Lp Hipertensi

  • Uploaded by: Aris Prastyo
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Hipertensi as PDF for free.

More details

  • Words: 4,973
  • Pages: 27
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO TINGGI HIPERTENSI PADA Tn. “T” DI KELUARGA Tn. “T” DI DUSUN MUTIHAN WIROKERTEN BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

Disusun Oleh : SUPRAPTO 3214078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS ANGKATAN VII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2014

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO TINGGI HIPERTENSI PADA Tn. “T” DI KELUARGA Tn. “T” DI DUSUN MUTIHAN WIROKERTEN BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA Disusun Oleh : SUPRAPTO (3214074)

Telah disetujui pada Hari

:

tanggal

:

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

(…………………………………)

(Mismi. Amd., Kep)

Mahasiswa

( SUPRAPTO )

A. KONSEP KELUARGA 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi yang hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, dan adik yang mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota (Setyowati, 2008). Menurut UU No. 10 1992 dalam Setyowati (2008) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Menurut Dunphy 2001 dalam Friedman et al (2010) keluarga adalah sebuah sistem sosial kecil yag terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan di pengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan eksternalnya. Menurut Whall 1986 dalam Friedman et al (2010) keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri dari dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga. 2. Tipe keluarga Menurut Setyowati (2008) tipe keluarga dibagi menjadi dua, yaitu: a. Tipe keluarga tradisional 1) Keluarga inti Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat).

2) Keluarga besar Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah. 3) Keluarga dyad Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri yang tidak memiliki anak. 4) Single parent Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 5) Single adult Suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa ( misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah). b. Tipe keluarga non tradisional 1) The unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa menikah. 2) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri. 3) Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara sehidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama. 4) The non marital heterosexsual cohibitang family Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. 5) Gay an lesbian family Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami istri. 6) Cohubing couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 7) Group married family Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anaknya. 8) Group network family

Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya. 9) Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapakan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. 10) Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental. 11) Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya. 3. Struktur Keluarga Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Menurut Padila (2012) ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah: a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu. c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. d. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah. e. Keluarga kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Fungsi keluarga Friedman (2008) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut: a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga. b. Fungsi sosialisasi (socialization) Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang disekitarnya. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. d. Fungsi ekonomi (the economic function) Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan . 5. Peran Keluarga Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : a. Peran ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peran ibu Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. c. Peran anak Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual. 6. Tingkat Kemandirian Keluarga Tingkat kemandirian keluarga di bagi menjadi 4 tingkat yaitu: (Depkes, 2006) a. Keluarga MandiriTingkat I 1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas 2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan b. Keluarga Mandiri Tingkat II 1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas 2) Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan sesuai dengan rencana keperawatan 3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar 4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan c. Keluarga Mandiri Tingkat III 1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas 2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan 3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar 4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif 6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif d. Keluarga Mandiri Tingkat IV 1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas 2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan 3) 4) 5) 6) 7)

rencana keperawatan Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

7. Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2010) a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan

siapa

diantara

anggota

keluarga

yang

mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini termasuk mengambil keputusan untuk mengobati sendiri. c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mendesain atau memodifikasi lingkungan agar keluarga dimana mereka bertempat bisa menjaga dan meningkatkan status keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga. Tugas keluarga ini ditekankan pada pemilihan dan pemanfaatan pelayanan fasilaitas kesehatan disekitar keluarga saat ada keluarga yang sakit. B. Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Hipertensi adalah kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih tinggi, dimana prehipertensi adalah ketika tekanan darah sistolik berada pada 120-139 mmHg atau ketika tekanan darah diastolik berada pada 80-89 mmHg (WHO, 2011). Menurut Dewanty (2008) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan pada tekanan darah yaitu sistolik dan diastolik yang melebihi dari normal sesuai dengan usia dimana akan menaikkan morbiditas dan mortalitas. Jadi, hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah mengalami peningkatan di atas normal pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah

sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). 2. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder (Syamsudin, 2011). a. Hipertensi primer atau esensial Hipertensi

primer

merupakan

hipertensi

yang

tidak

diketahui

penyebabnya atau hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas, sekitar lebih dari 90% dari seluruh hipertensi merupakan penderita hipertensi primer atau esensial. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, dampak dari gaya hidup dan faktor lingkungan mempengaruhi peningkatan tekanan darah, sebagai contoh pola makan yang tidak terkontrol akan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit hipertensi. Kondisi lingkungan atau stressor tinggi juga dapat menyebabkan penyakit hipertensi, termasuk pada orang-orang yang kurang olahraga. b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder

merupakan

hipertensi

yang

diketahui

penyebabnya. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan, dan lain-lain. Pasien Hipertensi sekitar 5-10% merupakan hipertensi sekunder karena penyakit ginjal dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu, misalnya pil KB.

Adapun klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut Joint National Committee VII (Syamsudin, 2011) sebagai berikut: Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII Klasifikasi TD Optimal Normal Hipertensi stadium I Hipertensi stadium II Hipertensi stadium III

Tekanan darah sistolik (mmHg) <120 <130-139 <140-149 160-179 >180

Tekanan darah diastolik (mmHg) <80 85-89 90-99 100-109 >110

3. Faktor Penyebab Hipertensi Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol (Corwin, 2009). a. Faktor yang tidak dapat dikontrol 1) Usia Pada populasi umum kejadian tekanan darah tinggi tidak terdistribusi secara merata, hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah wanita mengalami menopause tekanan darah terus meningkat hingga usia 75 tahun sehingga tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria. 2) Jenis kelamin Jenis kelamin wanita dan pria memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda. Berkaitan dengan hipertensi, pria mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. pria juga memiliki resiko yang lebih besar terhadap mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler sedangkan pada wanita, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur di atas umur 50 tahun.

3) Keturunan atau genetik Pada 70-80 % kasus hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Hipertensi juga banyak ditemukan pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menjadi bukti bahwa faktor genetik mempunyai peran pemicu hipertensi. b. Faktor yang dapat dikontrol 1) Pola makan Pola makan yang buruk disertai kebiasaan rokok, konsumsi alkohol, dan garam yang berlebihan diduga akan berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi. 2) Kegemukan Kegemukan adalah ciri khas dari penderita hipertensi. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antar obesitas dan hipertensi esesnsial, tetapi penyidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. 3) Stress Hubungan stress dengan hipertensi, diduga terjadi melalui aktifias saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. 4) Olahraga atau aktifitas fisik Ada banyak kegiatan dapat dilakukan dengan cara cepat dan praktis sehingga manusia cenderung mencari segala sesuatu yang mudah dan praktis. Hal ini mengakibatkan tubuh tidak banyak bergerak dan kurang berolahraga. Kondisi ini memicu kolesterol tinggi dan juga ada tekanan darah terus menguat sehingga memunculkan hipertensi. 4. Patofisiologi Hipertensi Pengaturan tekanan darah arteri meliputi kontrol sistem persyarafan yang kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Hal ini yang ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah refleks baroreseptor dengan

mekanisme berikut ini. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tekanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol, bila diameternya menurun, tahanan perifer meningkat, bila diameternya meningkat tahanan perifer akan menurun. Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor pada sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke pusat syaraf simpatis di medula. Impuls tresebut akan menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Apabila tekanan arteri meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan tegang, sehingga bangkit dan menghambat pusat simpatis. Hal ini akan menurunkan tegangan pusat simpatis, akibatnya frekuensi jantung akan menurun, arteriol mengalami dilatasi dan tekanan arteri kembali ke level awal. Hal yang sebaliknya terjadi bila ada penurunan tekanan arteri (Muttaqin, 2009). Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I , yang kemudian diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensi II dan angiotensin III mempunyai aksi vasokontriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terurama pada aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada ekskresi natrium dengan akibat peningkatan tekanan darah. Sekresi renin yang tidak dapat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin (Udjianti, 2010).

umur

Elastisitas

Jenis kelamin

hidup

obesitas

, arteriosklerosis

hipertensi Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah vasokonstriksi Gangguan sirkulasi

otak

ginjal

Pembuluh darah

koroner Spasme arte

Resistensi pembuluhSuplai darahO2 otak Vasokonstriksi otak menurunpembuluh darah ginjal sistemik vasokonstriksi Blood flow munurun Nyeri kepala Gangguan pola tidur sinkop Afterload meningkat

Iskemi miocard

Nyeri dada

Respon RAA Gangguan perfusi jaringan Penurunan curah jantungFatique Rangsang aldosteron Intoleransi aktifitas Retensi Na Edema

Retina

diplopia

Resti injur

5. Manifestasi Klinis Hipertensi Manifestasi klinis pada hipertensi sebagai berikut (Corwin, 2009): a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intra kranium b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. 6. Komplikasi Hipertensi Menurut Corwin (2009) hipertensi memiliki komplikasi yaitu: a. Stroke Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang mengalirkan darah ke otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak berkurang. b. Infark miokard Infark miokard dapat terjadi pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel karena kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark miokard. c. Gagal ginjal Gagal ginjal dapat terjadi pada hipertensi kronis karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomelurus, aliran darah ke unit fungsional ginjal yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema. d. Ensefalopati (kerusakan otak) Ensefalopati atau kerusakan otak dapat terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian. e. Kejang

Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat badan yang rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan. 7. Data Penunjang a. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal c. Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat

diakibatkan

oleh

peningkatan

katekolamin

(meningkatkan

hipertensi) d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik. e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi f. Kolesterol

dan

trigliserid

serum:

Peningkatan

kadar

dapat

mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ) g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi h. Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ) i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme l. IVP:

Dapat

mengidentifikasi

penyebab

hieprtensiseperti

penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal / ureter m. Foto dada: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung n. CT scan: Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati o. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

8. Penatalaksanaan hipertensi Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua (Corwin, 2009), yaitu: a. Penatalaksanaan farmakologi 1) Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui buang air kecil sehingga volume cairan berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung lebih ringan. Contoh obatnya adalah hidroklorotiazid. 2) Penghambat simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis. Contoh obatnya adalah metildopa, klonidin, dan reserpin. 3) Betabloker Mekanisme kerja obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah metoprolol, propanolol, dan atenolol. 4) Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos. Contoh obatnya adalah prasosin dan hidralasin. Efek samping dari obat ini adalah sakit kepala atau pusing. 5) Penghambat enzim konversi angiotensin Cara kerja obat ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

darah). Contoh obatnya adalah katopril yang mempunyai efek samping batuk kering, pusing, dan lemas. 6) Antagonis kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung. Contoh obatnya adalah nifedipin, diltiasem, dan verapamil. Efek samping dari obat ini adalah sembelit, pusing, dan muntah. 7) Penghambat reseptor angiotensin II Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh obatnya adalah valsartan (diovan) yang mempunyai efek samping pusing, lemas, dan mual. b. Penatalaksanaan non farmakologi Pencegahan hipertensi terdapat 3 cara yaitu: 1) Menerapkan pola hidup sehat a) Penurunun berat badan Mengurangi berat badan biasanya membantu menurunkan tekanan darah. Olahraga secara teratur adalah suatu kebiasaan dengan cara yang baik untuk mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk menurunkan tekanan darah dengan sendirinya. b)Olahraga Olahraga isotonik seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang teratur selama minimal 30 menit per hari dapat mempelancar tekanan darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah obesitas. c) Tidak merokok Nikotin yang ada dalam rokok dan produk rokok dari tembakau menyebabkan pembuluh darah kontriksi dan denyut jantung menjadi lebih cepat yang sementara akan menaikkan tekanan darah. Jika berhenti merokok dengan signifikan dapat mengurangi resiko terserang penyakit jantung dan dari serangan jantung serta dapat menurunkan tekanan darah d)Tidak mengkonsumsi alkohol Alkohol berakibat pada naiknya tekanan darah yang cukup banyak. Pada orang-orang tertentu juga bisa tidak memberikan efek pada naiknya tekanan darah. Jika minum alkohol batasi konsumsi

tidak lebih dari 1 ataupun 2 minuman per harinya. Jika tekanan darah miningkat berhubungan dengan alkohol yang dikonsumsi, yang terbaik adalah tidak perlu mengkonsumsi alkohol. 2) Gizi untuk penderita hipertensi Dalam gaya hidup sehat yang utama adalah makanan yang dikonsumsi. Ada dua kriteria makanan untuk mencegah hipertensi yaitu: a) Makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi (1) Buah-buahan Mengkonsumsi buah dan sayur segar secara teratur dapat menurunkan resiko kematian akibat hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, tekanan darah, dan mencegah kanker. Buah dan sayur mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang penting, seperti flavonoids, sterol, dan phenol. Flavonids yang terdapat dalam anggur merah dan apel dapat mengurangi bahaya kolesterol dan mencegah pengumpalan darah. Buah jenis berry bersifat antioksidan dan buah yang sering digunakan untuk mengatasi hipertensi adalah buah pisang. (2) Sayur Sayur banyak mengandung vitamin dan phytochemical serta serat. Sayur yang dapat digunakan untuk mencegah hipertensi seperti seledri, bawang dan sayur hijau. Bawang putih misalnya mampu menurunkan tekanan darah tinggi serta menurunkan kolesterol berkat senyawa yang disebut ajone, yaitu senyawa yang selain penurun hipertensi juga sebagai pencegah pengumpalan darah. (3) Serat Makanan yang banyak mengandung serat sangat penting untuk

keseimbangan

kolesterol.

Serat

terdapat

dalam

tumbuhan terutama pada sayur, buah, padi, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Selain dapat menurunkan kadar kolesterol karena dapat mengangkut asam empedu, serat juga dapat mengatur kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah. (4) Karbohidrat jenis kompleks

Karbohidrat jenis kompleks seperti nasi, pasta, kentang, dan roti lebih aman bagi penderita hipertensi dari pada karbohidrat sederhana seperti gula, manisan dan soda. Hal ini dikarenakan gula sederhana lebih mudah meningkatkan kadar gula darah dan dapat menyebabkan hipertensi. (5) Vitamin dan mineral Vitamin dan mineral sangat penting

untuk

menyeimbangkan proses-proses fisiologi di dalam tubuh, termasuk juga untuk menyeimbangkan tekanan darah. (6) Teh Teh dapat mengurangi resiko hipertensi dan stroke karena teh mengandung antioksidan yang efektif. b) Makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi (1) Makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi (2) Makanan yang diolah menggunakan garam natrium (3) Makanan atau minuman kaleng (4) Makanan yang diawetkan (5) Penyedap makanan (6) Alkohol serta makanan yang mengandung alkohol 3) Kurangi asupan garam Seseorang yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet rendah garam yaitu: a) Jangan meletakan garam di atas meja makan. b) Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makanan. c) Batasi konsumsi daging dan keju. d) Hindari cemilan yang asin-asin. e) Kurangi pemakaian saus yang umumnya mempunyai kandungan sodium. 9. Pengkajian keperawatan Pengkajian a. Data Umum 1) 2) 3) 4) 5) 6)

Nama kepala keluarga umur alamat dan telepon Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan kepala keluarga Komposisi keluarga dan genogram :

a) b) c) d) e) f)

Nama / inisial Jenis Kelamin Tanggal lahir/umur Hubungan dengan kepala keluarga Pendidikan Pekerjaan

7) Tipe keluarga 8) Latar belakang budaya 9) Identifikasi religious 10) Status ekonomi 11) Aktifitas rekreasi/waktu luang b. Pengkajian Lingkungan 1) 2) 3) 4) 5)

Karakteristik rumah Mobilitas geografis keluarga Hubungan keluarga dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Sistem pendukung keluarga.

c. Struktur keluarga. 1) Pola komunikasi keluarga. 2) Struktur Kekuatan keluarga. 3) Struktur Peran. d. Fungsi keluarga 1) Fungsi Afektif. 2) Fungsi Sosialisasi. 3) Fungsi ekonomi. e. Stres dan koping keluarga. 1) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor. 2) Strategi koping yang diigunakan. f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini 2) Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan sesuaii dengan tahap perkembangan saat ini. 3) Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini. 4) Riwayat keluarga sebelumnya. 10. Diagnose keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis b. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah

c. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakit

RENCANA KEPERAWATAN N O

DIAGNOSA

1

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

NOC

NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….

Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara

Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:  Pain Level  Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab

mampu tehnik



mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang

dengan

menggunakan manajemen nyeri  

2.

3.

4.

 

setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal 

kualitas

faktor presipitasi Observasi

dan reaksi dari

ketidaknyamanan Bantu pasien dan keluarga mencari

dan

menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang mempengaruhi

nyeri

seperti

suhu

ruangan, pencahayaan dan 5.

kebisingan Kurangi faktor presipitasi

6.

nyeri Kaji tipe

dan

sumber

nyeri untuk menentukan 7.

intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas

Comfort

dala, relaksasi, distraksi,

level Tidak mengalami gangguan tidur

durasi,

dapat

control Mampu mengenali nyeri dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman

karakteristik,

untuk

pain

(skala, intensitas, frekuensi

lokasi,

nonverbal

nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri,

termasuk frekuensi,

nyeri,

menggunakan

komprehensif

8.

kompres hangat/ dingin Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri: ……... 9. Tingkatkan istirahat 10. Berikan informasi tentang nyeri

seperti

penyebab

nyeri, berapa lama nyeri akan

berkurang

dan

antisipasi ketidaknyamanan prosedur 11. Monitor

vital

dari sign

sebelum

dan

pemberian 2

Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit

sesudah analgesik

Setelah dilakukan tinfakan

pertama kali NIC :

keperawatan selama ….

Energy Management

Intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil:  Energy conservation  Self Care : ADLs 1. Berparti sipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR 2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas  Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan  Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Activity Therapy  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek  Bantu untu











3

Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup

mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Kurang pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil:  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

Teaching : disease Process 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 8. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

9. 10.

11. 12.

13.

mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit Diskusikan pilihan terapi atau penanganan Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: ECG. Dewanty, R. (2008). Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik dengan Perubahan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas Mlati II Sleman (Skripsi). Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Friedman., Mailyn, M., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: ECG. Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. Setyowati, S. & Murwani, A. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Suprajitno.(2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta : EGC. Syamsudin. (2011). Farmakoterapi kardiovaskular dan renal. Jakarta selatan: Salemba Medika. Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. WHO. (2011). Hypertension Fact Sheet. Department of sustainable development and healthy environments. Regional Office for South-East Asia: World Health Organitation.

Related Documents

Lp Hipertensi
February 2021 1
Lp Hipertensi
February 2021 1
Lp Hipertensi
March 2021 0
Lp Hipertensi Pada Lansia
February 2021 1

More Documents from "Maharani DewiChandra"