Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA DI RUANG HIGH CARE UNIT RSSA
Untuk Memenuhi Tugas Pada Departemen Anak Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh TITIN AYU LESTARI 201910461011037
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2020
1. Konsep Medis 1.1.Definisi Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri Palembang, 2000). Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit ( Doenges & Moorhouse, 2000 : 67 ) Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007). 1.2. Klasifikasi Pneumonia Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia. a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis : 1) Pneumonia komuniti 2) Pneumonia nasokomial 3) Pneumonia aspirasi 4) Pneumonia pada penderita immunocompromised b. Berdasarkan penyebab 1) Pneumonia bakteri/tipikal Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia, para peminum alkohol, pasien yang terbelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza, pneumonia atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia. 2) Pneumonia akibat virus Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyero otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
3) Pneumonia Jamur Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah. c. Berdasarkan predileksi infeksi 1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri. 2. Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka ragam dan bisa terjadi infeksi di seluruh tubuh. 1.3.Etiologi a. Bakteri : Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus Influenza dan staphilococcus aureus. b. Jamur : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp. c. Virus : Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella, Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis carinii. d. Kimiawi : Aspirasi hidrokarbon alifatik. (Rudolph.2007) Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Faktorfaktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia :
Umur di bawah 2 bulan Tingkat sosioekonomi rendah Gizi kurang Berat badan lahir rendah Tingkat pendidikan ibu rendah Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah Kepadatan tempat tinggal Imunisasi yang tidak memadai Menderita penyakit kronis. 1.4. Patofisiologi Pneumonia merupakan penyebabkan utama pneumonia. Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernapasan secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu : (1) stadium kongesti : kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag, (2) Stadium hepatisa merah, lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek, (3) Stadium hepatisa kelabu, lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin, Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongestif, (4) Stadium resolusi eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin di reabsorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak – bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotik urutan stadium khas ini tidak terlihat (Prof.DR.Iskandar Wahidiyat.1985).
1.5. Pathway Pneumonia
Inhalasi
Aspirasi
Tirah baring lama
Bakteri/virus
Nyeri
Kerusakan jaringan paru
Peradangan alveolus (parenkim paru)
Suhu tubuh meningkat
Ekstrapasasi cairan sirosa ke dalam alveoli
MK : Risiko Hipovolemia
Terbentuknya eksudat dalam alveoli
Produksi sputum meningkat
O2 ke vena alveolar kapiler terhambat
Sputum bau dan kental
Anoreksia Hipoksemia MK : Defisit nutrisi
MK : Pola nafas tidak efektif MK : Bersihan jalan nafas tidak efektif
1.6.Manifestasi Klinis Tanda dan gejala berupa :
Batuk nonproduktif
Ingus (nasal discharge)
Suara napas lemah
Retraksi intercostal
Penggunaan otot bantu napas
Demam
Ronchii
Cyanosis
Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar
Batuk
Sakit kepala
Sesak nafas
Menggigil
Berkeringat
Lelah.
1.7. Komplikasi 1) Abses paru 2) Efusi pleural 3) Empisema 4) Gagal napas 5) Perikarditis 6) Meningitis 7) Atelektasis 8) Hipotensi 9) Delirium 10) Asidosis metabolic
11) Dehidrasi 12) Penyakit multi lobular 1.8. Pemeriksaan Diagnostik a. Sinar X Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih. b. GDA Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan penyakit paru yang ada. c. JDL Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial. d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV. e. Pemeriksaan serologi Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus f. LED Meningkat g. Pemeriksaan fungsi paru Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan. h. Elektrolit Natrium dan klorida mungkin rendah i. Bilirubin Mungkin meningkat
j. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik sel raksasa. 1.9. Penatalaksanaan a. Oksigen 1-2 l/menit b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi. c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastirk dengan feeding drip. d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler. e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit. f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan : a) Untuk kasus pneumonia communiti base :
Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b) Untuk kasus pneumonia hospital base :
Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2. Konsep Asuhan Keperawatan 2.1.Pengkajian Pengkajian
merupakan
langkah
pertama
dari
proses
keperawatan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan data, penganalisaan data, perumusan masalah dan diagnosa keperawatan. a. Data dasar pemeriksaam : 1. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas 2. Sirkulasi Gejala : riwayat gagal jantung kronis Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat 3. Makanan / Cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi 4. Neurosensori Gejala : sakit kepala bagian frontal Tanda : perubahan mental 5. Nyeri / Kenyamanan Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia 6. Pernafasan Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku 7. Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubela / varisela 8. Penyuluhan Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis b. Pemeriksaan Diagnostik Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empisema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul. GDR / nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan perkembangannya pneumonia bakterial. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus. LED : meningkat Pemeriksaan fungsi paru Elektrolit : Na & klorida mungkin rendah. Prioritas Masalah Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan Mencegah komplikasi Mendukung proses penyembuhan
Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan pengobatan. 2.2.Diagnosa keperawatan Diagnosa yang dapat muncul antara lain : 1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan 2) Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan gangguan metabolism 3) Defisit Nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme 4) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik. 5) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi oksigen melewati membran kapiler dan atau alveolar 6) Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)
2.3 Rencana asuhan keperawatan menurut SDKI, SIKI, dan SLKI
No
Diagnosa keperawatan
1.
Bersihan
Outcome
Intervensi
jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas (1.08238)
tidak
efektif selama 1x24 jam diharapkan “bersihan Observasi
berhubungan
dengan jalan napas meningkat” (L.01001) dengan 1. Monitor pola napas
sekresi yang tertahan (D.0001)
kriteria hasil sebagai berikut : No
1.
Indikator
Kapasitas
2. Monitor bunyi napas Kriteria
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
hasil
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
vital 5
memperingan nyeri Terapeutik
meningkat Dispnea menurun
3.
Penggunaan otot bantu 5
6. Berikan minuman hangat
napas menurun
7. Berikan oksigen
4.
Frekuensi
5
5. Posisikan semi-fowler atau fowler
2.
napas 5
8. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
membaik 5.
Kedalaman
napas 5
Ekskursi membaik
9. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi
membaik 6.
Edukasi
dada 5
10. Kolaborasi pemberian nebulizer
2.
Gangguan spontan
ventilasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013) berhubungan selama 2x24 jam diharapkan “ventilasi Observasi
dengan metabolisme (D.0004)
gangguan spontan meningkat” (L.01007) dengan 1. Periksa indikaso ventilator mekanik kriteria hasil sebagai berikut : No
Indikator
2. Monitor efek ventilator terhadap status Kriteria
oksigenasi
hasil
3. Monitor efek negative ventilator
5
4. monitor gejala peningkatan pernapasan
1.
Dispnea menurun
2.
Penggunaan otot bantu 5
5. Monitor kondisi yang meningkatkan konsumsi oksigen
napas menurun 3.
Gelisah menurun
5
Terapeutik
4.
Takikardia membaik
5
6. Lakukan fisioterapi dada 7. Lakukan
penghisapan
lendir
sesuai
kebutuhan Kolaborasi 8. Kolaborasi pemilihan mode ventilator 9. Kolaborasi pemberian agen analgesik 10. Kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk meminimalkan hipoventilasi
3.
Defisit
Nutrisi
b/d Setelah dilakukan tindakan “Status Nutrisi Manajemen nutrisi (1.03119) :
peningkatan kebutuhan membaik metabolism ( D.0019)
”
(L.03030)
1x24
jam Observasi
diharapkan kriteria hasil sebagai berikut : No
Indikator
Kriteria hasil
1.
Porsi makanan yang 5
Kekuatan
otot 5
makanan 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan
4. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
pengunyah meningkat 3.
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
jenis nutrien
dihabiskan meningkat 2.
1. Identifikasi status nutrisi
Kekuatan otot menelan 5
Terapeutik 5. Lakukan
meningkat 4.
Berat badan membaik
5
5.
Bising usus membaik
5
oral
hygiene
sebelum
makan 6. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 7. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi Edukasi 8. Anjurkan posisi duduk 9. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi
10. Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan 11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC. Rita & Suriadi ( 2001 ) Asuhan Keperawatan Pada An ak Edisi. I Jakarta : EGC Roudelph, ( 2007 ) Buku Peditria Rubolph Edisi , 20. Volume Jakarta Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia ; definisi dan indicator diagnostic. Jakarta Selatan ; DPP PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia ; definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan ; DPP PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia ; definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan ; DPP PPNI