Makalah Aspek Keperilakuan Pada Audit Internal-1.docx

  • Uploaded by: Nita Rahayu
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Aspek Keperilakuan Pada Audit Internal-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,277
  • Pages: 29
Loading documents preview...
MAKALAH AKUNTANSI PERILAKU ASPEK KEPRILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL Dosen Pembimbing : Wira Ramashar,SE.,M.Ak

Disusun Oleh : 

Asti Oktavinata

(160301257)



Cici Marni

(140301025)



Dian Fransiska

(160301130)



Nita Widya Rahayu

(160301149)



Vellya Amora

(160301109)



Yuliana Oktaviani

(160301167)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU PEKANBARU 2018

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kehadiran Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya saya berhasil menyeselesaikan makalah

yang berjudul “Aspek

Keperilakuan Pada Audit Internal“. Maksud dari penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi syarat untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah “Akuntansi Perilaku”. Dengan penyajian materi yang ringkat, saya harapkan agar para pembaca dapat dimudahkan dalam memahami isi materi sehingga dapat direalisasikan dalam kehidupan berbisnis dan dapat juga digunakan sebagai bahan acuan untuk pembuatan makalah kedepannya. Nemun demikian saya sangat menyadari sesempurnal apapun seseorang dalam melakukan sesuatu tidak jarang kekhilafan menjadi pendampingnya. Oleh karna itu, saya sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini. Saya sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat member manfaat positif bagi para pembaca. Dan makalah ini dapat menjadi acuan pembaca untuk kedepannya.

Pekanbaru, 2 Januari 2019

Penyusun

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1 C. Tujuan ....................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Auditor Internal ........................................................................................................ 3 B. Peran Auditor Internal .............................................................................................. 7 C. Otoritas Auditor Internal .......................................................................................... 8 D. Prospek Profesi Auditor Internal .............................................................................. 9 E. Profesionalisme dalam Peran Auditor Internal dan Otoritas .................................... 11 F. Jenis Peran Auditor Internal ..................................................................................... 11 G. Memotivasi Pihak Yang di Audit ............................................................................. 13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 26

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi organisasi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para auditor.

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa itu audit internal ? 2. Apa peran auditor internal ? 3. Apa otoritas auditor internal ? 4. Apa prospek profesionalisme dalam peran auditor internal dan otoritas ? 5. Apa jenis peran auditor internal ? 6. Bagaimana cara memotivasi pihak yang diaudit ?

1

C. TUJUAN Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui : 1. Memahami audit internal. 2. Memahami peran auditor internal. 3. Memahami otoritas auditor internal. 4. Memahami prospek profesionalisme dalam peran auditor internal dan otoritas. 5. Memahami jenis peran auditor internal. 6. Memahami cara memotivasi pihak yang diaudit.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH AUDIT INTERNAL Permintaan audit eksternal dan internal bersumber pada kebutuhan untuk memiliki beberapa alat verifikasi indenpenden untuk mengurangi kesalahan pencatatan, penyalahgunaan aset dan kecurangan dalam organisasi bisnis dan nonbisnis. Akar audit secara umum, secara intuitif digambarkan oleh sejarawan akuntansi Richard Brown (1905), dikutip dalam Mautz $ Sharaf, 1961) sebagai berikut: “asal mula auditing kembali kewaktu yang hampir tidak jauh dari akuntansi… kapanpun kemajuan peradaban membawa perlunya seseorang sampai batas tertentu dengan milik orang lain, kelayakan semacam pemeriksaan yang pertama akan menjadi jelas.” Standar tersebut memuat definisi dan tujuan audit internal berikut ini: “audit internal adalah kegiatan penilaian independen yang ditetapkan dalam organisasi sebagai layanan pada organisasi. ini adalah pengendalian yang berfungsi dengan memeriksa dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas pengendalian lainnya. Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Untuk tujuan ini, audit internal melengkapi analisis, penilaian, rekomendasi, nasihat, dan informasi mengenai kegiatan yang ditinjau. Tujuan audit mencakup mempromosikan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar”. Pada tahun 1993, pernyataan tanggung jawab audit internal mencatat bahwa “ruang lingkup audit internal mencakup pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan keefektifitasan sistem pengendalian intern organisasi dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan”. Pada saat ini, ruang lingkup audit internal meliputi:

3

1. Meninjau keandalan dan keintegritas informasi keuangan dan operasi, dan sarana yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut. 2. Mengakaji ulang sistem yang ditetapkan untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, undang-undang, dan peraturan yang dapat berdampak signifikan terhadap operasi dan laporan, dan menentukan apakah organisasi tersebut sesuai. 3. Meninjau cara menjaga aset dan jika perlu memverifikasi keberadaan aset tersebut. 4. Menilai ekonomi dan efesiensi penggunaan sumber daya. 5. Mengkaji ulang operasi atau program untuk memastikan apakah hasil sesuai dengan tujuan dan sasaran telah ditetapkan dan apakah operasi atau program dijalankan sesuai rencana. a. Pengertian Audit Internal Menurut IIA (Institute of Internal Auditor) yang dikutip oleh Boynton dkk. (2001) menjelaskan bahwa audit internal adalah aktivitas, independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Menurut Tugimin (2006) tujuan audit internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Untuk itu, audit internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran. Menurut Agoes (2004), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal harus melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Menelaan dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional

4

lainnya, serta mengembangkan pengendalian efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan. 4. Memastikan bahwa penggolongan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya. 5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. 6. Menyarankan perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektivitas. b. Program Dan Langkah Kerja Audit Internal Program audit adalah tindakan-tindakan atau langkah-langkah terperinci yang akan dilaksanakan dalam pemeriksaan. Selain sebagai petunjuk mengenai langkahlangkah yang harus dilaksanakan. Program pemeriksaan juga merupakan alat pengendali audit intern. Program disusun dengan manfaat sebagai berikut: a. Menetapkan tanggung jawab untuk setiap prosedur pemeriksaan. b. Pembagian kerja yang rapi sehingga seluruh unit terperiksa secara menyeluruh. c. Menghasilkan pelaksanaan pemeriksaan yang tepat dan hemat waktu. d. Menekankan prosedur yang paling penting untuk setiap pemeriksaan. e. Berfungsi sebagai pedoman pemeriksaan yang dapat digunakan secara berkesinambungan.

5

f. Mempermudah penilaian manajemen terhadap pelaksanaan pemeriksaan. g. Memastikan dipatuhinya norma-norma pemeriksaan dan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. h. Memastikan

bahwa

pemeriksa

intern

memperhatikan

alasan-alasan

dilaksanakannya berbagai prosedur. Adapun isi program adalah meliputi pernyataan tujuan, dalam hal ini harus dipaparkan dengan jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, dikaitkan dengan kendalakendala yang mungkin dihadapi, serta pendekatan pemeriksaan yang digunakan. Langkah kerja pemeriksaan yang memuat pengarahan khusus dalam melaksanakan pemeriksaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: Perencanaan pemeriksaan 1. Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif, efesien, dan ruang lingkup kerja 2. Memperoleh informasi pendahuluan atas aktivitas yang diperiksa 3. Menetapkan sumber daya yang perlu untuk mendukung pelaksaan pemeriksaan 4. Komunikasi dengan semua pihak yang memerlukan pemeriksaan 5.

Melaksanakan survei lapangan

6. Menetapkan prosedur pemeriksaan 7. Penetapan bagaimana, bilamana, dana kepada siapa pemeriksaan tersebut akan dilaksanakan. Pemeriksaan dan evaluasi informasi 1. Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan sasaran dan ruang lingkup pemeriksaan

6

2. Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan dan berguna sebagai dasar temuan pemeriksaan dan rekomendasi 3. Prosedur pemeriksaan meliputi teknik pengujian dan teknik pengambilan sample yang digunakan 4. Menggunakan, menganalisis, menginterpretasikan, dan mendokumentasikan informasi yang diperoleh 5. Menyiapkan kertas kerja pemeriksaan Komunikasi hasil pemeriksaan 1. Mendiskusikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan pemeriksaan dan rekomendasinya 2. Menerbitkan laporan hasil pemeriksaan yang objektif, jelas, bersifat konstruktif, dan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya Tindak lanjut Audit internal harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut yang harus dilaksanakan atau apakah manajemen perusahaan telah mempertimbangkan dengan matang semua risiko yang mungkin timbul jika ternyata tidak ada tindakan yang diambil sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut. Selain itu, tindak lanjut juga dilaksanakan sebagai alat ukut dalam menilai efektivitas pemeriksaan yang telah dijalankan.

B. PERAN AUDITOR INTERNAL Peran auditor internal sangat unik karena auditor internal adalah agen yang memantau tindakan agen lain (manajemen), keduanya dipekerjakan oleh pimpinan yang sama. Auditor internal memiliki peran pentig dalam mengevaluasi efektivitas system pengendalian, dan memberikan kontribusi untuk efektifitas organisasi yang sedang berlangsung. Peran auditor internal dalam manajemen resiko dari studi perbandingan

7

antara perusahaan Belgia dan AS mengungkapkan bahwa keterlibatan proaktif auditor internal dalam pengembangan dan peningkatan pengendalian internal dianggap sebagai aspek penting dari peran printis mereka. Auditor internal memainkan peran berharga karena secara aktif meningkatkan kesadaran resiko dan pengendalian atas nama manjemen. Pengendalian internal merupakan bagian intergral dari tanggung jawab auditor internal, karena tingkat manajemen tertentu tidak menyadari bahwa mereka bertanggung jawab untuk pengendalian internal.

C. OTORITAS AUDITOR INTERNAL Otoritas auditor internal dapat dibentuk melalui pemantauan yang tepat oleh komite audit dalam hal dukungan dan keputusan struktur. Susunan organisasi yang ideal adalah yang memiliki fungsi laporan audit internal secara langsung dan sematan-mata kepada komite audit Baik mengenai isu-isu audit internal maupun masalah administrasi seperti sumber daya, anggaran dan kompensasi Beberapa organisasi mungkin menepatkan

manajer audit internal dibawah

pengaturan laporan ganda, fingsional bertanggung jawab kepada komite audit untuk halhal seperti desain rancana audit dan peninjauan ruang lingkup audit dan temuan audit.sedangkan laporan kepada seoang eksekutif senior adalah urusan administrasi, Peraturan semacan itu berpotensi membatasi bisnis. Selain itu dalam penaatan hierarki pelaporan, objektivitas dan fungsi organisasi manajemen audit internal kepada chief executive officer. Secara teoritas, kepada eksekutif audit (CAE) harus melaporkan secara fungsional kepada dewan atau komite audit dan administratif mengenai kepala eksekutif organisasi. Audit internal dapat memainkan peran penting dalam menambah nilai bagi bisnis, setelah menjelaskan hal ini tidak bisa dihindari bahwa fakta auditor internal sering ditempatkan dalam posisi yang sangat sulit terutama ketika mereka dilihat sebagai pembawa berita buruk tentang kinerja manajemen. Para peneliti sebelumnya mengembangkan sebuah instrumen dengan meminta auditor internal untuk membuat rekomendasi penawaran tender kepada manajemen pada

8

skala likert 8 point. Bagaimana instrumen informasi subjek masing-masing dari 4 kelompok kepentingan yang berbeda akan memperoleh manfaat dari penawaran tentang bagainama kelompok kepenting yang berbeda diuntungkan namun hasilnya menunjukan bahwa tidak ada komsensun untuk kelompok auditor yang harus menempatkan pada posisi prioritas.

D. PROSPEK PROFESI AUDITOR INTERNAL Setiap

pendekatan

disiplin

terhadap

pertumbuhan

dan

penciptaan

nilai

mengasumsikan bahwa organisasi mengelola segala macam risiko yang signifikan dan mungkin secara efektif. Risiko dapat di pertimbangkan baik pada tingkat makro maupun portofolio maupun tingkat mikro atau departemen. Manajemen risiko sering kali merupakan area di mana audit internal dapat berkontribusi besar dengan memberikan analisis dan memberikan nasihat bijak kepada manajemen puncak dan dewan direksi. Fungsi audit internal juga melakukan penilaian risiko tingkat mikro untuk tujuannya sendiri untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang menuntut upaya terbesar dari fungsi audit internal dan untuk mencapai cakupan audit yang sesuai diwilayah audit selama priode waktu yang ditentukan (ramamoorti & traver,1998). Auditor internal dapat memainkan peran “kemitraan” yang signifikan dngan manajemen

dalam

membangun

dan

memantau

proses

bisnis

untuk

penilaian,pengukuran,dan pelaporan risiko secara umum dan dalam menerapkan inisiatif manajemen risiko perusahaan. Pendekatan modern terhadap audit internal berbasis risiko memungkinkan dilakukannya penilaian risiko dan menghubungkannya dengan tujuan bisnis secara sistematis. Memang, fungsi audit internal dapat memfasilitasi proses dimana unit bisnis “dapat mengembangkan penilaian risiko kualitas tinggi” dan ini pada gilirannya sangat bermanfaat bagi fungsi audit internal dalam merencanakan pekerjaannya sendiri, terutama dengan meningkatkan kualitas keputusan informasi yang relevan dan meminimalkan duplikasi usaha. Salah satu premis utama saat ini dalam organisasi mana pun adalah bahwa kehadiran fungsi audit internal yang kuat dapat berjalan lama dalam mendukung dan mempromosikan tata kelola organisasi yang efektif. Sebagian besar tata kelola

9

organisasi berkaitan dengan pemantauan dan pengawansan manajemen risiko yang efektif dan auditor internal jika dianggap sebagai “pakar manajemen risiko” dapat berharap untuk memainkan peran penting dan berprofil tinggi dalam organisasi selama beberapa dekade mendatang. Dengan persyaratan new york stock exchange baru baru ini bagi perusahaan yang terdaftar unutk memiliki fungsi audit internal,profil fungsi audit internal telah meningkat secara sginifikan. Dengan diberi tempat pada diskusi tingkat tinggi mengenai tata kelola organisasi terjadi,cakrawala untuk profesinya telah diperluas secara luas dan peluang untuk memberi nilai tambah tumbuh secara eksponensial. Namun,tantangannya tetap bagi profesional. Audit internal untuk mengembangkan pemahaman yang tajam mengenai proposisi nilai yang mereka tawarkan dan mengelola persepsi dan citra mereka baik di dalam maupun luar organisasi. Begitu fungsi audit internal mendapatkan kepercayaan dan kepercayaan dari orang-orang yang ditugaskan dalam pemerintahan,ia dapat melanjutkan untuk memberikan kinerja dan nilai yang luar biasa dengan menggunakan gabungan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh personelnya dalam mengendalikan praktik terbaik,pemantauan dan pengelolaan risiko serta struktur kelola dan proses. Secara khusus,dengan semua perusahaan layanan profesional big four menunjukan minat yang kuat dalam mengembangkan praktir co-sourcing audit internal mereka,profesi audit internal siap menghadapi dampak internasional yang signifikan. Misalnya globalisasi kegiatan audit internal dan pengakuan petugas terhadap nilai tambah fungsi audit internal dalam menyambut trn. Kesimpulannya,abad ke 21 menghadirkan banyak jani dan peluang pertumbuhan ang belum pernah terjadi sebelumnya untuk profesi auditor internal. Namun,perkembangan dalam praktik harus dipelajari secara cermat oleh akademisi sehingga sebuah badan pengetahuan dibangun dan ditransmisikan secara sistemtis ke generasi profesinal audit internal genrasi mendatang.

10

E. PROFESIONALISME DALAM PERAN AUDITOR INTERNAL DAN OTORITAS Fungsi IIA sebagai pemimpin diakui, otoritas diakui, dan menjadi pendidik utama bagi profesi audit internal di seluruh dunia ( IIA, 2000 ). Auditor internal harus memiliki profesionalisme, profil dan kemandirian untuk memenuhi perannya secara efektif. Auditor internal harus mampu menyediakan : 1. Tantangan lingkungan pelaporan 2. Transparansi 3. Jujur ke tingkat tinggi tanpa rasa takut dan retribusi.

Auditor Internal harus terfokus pada resiko organisasi. Hal ini menunjukan pemahaman yang baik tentang operasi bisinis organisasi bersama-sama dengan komunikasi dan keterampila persuasi untuk mendapatkan pesan.

F. JENIS PERAN AUDITOR INTERNAL 1. Peran pengendalian pengawas Untuk diangap sebagai penambahan nilai, fungsi strategis internal audit ( IAF) harus menyelaraskan dengan kebutuhan dan prioritas dengan semua stakeholder kunci termasuk komite audit, manajemen eksekutif dan auditor eksternal, mendefinisikan manajemen senior adalah komponen kunci dalam tata kelola. 2. Peran pendukung keputusan Peran ini sebagai pendukung keputusan membuat tindakkan positif bagi organisasi IA dengan membantu manajer mengidentifikasi, menilai dan mengurangi risiko yang dapat memengaruhi unit atau proses. Perkembangan profesi membuat kegiatan audit jauh lebih layak. Fungsi audit internal perlu mendukung manajemn, tetapi tetap independent pada saat yang sama.

11

3. Dukungan peran manajemen risiko Peran audit internal sehubung dengan Enterprise Risk Management ( ERM) adalah memberikan jaminan objektif untuk risiko usaha terutama yang dikelola secara tepat dan dalam kerangka pengendalian internal yang berfungsi secara efektif. 4. Peran Komunikasi Fungsi pemimpin audit internal harus yakin bahwa mereka memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana pekerjaan mereka memberikan kontribusi nilai dan hubungan terhadap eksekusi strategi dan prestasi. 5. Peran Pemerintah Peran auditor internal mewajibkan fungsi untuk semua perusahaan publik dan telah mendorong auditor internal menjadi pusat perhatian. Negara mengubah ketentuan di mana laporan tahunan untuk tahun buku yang berakhir pada atau setelah 31 januari 2009 harus membuat pernyataan pada fungsi audit internal. 6. Sistem Keterlibatan Peran Keterlibatan auditor internal dalam pengembangan system telah diusulkan sebagai cara mengatasi maalah pegendalian terkait dengan system berbasi computer. Salah satu alasanya bahwa auditor akan memastikan bahwa pengendalian dibangun dan diterapkan daripada ditambahakan setelah instalasi. 7. Peran Teknis Auditor internal yang memiliki keterampilan teknis tambahan, kompetensi dan karakeristik perilaku untuk melakukan pekerjaan tampaknya berubah terus menerus dalam lingkup dan fungsi. Oleh karena itu auditor internal harus mencari dan memperbaiki pengetahuan dan keterampilam teknis mereka secara kontinu dengan menguasai teknologi otomatis terbaru yang dapat meningkatakan risiko organisasi pemantauan dan pengendalian internal. 8. Peran Manajemen Intimidasi Semangat dari kebenaran perilaku professional adalah kemampuan untuk mengintimidasi setiap peserta yang mengancam otonomi profesi, apakah mereka pimpinan, klien atau jabatan lain. Selama auditor internal terlibat dalam audit, keinginan pengendalian preventif bukan merupakan detektif atau pengendalian korektif.

12

G. MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dalam teori motivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari kebutuhan pokok tersebut adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor internal secara baik. 1. Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi. Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa yang memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan mempercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit. 2. Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasikan bidang – bidang yang bermasalah, membantu dalam investigasi terhadap kinerja, serta mengembangkan tindakan – tindakan korektif. Aspek terpenting disini adalah auditor mengidentifikasikan tindakan – tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian dari usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons manajemen melalui penerapan audit yang merupakan bagian dari manajemen yang berpengaruh dalam melakukan perbaikan operasional manajemen.

13

1. Hubungan Dengan Gaya Manajemen Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Keempat gaya manajemen tersebut yaitu : a. Gaya mengarahkan Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat. Pada gaya pertama, aturan-aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatanikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus ambil langkah lain. b. Gaya melatih Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan, menawarkan saran, dan mendukung kemajuan bawahannya. c. Gaya mendukung Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dengan bawahan. d. Gaya mendelegasikan Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relative utuh. Bila audit dilakukan menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor akan mempercayai atau mau membantu audit tersebut secara penuh. Auditor sebaiknya memilih pendekatan yang membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak yang diaudit. Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan bantuan serta kerja sama secara sukarela.

14

Dari keempat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya terakhir merupakan yang terpenting untuk didiskusikan. Pada gaya pertama, aturan – aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatan – ikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus diambil langkah lain. Auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit. Hubungan yang akrab dan berulang dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa auditor berada di pihak mereka.Oleh karena itu, kejujuran dalam berdiskusi dapat menyakinkan manajemen bahwa tujuan audit adalah untuk mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi. Selain itu, dibutuhkan suatu pola perilaku audit yang dapat mewujudkan hubungan dengan manajemen karyawan yang bergaya pelatih. Sebagaimana dengan gaya mendelegasikan, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan. Bila audit dilakukan menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor akan mempercayai atau mau membantu audit tersebut secara penuh. Auditor sebaiknya memilih pendekatan yang membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak yang diaudit. 2. Perubahan Manajemen Salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh auditor adalah “menjual” perubahan – perubahan yang akan dijalankan melalui implementasi dan temuan audit. Ilmu social telah mengidentifikasikan sejumlah alas an mengapa orang tidak menginginkan perubahan metode operasi mereka. Ada tiga hal yang mungkin merupakan faktor terpenting yang menimbulkan keengganan untuk melakukan perubahan : a.

Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa oleh perubahan tersebut.

b.

Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun vertical.

15

c.

Aspek ego, dengan adanya perubahan, maka metode sekarang dianggap tidak efisien atau tidak layak.

Oleh

sebab

itu

auditor

seharusnya

mengambil

tindakan

pasti

untuk

menghilangkan ketakutan atau pertentangan dari pihak yang diaudit.Dalam kasus ketakutan dari ketidaktahuan, auditor seharusnya berhati-hati dalam menelaah kemungkinan dari pihak yang diaudit untuk menghasilkan perubahan, baik berdampak bagus maupun yang tidak begitu bagus.Pihak yang diaudit seharusnya diberitahu mengenai metodologi atau penyelesaian yang dapat digunakan dan secara aktif menasihati mencari tahu mengenai metode – metode yang direkomendasikan. Aktivitas aspek birokrasi yang penting untuk mengakomodasi perubahan. Disini pihak yang diaudit dapat mempunyai kesempatan untuk membantu mendesain metode baru dan memastikan bahwa metode tersebut tidak akan menimbulkan gangguan terhadap operasi sekarang. Dengan demikian pihak yang diaudit mampu membantu dalam mendesain perubahan sebagaimana mereka mempengaruhi hubungan internal, baik secara vertical maupun horizontal. Terkait dengan masalah ini, beberapa pendekatan yang dapat diambil antara lain meliputi: 1. Auditor internal seharusnya melihat perubahan audit dengan cara pandang manajer. 2. Konsep auditor terhadap pengendalian seharusnya sejauh mungkin menyerupai konsep – konsep manajemen. 3. Auditor seharusnya mengutamakan suatu pendekatan partisifatif. 4. Auditor seharusnya menjadi suatu audit yang seimbang, tidak sebagai suatu yang menghakimi. 5. Auditor seharusnya melengkapi kegagalan dari suatu pendekatan manajemen. 6. Auditor internal seharusnya mencoba untuk bertindak sebagai seorang penasihat dan bukan sebagai seorang kebijakan. Guna mengurangi konfrontasi dan sifat statis, auditor internal seharusnya meyakinkan bahwa perubahan adalah evolusi bukan revolusi.Perubahan seharusnya

16

dipandang sebagai perbaikan suatu operasi yang sebenarnya tidak salah.Audit hanya membantu membuat operasi tersebut menjadi lebih efisien dan efektif. Walaupun pada saat sekarang operasi tersebut tidak rusak atau cacat, tetapi operasi tersebut akan dapat diperbaiki lebih jauh lagi dengan bantuan pihak yang diaudit. Pandangan – pandangan yang demikian, menjadi penting untuk diperhatikan sebab cara pandang tersebut akan mampu menjadi monivator untuk melakukan kegiatan – kegiatan perbaikan secara berlanjut di lingkungan organisasi yang berubah secara simultan. 3. Pengelolaan Konflik Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (Chambers at al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat terjaadi dalam hal – hal seperti berikut : a.

Lingkup seperti terhadap manajemen.

b.

Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.

c.

Tanggung jawab seperti layanan manajemen.

d.

Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit.

Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung mempertahakan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung mempertahankan lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta norma – norma profesionalisme akan muncul. Di pihhak lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang mempertahankan nilai – nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik. Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor dan dapat kesimpulan menyatakan bahwa:

17

1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibandingkan dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja dilingkungan organisasi bisnis bukan profesi. 2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik dengan posisi individu dalam suatu birokrasi. 3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja. Konflik akan muncul ketika di dalam organisasi bisnis profesional terdapat sebagian orang yang memegang teguh nilai –nilai profesionalismenya, sementara sebagian lainnya tidak bahkancenderung untuk menghilangkan nilai – nilai tersebut. Ada empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik: 1) Arbitrasi Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi tersebut. Hanya saja banyak pihak yang tidak menggunakan metode ini karna masalah biaya yang dianggap mahal. 2) Mediasi Metode terbaik lainnya adalah mediasi, mediasi merupakan metode kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan seorang juri senderung memegang teguh kepentingan-kepentingan organisasi. 3) Kompromi Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat dikompromikan. 4) Langsung Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang dianggap adalah yang terbaik bagi organisasi.Metode tersbut tidak selalu mencoba untuk meredakan perasaan dari masing – masing kelompok yang mengalami konflik.Metode

18

yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat di kompromikan.Metode terbaik lainnya yaitu mediasi.Mediasi merupakan jenis metode kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan sseorang juri cenderung memegang teguh kepentingan – kepentingan organisasi.Pada metode arbitrasi, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi tersebut. 4. Masalah-Masalah Hubungan Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan

orang dengan lebih baik. Konsep – konsep tersebut merupakan

perilaku langsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk semua hubungan singkat perusahaan. Konsep tersebut meliputi : a. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat – sifat dasar individu. Auditor seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan mempertimbangkan dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit. b. Pengaruh terbesar terhadap perasaan - perasaan dan emosi seharusnya juga dipertimbangkan. Auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman peranan dan mencoba menangani hal tersebut secara efektif. c. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh stf audit. Beragam pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari kedua kelompok menghasilkan dikotomi terhadap sikap dan interprestasinya.Perbedaan ini dapat berdampak serius pada komunikasi dan dapat menjadi sumber yang konstan dari sikap –sikap yang kurang menyenagkan jika tidak di pertimbangkan secara hati – hati. d. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Variasi dari apa yang disebut sebagai kelompok dinamis menghasruskan auditor untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika melakukannya dengan kelompok

19

yang lebih luas. Hal disebabkan karena banyak pendekatan teknis yang tidak mengintegrasikan seluruh variasi perilaku. e. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagi suatu variasi akhir. Setiap perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang.Auditor seharusnya memasukkan variasi ini ke dalam pertimbangan pada hubungan interpersonal.

5. Karakteristik Umum Individu Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatudaftar mengenai karakteristik kelompok individu dari orang-orang yang beradadalam berbagai tingkatan. Auditor seharusnya mempertimbangkan hal tersebut karena hal ituberpengaruh terhadap kepribadian,sikap,dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan inidapat membantu untuk memastikan hubungan yang lebih harmonis. Pada umumnya sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individudari pihak yang diaudit meliputi : a. Menjadi Produktif, sibuk padapekerjaan-pekerjaan yang bermakna. b. Mempunyai dorongan kearah dedikasi terhadap suatuusaha yang dianggap penting. c. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain. d. Bebas untuk memilih guna mendapatkan indenpendensi dan kebebasan pilihan. e. Memiliki sifat yang adil dan jujur. f. Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan dengan kritik. g. Mencari kepuasan diri sendiri. h. Memiliki nilai untukmendapatkan imbalan atas usahanya. i. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik. j. Menjadi bagian tim yang sukses. k. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain. l. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.

20

m. Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkandengan membantu orang.

6. Kesadaran Pada Diri Sendiri Dalam suatu situasi dimana terdapat banyak hubungan interpersonal sebagaimana yang terdapat didalam audit internal, merupakan hal penting untuk menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandabg diri sendiri sebagaimana orang lain memandangnya (Ratclff et al,1988). Beberapa elemen utama dari aspek yang terpenting kondisi ini adalah: a. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam berhubungan secara mental ,fisik dan karakterisrik pribadi. b. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja. c. Kesadaran terhadap perintah dasar dalamlingkungan relative yang dimilki seseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang luas. d. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan- kebutuhan orang lain e. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang. f.

Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan bahwa seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

7. Komunikasi Secara Efektif Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, laporan tertulis. Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara yang positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit. Terdapat unsur-unsur yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah : a. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari manajemen.

21

b. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahankesalahan dari pihak yang diaudit. c. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan baik secara verbal maupun tertulis. d. Ketika memberikan saran pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit sebab hal ini berimplikasi kepadaanggapan mereka . e. Mengijinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasa laporan sepanjang tidak mengubah subtansinya. f. Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor mencari fakta dan tidak bertindak sebgai seorang penasihat yang berhungan dengan moral. g. Menjaga laporan dan memberikan keadilan. h. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya. i. Mengizinkan paihak yang diaudit sepanjang proses penyusunan laporan untuk mengungkapkan pendapat j. Sopan dengan seluruh tingkatan staff pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat. k. Melakukan pertemuan dan wawancara dikantor pihak yangdiaudit. l. Mempertimbangkan kemungkinatekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit. Menghadapi banyaknya Oposisi Terdapat tiga jenis pokok dari banyaknya oposisi : 1. Suatu indikasi yang menunjukan kurang pentingnya audit 2. Pihak yangdiaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional 3. Pihak yang diaudit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama atau secara audit.

22

8. Pelaksanaan Audit Partisipatif Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang baik berasal daripendekatan keprilakuan. Elemen keprilakuan tersebut meliputi: a. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang akan diaudit. b. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai. c. Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi d. Dapatkan persetujuan atas isi laporan e. Memeasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit membantu memecahkan berbagai permasalahan dan mengordinasikan tindakan korektif. Seluruh keberhasilan diatas tergantung pada kredibilitas auditor atas kekejujuran.

9. Penggunaan Pengetahuan Keperilakuan dalam Audit Secara umum penanganan keperilakuan organisasi adalah akibat dari berbagai hal berikut: a. Kondisi, pada umumnya kualitas dri struktur pengendalian internal. b. Motivasi atau kebutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk etika dan kejujuran. c. Sikap atas dasar karakteristik pribadi dari seluruh tingkatan karyawan. Diasumsikan bahwa para auditor internal dalam setiap pekerjaannya selalu berhubungan dengan karyawan – karyawan yang ada diorganisasi. Kedekatan ini menghasilkan posisi evaluative yang memungkinkan karyawan untuk menerima atau menolak auditor, di mana hal tersebut akan berdampak pada tingkat kebebasan auditor. Pengalaman dan pemahaman atas aspek keperilakuan serta pertimbangan terkait memberikan kepada auditor alat audit yang kuat.

23

Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya organisasi. Porter et al (1985) dikatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya organisasi, unsur-unsur tercermin, antara lain : 1. Komitmen karyawan 2. Kualitas pelatihan dan Pengembangan staf 3. Identitas perusahaan seperti kebijakan. 4. Pembuatan keputusan. 5. Fokus manajemen. Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan audit dapat diterima dan di implementasikan.

24

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor mengambil kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan – pertimbangan yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah, terutama dalam hal menetapkan pendapat.Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal maupun eksternal.

25

DAFTAR PUSTAKA Ikhsan, Lubis Arfan. 2017. Akuntansi Keperilakuan Edisi ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

26

Related Documents


More Documents from "Cok Istri Ratna"