Loading documents preview...
BAB I KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain) (Muttaqien, 2013). B. Klasifikasi NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut: (Muttaqien, 2013). 1. Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. 2. Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada saraf yang dapat menyebabkan NPB. 3. Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan NPB atau nyeri yang menyerupai iskialgia. 4. Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi. 5. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka. C. Etiologi (Harsono, 2000)
1. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan NPB. 2. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis. 3. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan
Spondilitis
ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell) 4. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain). 5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan lainlain. Gangguan metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang. 6. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis deforman), Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal. 7. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah dirasakan di daerah lumbal.
8. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik. 9. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya. 10. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung sebelumnya. D. Patofisiologi (Harsono, 2000) Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda di antara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque. E. Manifestasi Klinis (Muttaqin, 2013) 1. Perubahan dalam gaya berjalan a. Berjalan terasa kaku b. Tidak bias memutar punggung c. Pincang 2. Persyarafan Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang. 3. Nyeri. a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan. b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit. c. Nyeri otot dalam. d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki. e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis. f. Nyeri pada pertengahan bokong. g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat. F. Pemeriksaan Diagnostik (Harsono, 2000) 1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis. 2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis. 3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis. 4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang. 5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural. 7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ). G. Komplikasi Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010). H. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Keperawatan (Muttaqin, 2013) Informasi dan edukasi. a. Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat) b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas 2. Medis (Harsono, 2000) a. Formakoterapi. 1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler 2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan) b. Invasif non bedah 1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati) 2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang intractable) c. Bedah HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat 2) 3) 4) 5)
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif. Defisit neurologik memburuk. Sindroma kauda. Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologic.
I. Prognosis Prognosis sangat baik, akan mengalami perbaikan nyata dari cedera lumbal strain atau sprain. Dengan fisiotherapy dan pemberian medikamentosa secara adekuat, 90% pasien mengalami penyembuhan dalam waktu 1 bulan. Namun demikian nyeri pinggang strain dapat menjadi kronik bila tidak dilakukan penglolaan secara benar termasuk perubahan perilaku yng dapat menyebabkan strain atau sprain lumbal (Risky, 2011).
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Data fokus yang perlu dikaji: 1. Riwayat kesehatan a. Riwayat Penyakit 1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian) 2) Riwayat penyakit sekarang a) Diskripsi gejala dan lamanya b) Dampak gejala terhadap aktifitas harian c) Respon terhadap pengobatan sebelumnya d) Riwayat trauma 3) Riwayat Penyakit Sebelumnya a) Immunosupression (supresis imun) b) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker) c) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau infeksi. d) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP) e) Nyeri yang paling berat (spondiloartropati
di
seronegatif:
pagi
hari
ankylosing
spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia) f) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal, kelahinan otot paraspinal, kelainan
sendi
sakroilikal,
spondilosis
/
spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik) g) Adanya demam (infeksi) h) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause) i) Keluhan visceral (referred pain)
j) Gangguan miksi k) Saddle anesthesia l) Kelemahan motorik
ekstremitas
bawah
(kemungkinan lesi kauda ekwina) m) Lokasi dan penjalaran nyeri. 2. Aktivitas dan istirahat Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan. 3. Eliminasi Gejala: Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine 4. Integritas Ego Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga. Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat 5. Neurosensori Gejala: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki Tanda: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori) 6. Nyeri/kenyamanan Gejala: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan. Tanda Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi. 7. Keamanan Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi 8. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif Pertimbangan: DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien LBP: 1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan system syaraf vaskuler. 2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi atau kontraktur. 3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
C. Inervensi Keperawatan N o 1
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan Nyeri akut b/d agen Setelah injuri (fisik, kelainan tindakan
Intervensi
dilakukan Manajemen nyeri 1. Lakukan pengkajian
muskuloskeletal dan keperawatan selama system syaraf
3 x 24 jam nyeri
Vaskuler
berkurang / hilang
Batasan
dengan kriteria :
Karakteristik
Tingkat nyeri
nyeri secarakomprehensif (lokasi,
karateristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas, presipitasi).
dan
faktor
Verbal
1. Melaporkan nyeri 2. Observasi
1. Menarik
napas
berkurang
panjang
dan
hilang 2. Frekuensi
merinti 2. Mengeluh nyeri Motorik 1. Menyeringaikan wajah 2. Langkah
yang
terseok-seok 3. Postur yang kaku/ tidak stabil 4. Gerakan yang
berkurang hilang 3. Lama berkurang 4. Ekspresi berkurang
/
non dari
ketidaknyamanan. nyeri 3. Gunakan teknik /
komunikasi untuk
nyeri
terapetik mengetahui
pengalaman nyeri klien. 4. Evaluasi pengalaman
oral
nyeri masa lampau. / 5. Evaluasi bersama klien
hilang 5. Ketegangan otot berkurang
verbal
reaksi
/
dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan
kontrol nyeri masa hilang lampau. 6. Dapat istirahat terpaksa 6. Bantu klien dan keluarga 7. Skala nyeri Respon autonom untuk mencari dan berkurang / - Perubahan vital menemukan dukungan. menurun 7. Kontrol lingkungan sign Kontrol nyeri yang dapat 1. Mengenal faktormempengaruhi nyeri faktor penyebab (suhu ruangan, 2. Mengenal onset pencahayaan, dan nyeri 3. Jarang / tidak kebisingan) 8. Kurangi faktor pernah presipitasi nyeri. menggunakan 9. Pilih dan lakukan analgetik penanganan nyeri 4. Jarang / tidak (farmokologi, non pernah farmakologi dan melaporkan interpersonal) nyeri kepada tim 10. Kaji tipe dan sumber kesehatan. nyeri untuk menentukan 5. Nyeri terkontrol intervensi. Tingkat 11. Ajarkan tentang teknik amat lambat atau
kenyamanan Klien
melaporkan
mengurangi nyeri. 13. Evaluasi keefektifan
kebutuhan istirahat
non farmakologi. 12. Berikan analgetik untuk
tidur
kontrol nyeri tercukupi 14. Tingkatkan istirahat Melaporkan kondisi 15. Kolaborasi dengan fisik
dokter jika ada keluhan
baikMelaporkan
dan tindakan nyeri tidak
kondisi baik
psikis
berhasil 16. Monitor
penerimaan
klien
tentang
manajemen nyeri. Administrasi analgeik 1. Tentukan
lokasi,
karateristik kualitas, dan derajat
nyeri
sebagai
pemberian obat 2. Cek riwayat alergi 3. Pilih analgenik yang diperlukan
atau
kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu. 4. Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung
tipe dan beratnya nyeri. 5. Monitor vital sign sebelum
dan
pemberian
sesudah analgesik
pertama kali 6. Berikan analgesik tepat waktu
terutama
nyeri hebat. 7. Evaluasi
saat
efektifitas
analgesik 2
Hambatan mobilitas Setelah fisik
b.d
tanda
dan
gejala (efek sampingan). dilakukan 1. Koreksi tingkat
nyeri, tindakan
kemampuan
mobilisasi
kerusakan
keperawatan selama
dengan sekala 0-4
muskuloskeletal,
3 x 24 jam klien
0: Klien tidak tergantung
kekakuan sendi atau mampu
mencapai
kontraktur.
mobilitas
Batasan
dengan kriteria :
karakteristik
Mobiliti level
1. Postur
tubuh 1. Klien
kaku tidak stabil. 2. Jalan terseokseok 3. Gerak lambat 4. Membatasi perubahan gerak yang
mendadak
atau cepat
fisik
dapat
melakukan mobilitas secara bertahap dengan tanpa merasakan
seimbang 3. Menggerakkan otot dan sendi 4. Mampu pindah bantuan 5. Berjalan bantuan
bantuan 2: Klien butuh bantuan sederhan 3 : Klien butuh bantuan banyak 4 :Klien
sangat
tergantung
pada
pemberian pelayanan 2. Atur posisi klien 3. Bantu klien melakukan
nyeri 2. Penampilan
tempat
pada orang lain 1: Klien butuh sedikit
tanpa
perubahan gerak. 4. Observasi / kaji terus kemampuan
motorik, keseimbangan 5. Ukur tanda-tanda vital sebelum
tanpa
gerak
dan
sesudah
melakukan latihan. 6. Anjurkan keluarga klien untuk
melatih
dan
memberi motivasi. 7. Kolaborasi dengan tim kesehatan (fisioterapi
lain untuk
pemasangan korset) 8. Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan nyaman
dengan
memberikan
penyangga pada lekukan lekukan
sendi
pastikan
serta posisi
punggung lurus. 3
Gangguan pola tidur Setelah b.d
nyeri,
dilakukan Peningkatan tidur/ sleep
tidak tindakan
nyaman
keperawatan selama
Batasan
3 x 24 jam klien
karakteristik
dapat
1. Pasien menahan kebutuhan sa-kit
aktivitas 2. Anjurkan
klien
tidur
terpenuhi
secara teratur tidurnya 3. Jelaskan
(merintih, dengan kriteria :
me-nyeringai) 2. Pasien
enhancement 1. Kaji pola tidur / pola
tentang
pentingnya tidur yang
Tidur a. Jumlah jam tidur
cukup selama sakit dan
terbangun f. Tanda
tehnik peningkatan pola
terapi. cukup 4. Monitor pola tidur dan b. Pola tidur normal tidak bisa tidur catat keadaan fisik, c. Kualitas tidur karena nyeri psykososial yang cukup d. Tidur secara mengganggu tidur 5. Diskusikan pada klien teratur e. Tidak sering dan keluarga tentang mengungkapkan
dalam
vital
tidur batas Manajemen lingkungan
normal 1. Batasi pengunjung Rest 2. Jaga lingkungan dari a. Istirahat Cukup bising b. Kualitas istirahat 3. Tidak melakukan baik tindakan keperawatan c. Istirahat fisik pada saat klien tidur cukup d. Istirahat psikis Anxiety reduction 1. Jelaskan semua prosedur cukup Anxiety control termasuk pera-saan yang a. Tidur adekuat mungkin dialami selama
b. Tidak
ada
manifestasi fisik c. Tidak ada manifestasi
dapat memberikan rasa aman 3. Berbicara dengan pelan
perilaku d. Mencari informasi
men-jalani prosedur 2. Berikan objek yang
untuk
mengurangi cemas e. Menggunakan teknik relaksasi untuk
dan tenang 4. Membina saling percaya 5. Dengarkan
sosial
klien
dengan penuh perhatian 6. Ciptakan suasana saling percaya 7. Dorong
mengurangi cemas f. Berinteraksi
hubungan
orang
mengungkapkan
tua pera-
saan, persepsi dan cemas secara verbal 8. Berikan peralatan aktivitas
/
yang
menghibur
untuk
mengurangi ketegangan 9. Anjurkan untuk menggunakan relaksasi 10. Berikan
lingkungan
yang tenang 11. Batasi pengunjung
Patofisiologi Penyimpangan KDM Masalah musculosceletal, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor Kontraksi punggung Tulang belakang menyerap goncangan vertikal
teknik
Otot abdominal & thoraks melemah Mobilitas fisik terganggu
Terjadi perubahan struktur dengan discus susun atas fibri fertilago dan matrik gelatinus Fibri kartilago padat dan kurang teratur Penonjolan diskus/ kerusakan sendi pusat Menekan akar syaraf
Hambatan mobilitas fisik
Pelepasan neurotransmitter
Jarang bergerak Struktur melemah Penumpukan lemak karena tubuh kurang gerak Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
ketidaknyaman aan RAS teraktivasi REM menurun Gangguan pola tidur
Transduksi, modulasi, transmisi Nyeri dipersepsikan Gangguan rasa nyaman nyeri
DAFTAR PUSTAKA Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku Ajar Anatomi Umum. FK UNHAS Brunner and Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot Company. Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta : EGC Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta : EGC NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Risky,
Arianto. 2011. Low back pain/ nyeri pinggang. http://freshlifegreen.blogspot.co.id/2011/02/low-back-pain-lbp-nyeripinggang.html (diakses pada 2 November 2015)
Rosyadi,
Helman. 2010. Nyeri punggung bawah/ low back pain. http://brotherbuzz.blogspot.co.id/2010/04/nyeri-punggung-bawah-lowback-pain-itu.html (diakses pada 2 November 2015)