatan N o 1.

Dx. Keperawat an Hipertermi a b/d proses infeksi virus dengue

NOC

NIC

Setelah Fever treatment dilakukan 1. Monitor suhu sesering mungkin tindakan 2. Monitor IWL keperawatan 3. Monitor warna dan suhu kulit selama 3x24 4. Monitor tekanan darah, nadi dan jam, RR menunjukkan 5. Monitor penurunan tingkat temperatur kesadaran dalam batas 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct normal dengan 7. Monitor intake dan output Kriteria Hasil : 8. Berikan anti piretik 9. Berikan pengobatan untuk 1. Bebas dari mengatasi penyebab demam kedinginan 10. Selimuti pasien (5) 11. Lakukan tapid sponge 2. Suhu tubuh 12. Kolaborasipemberian cairan dalam intravena rentang 13. Kompres pasien pada lipat paha dan normal 36,5aksila 37,5 (5) 14. Tingkatkan sirkulasi udara 3. Mukosa bibir 15. Berikan pengobatan untuk lembab (5) mencegah terjadinya menggigil 4. Kulit tidak teraba panas Temperature regulation (5) 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam 5. Nadi dan RR 2. Rencanakan monitoring suhu dalam secara kontinyu rentang 3. Monitor TD, nadi, dan RR normal (5) 4. Monitor warna dan suhu kulit 6. Tidak ada 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan perubahan hipotermi warna kulit 6. Tingkatkan intake cairan dan dan tidak ada nutrisi pusing (5) 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh 8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

9.

Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan 10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan 11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan 12. Berikan anti piretik jika perlu Vital sign Monitoring 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan 8. Monitor suara paru 9. Monitor pola pernapasan abnormal 10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 11. Monitor sianosis perifer 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) 13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign 2.

Risiko defisit volume cairan berhubung an dengan pindahnya cairan intravaskul er keekstravas kuler.

Setelah Fluid management dilakukan 1. Timbang popok/pembalut jika tindakan diperlukan keperawatan 2. Pertahankan catatan intake dan output selama 3x24 yang akurat jam. Kebutuhan 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban cairan klien membran mukosa, nadi adekuat, dapat terpenuhi tekanan darah ortostatik ), jika dengan kriteria diperlukan hasil: 4. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan 1. Input dan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas output urin ) seimbang 5. Monitor vital sign (5) 6. Monitor masukan makanan / cairan dan 2. Vital sign hitung intake kalori harian dalam batas 7. Kolaborasi pemberian cairan IV normal (5) 8. Monitor status nutrisi 3. Tidak ada 9. Berikan cairan tanda-tanda 10.Berikan diuretik sesuai interuksi syok (5) 11.Berikan cairan IV pada suhu ruangan 4. Akral hangat 12.Dorong masukan oral (5) 13.Berikan penggantian nesogatrik sesuai 5. Capilarry output

refill < detik (5)

4.

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung an dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual muntah dan nafsumaka n yang menurun.

3

14.Dorong keluarga untuk membantu pasien makan 15.Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) 16.Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk 17.Observasi capillary

Setelah Nutrition Management dilakukan 1. Kaji adanya alergi makanan tindakan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keperawatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi selama 3x24jam. yang dibutuhkan pasien. Kebutuhan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan nutrisi klien intake Fe terpenuhi 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan dengan kriteria protein dan vitamin C hasil: 5. Berikan substansi gula 1. Nafsu 6. Yakinkan diet yang dimakan makan mengandung tinggi serat untuk meningkat mencegah konstipasi (5) 7. Berikan makanan yang terpilih 2. Klien tidak ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) terlihat lesu 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat dan lemah catatan makanan harian. (5) 9. Monitor jumlah nutrisi dan 3. Mukosa kandungan kalori bibir tidak 10. Berikan informasi tentang kebutuhan kering (5) nutrisi 4. Mual dan 11. Kaji kemampuan pasien untuk muntah mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan berkurang (5) Nutrition Monitoring 5. Tidak ada 1. BB pasien dalam batas normal tanda-tanda 2. Monitor adanya penurunan berat malnutrisi badan (5) 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas 6. Tidak terjadi yang biasa dilakukan penurunan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua berat badan selama makan (5) 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor mual dan muntah 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht 12. Monitor makanan kesukaan 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi

16.

Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. 17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet 5.

6.

Resiko terjadi perdarahan berhubung an dengan penurunan faktorfaktor pembekuan darah (trombosito peni)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan dengan kriteria hasil: 1. Tidak ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena) (5) 2. Trombosit dalam batas normal (150.000/Ul) (5) 3. Ttv dalam rentang normal (5) Gangguan Setelah rasa dilakukan nyaman: tindakan Nyeri keperawatan berhubung selama 3x24 jam an dengan gangguan rasa hepatomeg nyaman ali terkontrol/ berkurang ditandai dengan kriteria hasil: 1. Skala nyeri berkurang (5) 2. Ekspresi wajah relax (5) 3. Bisa menggunaka n teknik relaksasi dengan baik (nafas dalam, imajinasi)

1. Berikan penjelasan kepada kliendan keluarga tentang bahaya yang dapat timbul dari adanya perdarahan, anjurkan untuk segera melaporkan jika ada perdarahan seperti di gusi, hidung (epistaksis), melena, hematemesis. 2. Antisipasi adanya perdarahan: gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah dan observasi tanda-tanda perdarahan serta vital sign (TD, N, Suhu, dan pernapasan) 3. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah lengkap) 4. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis 5. Monitor trombosit setiap hari 6. Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit consetrate)

1. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/ meringis,bmenarik diri, diaphoresis, perubahan frekuensi jantung/ pernapasan, tekanan darah. 2. Evaluasi perilaku nyeri 3. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) 4. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.

7.

(5) 4. Intensitas nyeri berkurang (5) Kurang Setelah pengetahua dilakukan n tindakan berhubung keperawatan an dengan selama 3x24 penyakitny jam, diharapkan a pengetahuan klien dan keluarga ttg penyakitnya meningkat Kriteria Hasil : 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan (5) 2. Pasien dan keluarga mampu melaksanaka n prosedur yang dijelaskan secara benar (5) 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya (5)

Teaching : disease Process 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Hindari jaminan yang kosong 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit 10.Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 11.Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 12.Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat 13.Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat 14.Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2007). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta. Ngastiyah (2011). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Herdam H.T (2012). NANDA Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC Morhead, Sue,. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri: Mosby Bulechek, Gloria, M., et al. (2013) Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth Edition. Missouri: Mosby

Related Documents

Lp Dhf
January 2021 3
Lp Dhf
January 2021 3
Lp Dhf
January 2021 3
Lp Dhf
January 2021 3
Dhf
January 2021 3
Askep Dhf
January 2021 0

More Documents from "UPM RSUD Wangaya Denpasar"