Lp Resiko Bunuh Diri

  • Uploaded by: Rosyada Niirmala
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Resiko Bunuh Diri as PDF for free.

More details

  • Words: 4,668
  • Pages: 27
Loading documents preview...
LAPORAN PENDAHULUAN

Pada Pasien dengan “Resiko Bunuh Diri” Di Rumah Sakit Jiwa DR. Radjiman Widyodinigrat Lawang

OLEH:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI 2018

LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan “Resiko Bunuh Diri” dan Asuhan Keperawatan dengan pasien Resiko Bunuh Diri di Rumah Sakit Jiwa DR. Radjiman Widyodinigrat Lawang telah diperiksa dan disetujui

Malang,

2018 Mahasiswa

(

Preseptor Akademik

( NIP.

)

Preseptor Klinik

)

( NIP.

)

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN KASUS “RESIKO BUNUH DIRI”

A. Masalah Utama Resiko bunuh diri B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang mengancam nyawa. Dalam sumber laindikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang menyangkup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,niatnya adalah kematian menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan ( Stuart dan Sundeen,1995 ). 2. Tanda dan Gejala  Mempunyai ide untuk bunuh diri.  Mengungkapkan keinginan untuk mati.  Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.  Impulsive  Menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi  

sangat penuh). Memiliki riwayat percobaan bunuh diri. Verbal terselubung (berbiara tentang kematian,menanyakan



tentang obat dosis kematian). Status emosional (harapan,penolakan,cemas meningkat ,panic ,



marah dan mengasingkan diri). Kesehatan mental (secara klinis,klien terlihat sebagai orang



yang depresi,psikosis, dan meyalahgunakan alcohol). Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis



dan terminal). Pengangguran

   

kegagalan dalam karir). Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun. Status perkawinan (mengalami kagagalan dalam perkawinan). Pekerjaan. Konflik interpersonal.

(tidak

bekerja,kehilangan

pekerjaan,

atau

   

Latar belakang keluarga. Orientasi seksual. Sumber-sumber personal dan social. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

3. Rentang Respon Respon adaptif

Respon

maladaptif

Peningkatan diri

beresiko destruktif

destruktif diri pencederaan

diri

bunuh diri tidak langsung



Peningkatan diri pertahanan



diri

Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau secara

wajar

terhadap

situasional

yang

membutuhkan pertahanan diri. Beresiko destruktif Seseorang beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang



seharusnya dapat mempertahankan diri. Destruktif diri tidak langsung Seseorang mengambil sikap yang



kurang

tepat

membutuhkan. Pencederaan diri

(maladaptif)

terhadap

situasi

yang

Seseorang melakukan percobaan bunuh diri

atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi 

yang ada. Bunuh diri

Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri

sampai dengan nyawanya hilang. Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sunden (1995) dibagi tiga kategori yaitu sebagai berikut :  Upaya bunuh diri (suicide attempt) kegiatan menuju bunuh diri.

= sengaja melakukan

 Isyarat bunuh diri (suicide gesture)

= bunuh diri yang

direncakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.  Ancaman bunuh diri (suicide threat) = melakukan sebuah peringatan secara verbal maupun non verbal,lansung maupun tidak langsung bahwa seseorang mengupayakan bunuh diri dengan cara wasiat,perkataan,dan sebagainya. 4. Factor Predosposisi Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi factor prediposisi atau presipitasi pencederaan diri. Faktor prediposisi yang

lain

komunikasi

adalah

ketidakmampuan

memenuhi

(mengomunikasikan

kebutuhan

perasaan),perasaan

bersalah,depresi,dan perasaan yang tidak stabil. Lima factor prediposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai brikut: 1) Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk melakukan

tindakan

bunuh

diri

adalahgangguan

efektif,penyalahgunaan zat,dan skizofrenia. 2) Sifat Kepribadian Tiga tipe kepribadia yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipasti,impulsife,dan depresi. 3) Lingkungan Psikososial Faktor prediposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan social, kejadian-kejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseoran dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain. 4) Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor yang penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri. 5) Faktor Biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat didalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebu dapat dilihat melalui rekaman gelombang Electro Encephalo Graph (EEG). 5.

Faktor Presitipasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stes berlebihan yang dialami oleh individu.Pencetusnya serinkali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

6.

Sumber Koping Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri.Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik factor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat

menolong atau bahkan

mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseoranguntuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan agama jugadapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

7. Mekanisme Koping Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,

regionalization, dan magical thinking .Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikankoping alternatif. Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.Bunuh diri yang terjadi merupakankegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang. C. Pohon Masalah Effect

Bunuh diri

Care Problem

Resiko Bunuh diri

CausaIsolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. Resiko bunuh diri. 2. Bunuh diri. 3. Isolasi social. 4. Harga diri rendah. E. Data yang Perlu Dikaji

Masalah Kepersawatan Resiko Bunuh Diri

Data yang Perlu Dikaji Subjektif:



Menginginkan keinginan bunuh diri. Mengungkapkan keinginan untuk



mati. Mengungkapkan rasa bersalah dan



keputusasaan. Ada riwayat, berulang percobaan

bunuh diri sebelumnya dari 

keluarda. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat



yang mematikan. Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

Objektif:  

Impulsif. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan



(biasanya menjadi sangat patuh). Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis,



dan penyalahgunaan alcohol). Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis



atau penyakit terminal). Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan

 

pekerjaan, atau kegagalan dalam karier). Umur 15-19 tahun ataudiatas 45 tahun. Status perkawinan yang tidak harmonis.

F. Diagnosa Keperawatan Resiko bunuh diri. G. Rencana Tindakan Keperawatan * Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosis: resiko bunuh diri. 1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri.  

Tujuan : Klien tetap aman dan selamat. Tindakan : Melindungi klien.

Perawat dapat melakukan hal-hal berikut untuk melindungi klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri. a. Tetap menemani klien sampai dipindahkan ke tempat yang lebih aman. b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, ikat pinggang, dan lain-lain). c. Memastikan bahwa klien benar-benar telah meminum obatnya, jika klien mendapatkan obat. d. Menjelaskan dengan lembut pada klien bahwa saudara akan melindungi klien sampai klien melupakan keinginan bunuh diri. 2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan klien percobaan bunuh diri. 



Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri. Tindakan : a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi klien serta jangan pernah meninggalkan klien sendirian. b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya di sekitar klien. c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk menjaga klien agar tidak sering melamun sendiri. d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya klien minum obat secara teratur.

* Isyarat bunuh diri dengan diagnosis: harga diri rendah kronis. 3. Tidakan keperawatan untuk klien yang menunjukkan isyarat bunuh diri. 

Tujuan : a. Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya . b. Klien dapat mengungkapkan perasaannya. c. Klien dapat meningkatkan harga dirinya. d. Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.



Tindakan keperawatan : a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman. b. Meningkatkan harga diri klien, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Memberi

kesempatan

pada

klien

untuk

mengungkapkan perasaannya. 2) Berikan pujian bila klien dapat mengungkapkan perasaan yang positif. 3) Meyakinkan klien bahwa dirinya berarti untuk orang lain. 4) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien. 5) Merencanakan aktivitas yang dapat klien lakukan. c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara sebagai berikut : 1) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya. 2) Mendiskusikan dengan klien efektivitas masingmasing cara penyelesaian masalah. 3) Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik. 4. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan anggota keluarga yang menunjukkan isyarat bunuh diri.  

Tujuan : Kelurga mampu merawat klien dengan resiko bunuh diri. Tindakan keperawatan : a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri. 1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul pada klien. 2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada klien berisiko bunuh diri. b. Mengajarkan keluarga cara melindungi klien dari perilaku bunuh diri. 1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila klien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.

2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi klien, seperti contoh berikut ini.  Memberikan tempat

yang

aman.

Menempatkan klien ditempat yang mudah diawasi, jangan biarkan klien mengunci diri di kamar, jangan meninggalkan klien sendirian di rumah.  Menjauhkan

barang-barang

yang

bisa

digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan klien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh

diri,

seperti:

tali,

bahan

bakar

minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat berbahaya seperti obat nyamuk atu racun serangga.  Selalu mengadakan

pengawasan

dan

meningkatkan pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun klien tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri.  Menganjurkan keluarga untuk mempraktikkan cara tersebut diatas. c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila klien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain dengan cara sebagai berikut. 1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut. 2) Segera membawa klien ke rumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan bantuan medis. d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi klien. e. Memberikan informasi tentang nomor telepon gawat darurat. f. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan klien berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.

g. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien minum obat sesuai prinsip enam benar yaitu: benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunaannya, benar waktu penggunaannya, dan benar pencatatannya. H. Evaluasi Berikut ini adalah tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang harus dicapai oleh klien dan keluarganya berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan. 1. Bagi klien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan klien yang tetap aman dan selamat. 2. Bagi keluarga dengan anggota keluarga (klien) yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri. 3. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan hal- hal sebagai berikut.  Klien mampu mengungkapkan perasaannya.  Klien mampu meningkatkan harga dirinya.  Klien mampu menggunakan penyelesaian masalah yang baik. 4. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan resiko bunuh diri. Untuk itu diharapkan keluarga mampu melakukan hal-hal berikut.  Menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.  Memperagakan kembali cara- cara yang dapat dilakukan untuk 

melindungi anggota keluarga yang berisiko bunuh diri. Menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN  Masalah  Pertemuan

: Risiko Bunuh Diri : Ke-1 (Pertama)

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi  Memiliki ide untuk melakukan tindakan bunuh diri/mengakhiri    

kehidupan. Mengungkapkan keinginan untuk mati. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputus asa an. Bersikap impulsif. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi

 

sangat patuh). Pernah melakukan percobaan bunuh diri. Berbicara tentang kematian dan menayakan tentang obat dosis

yang mematikan.  Mengungkapkan addanya konflik interpersonal. 2. Diagnosis keperawatan Risiko bunuh diri. 3. TUK/SP 1  Klien tetap aman dan selamat.  Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya.  Klien dapat mengungkapkan perasaanya.  Klien dapat meningkatkan harga diri. 4. Tindakan keperawatan  Melakukan kontrak pengkajian dengan klien.  Menemani klien terus menerus.  Menjauhkan semua benda yang membahayakan klien.  Memastikan bahwa klien benar-benar telah meminum obatnya, jika mendapatkan obat.



Menjelaskan dengan lembut pada klien bahwa saudara akan melindungi klien sampai klien tidak mempunyai keinginan

  

bunuh diri. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.

B. Strategi komunikasi dan pelaksanaan 1. Orientasi  Salam terapeutik “Selamat pagi pak, nama saya N, bapak boleh memanggil saya N, (sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan), nama 

bapak siapa, dan Bapak ingin dipanggil dengan sebutan apa? Evaluasi/ validasi

"Bagaimana perasaan Bapak A pagi ini?" 

Kontrak " Saya yang akan menuruti Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan masalah yang bapak hadapi." a. Topik: " Bagaimana kalau pagi ini kita berbincangbincang tentang hal atau perasaan yang menyebabkan Bapak ingin mengakhiri kehidupan Bapak?" b. Tempat: "Bapak A mau dimana kita bercakap-cakap, bagaimana bila diruang duduk?" c. Waktu: "mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana bila 15 menit?"

2. Kerja "Apakah Bapak pernah berniat untuk bunuh diri?" "Apakah Bapak pernah mencoba untuk bunuh diri? Dengan cara apa? Apa yang Bapak rasakan saat itu?"

"Apa yang menyebabkan Bapak memiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan Bapak?" "Bapak tampaknya membutuhkan pertolongan karena Bapak punya keinginan untuk bunuh diri, untuk itu saya akan menemani Bapak disini." "Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Bapak untuk memastikan tidak ada benda yang membahayakan Bapak". "Apakah Bapak telah meminum obat yang diberikan oleh perawat? Kalau belum saya akan membantu Bapak untuk minum obat". "Apa yang Bapak lakukan bila keinginan bunuh diri tersebut muncul?" "Saya akan membantu Bapak agar keinginan untuk bunuh diri hilang". "Kalau keinginan bunuh diri itu muncul, Bapak bisa langsung meminta bantuan perawat atau keluarga yang mengunjungi, katakan pada kami bahwa keinginan bunuh diri itu muncul". "Cara lain yang bisa digunakan adalah mengalihkan perhatian atau pikiran Bapak dengan cara mencari teman untuk diajak bercakapcakap. 3. Terminasi a)

Evaluasi subyektif “Bagaimana perasaan pak A setelah kita bercakap cakap? Apakah bapak merasa ada mafaatnya kita berbincang bincang saat ini? Apakah saat ini keinginan bunuh diri itu ada?”

b)

Evaluasi obyektif

“Bapak masih ingat cara mengatasi keinginan bunuh diri?coba bapak sebutkan cara agar keinginan bunuh diri itu tidak muncul lagi.” c) Rencana tindak lanjut “Saya harap bila nanti keinginan untuk bunuh diri itu muncul lagi,bapak bisa mempraktikkan cara - cara yang sudah dipelajari tadi.”

d) Kontrak yang akan datang. Topik: "baiklah kita sudah bercakap - cakap selama 15 menit,bagaimana kalau nanti kita bercakap cakap tentang cara mengatasi rasa bersalah dan rasa rendah diri yang bapak alami?" Tempat: "di mana tempatnya nanti kita bercakap cakap? Bagaimana kalau disini saja?" Waktu: " mau jam berapa?bagaimana kalau jam 11 siang nanti,setelah bapak bertemu dengan teman?” Tabel pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri dalam asuhan keperawatan 1. Keluhan utama................................................ 2. Pengalaman masa lalu menyenangkan....................................................

yang

tidak

3. Konsep diri: harga diri..................................... (Umumnya klien tidak mengatakan hal-hal negatif tentang dirinya,yang menunjukkan harga diri yang rendah) 4. Alam perasaan ( ) Sedih. ( ) Ketakutan ( ) putus asa ( ) gembira berlebihan

(Klien umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat mendalam) 5. Interaksi selama wawancara ( ) Bermusuhan ( ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung ( ) Kontak mata kurang ( ) defensif ( ) curiga (Klien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang ) 6. Afek ( ) Datar.( ) Tumpul.( ) Labil. ( ) Tidak sesuai (Klien biasanya menunjukkan afek datar atau tumpul) 7. Mekanisme koping maladaptif(cara penyelesaian masalah yang tidak baik) ( ) Minum alkohol.( ) Reaksi lambat. ( ) Bekerja berlebihan ( ) Menghindar.( ) Mencederai diri. ( ) Lainnya (Klien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan menciderai diri) 8. Msalah psikososial dan lingkungan. ( ) Masalah dengan dukungan keluarga ( ) Masalah dengan perumahan

LATIHAN FASE ORIENTASI,KERJA,DAN TERMINASI PADA SETIAP SP Latihan 1.Percakapan untuk pengkajian klien risiko bunuh diri.  Orientasi " Assalamualaikum A kenalkan saya adalah perawat B dari puskesmas X." "Bagaimana perasaan A hari ini?" "Saya ke sini untuk melihat keadaan A dan bercakap - cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Bagaimana A? Di mana dan berapa lama kita bicara?."  Kerja

"Bagaimana perasaan A setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana tersebut A mersa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri? Apakah A meras tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti diri sendiri,ingin bunuh diri,atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya ? Apa yang A rasakan?" Jika klien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi klien,misalnya dengan mengatakan: "Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Untuk itu saya akan menemani A terus menerus sampai ada petugas kesehatan lain yang datang untuk membawa A ke rumah sakit." Tindakan keperawatan untuk melindungi klien selanjutnya dapat dilihat di latihan 3.

 Terminasi : Terminasi dilakukan setelah tindakan keperawatan untuk melindungi klien selesai

dilakukan.Data

didokumentasikan

pada

yang

didapat

kartu

berdasarkan

berobat

klien

komunikasi di

di

atas

puskesmas.Contoh

pendokumentasiannya adalah sebagai berikut. Data : klien A mengungkapkan bahwa dirinya merasaa telah kehilangan segalanya setelah mengalami bencana tsunami. A merasa dirinya tidak berharga karena tidak mampu menolong keluarganya dari bencana tersebut.A menyatakan niatnya untuk mengakhiri hidupnya dan pernah beberapa kali mencoba bunuh diri dengan cara meminum racun serangga.

2) Tindakan keperawatan untuk klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri

Tujuan

: Klien tetap aman dan sehat

Tindakan

: Melindungi klien dari hal - hal yang membahayakan dirinya.

Perawat dapat melakukan tindakan berikut ini untuk melindungi klien dari tindakan tindakan yang mengancam seperti percobaan bunuh diri. A. Tetap menemani klien sampai dapat dipindahkan ke tempat yang lebih aman. B. Menjauhkan semua benda yang berbahaya(misalnya pisau,silet,gelas,atau ikat pinggang). C. Mendapatkan orang yang dpat segera membawa klien ke rumah sakit untuk pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat. D. Memastikan apakah klien benar benar telah meminum obatnya, jika klien mendapatkan pengobatan. E. Dengan lembut menjelaskan pada klien bahwa saudara akan melindungi klien sampai tidak ada keinginan bunuh diri. Latihan 2. Berikut ini merupakan percakapan untuk melindungi klien dari percobaan bunuh diri.  Orientasi : “assalamualaikum,A.” “melihat kondisi A yang membutuhkan pertolongan segera, maka saya perlu menemani A terus menerus disini sampai ada petugas kesehatan lain yang akan membawa A kerumah sakit  Kerja : “ saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan A.” “setelah hamper setengah jam saya menemani A, apakah saat ini A masih memiliki keinginan bunuh diri.” “nah A, karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakiri hidup, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”

“sambil menunggu mobil yang akan membawa A kerumah sakit, saya mau tanya, apakah hari ini A sudah minum obat ? kalau belum, saya akan bantu A untuk minum obat.”  Terminasi : “ petugas kesehatan yang akan membawa A ke rumah sakit sudah datang, mulai sekarang A akan di rawat di rumah sakit sampai dinyatakan boleh pulang.” “kalau A butuh pertolongan jangan malu untuk meminta bantuan kepada perawat yang ada di rumah sakit.” “walaupun A akan dirawat di rumah sakit oleh perawat yang lain saya akan terus memantau keadaan A.saya juga akan terus merawat Aketika kembali lagi ke rumah, sampai saya benar- benar yaki A aman dan tidak melukai diri sendiri.”

3) Tindakan keperawatan untuk keluarga denga klien yang mengancam atau melakukan percobaan bunuh diri. 



Tujuan: Keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga dari perilaku yang dapat mengancam nyawa, seperti percobaan bunuh diri. Tindakan: a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi klien dan jangan membiarkan klien seorang diri. b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya di sekitar klien. c. Mendiskusikan dengan keluarga siapa orang yang dapat membawa klien ke rumah sakit segera mungkin. d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya minum obat secara teratur.

Latihan 3.Percakapan dengan keluarga untuk melindung klien yang mencoba bunuh diri.  Orientasi:

“bapak/ibu, karena kondisi A sedang labil dan dapat melakukan tindakantindakan yang membahayakan hidupnya sewaktu-waktu seperti mencoba bunuh diri, maka kita semua perlu mengawasi A terus menerus. Saya harap bapak/ibu dapat ikut mengawasi A, pokoknya jika dalam kondisi serius seperti ini A tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun. Bapak/ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat digunakan A untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, atau ikat pnggang. Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada di sekitar A. bapak/ibu, A itu perlu perawatan yang lebih serius lagi. Jadi A perlu di bawa ke rumah sakit untuk diawasi lebih ketat lagi.”  Terminasi: “bapak/ibu, karena petugas rumah sakit sudah datang, bapak/ibu perlu menemani A ke rumah sakit. Kita berpisah dulu sekarang, tetapi tolong ingat apa yang kita bicarakan tadi tentang pentingnya melindung A. setelah A kembali dari rumah sakit, saya akan mengujungi bapak/ibu untuk melanjutkan perawatan A dirumah.” 4) Tindakan keperawatan utuk klien yang menunjukkan isyarat bunuh diri.  Tujuan: a. Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya. b. Klien dapat mengungkapkan perasaannya. c. Klien dapat meningkatkan harga dirinya. d. Klien dapat menggunakan cara pentelesaian masalah yang baik.  Tindakan keperawatan: Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman. Latihan 4. Berikut ini adalah contoh percakapan mengenai cara melindungi klien dari risiko bunuh diri.  Orientasi: “assalamualaikum A! bagaimana perasaan hari ini? O..jadi A merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah A ada perasaan ingin bumuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama?Di mana?”

 Kerja:

“Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya A harus minta bantuan kepada keluarga atau teman. Jadi A jangan sendirian di rumah, ya….”  Terminasi: “bagaimana perasaan A setelah kiata bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yng telah kita bicarakan tadi? Bagus A. kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong panggil anggota keluarga yang lain. Minggu depan kita akan bertemu lagi untuk membicarakan tentang hal-hal yang patut kita syukuri.”

5) Meningkatkan harga diri klien. Perawat dapat melakukan tidakan-tindakan berikut ini guna meningkatkan     

harga diri klien. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya. Berikan pujian bila klien dapat mengatakan perasaan yng positif. Meyakinkan klien bahw dirinya berarti bagi orang-orang disekitarnya. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien. Merencanakan aktifitas yang dapat dilakukan oleh klien.

Latihan 5. Berikut contoh percakapan yang dapat meningkatan harga diri klien.  Oreintasi: “ asalamualaikum A! Bagaimana perasaan A hari ini? Seperti janji kita kemarin , maka hari ini kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian tuhan. Mau berapa lama?Di mana?”  Kerja: “keluarga masih membutuhkan A. Coba A ceriakan hal-hal yang A rasakan, baikitu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dalam kehidupan ini.keadaan seperti apa yang membuat A merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan A masih banyak yang menyenangkan dan itu patut A syukuri. Coba Asebutkan kegiatan apa yang masih dapat A lakukan.”

 Terminasi; “bagaimana perasaanA setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkankembaliapa sajayang A petut syukuridalam hidup ini? Bagus A.seperti biasa minggu depan kita akan bertemu lagi untuk membahas tentang cara mengatasi mesalah dengan baik. Tempatnya di mana?Baiklah.” 6) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara sebagai berikut :  Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya.  Mendiskusikan dengan klien efektivitas masing-masing cara penyelesaian 

masalah Mendiskusikan dengan klien cara yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah

Latihan 6.Berikut inipercakapan untk meningkatkan kemampuan klien dalammenyelesaikan masalah.  Orientasi: “ Assalamualaikum A. Bagaimana perasaan hari ini? Hari ini kita akan berdiskusi tentang bagaimanacara mengatasi maslah yang selama ini timbul. Mau berapa lama?Di mana?”  Kerja: “Apakah A selalu memiliki keinginan bunuh diri? Apakah A memiliki cara lain untukmengatasi masalah? Oh jadi sebenarnya ada berapa cara lain untuk mengatasi masalah. Nah coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masingmasing cara tersebut. Mari kita pilih cara yang paling menguntungkan untuk mengatasi masalah! Menurut A cara yang mana? Ya, saya setuju.A bisa mencobanya!”  Terminasi: “Bagaimana perasaan A,setelah kita bercakap-cakap? Cara apa yang akan A gunakan dalam megatasi masalah? Coba dalam satu minggu ini, A menyelesaikan

masalah dengan cara yang dipilih A tadi. Minggu depan kita akan bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman Amenggunakan cara yang A pilih.” 7) Mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang beresiko bunuh diri. a. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan anggota keluarga yang menunjukkan isyarat bunuh diri. Tujuannya adalah keluargamampu merawat kien dengan resiko bunuh diri. b. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri  Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang 

pernah muncul pada klien. Mendiskusikn tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul

pada klien yang beresiko melakukan tinakan bunuh diri. c. Mengajarkan keluarga cara melindungi klien dari perilaku bunuh diri.  Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila 

klien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri. Menjelaskan tentang cara-cara melindungi klien, antaralain adalah sebagai berikut .  Memberikan tempat yang aman. Menempatkan klien ditempat yang mudah di awasi, jangan biarkan klien mengunci diri dikamarnya atau jangan meninggalkan klien sendirian dirumah.  Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk melakukan bunuh diri. Jauhkan klien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri , seperti tali, bahan bakar minyak/bensin,api,pisauatau benda tajam lainnya,dan zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga.  Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun klien

tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri.  Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut diatas. d. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila klien melakukan percobaan bunuh diri,seperti berikut ini:  Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut.



Segera membawa klien ke rumah sakit atau puskesmas guna mendapatkan bantuan medis.

e. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan. 

Memberikan informasi tentang nomor telepon gawat darurat yang bisa



dihubungi. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan klien berobat/control secara



teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien minum obat sesuai prinsip enam benar, yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara

penggunaannya,

benar

waktu

penggunaannya,

dan

benar

pencatatannya. Latihan 7. Berikut ini percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga berisiko bunuh diri.  Orientasi ”Assalamualaikum, Bapak/Ibu.” “Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara melindungi anggota keluarga yang ingin bunuh diri. Dimana kita akan diskusi. Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”  Kerja: “Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang tanda dan gejala bunuh diri?” “Bapak/Ibu sebaiknya benar-benar memperhatikan munculnya tanda dan gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan tanda melalui percakapan misalnya, ‘Saya tidak ingin hidup lagi, segalanya akan lebih baik tanpa saya’. Kalau Bapak/Ibu memperhatikan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari yang bersangkutan.Pengawasan terhadap A harus ditingkatkan, jangan biarkan A sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, lalu keluarga juga menemukan alat-alat

yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya segera lakukan tindakan pencegahan dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.” “Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi, segeralah rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius.Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar anggota keluarganya terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.”

 Terminasi : “Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?Ya, bagus. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang apa saja yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Bagaimana Bapak/Ibu setuju? Kalau demikian sampai bertemu lagi minggu depan di sini.”

Ringkasan Tindakan Keperawatan untuk Klien Berisiko Bunuh Diri Berdasarkan Perilaku Bunuh Diri yang Ditampilkan

Perilaku Bunuh Diri

Tindakan untuk Klien

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Keluarga

untuk

Isyarat Bunuh Diri



Mendiskusikan cara Melakukan

pendidikan

mengatasi keinginan kesehatan tentang cara  

merawat anggota bunuh diri. Meningkatkan harga keluarga yang ingin diri klien. bunuh diri. Meningkatkan kemampuan

klien

dalam menyelesaikan Percobaan

masalah. dan Melindungi klien

Ancaman Bunuh Diri

Melibatkan

keluarga

untuk mengawasi klien secara ketat.

Related Documents


More Documents from "Muh Rusdi Arsyad"