Makalah Abc (activity Based Costing)

  • Uploaded by: Arya Suputra
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Abc (activity Based Costing) as PDF for free.

More details

  • Words: 8,082
  • Pages: 31
Loading documents preview...
MAKALAH “ACTIVITY-BASED COSTING” SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN

Disusun Oleh : Kelompok 3 I Made Arya Suputra

A1C014054

Ni Made Ayu Trishna Hendrawati

A1C014087

Ni Putu Setia Devi Astini

A1C014089

S1 AKUNTANSI REGULER PAGI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITA MATARAM 2017

PEMBAHASAN ABC DALAM KONSTRUKSI Activity-based costing (ABC) adalah model penentuan biaya yang mengidentifikasi kegiatan dalam sebuah organisasi dan membebankan biaya pada setiap sumber daya kegiatan untuk semua produk dan layanan sesuai dengan konsumsi aktual oleh sumber daya dan aktivitas (Cokins, 1996). ABC ditemukan untuk menyediakan manajemen dengan biaya analisis yang lebih rinci dari kegiatan dan proses (Kim, 2002). Tidak seperti sumber daya berbasis biaya menggunakan mengalokasikan satu tahap, yang memberikan sumber daya untuk objek biaya (yaitu produk atau jasa), ABC menggunakan dua tahap biaya, jejak sumber daya yang digunakan saat proses, dan kemudian menentukan proses untuk produk dan layanan. ABC menggunakan dua pengendali biaya: pengendali biaya sumber daya (waktu) dan pengendali biaya aktivitas. Praktisnya, pengendali biaya adalah faktor yang volume sebanding dengan biaya kegiatan (Horngren et al., 2000). Dalam banyak kasus, contoh aktivitas digunakan sebagai pengendali biaya. Dalam ABC, volume aktivitas pengendali biaya adalah satu-satunya variabel yang akan ditelusuri untuk periode setelah tingkat konsumsi sumber daya (konsumsi sumber daya untuk satu kegiatan transaksional) adalah tetap. ABC membantu organisasi secara mudah melacak biaya setiap aktivitas dalam proses. Untuk alasan yang sama, organisasi dapat menggunakan ABC sebagai alat akuntansi untuk melacak proses pendukung yang melibatkan sumber daya overhead yang hampir tidak diukur dalam sistem akuntansi tradisional. Beberapa upaya telah dilakukan untuk menerapkan ABC di ranah konstruksi. Kim dan Ballard (2001) mengeksplorasi hubungan antara ABC dan konstruksi ramping dan disajikan contoh penerapan ABC untuk konstruksi. Dalam tulisan ini, disajikan hirarki biaya untuk mengidentifikasi pengendali biaya dalam konstruksi. Beberapa peneliti dan perusahaan (Matteson, 1994, Kim dan Ballard 2005, Kim et al 2011) menerapkan ABC untuk mengalokasikan rumah kantor dan biaya overhead proyek. Back et al. (2000) dan Maxwell et al. (1998) terkait proses pemodelan dan simulasi dengan ABC. Namun, mereka tidak mengalokasikan biaya aktivitas ke objek biaya. Selain itu, model mereka berkonsentrasi pada operasi lapangan, mengabaikan kegiatan sumber daya overhead.

PENGERTIAN ACTIVITY BASED-COSTING Menurut Mulyadi (25: 2003), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: “ABC system merupakan sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan penglolaan terhadap aktivitas”.

Sama dengan pendapat terdahulunya, menurut Armanto Witjaksono (210: 2006), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: “ABC didefinisikan sebagai suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan atas penjumlahan biaya (cost accumulation) daripada kegiatan atau aktivitas yang timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut”. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Armila Krisna Warindrani (27:2006), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: Metode ABC merupakan salah satu metode kontemporer yang diperlukan manajemen modern untuk meningkatkan kualitas dan output, menghilangkan waktu aktivitas yang tidak menambah nilai, mengefisiensikan biaya, dan meningkatkan kontrol terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai suatu pendekatan perhitungan biaya yang didasarkan pada aktivitas yang dilakukan dan nilai sumber daya yang diserap oleh aktivitas untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem Activity Based Costing (ABC) dirancang atas dasar landasan pemikiran bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya, kerangka yang dipergunakan untuk menghitung biaya produksi, adalah: pertama, produk memerlukan aktivitas; dan kedua, aktivitas memerlukan sumber daya. Menurut Hansen dan Mowen (2003) aktivitas mewakili kegiatan yang dilakukan oleh peralatan atau manusia. Aktivitas dapat didefinisikan menjadi tiga perspektif: 1. A physical perspective A physical perspective adalah tindakan-tindakan secara fisik yang nampak pada kelompokkelompok yang homogen seperti misalnya perakitan. Aktivitas perakitan akan menjadi operasi perakitan jika secara fisik menghasilkan suatu produk perakitan. 2. Logical perspective Logical perspective seperti perspektif mutu dimana semua tugas terkait yang dipandang sebagai definisi dari aktivitas dengan tidak menghiraukan lokasi secara fisik di mana aktivitas itu dilaksanakan. 3. A Cost perspective A Cost perspective seperti penyimpanan persediaan yang dapat dipandang dari perspektif cost driver. Biaya penyimpanan dapat dipengaruhi oleh tempat, waktu dan nilai dari masing-masing aktivitas yang dapat dipandang secara terpisah. Menurut Desy (2000) terdapat beberapa indikasi atau tanda-tanda yang membuat Activity Based Costing (ABC) System sebaiknya diterapkan di suatu perusahaan, sebagai berikut: 1. Jumlah biaya tidak langsung yang signifikan dialokasikan menggunakan satu atau dua kelompok biaya saja.

2. Semua atau kebanyakan biaya tidak langsung merupakan biaya pada tingkat unit produksi (yakni hanya sedikit biaya tidak langsung yang berada pada tingkatan biaya kelompok produksi, biaya pendukung produk, atau biaya pendukung fasilitas). 3. Terdapat perbedaan akan permintaan sumber daya oleh masing-masing produk akibat adanya perbedaan volume produksi, tahap-tahap pemrosesan, ukuran kelompok produksi, atau kompleksitas. 4. Produk yang dibuat dan dipasarkan dengan baik oleh perusahaan menunjukkan keuntungan yang rendah sementara produk yang kurang sesuai untuk dibuat dan dipasarkan perusahaan justru memiliki keuntungan yang tinggi. 5. Staf bagian operasi memiliki perbedaan pendapat yang signifikan dengan staf akuntansi mengenai biaya manufaktur dan biaya pemasaran barang dan jasa.

SEJARAH SINGKAT ABC SYSTEM Menurut Mulyadi ( 51-52: 2007), Pada tahap awal perkembangannya, ABC system dimanfaatkan untuk memperbaiki kecermatan perhitungan kos produk dalam perusahaanperusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk. Masalah yang dihadapi perusahaan yang menghasilkan banyak jenis produk adalah pada pembebanan biaya overhead pabrik ke berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Akuntansi biaya tradisional hanya menggunakan volume-related drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk, sehingga kos produk yang dihasilkan dari cara pembebanan ini menjadi tidak akurat. ABC system menawarkan dasar pembebanan yang lebih bervarias, seperti batch-related drivers, product-sustaining drivers , dan facility-sustaining drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan berbagai drivers yang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan, akuntansi biaya dapat menghasilkan informasi kos produk yang akurat, sehingga memungkinkan manajemen mengambil keputusan tentang harga jual dan melakukan analisis profitabilitas setiap jenis produk. Pada perkembangan selanjutnya, ABC system tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi kos produk yang akurat, namun meluas sebagai system informasi untuk memotivasi personel dalam emlakukan improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi customer. Jika pada awaln perkembangannya ABC system masih terbatas penggunaannya dalam perusahaan manufaktur yang menghasilkan berbagai jenis produk, pada tahap perkembangan selanjutnya, ABC system dimanfaatkan oleh perusahaan manufaktur dengan produk tunggal, perusahaan jasa (seperti perbankan, transportasi, dan layanan kesehatan), perusahaan dagang (seperti bsinis ritel dan distributor), organisasi sector public, dan organisasi nirlaba. ABC system dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan akuntansi biaya tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan manufaktur. Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang) dna organisasi (sector public dan nirlaba) sekarang dapat memanfaatkan ABC system sebagai system akuntansi biaya, baik untuk tujuan pengurangan biaya (cost reduction) maupun untuk perhitungan secara akurat kos fitur produ/jasa.

Jika pada tahap awal perkembangannya, ABC system hanya difokuskan pada biaya overhead pabrik, pada tahap perkembangan selanjutnya, ABC system diterapkan ke semua biaya, mulai dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan , biaya pasca jual, sampai biaya administrasi dna umum. ABC system menggunakan aktivitas sebagai titik pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena aktvitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi, maka ABC system dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi dan mencakup biaya di luar produksi.

FALSAFAH YANG MELANDASI ABC SYSTEM Menurut Mulyadi (52:2007) Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system: 1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. ABC system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan. 2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.

Asal-usul dan Asumsi dari Penetapan Biaya Berdasarkan Aktivitas (ABC) Akhir tahun abad ke-20 menggolongkan pengembangan besar-besaran teknologi baru, seperti otomatisasi dari teknik proses produksi dan komputerisasi proses produksi. Dalam waktu yang sama kualitas dan keragaman produk memiliki keuntungan yang perlu diperhatikan insinyur sebgai proses awal untuk memperoleh pelanggan dan pasar baru. Karakteristik ini sangat berpengaruh terhadap struktur biaya yang terjadi pada perusahaan. Respon terhadap perubahan pada akhir abad 20, dua pakar akuntansi yang berasal dari Amerika memperkenalkan konsep dari penetapan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing-ABC). Metode ini diuji manajer akuntansi untuk mengidentifikasi biaya tersendiri untuk produk, jasa, ataupun proses [7]. Biaya produksi berdasarkan konsumsi sumberdaya, ABC adalah alternatif dari akuntansi tradisional yang melibatkan biaya tidak langsung yang lebih sering dialokasikan untuk aktivitas biaya langsung pada proporsi jumlah produk atau output yang dihasilkan [8]. Pendekatan tradisional dinilai tidak memuaskan karena kemungkinan bahwa dua produk yang berbeda yang menggunakan jumlah dari

biya langsung tak sama dari biaya tidak langsung yang dialokasikan menggunakan metode saat keadaan berikut terpenuhi : - Beberapa produk serupa diproduksi, - Biaya tidak langsung rendah, - Proses produksi dan konversi sejenis, - Pelanggan dan target pasar sejenis, - Biaya penjualan, distribusi, dan administrasi tidak tinggi. Hal tersebut disebabkan, penetapan harga produk berdasarkan metode biaya tradisional memungkinkan terjadinya kerugian saat hasil produk yang biasanya lebih baik dari unit produk masa. Berikut alokasi biaya ABC : Kontrol sumber daya perusahaan

Aktivitas yang dijalankan perusahaan

Produk (jasa) yang dihasilkan dari aktivitas Alokasi biaya pada produk digunakan untuk mengendalikan biaya per unit dari aktivitas yang menyebabkan perubahan dari biaya aktivitas. Pengendalian biaya adalah setiap aktivitas yang menyebabkan biaya terjadi. Contohnya, pengendalian biaya yang meliputi biaya jam penggunaan peralatan dari pendapatan lain untuk biaya pemeliharaan. Hal tersebut munujukkan bahwa perusahaan menggunakan biaya pengendalian yang bergantung pada operasi bisnis dan aktivitas yang dijalankan. Proses ABC memerlukan : - Identifikasi aktivitas dan pengelompokan aktivitas, - Alokasi biaya untuk aktivitas dan objek biaya, - Perhitungan tingkat pengendalian biaya aktivitas, - Biaya objek, - Perhitungan produksi per jenis produk. Sistem ABC menyediakan perhitungan yang lebih akurat dari biaya produks dibanding sistem biaya tradisional, yang menentukan setiap aktivitas yang berhubungan dengan produksi jenis produk dan alokasi biaya aktivitas. Biaya aktivitas untuk produk memerlukan aktivitas produksi. Karena deskripsi prosedur, perusahaan menugaskan biaya hanya untuk produk yang memerlukan aktivitas untuk produksi. Keuntungan besar dari prosedur tersebut adalah mengeliminasi alokasi biaya yang tidak relevan dengan produk.

Keuntungan Penerapan ABC Dalam Pengembangan Produk Baru

Sistem ABC memberikan lebih banyak kesempatan untuk mengidentifikasi biaya dan langkah-langkah dari proses, kontak dengan produk dan gerakan di seluruh struktur fungsional dalam biaya pengumpulan. Ini dapat berfungsi sebagai alat untuk determinate biaya kualitas akurat termasuk perbandingan biaya dan manfaat yang terkait dengan produk tertentu, bermacam-macam produk atau kelompok pelanggan. Menggunakan ukuran keuangan bersama-sama dengan non finansial proses pengukuran kinerja pengambilan keputusan mengenai pengembangan produk baru mungkin unsur perencanaan operasional atau bahkan strategis perusahaan. Selain itu, sebagai siklus hidup produk yang semakin pendek dan lebih pendek, ABC costing memungkinkan menghubungkan pengembangan produk baru, perubahan dalam proses teknologi, dan pendekatan pemasaran dengan jangka pendek indikator bisnis operasional. Tidak mungkin ketika sebuah perusahaan menggunakan sistem biaya tradisional saja, karena mereka efektif terutama dalam jangka waktu operasi bisnis. Mengadopsi ABC untuk pengembangan produk baru menjamin cara proaktif keterlibatan insinyur, akuntan, dan manajer dalam proses perencanaan. Selain itu, proses adopsi lebih mudah jika dibandingkan dengan proses yang ada sebagai - selama tahap pengembangan - sebuah perusahaan dapat mempersiapkan untuk mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan. Seperti mengidentifikasi pusat kegiatan dalam organisasi serta biaya driver dan kolam biaya, pada langkah insinyur berikutnya dapat menggunakannya untuk meningkatkan operasi manufaktur, termasuk peningkatan kualitas produk, menurunkan biaya produksi, dan pada saat kenaikan efisiensi yang sama operasi dan menghilangkan produk yang menghasilkan kerugian. Seperti sedikit perbedaan dalam biaya dapat mempengaruhi insinyur dan keputusan manajer mengenai manajemen produksi, identifikasi sumber daya ekonomi yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang berbeda, dan identifikasi faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk penciptaan biaya adalah sangat penting dalam manajemen produksi, termasuk pengembangan produk baru. Perlu juga menyatakan, bahwa sebagai perbuatan todays bisnis yang kompleks dan tidak pasti dalam banyak aspek, pengembangan produk baru dapat ditandai dengan tingkat yang relatif tinggi ketidakpastian. Karena di atas, tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan pengembangan produk baru. Dengan demikian, mungkin ada batas untuk kegunaan dan penerapan ABC metodologi. Di sisi lain, menyatakan bahwa presisi dan netralitas angka akuntansi mungkin nilai yang kecil ketika pluralitas interpretasi terjadi, ABC berdasarkan kegiatan yang dilakukan di perusahaan, tentu akan menurunkan kemungkinan terlalu banyak interpretasi. Analisis biaya melalui operasi bisnis dengan sedikit mengenai struktur organisasi atau konsumsi biaya langsung (untuk biaya tidak langsung tujuan alokasi) akan memungkinkan teknologi memprioritaskan dan tujuan keuangan dan mengoptimalkan produksi dan biaya penjualan suatu produk. di atas berarti bahwa konsekuensi keuangan dari pilihan teknis tidak akan diabaikan, dan indikator kinerja utama dapat dirancang dalam rangka untuk mengevaluasi proyek.

STRATEGI UNTUK PROSES PERBAIKAN DENGAN ABC (PIABC) (1) Mengembangkan sistem ABC menggunakan aktivitas pada tingkat batch

Dalam rangka mengembangkan sistem ABC, manajemen organisasi harus terlebih dahulu menentukan proses yang ada termasuk batas-batas proses dan kegiatan individu. Sementara ini harus mencakup semua kegiatan yang diperlukan untuk sepenuhnya menentukan produk dan jasa, sebagian besar kegiatan yang dibuat di tingkat batch yang sesuai dengan tujuan sistem (yaitu, kontrol proses dan perbaikan). Langkah berikutnya adalah untuk mengidentifikasi sumber daya, dan pengendali biaya dan tarif masing-masing kegiatan. (2) Mengidentifikasi kegiatan yang perlu proses perbaikan Setelah sistem ABS didirikan, manajemen harus mencari kegiatan yang mmemerlukan perbaikan. Perbandingan dengan status organisasi atau biaya proyek lain membantu Anda mengidentifikasi kegiatan yang memerlukan proses perbaikan. Misalkan tingkat pengendalia biaya aktivitas inspeksi di proyek saat ini menjadi $ 120 per instansi, sedangkan tingkat rata-rata dari proyek-proyek lain menunjukkan $ 80. Kemudian, Anda akan merasa perlu untuk meningkatkan proses untuk kegiatan inspeksi. (3) Mengembangkan langkah model simulasi proses Berikutnya adalah untuk membangun model proses saat ini dengan menggunakan teknik discrete-event simulasi (DES). Pertama, Anda perlu untuk menguraikan aktivitas pada tingkat batch (yaitu inspeksi) ke sub-kegiatan di tingkat tugas-harian, seperti mengambil gambar, mengisi formulir permintaan pemeriksaan, mengirimkan formulir, di tempat pemeriksaan, mengisi hasil pemeriksaan, dan menerbitkan laporan ketidaksesuaian (NCR) (Gambar 2). Kemudian, Anda harus mengidentifikasi konsumsi sumber daya dan durasi masing-masing sub-kegiatan, dan urutan kerja.

Hirarki Kegiatan ABC

Tingkat Batch

Pengendali Biaya Inspeksi

# inspeksi

Mendapatkan gambaran Mengisi formulir permintaan

DES

Tingkat harian

Mengirimkan Tugas- permintaan

formulir

Inspeksi ditempat

Waktu implementasi

Mengisi hasil inspeksi Melaporkan masalah yang tidak sesuai

Gambar 2: Perbandingan Aktivitas Hierarchy dan Pengendali Biaya di ABC dan DES

(4) Menilai kinerja dan mengembangkan perencanaan perbaikan Kinerja saat ini dinilai dalam hal total waktu proses dan biaya. Kinerja dapat ditingkatkan melalui pengurangan sikluas waktu, biaya, kesalahan, dan pengerjaan ulang atau meningkatkan pelanggan dan kepuasan karyawan. Perubahan teknis, organisasi, dan / atau struktural betul-betul dipertimbangkan. Setelah inisiatif perbaikan dianggap efektif, Anda harus menerapkan tindakan lebih lanjut untuk menghilangkan kesalahan proses dan menyederhanakan proses. (5) Update sistem ABC dan mengulangi proses di atas. Setelah Anda memperkirakan waktu proses total dan biaya melalui Model DES yang dimodifikasi, biaya aktivitas pada tingkat batch (yaitu TARIF PENGENDALI BIAYA YANG BARU) ditentukan. Anda harus memperbarui informasi ke dalam sistem ABC dan melacak volume pengendali biaya pada tingkat batch. Anda harus mengulangi proses di atas sebagai alat untuk proses perbaikan yang berkelanjutan.

PERBEDAAN BIAYA TRADISIONAL DAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM Menurut Kaplan dan Cooper (1998) Activity Based Costing (ABC) System adalah perluasan dari prosedur pembebanan dua tahap dalam sistem biaya tradisional. Dalam sistem biaya tradisional setiap beban diklasifikasikan ke dalam overhead cost centre yang selanjutnya dibebankan pada masing-masing production cost centre dengan menggunakan dasar alokasi tunggal untuk menghasilkan perhitungan biaya untuk satu buah produk atau jasa. Seperti terlihat dalam gambar 2 prosedur pembebanan dua tahap terlihat sederhana untuk mengalokasikan biaya overhead untuk produksi, tetapi faktanya prosedur pembebanan dua tahap tidak akurat karena hanya menggunakan pusat biaya tunggal untuk seluruh plant dan hanya menggunakan dasar alokasi tunggal seperti tenaga kerja langsung. Gambar 1 menunjukkan struktur Activity Based Costing (ABC) System untuk operasi pabrik. Pada pandangan pertama Activity Based Costing (ABC) System terlihat sama dengan prosedur pembebanan dua tahap, tetapi underlying struktur dan konsepnya cukup berbeda. Activity Based Costing (ABC) System menggunakan masing-masing dasar alokasi biaya untuk setiap biaya sumber daya dan untuk setiap aktivitas, sehingga biaya aktual untuk unit yang diproduksi dapat lebih akurat.

Gambar 1 Prosedur Pembebanan Dua Tahap

STRUKTUR SISTEM ACTIVITY BASED COSTING Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha. Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing, yaitu: 1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya. 2. Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut.

KONSEP-KONSEP DASAR ACTIVITY BASED COSTING Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitasaktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam

organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa aktivitasaktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. ABC memakai pemicu biaya dasar unit maupun non unit, yang jumlah pemicu biayanya lebih besar ketimbang jumlah pemicu pada sistem konvensional, sehingga meningkatkan akurasi penentuan biaya pokok produk. Menurut The Mac Graw-Hill Companies. Inc. 2003, pembebanan biaya berdasarkan penggunaan sumber-sumber daya dan pembebanan biaya kepada objek-objek biaya seperti: produk, pelanggan, berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Pengakuan hubungan timbal balik antara cost driver dan aktivitas. Dalam ABC, dasar untuk mengalokasikan biaya overhead disebut pemicu biaya (cost driver).

COST DRIVER Menurut Hilton et al. (2003) cost driver adalah karakteristik dari aktivitas atau peristiwa yang membuat biaya tersebut timbul. Penentuan cost driver harus memperhatikan dua hal berikut ini: 1. Penentuan cost driver menentukan jumlah kelompok biaya berdasarkan aktivitas pada Activity Based Costing (ABC) System. 2. Ketersediaan data yang bisa diandalkan dan pengukurannya.

Menurut Mulyadi (2002) cost driver dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian sebagai berikut: 1. Resource Driver Setiap sistem akuntansi dibuat dengan berbagai macam accounts untuk mengklasifikasikan informasi dengan berbagai macam alasan. Salah satu contohnya adalah perbedaan tipe dari payroll accounts (akun pembayaran gaji) didalam system akuntansi. Resource driver dapat didefinisikan sebagai hubungan antara cost elemen dan aktivitas, atau berapa banyak aktivitas mengkonsumsi cost elemen. Maksudnya adalah seberapa banyak jumlah dari cost elemen yang digunakan untuk masing-masing aktivitas dalam melakukan prosesnya. 2. Activity Driver Activity Driver dapat didefinisikan sebagai hubungan dari seberapa banyak suatu produk mengkonsumsi masing-masing aktivitas. Hubungan ini sangat penting untuk manajemen biaya dengan tujuan untuk mengerti dan mengelola cost driver untuk membuat biaya pada masing-masing aktivitas menjadi rendah. Cost driver untuk setiap aktivitas harus ditentukan secara tepat agar didapat perhitungan biaya yang lebih akurat. Menurut Hilton et al. (2003) mendefinisikan empat point yang membuat cost driver layak dipilih dengan tepat:  Mempunyai hubungan sebab akibat dengan aktivitas dan biayanya.  Dapat diukur.  Memprediksikan atau menjelaskan penggunaan sumber daya oleh aktivitas dengan alasan yang akurat.



Dapat menjadi dasar didalam praktik kapasitas sumber daya untuk mendukung aktivitas.

COST POOL Ahmad (2007:14) menjelaskan biaya yang terjadi jika sumber daya digunakan untuk tujuan tertentu. Kadang-kadang biaya di kimpilkan ke dalam kelompok tertentu yang di sebut cost pool. Cost pool di gunakan untuk mempermudah manajemen dalam membebankan biayabiaya yang timbul. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki korelasi positif antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi yang homogen. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang di laksanakan dalam perusahaan, semakin sedikit cost pool yang di butuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut. Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan hubungan sebab-akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang di hasilkan. Cost pool berguna untuk menentukan cost pool rate yang merupakan tarif biaya overhead pabrik per unit cost driver yang di hitung untuk setiap kelompok aktivitas. Tarif kelompok di hitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu di bagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

HIERARKI BIAYA (COST HIERARCHY) Menurut Desy (2000) hierarki biaya (cost hierarchy)mengelompokkan biaya berdasarkan kelompok-kelompok biaya berdasarkan beberapa faktor seperti jenis pemicu biaya atau dasar alokasi biaya(cost driver),atau perbedaan tingkat kesulitan, dalam menentukan hubungan sebab akibat. Activity Based Costing (ABC)systembiasanya menggunakan hierarki biaya dengan empat tingkatan untuk mengidentifikasi dasar alokasi biaya yang sedapat mungkin merupakan pemicu biaya pada kelompok biaya berdasarkan aktivitas. Menurut Desy (2000) keempat tingkatan pada hierarki biaya tersebut adalah sebagai berikut 1. Biaya pada tingkat unit produksi Biaya pada tingkat unit produksi adalah biaya aktivitas yang dikerjakan untuk setiap unit produksi barang dan jasa. Biaya operasi manufaktur (seperti biaya listrik, depresiasi mesin, dan biaya reparasi) yang terkait dengan aktivitas pengoperasian merupakan biaya pada tingkat unit produksi. Biaya-biaya tersebut berada pada tingkatan ini karena biasanya biaya aktivitas ini meningkat seiring dengan penambahan unit yang diproduksi atau penambahan jam pemakaian mesin. 2. Biaya pada tingkat kelompok produksi Biaya pada tingkat kelompok produksi adalah biaya aktivitas yang lebih berkaitan dengan kelompok unit yang diproduksi, bukan dengan setiap unit individual. Pada perusahaan yang membeli banyak bahan baku langsung, biaya pembelian bisa jadi berjumlah signifikan. Biaya pembelian mencakup biaya pemesanan, penerimaan bahan baku, dan pembayaran

ke pemasok. Biaya-biaya ini merupakan jenis biaya pada tingkat kelompok produksi karena lebih terkait dengan jumlah pemesanan dan bukan pada kuantitas atau nilai bahan baku yang dibeli. 3. Biaya pendukung yang berkaitan dengan barang dan jasa Biaya pendukung yang berkaitan dengan barang dan jasa merupakan biaya aktivitas yang dilakukan untuk mendukung setiap barang dan jasa yang diproduksi. 4. Biaya pendukung fasilitas Biaya pendukung fasilitas adalah biaya aktivitas yang tidak dapat ditelusuri ke barang dan jasa namun mendukung operasi perusahaan secara keseluruhan. Biasanya sulit untuk menemukan hubungan sebab akibat antara jenis biaya ini dengan dasar alokasi biaya. Ketiadaan hubungan ini menyebabkan beberapa perusahaan tidak mengalokasikan jenis biaya ini ke barang dan jasa melainkan langsung menguranginya dari pendapatan operasi. Pengalokasian semua biaya ke barang dan jasa menjadi penting bila manajemen ingin menetapkan harga jual berdasarkan total biaya yang terjadi.

HIERARKI AKTIVITAS (HIERARCHY OF ACTIVITIES) Activity Based Costing (ABC) System membagi aktivitas berdasarkan hierarkinya. Setiap biaya sumber daya harus dibebankan ke masing-masing aktivitas yang ada didalam perusahaan. Salah satu atribut yang terpenting adalah mengklasifikasikan aktivitas manufakturing kepada dimensi hierarki biaya:unit,batch,product,customer,and facility sustaining (lihat gambar 2). Gambar 2 ABC hierarchy of activities

Sumber: (Kaplan dan Cooper, 1998)

Menurut Hilton et al. (2003) pengertian unit level activities adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap unit produk atau jasa. Jumlah dari unit level activities berjumlah proporsional dengan volume produksi dan volume penjualan. Di dalam unit level activities terdapat biaya-biaya yang melekat langsung pada unit produk atau dan dapat langsung ditelusuri pada unit produk atau jasa. Menurut Hilton et al. (2003) pengertian batch level activitie sadalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau penyetelan. Batch level activities ini contohnya menyetel mesin untuk produksi baru, pembelian bahan baku, dan memproses order customer. Didalam batch level activities terdapat biaya-biaya yang tidak secara langsung melekat pada unit produk atau jasa atau tidak dapat langsung ditelusuri pada unit produk atau jasa. Menurut Hilton et al. (2003) product-level resources and activity diperoleh dan dilaksanakan untuk memproduksi dan menjual barang atau jasa secara spesifik. Product level resources and activities dapat langsung ditelusuri kepada produk atau jasa secara spesifik tetapi tidak dapat dihubungkan secara langsung denganbatch atau pada produksi unit barang atau jasa secara individual. Menurut Hilton et al. (2003) customer-level resources and activity dapat diperoleh dan dilaksanakan untuk melayani pelanggan. Aktivitas pelanggan ini meliputi konsultasi dengan konsumen dan membuat pengaturan distribusi khusus untuk pelanggan tertentu. Menurut Hilton et al. (2003) facility-level resources and activity dapat diperoleh dan dilakukan untuk menyediakan kapasitas secara umum untuk memproduksi barang atau jasa. Facility-level resources and activitysecara langsung dihubungkan dengan skala, lingkup dan lokasi operasi produksi tetapi tidak secara langsung dihubungkan dengan konsumen, produk, batch, atau produksi unit barang atau jasa secara individual.

ACTIVITY-BASED PROCESS COSTING Menurut Mulyadi ( 56: 2007), Tahap pertama pengolahan data dalam ABC system disebut activity-based process costing. Pada tahap ini biaya perlu digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu: 1. Biaya langsung produk/jasa Biaya yang dapat dibebankan secara lnagusng ke produk/jasa. Biaya ini dibebankan sebagai kos produk/jasa melalui aktivitas yang menghasilkan produk/jasa yang bersangkutan. 2. Biaya tidak langusng produk/jasa Biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke produk/jasa. Biaya ini dikelompokkan menjadi dua golongan berikut ini:  Biaya langsung aktivitas, yaitu biaya yang dapat dibebankan secara langsung ke aktivitas melalui direct tracing.



Biaya tidak langsung aktivitas, yaitu biaya yang tidak dapat dibebankan secara langusng ke aktivitas. Biaya ini dibebankan ke aktivitas melalui salah satu dari du acara berikut ini: a. Driver tracing, yaitu dibebankan ke aktivitas melalui resource driver, yaitu basis yang menunjukkan hubungan sebab-akibat antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas. b. Allocation, yaitu dibebankan ke aktivitas melalui basis yang bersifat sembarang.

ACTIVITY-BASED OBJECT COSTING Menurut Mulyadi (83:2007) Setelah tahap activity-based costing, maka tahap kedua yaitu activity-based object costing. Tahap kedua ini berisi dua kegiatan penting, yaitu: 1. Pembentukan Activity Cost Pool Activity cost pool adalah akun yang digunakan untuk menggabungkan biaya dua atau lebih aktivitas yang memiliki activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara bersamasama ke produk/jasa dengan menggunakan hanya satu activity driver. 2. Pembebanan Biaya Antaraactivitas Oleh karena suatu aktivitas menggunakan aktivitas lain dalam menghasilkan keluarannya, biaya aktivitas tertentu perlu dibebankan kepada aktivitas pemakai. Ada tiga tahap pembebanan biaya antaraaktivitas:  Pembebanan biaya Direktur ke Bagian-bagian yang berada di bawah wewenang Direktur  Pembebanan Biaya Kepala Bagian ke aktivitas yang berada di bawah wewenang Kepala bagian yang bersangkutan  Pembebanan biaya support activities ke result-contributting activities dan resultproducing activities.

LANGKAH-LANGKAH PENGHITUNGAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM Menurut Desy (2000) langkah-langkah penghitungan biaya dengan menggunakan Activity Based Costing (ABC) System adalah: 1. Identifikasikan produk yang menjadi objek biaya. Tujuannya adalah menghitung total biaya dan biaya manufaktur dan biaya distribusi per unit produk. 2. Hitung biaya langsung dari produk. Biaya langsung contohnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 3. Pilih dasar pengalokasian biaya yang akan digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke produk. Penentuan dasar alokasi biaya menentukan jumlah kelompok berdasarkan aktivitas pada sistem ABC, karena banyak aktivitas yang mempunyai pemicu biaya yang sama.

4. Identifikasikan biaya tidak langsung yang berkaitan dengan setiap dasar alokasi biaya. Pada tahap ini, biaya tidak langsung dialokasikan sebisa mungkin berdasarkan hubungan sebab akibat antara dasar alokasi biaya dan biaya aktivitas. 5. Hitung tarif per unit dasar alokasi biaya guna mengalokasikan biaya tak langsung ke produk. Tarif per unit dasar alokasi biaya dihitung dengan membagi total biaya pada masing-masing aktivitas dengan kuantitas dasar alokasi biaya. 6. Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke produk. Untuk menghitung total biaya tidak langsung pada setiap produk, maka total kuantitas dari dasar alokasi biaya yang digunakan setiap aktivitas oleh tiap produk dikalikan dengan tarif alokasi biaya yang telah dihitung. 7. Hitung total biaya produk dengan menjumlahkan semua biaya. Semua biaya langsung dan biaya tidak langsung dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya produk.

PENERAPAN ABC DI SEKTOR JASA Sebagai teknik, ABC memiliki akar di sektor manufaktur dan sebagian besar literatur tentang ABC menekankan penggunaannya dalam pengaturan manufaktur. Namun, harus diakui bahwa signifikan dan kegiatan ekonomi tumbuh berlangsung di sektor non-manufaktur. Penting untuk dicatat bahwa prinsip-prinsip ABC berlaku untuk semua jenis usaha. Misalnya, perusahaan jasa menghadapi perubahan lingkungan yang sama yang telah mengharuskan modifikasi dalam praktek manajemen biaya dalam perusahaan manufaktur dalam rangka bagi mereka untuk tetap kompetitif. kompetisi yang kuat untuk layanan yang ada bersama-sama dengan pelanggan yang membutuhkan pilihan layanan yang lebih besar akan memaksa kompresi margin keuntungan. Sejak perusahaan jasa lebih banyak orang-intensif dari manufaktur, ada kebutuhan yang lebih besar untuk fokus pada berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk melayani pelanggan. Dalam arena layanan, menentukan dan menurunkan biaya "untuk melayani" adalah faktor penentu keberhasilan. Tantangannya adalah untuk membuat layanan lebih murah juga layanan yang disukai di antara pelanggan. Misalnya, bank ritel dapat memberikan layanan dasarnya yang sama baik melalui teller tunai atau mesin teller otomatis (ATM). ATM secara signifikan lebih murah bagi bank, dan umumnya, pilihan layanan yang lebih disukai di antara pelanggan. Untuk perusahaan berorientasi layanan, ada urgensi untuk menggunakan ABC sebagai pertumbuhan dan alat laba-memungkinkan, melalui identifikasi dan memodifikasi kegiatan non-nilai tambah dan meningkatkan profitabilitas pelanggan. Meskipun, informasi biaya produk ABC mungkin tidak dapat diterima untuk tujuan pelaporan keuangan tetapi ini (negatif) pertimbangan tidak relevan di sektor jasa karena tidak adanya pertimbangan penilaian saham (Clarke dan Mullins, 2001). Lewatlah sudah hari-hari ketika ABC itu hanya untuk produsen. Saat ini, seperti yang disebutkan di atas, telah merayap ke industri jasa seperti kesehatan, perbankan, dan asuransi. Jika sebuah perusahaan menerapkan ABC, itu akan membuka banyak mata. Lebih dari sekedar membuka mata, manajer akan dapat menggunakan informasi untuk keputusan yang (Baxendale

dan Dornbusch, 2000). Selama dua dekade terakhir, kita telah menyaksikan perubahan besar di sektor jasa dengan pesaing baru yang muncul sebagai akibat dari deregulasi yang juga telah memberikan perusahaan kebebasan yang lebih besar dalam menentukan harga dan menentukan campuran produk yang ditawarkan. perusahaan jasa yang dikelola dengan pemahaman yang baik tentang pasar, pelanggan dan teknologi informasi dapat menjadi jauh lebih menguntungkan dalam dideregulasi lingkungan yang lebih kompetitif. Bahkan di perusahaan manufaktur, fungsi seperti pemasaran, penjualan, distribusi, pelayanan, penelitian dan pengembangan, dan administrasi umum telah menjadi kategori pengeluaran lebih signifikan daripada di masa lalu (Hussain dan Gunasekaran, 2001). Dalam perusahaan jasa, biaya yang paling penting adalah biaya tenaga kerja untuk personil. Biaya tenaga kerja langsung yang dapat ditelusuri ke layanan yang diberikan. Dalam organisasi layanan, biaya yang paling penting akan menjadi tenaga kerja profesional yang terlibat dalam memproduksi layanan, yaitu biaya tenaga kerja langsung harus dilacak ke layanan yang diberikan. Selain biaya tenaga kerja, berbagai jenis biaya overhead akan terjadi pada semua jenis usaha. Dalam sebuah perusahaan jasa, biaya overhead biasanya terjadi ketika menawarkan layanan. Akibatnya, mereka diklasifikasikan sebagai overhead layanan dan dapat dibandingkan dengan overhead pabrik di perusahaan manufaktur. biaya tenaga kerja profesional dianggap overhead layanan daripada biaya periode (Clarke dan Mullins, 2001). Kesalahan dari sistem biaya standar di banyak perusahaan, termasuk perusahaan jasa, adalbahwa sangat sedikit pelanggan mengkonsumsi jumlah yang sama dari sumber. Di sebuah perusahaan layanan khas, keuntungan dari setiap penjualan dapat bervariasi secara signifikan. Menetapkan biaya secara akurat ke setiap akun akan memungkinkan perusahaan menilai profitabilitas pelanggan yang berbeda. Membuat pelanggan membayar untuk apa yang mereka terima juga pengaturan yang lebih adil. Beberapa perusahaan memulihkan biaya dan pengeluaran melayani pelanggan dalam harga jual yang dibebankan tepat. Dalam banyak bisnis, rekening menguntungkan mensubsidi yang tidak menguntungkan, dan manajemen adalah tidak bijaksana. Untuk melacak biaya lebih dekat, memerlukan investasi dalam informasi dan akuntansi lebih canggih sistem seperti sistem ABC. Pertama karena akan memungkinkan manajemen untuk melacak profitabilitas akun setiap pelanggan dan, kedua, karena akan memungkinkan manajemen untuk melacak kinerja kontraktor luar lebih dekat (Davis dan Darling, 1996).

MENGATASI KETERBATASAN ABC DI SEKTOR JASA ABC bukan tanpa keterbatasan, banyak yang berhubungan dengan isu-isu implementasi, seperti: keinginan untuk mengubah ke sistem ABC sering bertemu dengan keengganan di tingkat manajemen atas; masalah yang sering dihadapi dalam mengidentifikasi cost pools yang sesuai dengan cost driver aktivitas terkait; implementasi ABC mahal dan memakan waktu. Ini termasuk, misalnya, biaya yang terlibat dalam menerapkan sistem akuntansi internal dengan melibatkan waktu semua staf yang terlibat dalam sistem akuntansi baru; sistem ABC mungkin terlalu

kompleks untuk kebutuhan organisasi. Kompleksitas dibawa oleh keinginan untuk memenuhi sejumlah kegiatan besar, cost driver, layanan dan unsur-unsur biaya. Namun, sistem ABC yang terlalu kompleks sering gagal untuk memenuhi kebutuhan manajemen. Oleh karena itu penting untuk mengevaluasi lingkup dan peran untuk sistem yang diusulkan, jika implementasi adalah untuk menjadi sukses (Clarke dan Tracy, 2001). Untuk mengatasi kelemahan dari ABC di sektor jasa, sistem ABC membutuhkan yang fokus berkinerja (PFABC) untuk menyediakan sistem informasi ABC terintegrasi yang dapat digunakan 1) untuk kontrol kinerja; 2) untuk memecahkan masalah yang terkait dengan ABC Tradisional; dan 3) untuk memperpanjang implikasi dari ABC konvensional. The PFABC didasarkan pada beberapa langkah termasuk) mengidentifikasi kegiatan utama; b) Menentukan sumber yang sebenarnya digunakan untuk setiap kegiatan; c) menentukan tingkat aktual dari setiap kegiatan sumber daya; dan d) biaya penentuan masing-masing kegiatan. PFABC pendekatan penentuan sumber daya yang sebenarnya berbeda. Misalnya, karyawan yang melakukan kegiatan yang ditunjuk menentukan jenis dan jumlah sumber daya benar-benar digunakan untuk setiap kegiatan berdasarkan perilaku atau melalui sistem informasi perusahaan, khususnya sistem informasi akuntansi. Mungkin sumber daya waktu, kuantitas bahan baku langsung, atau tindakan lain yang sesuai, tetapi sumber daya yang harus mencerminkan hubungan sebab-akibat dengan objek biaya. Ini memberikan fleksibilitas dalam memilih kapasitas sumber daya yang tepat antara sumber daya yang berbeda yang efektif. Ini juga melibatkan penentuan perilaku sumber daya yang sebenarnya dan sumber daya yang dilakukan. Pendekatan ini berpendapat beberapa keuntungan: 1) Hal ini fleksibel, karena sumber daya kegiatan didorong penting lainnya seperti kilogram, megabyte, atau biaya dapat dipilih selain waktu; 2) Hal ini didasarkan pada data aktual yang biasanya dihasilkan oleh sistem akuntansi perusahaan atau sistem informasi lainnya yang ada. Dengan demikian, data yang obyektif dan terdokumentasi dengan baik. Rincian informasi yang dibutuhkan yang tidak disediakan oleh sistem informasi yang ada dapat dikumpulkan langsung dari informasi kerja karyawan, menghilangkan untuk sebagian besar masalah asimetri informasi yang ada di lembaga ABC konvensional hubungan (Namazi, 2009). Selain itu, dalam lingkungan yang kompetitif drastis saat ini, informasi biaya ABC tunggal tidak membuat perusahaan memperoleh dan menjaga keunggulan kompetitif jangka panjang dan kemampuan penciptaan nilai. Penelitian penekanan ini dari ABC terutama terpusat dalam proses memproduksi biaya tidak langsung dalam domain seperti produksi dan logistik, tetapi mengabaikan proses distribusi memproduksi biaya tidak langsung dalam domain lainnya. Ini adalah kasus ketika perusahaan mengevaluasi item investasi atau profitabilitas produk baru. Ini akan menemukan bahwa metode ABC tidak bisa mencerminkan biaya modal dikonsumsi oleh item investasi atau produk baru, dan perusahaan tidak dapat mengontrol risiko investasi. Oleh karena itu, perlu untuk menggabungkan ABC dan nilai tambah ekonomi (EVA).

INTEGRASI ABC DAN EVA EVA adalah laba ekonomi laba operasi setelah pajak dikurangi semua biaya modal (termasuk biaya hutang dan biaya ekuitas). Dan itu adalah biaya kelebihan dikurangi semua biaya, dan itu adalah indeks untuk mengukur kinerja perusahaan, dan itu bisa mengukur keberuntungan pemegang saham yang dibuat oleh perusahaan. Untuk meningkatkan serviceability keputusan biaya informasi dari ABC, ABC harus menggabungkan dengan EVA. Untuk membawa prinsip EVA ke ABC akan membuat manajemen biaya dan sistem evaluasi kinerja yang lebih sempurna dan lengkap, dan memperbaiki situasi yang ABC mengabaikan biaya modal dan meremehkan biaya produk. Kombinasi ABC dan EVA akan menghasilkan apa yang disebut ABC & EVA sistem yang terintegrasi. ABC modul dalam sistem menekankan biaya manajemen, dan modul EVA menekankan biaya modal, dan kombinasi keduanya akan membentuk alat manajemen yang lengkap dan efektif (Hu, 2010).

KEUNTUNGAN DARI SISTEM TERPADU ABC & EVA Modus manajemen terpadu dari ABC & EVA memiliki keuntungan dari ABC dan EVA, dan pengenalan EVA dapat meningkatkan kekurangan yang ABC tidak bisa benar-benar mencerminkan biaya modal, dan itu sangat penting bagi manajemen perusahaan. Membandingkan dengan ABC atau EVA, keuntungan dari modus terpadu mencakup aspek-aspek berikut: 1) sistem terintegrasi bisa mendistribusikan biaya dan modal ke dalam berbagai kegiatan dan pusat kegiatan, dan biaya produksi benar-benar bisa mencerminkan semua biaya. Dengan memperkenalkan EVA dalam proses akuntansi biaya, sistem terintegrasi bisa lebih lengkap mencerminkan informasi biaya produk; 2) biaya informasi yang disediakan oleh sistem yang terintegrasi adalah "biaya lengkap" benar-benar yang meliputi tidak hanya biaya manajemen, tetapi biaya modal, dan itu menguntungkan untuk membuat manajer perusahaan menyadari bahwa modal berharga dan sumber daya yang terbatas, dan mereka akan lebih efektif dan cukup memanfaatkan modal dan menghentikan atau mengurangi limbah dari ibukota (Hu, 2010). Terakhir adalah integrasi manajemen berbasis waktu ke dalam sistem ABC untuk meningkatkan kegunaannya. manajemen berbasis waktu (TBM) telah membuat durasi proses alat penting dalam peningkatan kinerja. proses lagi berarti lebih handover dan non-nilai tambah kegiatan seperti menghitung, memeriksa, dan bergerak. Jadi meskipun ABC berfokus terutama pada cost driver, waktu sering digunakan sebagai proxy untuk biaya lainnya, terutama sekali daerah untuk perbaikan telah diidentifikasi. Hal ini berlaku untuk kemacetan di mana memimpin dalam dan keluar dari kemacetan terlihat dalam hal pemanfaatan dan sering dibagikan berdasarkan driver hambatan. TBM merupakan sebuah alat pemasaran dan alat penghematan biaya dan sering digunakan sekali ABC menargetkan area kinerja (Gering, 1999).

MANFAAT, KELEBIHAN DAN KELEMAHAN ACTIVITY BASED COST Menurut Mulyadi (93: 2007), ABC system menjanjikan berbagai manfaat sebagai berikut:  menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer,  menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas (activity-based budget),  menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya, dan  menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Kelebihan sistem Activity Based Costing (ABC), antara lain: 1. Sistem Activity Based Costing (ABC) dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat. 2. SistemActivity Based Costing (ABC) mengidentifikasikan biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead dapat dipahami. 3. Sistem Activity Based Costing (ABC) dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasikan value added activities dan non value added activities. Sedangkan kelemahan sistem Activity Based Costing (ABC), antara lain: 1. Sistem Activity Based Costing (ABC) yang lengkap dengan berbagai cost pool dengan pemicu biaya yang banyak (multiple cost driver) lebih kompleks dari sistem biaya tradisional (konvensional), sehingga lebih mahal untuk diadministrasikan. 2. Data yang diperlukan dalam menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) cukup banyak dan sulit diperoleh. 3. Masalah joint cost tetap tidak dapat teratasi. 4. Banyaknya aktivitas dalam menjalankan pabrik sehingga sulit untuk dimonitor. 5. Implementasi sistem Activity Based Costing (ABC) belum dikenal baik sehingga presentasi keengganan manajer untuk menerapkannya cukup besar.

KRITIK DARI ABC Kritik dari ABC umumnya jatuh ke dalam dua kubu. Beberapa berpendapat bahwa ABC tidak konsisten dengan prinsip-prinsip perbaikan terus-menerus dan manajemen kualitas total. Mereka menulis bahwa ABC tidak memiliki fokus pelanggan, tidak berorientasi proses, tidak meningkatkan pembelajaran organisasi, dan top down dalam pendekatan (yaitu, tidak melibatkan karyawan). Lainnya berpendapat bahwa ABC tidak konsisten dengan teori kendala. Argumen umum adalah bahwa ABC tidak bisa dipercaya mengukur dampak jangka pendek dari keputusan pada biaya operasi, melalui persediaan. kritik-kritik ini mencerminkan kesalahpahaman tentang

tujuan dan sifat ABC. versi awal dari ABC dirancang untuk mengungkapkan wawasan strategis dalam sumber profitabilitas. Tujuan dari ABC bukanlah untuk memberikan bimbingan sehari-hari pada kualitas proses maupun untuk mengukur biaya variabel jangka pendek (Turner, 2005)

KASUS Penentuan Cost Hierarchy untuk Masing-Masing Aktivitas Langkah awal dalam pembebanan biaya tidak langsung ke produk ini adalah mene ntukan nactivity cost driver-nya yang akan digunakan sebagai dasar alokasi biaya aktivitas. Sebelum menentukanactivity cost driverterlebih dahulu membagi aktivitas berdasarkan cost hierarchy untuk masing-masing aktivitas. Penentuan cost hierarchy-nya adalah sebagai berikut: Tabel 1 Penentuan Cost Hierarchy No

Nama Aktivitas

Cost Hierarchy

1

Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong

Batch Level

2

Perancangan Pola dan Produk

Batch Level

3

Operasi Manufaktur

Unit Leve

4

Finishing dan Penyimpanan Produk

Unit Leve

5

Pengiriman Produk

Batch Level

6

Penyetelan Mesin dan Reparasi

Batch Level

7

Administrasi dan Umum

Facility Sustainin

Penentuan Activity Cost Driver untuk Masing-Masing Aktivitas Penentuan activity cost driver untuk masing-masing aktivitas yang ditentukan sebagai berikut: Tabel 2 PenentuanActivity Cost Driver untuk Masing-MasingAktivitas No

Nama Aktivitas

Cost Hierarchy

1

Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong

Purchase Order/Bulan

2

Perancangan Pola dan Produk

Jam Tenaga Kerja Perancangan Pola

3

Operasi Manufaktur

Jam Pemakaian Mesin/Bulan

4

Finishing dan Penyimpanan Produk

Meter Kubik Tempat Penyimpanan

5

Pengiriman Produk

Jumlah Pengiriman/Bulan

6

Penyetelan Mesin dan Reparasi

Jam Penyetelan Mesin/Bulan

7

Administrasi dan Umum

Sales Order/Bulan

Tabel 3 Perhitungan Tarif Alokasi Biaya Tidak Langsung pada Masing-Masing Aktivitas No

1

Nama Aktivitas

Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong

2

Rp. 2.207.301,85

Perancangan Pola dan Produk

3

Total Biaya

Kuantitas Dasar

Tarif Alokasi Biaya

Alokasi Biaya

Tidak Langsung

4xPurchase

Rp551.825,46/Purchase

Order/Bulan

Order

233,5 Jam Tenaga

Rp10.037,88/Jam Tenaga

2.343.844,23 Kerja Perancangan Kerja

Operasi Manufaktur

Pola

Perancangan Pola

2.288 Jam

Rp5.753,77/Jam

13.164.620,65 Pemakaian

Pemakaian Mesin

Mesin/ Bulan 4

Finishing dan

216 Meter Kubik

Rp15.577,82/Meter

Penyimpanan Produk

Tempat

Kubik Tempat

Penyimpanan

Penyimpanan

3.364.808,50

5 Pengiriman Produk 2.286.942,24 4x Jumlah

5

6

Pengiriman Produk

2.286.942,24

Penyetelan Mesin dan Reparasi

4x Jumlah

Rp571.735,56/Pengiriman

Pengiriman/Bulan 71,5 Jam

3.357.000 Penyetelan

Rp46.951,05/Jam Penyetelan Mesi

Mesin/Bulan 7

Administrasi dan Umum Total

2.672.404,43 Rp. 29.396.964,29

2.000Sales

Rp1.336,20/Sales Order

Order/Bulan

Total Rp29.396.964,29

Pembebanan Biaya Tidak Langsung ke Produk Produk pada PT "X" yang akan dijadikan sampel untuk pembebanan biaya tidak langsung ke produk adalah sepatu dengan model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 dan model sandal model sandal wanita tipe Sl-7201 karena penulis menggangap kedua model alas kaki tersebut mewakili model alas kaki yang paling banyak diproduksi untuk model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 dan yang paling sedikit diproduksi untuk model sandal wanita tipe Sl-7201. Tahap ini adalah tahap akhir dari penghitungan biaya produksi menggunakan metoda Activity Based Costing (ABC).PT "X" memproduksi model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 sebanyak 400 pasang setiap bulannya dan model sandal wanita tipe Sl-7201 sebanyak 100 pasang setiap bulannya. Pembebanan biaya tidak langsung disajikan didalam tabel berikut ini Tabel 4 Pembebanan Biaya Tidak Langsung untuk Model Sepatu Kantor Wanita Tipe Gsi-2029 No

Nama Aktivitas

Kuantitas dari

Tarif Alokasi Biaya

Aktivitas yang

Tidak Langsung

Total

Biaya per Unit

Digunakan untuk Setiap Produk 1

Biaya Aktivitas

20%

Pembelian Bahan Baku

Rp551.825,46/Purchase

Rp110.365,092 Rp275,912

Order

dan Bahan Penolong 2

3

BiayaAktivitas

102 Jam

Perancangan Pola dan

Kerja

Produk

Perancangan Pola

Biaya Aktivitas Operasi

700Jam

Manufaktur 4

Rp10.037,88/Jam Tenaga

Rp5.753,77/Jam

1.023.863,76

4.027.643,9

2.559,66

10.069,11

Pemakaian Mesin

Biaya aktivitas

3,6 Meter

Finishing dan

Kubik

Penyimpanan Produk

Rp15.577,82/Meter Kubik

56.080,152

140,20

Tempat Penyimpanan 5 Pengiriman Produk 2.286.942,24 4x Jumlah

5

Biaya aktivitas Pengiriman Produk

20%

Rp571.735,56/Pengiriman

114.347,112

285,87

6

Biaya aktivitas

5 Jam

Penyetelan Mesin dan

Rp46.951,05/Jam

234.755,25

586,89

Penyetelan Mesin

Reparasi 7

Biaya Aktivitas Administrasi dan

400Sales Order

Rp1.336,20/Sales Order

534.480

1.336,20

Umum Total

Total Rp29.396.964,29

Tabel 5 Pembebanan Biaya Tidak Langsung untuk Model Sandal Wanita Tipe Sl-7201 No

Nama Aktivitas

Kuantitas dari

Tarif Alokasi Biaya

Aktivitas yang

Tidak Langsung

Total

Biaya per Unit

Digunakan untuk Setiap Produk 1

Biaya Aktivitas

5%

Pembelian Bahan Baku

Rp551.825,46/Purchase

Rp27.591,27

Rp 275,91

103.390,164

1.033,90

431.532,75

4.315,33

14.020,038

140,20

28.586,78

285,88

Order

dan Bahan Penolong 2

3

BiayaAktivitas

10,3 Jam

Perancangan Pola dan

Kerja

Produk

Perancangan Pola

Biaya Aktivitas Operasi

75 Jam

Manufaktur 4

Rp10.037,88/Jam Tenaga

Rp5.753,77/Jam Pemakaian Mesin

Biaya aktivitas

0,9 Meter

Finishing dan

Kubik

Penyimpanan Produk

Rp15.577,82/Meter Kubik Tempat Penyimpanan 5 Pengiriman Produk 2.286.942,24 4x Jumlah

5

Biaya aktivitas Pengiriman Produk

5%

Rp571.735,56/Pengiriman

6

Biaya aktivitas

1 Jam

Rp46.951,05/Jam

Penyetelan Mesin dan

46.951,05

469,51

133.620

1.336,20

Penyetelan Mesin

Reparasi 7

Biaya Aktivitas

100Sales

Administrasi dan

Rp1.336,20/Sales Order

Order

Umum Total

Rp7.856,93

Dari penghitungan diatas dapat diketahui bahwa biaya tidak langsung untuk masing-masing produk sepatu dengan model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 dan model sandal model sandal wanita tipe Sl-7201 adalah sebagai berikut: Tabel 6 Biaya Tidak Langsung No 1 2

Model Sepatu Kantor Wanita Tipe Gsi-2029 Sandal Wanita Tipe Sl-7201

Biaya Tidak Langsung Rp15.253,84 Rp 7.856,93

Biaya Produksi pada PT "X" Tahap terakhir pada penghitungan biaya produksi pada PT "X" dengan menggunakan Activity Based Costing (ABC)Systemadalah menjumlahkan biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk masing-masing produk. Penghitungan biaya langsung dan tidak langsung untuk masing-masing produk dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini: Tabel 7 Penghitungan Biaya Produksi untuk Model Sepatu Kantor Wanita Tipe Gsi-2029 No

Keterangan

1

Biaya Langsung

2

Biaya Tidak Langsung Total Biaya Produksi

Total Biaya Rp

39.750 15.253,84

Rp 55.003,84

Dari penghitungan diatas dapat diketahui bahwa total biaya produksi untuk model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 adalah Rp55.003,84. Penghitungan biaya produksi untuk model sandal wanita tipe Sl-7201.

Tabel 8 Penghitungan Biaya Produksi untuk Model Sandal Wanita Tipe Sl-7201 No

Keterangan

1

Biaya Langsung

2

Biaya Tidak Langsung

Total Biaya Rp

19.500 7.856,93

Total Biaya Produksi

Rp 27.356,93

Dari penghitungan diatas dapat diketahui bahwa total biaya produksi untuk model sandal wanita tipe Sl-7201 adalah Rp27.356,93.

Penghitungan Profitabilitas Produk PT "X" menetapkan harga jual berdasarkan harga rata-rata di pasaran. Harga jual akan mempengaruhi profitabilitas untuk masing-masing produk. Penghitungan profitabilitas untuk masing-masing produk dengan menggunakan biaya produksi dengan sistem penghitungan saat ini pada PT "X" dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini: Tabel 9 Penghitungan Profitabilitas Produk untuk Model Sepatu Kantor Wanita Tipe Gsi-2029 No

Keterangan

Profit Produk

Persentase

1

Harga Jual

Rp75.000

-

-

2

Biaya Produksi

Rp62.496

-

-

Total Biaya Produksi (Rp 75.000-Rp62.496)

Rp12.504

16,627%

Tabel 10 Penghitungan Profitabilitas Produk untuk Model Sandal Wanita Tipe Sl-7201. No

Keterangan

Profit Produk

Persentase

1

Harga Jual

Rp45.000

-

-

2

Biaya Produksi

Rp38.136

-

-

Total Biaya Produksi (Rp 45.000-Rp38.136)

Rp6.864

15,25%

Dari penghitungan di atas dapat diketahui bahwa profit produk untuk model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 sebesar 16,627 % lebih besar dibandingkan profit produk untuk model

sandalwanita tipe Sl-7201 sebesar 15,25 %. Activity Based Costing (ABC)systembiasanya dapat menyajikan penghitungan yang berbeda sama sekali dengan metoda penghitungan tradisional yang berkaitan dengan profitabilitas produk. Berikut ini disajikan tabel penghitungan profitabilitas produk dengan menggunakan penghitungan biaya berdasarkan Activity Based Costing (ABC) system.

Tabel 11 Penghitungan Profitabilitas Produk untuk Model Sepatu Kantor Wanita Tipe Gsi-2029 No

Keterangan

1

Harga Jual

2

Biaya Produksi

Profit Produk

Persentase

Rp75.000

-

-

Rp55.003,84

-

-

Total Biaya Produksi (Rp 75.000-Rp55.003,84)

Rp19.996,16

26,67%

Tabel 12 Penghitungan Profitabilitas Produk untuk Model Sandal Wanita TipeSl-7201 No

Keterangan

1

Harga Jual

2

Biaya Produksi

Profit Produk

Persentase

Rp45.000

-

-

Rp27.356,93

-

-

Total Biaya Produksi (Rp 45.000-Rp27.356,93)

Rp17.643,07

39,2%

Dari penghitungan di atas dapat diketahui bahwa profit produk untuk model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 adalah sebesar 26,67% lebih kecil daripada profit produk untuk model sandal wanita

tipe

Sl-7201

yang

sebesar

39,2%.

menggunakanActivity Based Costing (ABC)

Penghitungan

biaya

produksi

dengan

system memberikan gambaran yang berbeda

mengenai profitabilitas produk dibandingkan penghitungan biaya produksi dengan metoda tradisional. Berikut ini disajikan perbandingan profitabilitas produk antara penghitungan dengan menggunakan metoda tradisional dan Activity Based Costing (ABC) system.

Tabel 13 Perbandingan Profitabilitas Produk antara Penghitungan dengan Menggunakan Metoda Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) System Sistem Penghitungan Biaya Saat ini pada PT

Activity Based Costing(ABC) System

No

No

Model

Persentase

Model

Profit Produk 1

Sepatu Kantor Wanita

16,627%

Profit Produk 1

Tipe Gsi-2029 2

Sandal Wanita Tipe Sl7201

Persentase

Sepatu Kantor Wanita

26,67%

Tipe Gsi-2029 15,25%

2

Sandal Wanita Tipe Sl-

39,2%

7201

Dari tabel 13dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk profitabilitas produk yang menggunakan penghitungan biaya saat ini pada PT "X" dibandingkan dengan penghitungan biaya menggunakanActivity Based Costing (ABC) System.Penghitungan biaya saat ini pada PT "X" menunjukkan profitabilitas produk untuk model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 adalah sebesar 16,627% lebih besar 1,377% dibandingkan model sandal wanita tipe Sl-7201 yang sebesar 15,25%, sedangkan dengan menggunakanActivity Based Costing (ABC)System. Didapatkan hasil yang terbalik yaitu profitabilitas produk untuk model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 adalah sebesar 26,67% lebih kecil sebesar 12,53% dibandingkan model sandal wanita tipe Sl-7201 yang sebesar 39,2%. Dari data-data diatas pun dapat diketahui penghitungan biaya produksi untuk kedua jenis produk yang diproduksi oleh PT "X" dengan menggunakan metoda penghitungan yang saat ini digunakan oleh PT "X" mengalami kelebihan biaya produksi yang sebenarnya dikonsumsi oleh produk tersebut. Hal ini dapat menyebabkan PT "X" tidak mampu bersaing dengan perusahaan sejenis yang dapat memberikan harga jual yang lebih rendah untuk produk sejenis tersebut. Dari data-data diatas akhirnya dapat disimpulkan bahwa sebenarnya profitabilitas produk untuk model sandal wanita tipe Sl-7201 lebih besar dibandingkan profitabilitas untuk model sepatu kantor wanita tipe Gsi-2029 karena sebenarnya model sandal wanita tipe Sl-7201 mengkonsumsi lebih sedikit sumber daya dibandingkan model sepatu kantor wanita. Hal inilah yang menjadi kesalahan penghitungan biaya yang dilakukan oleh PT "X" saat ini dengan membagi secara merata

biaya sumber daya untuk semua jenis produk yang PT "X" hasilkan tanpa memperhitungkan proporsi penggunaan sumber daya untuk masing-masing produk.

DAFTAR PUSTAKA Sumilat, Zinia Th. A; 2013; Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar Menggunakan Activity Based Costing Pada Rsu Pancaran Kasih Gmim; Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado; Jurnal EMBA Tandiontong, Mathius, Ardisa Lestari; 2011; Peranan Activity-Based Costing System Dalam Perhitungan Harga Pokok Terhadap Peningkatan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada PT Retno Muda Pelumas Prima Tegal); Universitas Kristen Maranatha Wulandari, Hesti; Analisis Penerapan Sistem Activity Based Costing (Abc) Dalam meningkatkan Akurasi Biaya Pada Pt.Martina Berto; Universitas Gunadarma Dicky, Yohanes, Riki Martusa; 2011; Penerapan Activity Based Costing (Abc) System Dalam Penghitungan Profitabilitas Produk; Jurnal Akuntansi, Volume 3, No. 1; Universitas Kristen Maranatha Chea, Ashford. C; 2011; Activity-Based Costing System In The Service Sector: A Strategic Approach For Enhancing Managerial Decision Making And Competitiveness; International Journal of Business and Management Vol. 6, No. 11

Kim, T.H. and Kim, Y.;2016;Activity-Based Costing for Process Improvements; In: Proc. 24th Ann. Conf. of the Int’l. Group for Lean Construction, Boston, MA, USA, sect.3 pp. 53–62. Wanda, Ema MARUSZEWSKA; 2015; Applicability Of Activity Based Costing In New Product Development Processes; Management Systems in Production Engineering; University of Economics in Katowice Mulyadi; 2007; Activity-Based Cost System; UPP STIM YKPN Yogyakarta

Related Documents


More Documents from "jayrjoshuavillapando"