Makalah Bmr Kebiasaan Hidup Berpola Masyarakat Melayu

  • Uploaded by: Rachyl Afrido
  • 0
  • 0
  • November 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Bmr Kebiasaan Hidup Berpola Masyarakat Melayu as PDF for free.

More details

  • Words: 10,193
  • Pages: 33
Loading documents preview...
MAKALAH KEBIASAAN HIDUP BERPOLA MASYARAKAT MELAYU

Dosenpengajar :Diah Anugrah Dipuja, M.Pd Ditulisoleh : BintoraHarican (2106113017) Rachyl Afrido (2106110013) Rahma Aisyah (2106111487) Rini Ardianti (210611379) Taufiq Murtadho (2106111149) Teresia Noni Lidia (2106112991)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebiasaan Hidup Berpola Masyarakat Melayu” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Diah Anugrah Dipuja, M.Pd, pada mata kuliah Budaya Melayu Riau di Universitas Riau. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Diah Anugrah Dipuja, M.Pd selaku dosen mata kuliah Budaya Melayu Riau. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuandan wawasan terkait mata kuliah Budaya Melayu Riau. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Riau, 16 September 2021

TimPenulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii BAB I...................................................................................................................................1 PENDAHULUAN..................................................................................................................1 Rumusan Masalah.........................................................................................................1 Tujuan............................................................................................................................1 Manfaat.........................................................................................................................1 BAB II..................................................................................................................................2 PEMBAHASAN....................................................................................................................2 A.Adat melayu...............................................................................................................2 a.Adat sebenar adat……………………………………………………………………………………………………2 b. Adat yang diadatkan .................................................................................................2 c.Adat yang teradatkan .................................................................................................3 d. Adat istiadat………………………………….…..………………………………………………………….……….3 B. Masyarakat Hukum Adat………..………………………………………………………………….…………..4 a. Masyarakat Adat…………………………………………………………………………………………………….4 b. Hukum Adat……..…………………………………………………………………………………………………….4 c. perundang undangan……………………………………………………………………………………………….4 C.Aturan Cara Kehidupan (upacara/ritual, permainan rakyat, etnogastonomi ,etnomedisin)…………………………………………………………………………………………………………………6 D. Sistem Kepemimpinan…………………………………………………….……………………………………27 1.Model Kepemimpinan …………………………………………………………………………………………..27 2. Pemilihan Kepemimpinan……………………………………………………………………………………..27 3. Marwah Pemimpin………………………………………………………………………………………………..27 4. Pergantian Pemimpin……………………………………………………………………………………………28 BAB III...............................................................................................................................29 PENUTUP.....................................................................................................................29 Kesimpulan..................................................................................................................29 Saran............................................................................................................................13 Daftar Pustaka..................................................................................................................30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apa yang disebut dengan adat Melayu-Riau, khususnya kewarisan adat tidak lain adalah penjelmaan dari nilai-nilai Islam yang menjadi rujukan dalam setiap aktifitas masyarakat di daerah ini. Dalam pandangan orang Melayu, integrasi kewarisan adat ke dalam hukum kewarisan Islam merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu, segala aturan yang tidak sejalan dengan Islam dari manapun sumbernya tidak disebut dengan adat. Penyelarasan adat Melayu-Riau ke dalam Islam merupakan suatu bentuk akomodasi dan hubungan timbal balik (interaksi) yang dalam istilah Melayu disebut “persebati” yaitu suatu kesatuan yang kokoh dan tidak mungkin dipisahkan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa adat bagi orang Melayu-Riau bukan hanya sekedar ketentuan hidup yang sudah dibiasakan, tetapi menyangkut hubungannya dengan agama Islam yang dijadikan sebagai 92 Integrasi Kewarisan Adat Melayu-Riau dengan Islam dasar filsafat adat mereka. Menurut mereka, kepatuhan kepada adat merupakan manifestasi kepatuhan kepada agama yang mereka anut, yakni agama Islam. Artinya, adat yang menjadi sumber nilai bagi masyarakat Melayu-Riau adalah kebiasaan yang telah diresepsi oleh Islam. Dan adat inilah yang dipertahankan dan menjadi sumber nilai bagi masyarakat Melayu-Riau hingga dewasa ini, sebagaimana dikatakan dalam pepatah adat, “biar mati anak asalkan jangan mati adat. Tak lapuk dek hujan, tak lekang dek panas”. B. 1. 2. 3.

Rumusan Masalah Apa yang menjadi kebiasaan adat dalam kehidupan masyarkat melayu? Bagaimana sistem kepemimpinan dalam kehidupan masyarakat melayu? Apa hukum adat dan tata cara kehidupan masyarakat melayu?

C. Tujuan 1. Mengetahui adat dan kebiasaan dalam masyarakat melayu 2. Mengetahui sistem kepemimpinan masyarkat melayu 3. Mengetahui hokum adat dan tata cara kehidupan masyarakat melayu D. Manfaat 1. Mahasiswa diharapkan dapat memperdalam ilmu budaya melayu. 2. Digunakan sebagai bahan bacaan dibidang pendidikan .

Page 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Adat Melayu a. Adat yang Sebenar Adat Menurut Tenas Effendi (2004:61) adat yang sebenar adat adalah inti adat yang berdasar kepada ajaran agama Islam. Adat inilah yang tidak boleh dianjak-alih, diubah, dan ditukar. Dalam ungkapan adat dikatakan, dianjak layu, diumbat mati; bila diunjuk ia membunuh, bila dialih ia membinasakan.Adat yang sebenar adat adalah adat yang asli dalam bentuk hukum-hukum alam,tidak dapat diubah oleh akal pikiran dan hawa nafsu manusia, dan tidak dapat diganggu gugat sehingga dikatakan tidak akan layu dianjak tidak akan mati diinajak. Adat dan Sebenar Adat bersumber dari hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya. Dalam ajaran agama Islam, alam dan hukum yang dibuat oleh Allah untuknya terdapat di dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai penciptaan, seperti penciptaan Arsy, kursi Allah (kekuasaan dan ilmuNya); penciptaan lawhul mahfuz, penciptaan langit dan bumi, gunung, laut, sungai, hewan, serangga, makhluk hidup di air, bintang, udara, bulan, matahari, malam, siang, hujan, penciptaan jin, pengusiran iblis dari rahmat Allah, dan lainlainnya. b. Adat yang di Adatkan Adat yang di Adatkan adalah hukum, norma atau adat buah pikiran leluhur manusia yang piawai, yang kemudian berperanan untuk mengatur lalu lintas pergaulan kehidupan manusia. Adat yang diadatkan bisa mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman. Bisa ditambah dan dikurangi agar tetap dapat menjawab tantangan kehidupan masyarakatnya, dan mempunyai perbedaan antar wilayah budaya. Adat yang diadatkan ini maknanya mengarah kepada sistem-sistem sosial yang dibentuk secara bersama, dalam asas musyawarah untuk mencapai kesepakatan. Adat yang diadatkan juga berkait erat dengan sistem politik dan tata pemerintahan yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan polarisasi yang tepat sesuai dengan perkembangan dimensi ruang dan waktu yang dilalui masyarakat Melayu. Tenas Effendy (2004:61) menjelaskan bahwa adat yang diadatkan adalah semua ketentuan adat-istiadat yang dilakukan atas dasar musyawarah dan mufakat serta tidak menyimpang dari adat sebenar adat. Adat ini dapat berubah sesuai dengan perubahan zaman dan perkembangan masyarakat pendukungnya. Adat yang diadatkan ini dahulu dibentuk melalui undang-undang kerapatan adat, terutama di pusat-pusat kerajaan, sehingga terbentuklah ketentuan adat yang diberlakukan bagi semua kelompok masyarakatnya.

Page 2

c. Adat yang Teradatkan Adat yang teradat adalah kebiasaan-kebiasaan yang secara berangsur-angsur atau cepat menjadi adat. Sesuai dengan pepatah: sekali air bah, sekali tepian berpindah, sekali zaman beredar, sekali adat berkisar. Walaupun terjadi perubahan adat itu, inti adat tidak akan lenyap: adat pasang turun-naik, adat api panas, dalam gerak berseimbangan, antara akhlak dan pengetahuan. Adat yang teradat juga merupakan aturan budi pekerti sehingga membuat penampilan manusia yang berbudi bahasa. Tetap dipelihara dari generasi kegenerasi sehingga menjadi tradisi budi pekerti orang Melayu. Adat ini menjadi pedoman untuk menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi masalah di masyarakat. Adat yang teradat bisa berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan nilai-nilai baru yang terus berkembang. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan turuntemurun tadi. d. Adat Istiadat Adat Istiadat adalah tradisi dengan betung,'; pepatah; menyebutkan bahwasannya adat yang disusun dan dipakai telah menjadi sendi-sendi kehidupan sehari-hari yang selalu dilaksanakan dan diperlukan setiap saat, sedangkan hukum dan tata aturan yang berlaku tidak boleh dilanggar sebagai mana dikiaskan sebagai cupak (alat penyukat biji-bijian dari bambu) yang telah ditetapkan ukurannya dengan kesepakatan dan tidak bisa diubah-ubah sesuka hati untuk mengambil keuntungan dan merugikan orang lain .

Page 3

B. Masyarakat Hukum Adat Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang secara turuntemurun bermukim di wilayah geografis tertentu di Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber daya alam, memiliki pranata pemerintahan adat, dan tatanan hukum adat di wilayah adatnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 1. Masyarakat Adat Masyarakat adat merupakan istilah umum atau konsep yang dipakai di Indonesia untuk merujuk pada komunitas-komunitas adat hukum (adat rechtsgemeenschappen) yang sudah ada di jaman pendudukan Hindia Belanda pada masa itu 2. Hukum Adat Hukum adat atau hukum kebiasaan adalah serangkaian aturan yang mengikat pada suatu masyarakat yang tidak tertulis dan bersumber dari kebiasaan yang tumbuh dan berkembang pada suatu masyarakat tertentu yang kemudian diterima menjadi hukum secara turun temurun. Hukum adat sering pula disebut sebagai hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). 3. Perundang-undangan Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, definisi Peraturan Perundangundangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum. Peraturan Perundang-undangan dibentuk dan ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 : a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) UUD 1945 adalah hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. UUD 1945 merupakan peraturan tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundangundangan nasional. b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR) Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR meliputi Ketetapan MPR Sementara dan Ketetapan MPR yang masih berlaku. c. Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undangan (Perppu). UU adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden. Perppu adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.

Page 4

Mekanisme UU atau Perppu adalah sebagai berikut: - Perppu diajukan ke DPR dalam persidangan berikut. - DPR dapat menerima atau menolak Perppu tanpa melakukan perubahan. - Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi UU. - Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. d. Peraturan Pemerintah (PP)PP adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP berfungsi untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. e. Peraturan Presiden (Perpres) Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. f. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi. Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. g. Peraturan Kabupaten atau Kota Perda Kabupaten atau Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten atau Kota dengan persetujuan bersama Bupati atau Walikota.

Page 5

C. Atur cara kehidupan(upacara ritual,permainan rakyat,etnogastronomi,etnomedisin) 1. Upacara atau ritual  Petang Megang Petang Megang juga punya istilah lain yaitu “Petang Belimau” yang artinya mandi air jeruk limau di sore hari.Tradisi Petang Megang merupakan salah satunya. Sebagian masyarakat Kota Pekanbaru, terutama masyarakat Melayu, mengadakan tradisi ini untuk memanjatkan rasa syukur dan kebahagiaan mereka karena dapat bertemu kembali dengan bulan puasa tahun itu. Air dicampur perasan jeruk limau digunakan untuk mandi sebagai simbol penyucian jiwa dan raga sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Selain jeruk limau, buah jeruk yang biasanya digunakan dalam ritual ini adalah jeruk nipis, jeruk purut, dan jeruk kapas. Tradisi Petang Megang atau Petang Belimau ini biasanya dilakukan dalam sebuah arak-arakan warga sekitar, tokoh agama, pemimpin adat, dan pejabat daerah. Dengan iringan kesenian Kompang atau alat musik tradisional khas Melayu Riau, arak-arakan pun berjalan menuju lokasi upacara Petang Megang dilangsungkan. Ritual ini dimulai dengan berziarah ke makam para leluhur yang merupakan tokoh agama Riau yang dianggap penting setelah salat Zuhur berjemaah di Masjid Raya Pekanbaru. Lokasi masjid hanya sekitar 1km dari tempat tradisi Petang Megang diadakan. Seusai berziarah, rombongan arak-arakan pun biasanya kembali ke Masjid Raya Pekanbaru untuk melaksanakan salat Asar berjemaah. Kemudian, rombongan berjalan menuju Sungai Siak yang merupakan lokasi puncak upacara Petang Megang. Di tepi Sungai Siak, prosesi mandi “belimau” dilakukan pada 10 anak kecil dan remaja. Para tokoh agama dan pejabat daerahlah yang diberi kehormatan untuk memandikan kesepuluh anak tersebut. Campuran air dalam bak air mandi tidak hanya perasan jeruk limau, tetapi juga harum-haruman dari bunga dan daun 7 rupa (seperti serai wangi, daun nilam, dan mayang pinang).



Berinai Curi Tradisi Riau yang satu ini sangat unik. Dilakukan sehari atau dua hari menjelang hari pernikahan sepasang calon pengantin, peralatan berinai (bahan Pacar Cina atau Henna yang digunakan untuk melukis kuku dan punggung tangan calon mempelai wanita) harus “dicuri” (diambil secara diam-diam) dari rumah calon mempelai wanita.

Makna dari ritual ini adalah menolak bala atau malapetaka bagi sang mempelai wanita dan membuat wajahnya kian bercahaya saat hari pernikahan tiba. Pemakaian bahan inai pada punggung tangan dan kaki calon mempelai wanita sendiri tidak hanya untuk mempercantik riasan pengantin, namun juga dipercaya dapat menjauhkan pengantin dari kemalangan dan gangguan jin jahat.

Page 6



Tepuk Tepung Tawar Pada umumnya, tradisi ini diadakan pada beberapa hari istimewa, seperti pernikahan, khitanan, dan kelahiran. Prosesinya sendiri melibatkan kegiatan menaburkan beras tabur (beras kunyit dicampur beras putih basuh) dan bunga tujuh rupa, seperti melati, mawar, dan bunga rampai. Maknanya adalah pemberian doa restu dan berkah untuk kelancaran acara utama.



Menyemah Laut Riau identik dengan wilayah perairan. Selain Sungai Kampar, wilayah Kepulauan Riau juga menjadi sandaran bagi masyarakat setempat untuk hidup. Maka, Upacara Menyemah Laut lahir sebagai bentuk upaya melestarikan laut beserta isinya. Upacara ini menjadi wujud syukur penduduk atas berkah yang mereka peroleh lewat laut.



Balimau Kasai Bulan Ramadan adalah bulan suci bagi umat Islam, tak terkecuali bagi masyarakat di Kampar, Riau. Menyambut kehadiran bulan istimewa ini, upacara Balimau Kasai diselenggarakan satu hari sebelum bulan puasa tiba. Upacara tersebut menjadi ungkapan syukur karena bisa bertemu dengan bulan Ramadan lagi, sekaligus menjadi ajang mensucikan dan membersihkan diri.Kata balimau dalam bahasa Melayu Riau berarti mandi dengan air dicampur jeruk atau limau. Biasanya, penduduk setempat memakai jeruk nipis, jeruk kapas, dan jeruk purut.



Rangkaian Upacara Perkawinan Adat Riau Upacara perkawinan adat Riau memiliki rangkaian prosesi yang panjang. Beberapa tradisi yang masih dilakukan saat ini adalah: - Merisik, langkah pertama dalam proses perkawinan. Tujuannya, menyelidiki latar belakang calon pengantin dan biasa dilakukan pihak laki-laki. - Meminang, utusan pihak laki-laki datang ke tempat pihak perempuan dan mengutarakan niatnya mempersunting perempuan tersebut kepada keluarga pihak perempuan. -Mengantar Tanda, persetujuan kedua belah pihak terkait pinangan yang diajukan pihak laki-laki, sekaligus sebagai pengikat bagi kedua calon mempelai. -Mengantar Belanja, utusan calon mempelai laki-laki menyerahkan uang dan seserahan kepada calon mempelai perempuan. - Menggantung, persiapan hajatan pernikahan dengan memasang pelaminan dan menghias rumah calon mempelai perempuan. - Berinai Curi, tradisi menjelang pernikahan yang dilakukan kedua calon pengantin. - Berandam, tradisi mencukur bulu-bulu halus di wajah, membersihkan wajah, membentuk alis untuk mempercantik calon mempelai perempuan sebagai simbol kesiapan lahir batin menuju pernikahan.



SUNAT MUDIM (BERKHITAN)

Page 7

Berkhitan atau Sunat Mudim dalam masyarakat Melayu Kabupaten Lingga lebih dikenal dengan istilah bersunat, adalah suatu kegiatan yang dilakukan sejak turuntemurun, sejak dari nenek moyang dahulu. Oleh karena telah dilakukan secara turun temurun, dapatlah kegiatan ini digolongkan ke dalam salah satu sisi kegiatan adat istiadat. Sebagai salah satu kegiatan adat istiadat, berkhitan tidaklah dilakukan secara serampangan atau sembarang kerja sahaja. Orang Lingga ketika ingin melaksanakan kegiatan mengkhitankan anak-anak (laki-laki) mereka selalu mempersiapkan dengan ber-iye-iye betul.Bahwa adat istiadat berkhitan tidak dilakukan dengan sembarang kerja, barang kali patutlah kita mahfum atau dapatlah kita maklumi. Selain sebagai suatu adat istiadat yang tingkat kesakralannya patut dijaga, patut pula dicermati bahwa berkhitan (zaman dahulu) samalah dengan berpasrah diri kepada yang kuasa. Bahwa berkhtan (zaman dahulu) tidak jarang ‘membawa maut’. Sebagai yang telah dipaparkan tedahulu, bahwa orang tua yang akan mengkhitan anak-anak mereka tidak akan nelakukab dengan secara sambe lawe (asal-asal saja). Adat istiadat berkhitan hampir sama dan dapat disejarahkan dengan beberapa adat istiadat lain yang ada di lingkungan orang Melayu Lingga (seperti aqiqah,brkhatam qur’an, maupun nikah kawin). Agar perhelatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka untuk melaksanakan perhelatan berkhitan ini haruslah dilalui tahapan-tahapan kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar kelak (nanti) ketika pelaksanaan berlangsung dan berakhir tidak terjad hal-hal yang tidak diinginkan. Agar perheltan itu mendapat dukungan dari semua pihak (keluarga) dan yang lebih utama agar perhelatan itu kelak (nanti) mendapat berkah dan ridha dari Yang Maha Kuasa. Secara garis besar tahapan-tahapan itu dapat diperinci menjadi tiga, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tahapan selesai pelaksanaan atau penyembuhan. 1.

Persiapan : – menentukan hari atau jadwal bersunat mudin yang akan dilaksanakan dicarari hari dan bulan yang baik menurut bulan islam/melayu atau bulan-bulan yang diutamakan. – Pesiapan perbelanjaan berkenan acara sunat mudim, menjemput keluarga, sanak saudar, menempah tikang sunat, orang tua yang akan menerima jemputan, persiapan bahan masak memasak dan makanan para tetamu atau jemputan, penbacaan do’a oleh imam masjid atau surau, biasanya mendahulikan orang yang lebih tua. 2. Pelaksanaan – Berendam Sebelum dikhitan – Proses Memotong 3. Penyembuhan – Pada masa penyembuhan ada beberapa larangan yaitu mkan sangat dijaga, tidak boleh sembarang makan, lauk pauk pada masa ini diarahkan tidak membawa dampak lambat pada kesembuhan yang dikhitan.



UPACARA MANDI SAMPAT

Page 8

Upacara Mandi Sampat adalah bagian dari adat istiadat dalam Perkawinan Melayu Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun. Upacara dilaksanakan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua pengantin sudah selamat. Maka dikumpulkanlah seluruh keluarga untuk menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa terima kasih kepada sanak keluarga, kaum kerabat, handai tolan yang telah bersusah payah membantu tuan rumah sehingga terlaksananya sebagaimana yang diharapkan. Peralatan untuk mandi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Kain sarung pelikat 2 lembar Naju kurung teluk belanga laki-laki dan perempuan Selendang putih Kain panjang sehelai Kendi dari kuningan atau tembaga Seperangkat alat penepuk (daun sepulih, daun sedingin, daun setawar, daun ribu-ribu) Uang logam Buah Kelapa 1 buah Daun Kelapa Muda Benang putih 1 gulung Beras atau padi 1 talam Bunga yang harum 7 jenis dan 7 warna Cermin muka yang sedang ataupun yang kecil Lilin putih 2 batang Talam besar dari kuningan ataupun tembaga Bedak sekapur sirih Santan langir Anyaman dari daun kelapa ( burung, keris ular, udang,lepas dlsb) Air dari 7 sumur ( 7 kampung)

Tata cara pelaksanaan : Terlebih dahulu pengantin laki-laki menjemput pengantin perempuan dari dalam kamar pengantin  lalu dibawa ke depan rumah yaitu lokasi yang telah disiapkan oleh Mak Andam. Pertama sekali pengantin ditepuk tawar. Hali ini dimulai oleh mak Andam lalu diikuti oleh sanak keluarga yang mau menepuk. Kemudian di atas kepala kedua Pengantin direntangkan dengan selendang putih yang jarang, yang dipegang oleh dua orang pembantu Mak Andam. Selanjutnya kedua pengantin dilangir dan dibedak sirih sekapur, lalu disiramkan dengan air biasa beberapa kali dan disusul dengan air bunga. Setelah itu disiram dengan air tolak bala beserta janur sampai air tolak bala itu habis. Kemudian diputar janur di atas kepala pengantin sebanyak 3 kali dengan shalawat Nabi janur dibuang ke belakang pengantin.

Page 9

Seterusnya diadakan permainan menarik anyaman lepas. Kedua pengantin  menarik anyaman lepas bersama-sama sambil menyemburkan air secar bersama-sama pula, hali ini dikomandokan oleh Mak Andam dengan hitungan satu, dua dan tiga. Permainan ini dilaksanakan sebanyak 3 kali. Pada kesempatan ini ada acara menyiram siapa saja yang hadir pada waktu itu. Maka terjadilah bersimbah-simbahan dengan air kepada siapa saja yang . Disini perlu diingatkan kepada yang hadir, bahwa kita tidak boleh marah karena ini adalah untuk acara senda gurau semata. Dan kesempatan bersimbah-simbahan hanya ada pada waktu acara mandi sampat saja. Ini dilaksanakansebagai wujud rasa gembira, karena telah terlaksananya semua prosesi acara dari awal hingga selesai dengan tiada halangan apapun. Selanjutnya Kedua pengantin ganti pakaian yang basah dengan yang kering. Seterusnya Mak Andam mengikat badan pengantin dengan kain panjang yang disimpul sebelah kanan pengantin perempuan.Kemudian pengantin berdiri di atas talam besar kuningan, menjungkit benang putih yang terdiri dari 7 lembar, dari depan 7 kali dan dari belakang 7 kali. Setelah selesai dikalungkan kepada kedua pengantin. Kemudian Mak Andam mengambil kaca muka yang sudah diikat dengan dua batang lilin dan lilin dinyalakan. Kaca muka tersebut lalu dikelilingkan kepada kedua Pengantin mulai dari kanan 7 kali dan kiri 7 kali, dan pengantin disuruh memandang wajahnya di kaca selama dikelilingi oleh kaca muka.Setelah selesai maka benang yang disangkutkan di badan pengantin, diputuskan dengan api lilin dan kedua pengantin bersama-sama meniup api lilin hingga padam. Seterusnya kedua pengantin menginjak padai atau beras, lalu menghitung padi atau beras yang lengket dikaki masing-masing dan selanjutnya dibungkus kemudian disimpan. Dilanjutkan kedua pengantin menendang buah kelapa sebanyak 3 kali. Kemudian Mak Andam dengan Mak Piau(asisten) menaburkan beras kunyit yang sudah dicampur dengan uang logam(duitseling) dari depan dan belakang pengantin sebanyak 3 kali secara serentak. Dengan Demikian selesailah acara mandi sampat(mandi damai)dan diakhiri dengan membacakan doa selamat. 

TRADISI MENGHALE BUAYE Penyelengaraan suatu upacara tradisional dilaksanakan dengan berbagai tahapan yang harus dilalui mulai dari awal sampai dengan selesai serta melibatkan masyarakat pendukungnya. Demikian pula halnya dengan Upacara tradisional Menghale Buaya yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Lingga yang menjadi objek utama dalam penelitian ini. Adapun materi yang akan diungkapkan dalam upacara tersebut adalah mengucap hal-hal sebgai berikut: latar belakang historis, waktu dan tempat penyelenggaraan, pelaksana dan pihak-pihak yang terlibat, persiapan dan perlengkapan upacara, jalannya upacara, dan pantangan-pantangan yang terdapat dalan penyelenggaraan upacara. Maksud dan tujuan dari penyelenggaraan Upacara Tradisional Menghale Buaya pada masyarakat Melayu hakekatnya adalah untuk menangkap buaya yang telah mengganggu ketentraman penduduk kampong. Biasanya upacara menghale buaya ini dilaksanakan apa bila ada kedapatan buaya mengganggu ketentraman penduduk

Page 10

kampong, umpamanya mengganggu ternaknya, mekut-nakuti orang-orang kampong dengan seringkali menampakkan dirinya dihadapan orang banyak. Buaya yang telah banyak membuat kesalahan, biasanya menyerahkan dirinya untuk ditangkap. Tanda-tanda buaya menyerahkan diri adalah dengan memukul-mukul air dengan ekornya disekitar tempat kediaman seorang pawing. Apabila tanda-tanda seperti ini telah diperlihatkan oleh seekor buaya, maka pawing, pemuka masyarakat dan orang-orang kampung segera bermusyawarah untuk segera melaksanakan upacara menghale buaya. Di samping untuk menjaga ketentraman orng-orang kampung dari serangan buaya, upacara ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengambil kulit buaya. Kulit buaya sangat mahal harganya apabila dijual, karena akan dijadikan bahan untuk membuat tas, tali pinggang dan lain-lain. Dari pepenyelenggaraan Upacara Tradisional Menghale Buaya pada masyarakat Melayu Lingga, terkandung nilai-nilai budaya yang semestinya tetap dijaga atau dilestarikan serta diwariskan kepada generasi muda. Nilai-nilai tersebut adalah nilai keagamaan, nilai gotongroyong, nilau hiburan, sacral dan lain-lain. Perlu dikemukakan bahwa Upacara Tradisional Menghale Buaye pada masyarakat Melayu Lingga sudah jarang dilaksanakan, namun sebagai suatu kekayaan budaya bangsa maka harus tetap dijaga dan dilastirikan. Khususnya nilai-nilai yang terkandung didalamnya yaitu dalam bentuk tuisan, sehingga generasi muda yang akan datang dapat mengetahui bahwa di daerah mereka dahulu ada upacara yang memiliki nilai-nilai yang sangat beharga dan harus mereka ketahui.



TRADISI ZIARAH KUBUR MASYARAKAT MELAYU DI BINTAN BUYU

Bintan Buyu adalah sebuah desa di Kecamatan  Teluk Bintan  Kabupaten Bintan. Daerah Bintan Buyu sendiri, secara administratif masuk ke kawansan  Teluk Bintan dan telah terpilih sebagai pusat ibukota yang baru Kabupaten Bintan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bintan melalui sidang paripurna terbuka pada tanggal 8 Oktober 2003.  Berdasarkan  informasi yang disampaikan informan, pada masa lalu bintan mulai ramai dikunjungi sejak kedatangan sang Nila Utama dan Demang Lebar daun dari Bukit Siguntang (Palembang). Setelah memudarnya Kerajaan Sriwijaya, maka ada kecendrungan untuk membuka kawasan baru. Kedatangan Sang nila Utama disambut dengan baik oleh pimpinan masyarakat setempat (permaisuri) dan di angkat menjadi pemimpin yang baru. Sang Nila Utama menikah dengan Dang Sri Beni  Puteri dari pemimpin masyarakat setempat (anak bunda permaisuri Bintan). Untuk memperluas daerah kekuasaannya, Sang Nila Utama membuka kawasan dari yang dinamakan dengan sebutan Temasik(Tumasik, sekarang Singapura). Nila Pahlawan menjadi orang kepercayaan Sang Nila Utama untuk memimpin di Bintan. Nila Pahlawan yang juga berasal dari Bukit Siguntang  menikah dengan Dang Empuk (Wan Pok) kerabat dari permaisuri Bintan. Sementara itu, Krisna Pendeta menikah dengan Dang Menini (Melini). Makam dari Wan (Dang) Pok atau Wan Empuk (istri  Nila Pahlawan), makam Wan Menini atau Dang Melini (istri Krisna Pendeta), makam permaisuri Bintan (bundanya Dang Sri Beni), makam Dang Sri Beni (isteri Sang Nila Utama, dan makam Tok Telanai (putera Demang Daun Lebar) sekarang masih banyak

Page 11

dijumpai di Bintan Buyu. Makam- makam yang dikeramatkan inilah pada akhirnya yang menjadi cikal bakal terjadinya tradisi ziarah kubur di Bukit Batu pada mayarakat Melayu Kbupaten Bintan. Pada setiap tanggal 27 Rajab, bersempena dengan peringatan hari isra Mi’raj masyarakat Melayu di bukit Batu, Bintan Buyu Kabupaten bintan menyelnggarakan upacara selamatan yang dipusatkan di kompleks makam bukit Batu. Biasanya tradisi ini disebut dengan Hari Ziarah Besar ke Bukit Batu. Ada juga informan lain yang menyebut tradisi ini dengan nama Gawai Bunga Telur. Pada hari ziarah besar di kompleks makam Bukit Batu, masyarakat Melayu yang bertempat tinggal disekitar Gunung Bintan menyempatkan diri untuk bertandangke Gunung Bintan guna mengikuti tradisi ziarah besar. Banyak diantar Pengunjung itu adalah orang-orang setempat yang telah lama pergi untuk merantau seperti dari Tanjunguban, Tanjungpinang, Batam, Jakarta dan Kijang. Bahkan, orang-orang yang berasal dari mancanegara seperti Singapura dan Malaysia sengaja datang pada waktu tersebut. Mereka membawa berbagai perlengkapan antara lain seperti, nasi kuning yang dihiasi telur yang berwarna merah dengan untaian bunga yang beraneka warna (bunga telur). Nasi kuning yang dibawa dalam talam atau rantang kemudian diletakkan pada tempat tertentu yang telah disediakan. Tradisi upacara ritual selamatan ini tidak hanya untuk syukuran, tetapi juga meminta berkah sekaligus mendoakan agar orang-orang yang telah meninggal itu, arwahnya dapat diterima di sisi Allah SWT. Inti dari kegiatan ini adalah menziarahi makam-makam yang berada di Bukit Batu, dengan mengirimkan doa buat leluhur, pembacaan doa selamat (tolak bala), menaikkan panji-panji kain warna kuning, menabur beras kunyit di sekitar kompleks makam, dan menunaikan nazar.Tradisi ziarah kubur dimulai sekitar pukul 10.00 pagi (waktu setempat) setelah pengunjung cukup banyak. Diawali dengan tampilnya beberapa orang yang dituakan diantaranya adalah pawing kampong bukit batu, yang sejak semula sudah duduk ditempat pelaksanaan upacara bersama tokoh adat dan alim ulama. Beliau pelan-pelan membesarkan api penebaran (tempat bara), membakar kemenyan sehingga asap tipis berkepul-kepul sambil membacakan doa-doa. Lalu menaburkan beras kunyit ke pusara Wan Empuk, Wan Menini, Wan sri Beni dan pusarapusara lainnya. Selanjutnya pemimpin upacaara mengambil beberapa helai kain berwarna putih, kuning (celupan dari sari kunyit) da nada pula yang berwarna hijau. Masing-masing kain berukuran 1,5 x 1 meter itu digantungkam, diikat atau diselipkan pada galah atau kayu yang sudah disediakan pada tempat itu. Kain-Kain tersebut ada juga yang diikatkan pada ranting kayu yang tumbuh disekitar kompleks mkam. Aktivitas menggantung, mengikat dan sebagainya itu disebut menaikkan panji-panji.

Page 12



BERTANGAS Melaksanakan akad nikah dan bersanding, pengantin perempuan di Lingga mengadakan betangas untuk membersihkan diri, mengharumkan seluruh tubuh dan menyegarkan badan. Betangas seperti mandi uap tetapi menggunakan asap yang mengepul dari tepak bara. Setelah betangas tubuh pengantin akan bersih dan berbau harum. Betangas merupakan bagian ilmu pengetahuan tradisional Melayu yang telah lama ada sejak zaman berzaman. Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk betangas sebagai berikut: 1. Satu buah bangku untuk calon pengantin perempuan duduk 2. Tepak bara lengkap 3. Setanggi, serai wangi, kayu cendana, gaharu, dan barang-barang wangi yang dianggap perlu 4. Air panas atau air suam kuku 5. Tikar pandan dan pengalas Cara bertangas pengantin perempuan didudukkan diatas bangku dengan ditutup kain sarung sebatas leher. Dibawah bangku duduk diletakkan tepak bara yang berasap dan berbagai ramuan. Lama waktu bertangas sesuai dengan kebutuhan dan selera pengantin perempuan.



SILAT MELAYU BINTAN Silat adalah kumpulan gerakan anggota tubuh yang secara gaaris besarnya bertujuan untuk menyerang dan menghindar. Gerakan menghindar dan menyerang dekat dengan nilai-nilai untuk melindungi diri, maka dapat dikata bahwa silat pada mulanya sebagai sarana untuk bela diri. Kelincahan,, ketangkasan , ketepatan dan kecepatan gerakan menjadi modal penting bagi seseorang yang mempelajari silat. Dengan kemampuan –kemampuannya  tersebut  seorang yang belajaar silat dapat menghadapi lawan secaara mudah. Dan untuk mempelajari silat tidak dikhususkan untuk kaum laki-laki, kaum perempuan pun berhak untuk berlatih. Namun dibalik ketangkasan dan kelincahan yang sifatnya fisik, terdapat juga bahwa silat juga menyangkut masalah psikis atau spiritual. Silat bukan semata-mata mendidik bagaimana tubuh menjadi lincah dan tangkas saja. Terdapat sisi piritualitas yang juga hendak dibangun. Terkadang sisi spiritualitas ini tertutupi oleh citra-citra yang muncul selama ini. Belajar silat sama saja dengan belajar menuntut ilmu pengetahuan yang lainnya, bahwa orang yang pandai silat dihaeapkan juga semakin pandai dalam menjaga budi pekerti, etika, atau moralitas. Kepandaian silat bukan ditujukan untuk mencari lawan ataupun musuh untuk mencoba kepandaian atau menaklukkan orang. Kepandaian silat yang dimiliki seharusnya dimanfaatkan untuk kebaikan. Dalam perkembangannya  silat mempunyai beberapa aspek, antara lain : 1. Aspek mental dan spiritual: Sisi spiritualitas merupakan bagian silat yang tidak terpisahkan dari silat. Disini silat turut membangun dan mengembangkan karakter dan kepribadian yang mulia. Pembangunan dan pengembangan karakter ini banyak melakukan aktifitas-aktifitas pengasingan diri dari rutinitas keseharian. Tujuan dari aktifitas ini adalah resonansi; merenung dan

Page 13

memikirkan tentang hakikat kehidupan. 2. Aspek seni Budaya Silat merupan warisan budaya masyarakat nusantara. Silat berbeda dengan seni bela diri lain yang banyak berkembang di muka bumi ini. Silat terkait  dengan nilai-nioai filosofis yang bersumber pada lokalitas nusantara. Dan tidak menutup kemunginan  setiap daerah mempunyai bentuk dan karakter silat masing-masing. Silat merupakan pengetahuan local(local knowledge) terkait persinggungan manusia dan alam sekitarnya. Pada masyarakat melayu dan beberapa suku bangsa lainnya, silat merupakan  bagian dari prosesi pernikahan. 3. Aspek beladiri Sebagai bentuk beladiri silat tidak dapat dinafikan lagi. Karena dalam silat mengajarkan gerakan-gerakan untuk menyerang dan menghindar daari serangan lawan. Dimana silat mengajarkan hal-hal teknis terkait dengan bentuk pertahanan diri. 4. Aspek olahraga Menurut Kamus besar bahasa Indonesia olahraga adalah gerakan badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dan silat telah memenuhi syarat jika disebut sebagai bentuk olahrag. Gerak tubuh merupakan bagian yang penting daari silat. Gerak gerak dasar yang dipelajari secaara terpenggal-penggal kemudian diatukan menjadi jurus (kumpulan gerakan). Selain  sebagai bentuk pertahanan diri, pada aspek ini silat juga menyehatkan tubuh para pegiat silat. Silat merupakan institusi social yang terikat dengan aturan-aturan. Aturan-aturan tersebut terwariskan dan tertanam dalam ingatan kolektif masyarakat melayu. Aturan-aturan tersebut ada yang sifatnya sacral dan profane. Sakralitas dan Profanitas aturan-aturan yang menyelubungi penyelenggaraan silat terkait erat dengan dimana silat dan juga bagaimana masyarakat pendukungnya menyakini  aturan-aturan terssebut. Bintan meskipun secaara garis besar berpenduduk melayu, namun setiap pendukung kebudayaan dapat menanggapi secar berbeda-beda. Meskipun demikian terdapat aturan-aturan yang sifatnya umum diberlakukan oleh para pendukung kesenian silat melayu ini, antara lain: 1. Doa Tolak Bala Tempat berlatih silat dapat dilaksanakan dimana saja. Salah satu yang menjadi unsur pertimbangan untuk belajar silat adalah tempat yang lapang misalnya didalam gedung, lapangan, halaman rumah dan sebagainya. Masyarakat tradisional memandang bahwa alam merupakan bentuk masyarakat yang luas. Alam semesta dihuni oleh makhluk-makhluk lain selain manusia. makhlukmakhluk tersebut dapat mengganggu ataupun membuat kerusakan pada diri manusia. Maka disini dibutuhkan suatu sarana yang menjembatani antra ruang gaib dengan dunia manusia. Doa tolak bala, demikian masyarakat melayu menyebutnya, dirapalkan untuk menjauhkan atau menolak ganguan-ganguan  aktifitas manusia yang mungkin muncul daari makhluk makhluk halus tersebut. 2. Mandi jeruk limau Mandi merupakan aktifitas yang telah biasa dilakukan oleh masyrakat manapun. Namun sebagian masyarakat juga menempatkan mandi sebagai aktifitas yang mengiringi peristiwa-peristiwa atau momen momen sacral. Mandi yang mengiringi peristiwa atau momen sacral ini menjadikan mandi bukan aktifitas profane biasa. Masyarakat pendukungnya menyelipkan nilai-nilai atau makna dan menyakininya. Mandi-mandi tersebut dapat ditemukan didalam masyarakat antara lain, mandi safar, mandi besar , mandi kembang dan sebagainya.

Page 14

Begitu juga dengan para penggiat silat di Bintan. Mereka juga mempunyai tradisi mandi sebelum melakukan latihan silat. Mandi ini lebih ditujukan kepada murid baru yang hendak berlatih / berguru silat. Pada jenis mandi untuk silat ini disyaratkan tiap orang yang hendak berlatih silat membawa tiga buah jeruk limau. Jeruk limau itu diserahkan kepada guru yang hendak mengajarkan silat.jeruk limau yang telah terkumpul nantinya akan didoakan olehnya, namun sebelum didoakan  jeruk limau tersebut diiris-iris terlebih dahulu dengan polapola tertentu.



KEMBAL Dalam adat istiadat perkawinan Melayu Lingga terdapat tradisi membuat kembal yang dihadiahkan kepada orang-orang yang berzanji. Kembal merupakan setangkai bunga yang bertangkai buluh dan dibawahnya terdapat satu kotak kertas kecil yang berisikan bunga rampai yang harum. Kembal yang dijadikan hadiah bersama dengan bunga telur dan dicacak di dalam gelas yang berisi wajik untuk dihadiahkan kepada orang yang berzanji. Bunga kembal dan bunga telur mempunyai ukuran yang berbeda. Bunga kembal berukuran lebih kecil daripada bunga telur. Kembal bermakna ucapan terima kasih dan mempererat silaturahmi. Bahan pembuat bunga kembal dari kertas berwarna-warni, dan tangkainya dari buluh. Kotak kembal berbahan dari kertas berwarna kuning yang dibuat kotak. Di dalam kotak diisi dengan bunga rampai. Kotak yang berisi dengan bunga rampai di tusuk dengan tangkai bunga kembal sehingga terletak di bawah bunga. Setelah kembal disiapkan, dicacak di atas wajik yang berada dalam gelas kaca, bersama-sama dengan bunga telur. Setelah orang berzanji selesai, sebelum pulang mereka dihadiahkan berkat yang di dalamnya ada kembal oleh perwakilan pihak pengantin perempuan.



SYAIR BURUNG

Nyayian dengan syair yang berisi nasehat dan pedoman hidup. Syair Burung selalu dinyayikan oleh seorang vokal dengan iringan alat musik serunai. Seni ini hadir dalam adat pernikahan melayu. Sisa peninggalan Kesultanan Riau-Lingga banyak meninggalkan tamadun melayu yang sebagian masih dilestarikan. Syair burung merupakan warisan turun temurun sejak Kesultanan Riau Lingga di Daik dibuktikan banyaknya buku-buku syair tempo dahulu seperti dandan setie, jarum kelingkan, siti zubaidah dsb. Adapun syair biasanya dilakukan baik laki-laki maupun perempuan pada perayaan majelis adat maupun sehari-hari seperti menidurkan anak, mengisi waktu luang, selingan bangsawan . Tetapi syair burung ini berirama datar dan diakhir dengan kata dipertekankan. Suara penyair hendaklah lantang, merdu serta berparas jelite. Pakaian yang biasa digunakan untuk laki-laki yaitu baju kurung dan diberi  asesoris/hiasan pada baju,songkok dan baju kurung labuh untuk perempuan serta memakai tutup kepala.

Page 15



MANDI-MANDI PENGANTIN Dalam adat istiadat perkawinan Melayu, terdapat adat istiadat mandi pengantin yang dilaksanakan pada pagi hari setelah acara bersanding dan jamuan selesai. Makna dari mandi-mandi pengantin sebagai pembersiha diri lahir dan batin, semoga mendapat rahmat dan berkah dari Allah SWT,untuk menuju kehidupan rumah tangga yang bahagia lahir dan batin. Adat istiadat mandi pengantin telah lama dikenal di dalam masyarakat Melayu Lingga. Pada masa yang lampau, mandi-mandi pengantin menjadi bagian dari adat istiadat perkawinan di istana Kerajaan Lingga-Riau di Daik. Raja Ali Haji di dalam Tuhfat al-Nafis mengisahkan tentang adanya adat istiadat mandi-mandi pengantin dalam pernikahan Sultan Mahmud Muzzafar Syah (1841-1857) dengan Tengku Maimunah anak dari Tengku Besar Muhitam. Mengenai hal ini Raja Ali Haji mengisahkan, “Syahdan kemudian daripada itu maka Baginda Sultan Muhammad pun berangkatlah ke Singapura lalu mengambil paduka anakanda Baginda Raja Maimunah putera paduka kakanda baginda Tengku Besar Singapura yang telah mangkat di Teluk  Belanga, dibawanya ke Lingga. Maka lalu didudukkannya dengan puteranya Yang Dipertuan Besar Sultan Mahmud Muzzafar Syah, dikahwinkannya betapa adat istiadat raja yang besar-besar nikah kawin daripada bekerjanya dan berletak hinainya dan bersatunya dan mandi-mandi dan lainnya, serta selalulah digelarnya sekali akan paduka anakanda baginda yang perempuan itu bergelar Tengku Empuan. Maka selesailah pekerjaannya itu adanya”. (Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Riau dengan Yayasan Khazanah Melayu, 2002:310) Dalam tradisi mandi-mandi pengantin di Lingga, setelah malam bersanding-sanding, keesokan harinya, dilanjutkan dengan acara mandi-mandi. Pada acara ini orang tua pengantin laki-laki dijemput ke rumah pengantin perempuan. Begitu pula dengan tetangga dan orang tua-tua terdekat diajak juga guna menghadiri acara tersebut yang disertai dengan berdoa untuk keselamatan bersama. Doa selamat dipimpin oleh pak imam atau pak lebai yang ditunjuk. Mandi-mandi biasanya dilakukan diberanda/teras rumah ataupun dibangsal. Sebelum acara mandi-mandi dimulai terlebih dahulu diadakanlah doa selamat, karena adat dan kebiasaan orang melayu di Daik selalu mendahulukan ini sebelum melaksanakan pekerjaan. Adapun peralatan dan bahan-bahan yang digunakan pada acara mandi-mandi terdiri dari : a. Satu buah kaki batil dan talam tembaga b. Satu buah mangkok perak yang dipakai sebagai gayung, centong atau cebok c. Satu buah talam berisikan anyam-anyaman yang terbuat dari pucuk kelapa d. Satu buah tempayan kecil yang berisikan air tolak bala, sangku dan papan tolak bala e. Satu buah paha atau talam yang berisikan semangkok beras kunyit, beras basuh dan berteh padi f. Kelapa basah kulit satu buah yang telah dikupas kulitnya ( dibagian atas di buat seperti gunung/lonjong) yang dilingkar dengan benang tukal/benang bola dengan ukuran dari ujung kaki sampai kekepala sebanyak 7 kali lingkaran. Kemudian lingkaran itu dilipat kecil sehingga pas pada atas kelapa yang sudah diukirkan tadi. Yang beralaskan ceper dan dibawah kelapa yang diukir diletakkan beras putih dan padi. g. Cermin muka petak diikat dengan kedua batang lilin di kiri dan kanan h. Satu buah tepak bara i. Satu buah tempayan (kang/tempayan cap naga)

Page 16

j. Seperangkat alat tepung tawar dan bedak langi atau bedak sirih sekapur k. Dua buah kursi tempat duduk pengantin Sedangkan anyaman yang terbuat dari pucuk daun kelapa terdiri dari : a. Lidi dibuat dari pucuk kelapa b. Hutan dibuat dari daun ribu-ribu c. Siput, ulat, tanggok juga dibuat dari pucuk daun kelapa, begitu juga keris dan pedang. d. Pada bibir tempayan kang/tempayan naga dihiasi dengan daun pucuk kelapa dibuat jari-jari lipan/dianyam dan diisi dengan air bunga 5 atau 7 jenis bunga yang harum dan wangi. e. Didalam kang air dibuat anyaman seperti kelapa setandan Tata cara pelaksanaan mandi-mandi yang dilakukan oleh mak inang kepada kedua pengantin diurutkan sebagai berikut : a. Pengantin laki-laki, memakai kain batik sarung, ikat di dada atau berkemban (tidak memakai baju) b. Pengantin perempuan memakai kain batik sarung ikat di dada atau berkemban, juga tidak memakai baju. c. Setelah itu pengantin dibawa ketempat duduk atau pada kursi d. Kedua pengantin ditutup dengan kain putih atau selendang dari bahu sebatas leher e. Mak inang menaburkan beras kunyit, berteh dan beras basuh kepada kedua pengantin f. Setelah itu kedua pengantin dilangi dengan langi sirih sekapur g. Sesudah dilangi baru kedua pengantin tarik menarik ketupat lepas, yang terbuat dari anyaman dari pucuk daun kelapa dengan hitungan dari mak inang 1,2,3 sambil menyatu sebu dengan air, diulang 3 kali. Makna dari kegiatan ini adalah melambangkan bahwa segala permasalahan yang dihadapi harus diselesaikan bersama-sama. h. Setelah itu barulah berjumpa dengan titi, ulat, siput, udang dan tanggok semuanya dilakukan tarik menarik 3 kali dengan hitungan dari mak inang, ini bermakna agar kelak anak yang lahir tidak pekak dan mendengar perkataan orang tua serta terang hatinya. Akhir dari acara tarik menarik anyaman ini adalah ketupat lepas. Caranya dengan hitungan 1,2,3 oleh mak inang. Selanjutnya mak inang mengambil air bunga dari dalam kang dan menyembur kearah ketupat lepas tersebut, sebanyak 3 kali semburan. Ketupat yang lain tidak digunakan karena ia sebagai hiasan saja. Barulah ia bertemu dengan sumur, dalam arti kata sumur itu adalah tempayan yang berisikan air bunga lima atau tujuh macam bunga yang harum, serta setandan kelapa yang dibuat dari anyaman daun pucuk kelapa. Air dalam kang ini di ambil mak inang dan mak inang menyirami pengantin laki-laki 3 kali dan pengantin perempuan 3 kali. i. Setelah itu mak inang mengambil kain bugis atau kain panjang yang dijahit ujungnya, untuk dijadikan kain sarung. Kemudian kedua pengantin disarungkan dalam satu sarung. Selanjutnya pengantin disuruh berdiri, mak inang mulai mengambil benang tukal atau benang biasa yang berwarna putih, hitam atau merah tua dengan ukuran dari ibu kaki sampai ke kepala sebanyak 7 kali begitu juga dengan benang yang lain. Lalu benang tersebut disarungkan dari atas kepala lepaskan kekaki sebanyak 3 kali. Dalam pelaksanaan ini mak inang dibantu oleh dua orang pembantu untuk memegang benang, ini bermakna melambangkan persebatian suami isteri atau disebut sehidup semati senapas setali sedarah.

Page 17

j. Selesai benang tukal, barulah mak inang mengambil kaca segi empat yang berikat dengan lilin dua batang, lalu mengelilingi atau diputarkan didepan muka kedua pengantin. Dengan ucapan “Nampak atau tidak ?” kedua pengantin menjawab “Nampak”. Kalau pengantin menjawab tidak nampak ditakutkan kelak anak yang lahir akan buta (istilah yang dipakai orang tua-tua dahulu). k. Selesai berkaca, lilin yang berikat diputuskan, kemudian lilin tersebut dihidupkan untuk memutuskan benang tukal atau benang tiga warna tadi. Setelah putus, abunya kemudian diambil sedikit untuk dicoletkan pada kening kedua pengantin. Ini bermakna : berpikirlah dengan jernih sebelum melakukan sesuatu atau bertindak. l. Selesai mencoletkan abu benang tadi, mak inang menggoncangkan kelapa pada telinga pengantin dengan menggoncangkan beberapa kali. Kelapa itu haruslah kelapa yang bergoncang dengan ucapan dari mak inang “mendengar atau tidak?” jawab kedua pengantin “mendengar”. Jika dijawab “mendengar”, maknanya kelak anak yang lahir tidak pekak dan mendengar perkataan orang tua serta terang hatinya. Lalu menginjak beras putih dan padi yang terdapat di bagian bawah kelapa yang diukir tadi. m. Setelah itu mak inang minta bantu dua orang untuk membentangkan kain putih secukupnya diatas kepala kedua pengantin yang berfungsi sebagai penapis, kemudian kelapa dibelah atau dibocorkan. Air kelapa disiram di atas kain putih tadi, oleh karena itu kegiatan ini disebut mandi bertapis, ini bermakna mengharap berkah dan rahmat dari Allah SWT seperti halnya buah kelapa yang selalu bermanfaat dan melambangkan kesuburan. n. Selesai mandi air kelapa bertapis, kain putih diturunkan. Mak inang pun menyirami kedua pengantin dengan air tolak bala masing-masing 3 kali siraman. Penyiraman air tolak bala ini bermakna untuk menyatukan suami istri supaya terhindar dari mara bahaya (minta jauh dari balak). o. Setelah mandi air tolak bala pun selesai dilaksanakan maka kegiatan mandi-mandi pun selesai sudah. Mak inang memberi kain untuk mengelap badan pengantin. Selesai itu kedua pengantin masuk kedalam pelaminan atau kamar pengantin untuk bersalin pakaian yang basah. Kain yang basah dimasukkan dalam baskom/ember. Kemudian pengantin berganti dengan baju kurung biasa (lengkap dengan memakia kopiah atau songkok), sedangkan yang perempuan memakai baju kurung biasa dengan berselendang tutup kepala. Adapun makna-makna dari alat-alat yang digunakan pada saat mandi-mandi, yaitu : 1. Siput, ulat tanggok maknanya keanekaragaman serta penuh liku-liku dalam mengarungi bahtera rumah tangga demi mencapai kebahagiaan, ketentraman dan kedamaian hidup yang mawadah dan warrahmah. 2. Ulat maknanya kerja keras penuh kesabaran. 3. Siput maknanya keyakinan dan berbudi pekerti. 4. Udang maknanya bersiap-siap menghadapi rintangan hidup. 5. Tanggok maknanya mufakat. 6. Air kelapa maknanya kebersihan dan kesuburan yang penuh kesenangan. 7. Mandi bertapis maknanya mengharapkan berkah dan rahmat dari Allah SWT seperti buah kelapa yang selalu bermanfaat dan kesuburan. 8. Kain tapis maknanya perlindungan kesejukan dan dapat memilah hal yang baik dan buruk. 9. Ketupat lepas maknanya tidak ada suatu kesulitan didalam rumah tangga yang tidak dapat diselesaikan dengan hati yang jernih dan penuh kesabaran serta terlepas dari

Page 18

marabahaya. 10. Tali maknanya rintangan hidup yang selalu berdampingan, susah senang hidup dijalani bersama-sama. 11. Mengganti kain basah ke kain kering setelah mandi-mandi bermakna membuang yang kotor dan memakai yang bersih. 12. Mak inang menyarungkan kain ke dua pengantin bermakna senasib sepenanggungan, seaib dan semalu. 13. Mengalungkan benang tukal dari kepala sampai ke kaki bermakna persebatian suami isteri atau sehidup semati, senapas setali darah. 14. Tarik menarik ketupat bermakna lambang hidup bertenggangrasa antara suami isteri. 15. Tempayan yang dilengkapi dengan hiasan pucuk kelapa seperti jari-jari lipan, bermakna kemuliaan hidup dan berumah tangga demi rasa kebersamaan serasi dan kesatuan hidup yang erat. 16. Gayung atau cebok, bermakna perhimpunan yang memberikan rasa kesejukan serta kasih sayang dari keberkahan hidup. Untuk mandi-mandi besar diikuti oleh tua muda sambil bersuka ria, bersiram-siram. Didalam acara mandi-mandi bersuka ria ini, harus selalu dapat menjaga diri dan menjaga emosi supaya tidak terjadi perselisihan.



GANTUNG-GANTUNG Dalam adat istiadat perkawinan Melayu Lingga, terdapat berbagai tahapan adat istiadat yang dilaksanakan. Sebelum memulai melaksanakan acara akad nikah dan pengantin bersanding dilaksanakan adat istiadat gantung-gantung di rumah pengantin perempuan. Gantung-gantung merupakan kegiatan persiapan untuk acara majelis perkawinan dan pertanda dimulainya acara adat istiadat perkawinan. Kegiatan gantung-gantung mulai dilaksanakan satu atau dua hari sebelum akad nikah dan pengantin bersanding. Gantung-gantung dimulai pada pagi hari yang dimulai dengan pembacaan doa selamat. Setelah pembacaan doa selamat, orang-orang yang bergotong-royong membantu kegiatan gantunggantung, memulai kerja dengan mengantung tabir atau langit-langit untuk menghias rumah pengantin. Setelah menggantung tabir, atau langit-langit, seterusnya dilaksanakan pekerjaan lain seperti memasang tempat pengantin bersanding, bahan-bahan untuk hidangan para undangan, dan lain-lain. “Hakikat dari acara gantung-gantung adalah sebagai tanda dimulainya acara pernikahan dan mengharapkan kegiatan ini mendapatkan ridha dari Allah SWT”.

Adat istiadat gantung-gantung telah lama dikenal masyarakat Lingga, dan pada masa lampau telah menjadi budaya raja-raja Lingga-Riau. Bisa dilihat dari adat istiadat pernikahan leluhur Sultan Lingga, yakni Daing Celak dan Tengku Mandak dalam Salasilah Melayu dan Bugis karangan Raja Ali Haji yang dinyatakan, “Maka Bendahara pun bersabda kepada penghulu balai menyuruh menggantunggantung serta bersiap-siap alat perkakas serta mengumpulkan orang-orang Bentan akan menunggu balai, iaitu penghulu balai. Serta Temenggung pun mengumpulkan anak buahnya menyuruh ke dalam. Maka datanglah segala mereka itu masuk ke

Page 19

dalam. Maka lalulah diperintahkan Temenggung  serta penghulu balai akan anak buahnya menghiasi balai.” (Mohd. Yusuf Md. Nor, 2016:89-90) Mengenai adat istiadat gantung-gantung yang telah menjadi budaya istana Lingga-Riau dapat juga dilihat dalam Cakap-cakap Rampai-rampai Bahasa Melayu Johor karangan Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda. Kisah gantung-gantung dalam Cakap-Cakap RampaiRampai Melayu Bahasa Melayu Johor dimuat dalam kisah percakapan antara Sulaiman dengan Ismail tentang Kuasa dan Adat Raja dan Segala Menteri Besar dan Kecil di dalam Kerajaan Johor. Dalam percakapan ini, Sulaiman menyatakan “ Dan lagi sahaya dengar, yang datuk penghulu bendahara itu, apa bila raja hendak bekerja beradat istiadat, ketika hari menggantung2 di balai, maka tak dapat tiada datuk penghulu bendahari ada di balai itu, Yakah begitu ?” lalu dijawab oleh Ismail “Benar itu karena mana-2 yang kurang atau kurang elok, seperti tabir, langit-2 dan daripada kain ulas tiang, datuk penghulu bendaharilah mencukupkan; sebab dia memegang khazanah raja. Datuk Penghulu bendaharilah menyuruh Datuk Syahbandar mencari mana-2 yang kurang itu. 2. PERMAINAN RAKYAT 

CONGKAK Bahannya terbuat dari kayu dengan bentuk papan yang panjang yang dilubangi sebanyak 14 lubang sebagai anak dan 2lubang sebagai lubang induk,yang terletak diujung kiri dan ujung kanan, cara memainkannya cukup gampang, dimainkan oleh 2 orang dan pemain secara bergantian memainkan buah dengan mengisi lubang, tiap lubang diisi dan pemenangnya adalah yang berhasil mengisi buah terbanyak dilubang induk. Permainan di dulunyA dimainkan oleh anak raja, permainan ini dapat dijumpi dihampir seluruh wilayah Riau.  LAYANG – LAYANG Layang layang dibuat dari bilah bambu sebagai rangka, kemudian rangka diikat menggunakan tali atau benang kemudian rangka layang dibungkus dengan kertas atau parasut dan parasut atau kertas tadi dilukis agar kelihatan indah. Layang ini dapat dijumpai di seluruh wilayah Provinsi Riau.  MEJA PARI Meja Pari terbuat dari kayu berbentuk Bujur Sangkar atau mempunyai empat kaki. meja Pari ini mempunyai 96 kotak berlubang dibagian permukaannya. Dimainan dengan cara melempar dadu pada bagian tengah meja yang keluar pada mata dadu akan menunjukkan berapa anak pari yang dapat dimakan dengan cara menyilang. Permainan Meja Pari ini dijumpai di daerah Pesisir Riau dan Kepulauan Riau. 

STATAK Bahannya terbuat dari Batu yang pipih dan juga bisa pecahan piring atau kaca yang kemudian disebuat dengan ucak, kemudian diatas tanah dibuat garis yang dibentuk sesuai permainan, umumnya permainan ini dimainkan oleh anak perempuan. Permainan Statak ini hampir dijumpai di seluruh daerah di Riau.

 TARIK TAMBANG

Page 20

Permainan Tarik Tambang  dimainkan  oleh dua regu, dua regu bertanding dari sisi berlawanan dan semua anggota dri dua regu memegang erat sebuah tambang (tali), ditengah-tengah terdapat pembatas berupa garis. Masing-masing regu berusaha menarik tali tambang sekuat mungkin agar regu lawan dapat melewati garis pembatas, regu yang tertarik dan melewati garis pembatas dinyatakan kalah.bTaktik permainan terletak pada penempatan pemain, kekuatan tarik dan pertahanan tunpuan kaki ditanah, pada umumnya pemain dengan kekuatan paling besar ditempatkan diujung tali untuk menahan ujung tali saat bertahan atau menghentak pada saat penarikan, kini permainan tarik tambang hanya dijumpai pada saat hari perayaan kemerdekaan RI.    TEROMPA PANJANG/BAKIAK Terompa Panjang atau Bakiak adalah terompa atau selop yang panjang yang terbuat dari kayu dan tali terompanya dari karet ban yang berderet dari 3 sampai 5 kaki yang bisa memakainya. Terompa ini harus sepasang. Permainan ini bermanfaat untuk melatih kekompakan, konsentrasi serta menati pemimpin untuk melangkah sehingga selamat mencapai tujuan, permainan ini dijumpai di seluruh wilayah Riau. 



ENGRANG/SITINJAK/KAKI ANGKAU sekitar dua meter. Kemudian sekitar 50cm dari alas bambu/kayu tersebut Enggrang dibuat dari dua batang kayu atau bambu yang panjangnya masing-masing dilubangi lalu dimasukkan bambu dengan ukuran 20-30cm atau dipakukan kayu  yang berfungsi sebagai pijakan kaki. Permainan ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Untuk itu diperlukan kehati-hatian agar tidak terjatuh.Permainan ini dapat dijumpi diseluruh wilayah Riau. GASING Gasing dibuat dari kayu , kayu tersebut dikikis hingga membentuk pipih , tali gasing dibuat dari kulit kayu.. Tali Gasing umumnya memiliki panjang 1meter. Gasing dimainkan dengan 2 cara, cara pertama disebut Gasing Pangkah , yaitu dimainkan dengan melemparkannya supaya mengetuk gasing lawan, sedangkan Gasing Uri dipertandingkan dengan menguji ketahanan gasing berputar. Di Riau gasing dapat dijumpai di semua kabupaten dan kota, terutama di tempat yang memiliki banyak hutan/kayu. 3. ETNOGASTROMI 

GULAI IKAN PATIN Makanan khas dari Riau yang menjadi ikon pariwisata Riau ini mempunyai ciri khas kuahnya yang berwarna kuning dan menyiram potongan ikan patin besar. Daging ikan patin ini rendah kolesterol dan bertekstur lembut dengan rasanya yang gurih. Aroma masakan gulai ikan patin pun sangat menggugah selera.  IKAN SELAIS ASAP Makanan khas Pekanbaru Riau yang satu ini mempunyai penikmat yang cukup banyak. Letak geografis Riau yang diapit beberapa sungai membuat suplai ikan selais ini tidak pernah kurang. Ikan selais banyak diolah dengan cara asapan dan disajikan dengan sambal merah yang pedas. Daging ikan selais rasanya renyah dan khas aroma masakan Riau.  MIE LENDIR

Page 21











Makanan khas Riau beserta gambarnya ini tentunya sangat menggugah selera bukan? Mie yang juga terkenal di Batam ini mempunyai penggemar yang cukup banyak dengan kuah yang kental mirip dengan lendir. Mie lendir terdiri dari mie kuning yang direbus ditambah dengan tauge dan telur rebus. Kuah dari mie lendir ini terbuat dari kacang tanah yang dicampur dengan ubi dan bumbu-bumbu khusus lainnya. Mie lendir biasanya disantap oleh masyarakat Riau di pagi hari sebelum memulai aktifitas. LAKSE Makanan khas Riau kepulauan ini merupakan mie yang diracik dengan bumbu khas Tionghoa dan Melayu. Uniknya, bentuk mie dalam lakse ini agak bulat dan lebih tebal dari mie lainnya. Lakse merupakan bahasa sanskerta yang berarti banyak karena mie ini dibuat dan dimasak menggunakan banyak sekali jenis bumbu. BOLU KOMOJO Makanan ringan khas Riau yang satu ini dipelopori oleh Ibu Dinawati sejak tahun 1998. Kue khas Pekanbaru, Riau ini diberi nama kemojo karena berbentuk mirip dengan bunga Kamboja. Bahan dasar bolu kemojo ini adalah tepung terigu, telur, gula pasir, dan juga mentega, ditambah dengan santan dan labu kuning. Bolu kemojo ini berwarna hijau dengan tambahan taburan wijen di bagian atasnya. MIE SAGU Mie sagu adalah makanan khas Melayu Riau dan cara membuatnya dengan digoreng. Jika biasanya mie dibuat dari tepung terigu, lain halnya dengan mie sagu ini yang dibuat dari sagu sesuai dengan namanya. Ciri khas lain dari mie sagu khas Riau ini adalah adanya tambahan ikan bilis, tauge dan potongan daun kucai ketika disajikan, tentunya menambah cita rasa mie sagu menjadi lebih mantap dan lezat. KACANG PUKUL Makanan tradisional khas Riau yang satu ini bertekstur dan mempunyai rasa yang mirip dengan kacang enting-enting jawa. Makanan yang biasa dijadikan oleh oleh ini rasanya manis dan sangat enak, cocok di lidah orang Indonesia. Meskipun manis tapi kacang pukul bagan siapi-api ini tidak membuat eneg siapapun yang memakannya karena olahan bumbu yang khusus dan khas dari Riau. NASI LEMAK Makanan khas Riau bernama nasi lemak ini biasanya dijadikan menu sarapan oleh kebanyakan orang Melayu. Nasi lemak dihidangkan bersama dengan lauk pauk seperti ikan teri goreng, sambal, tempe, tahu, kacang panjang, kacang tanah, sate, telur, daging, olahan seafood, limpa, dan juga ditambah dengan petai, cabai, dan juga irisan mentimun. Di Pekanbaru, hampir setiap rumah makan akan menyediakan menu nasi lemak ini.

 CINCALOK

Page 22











Cincalok selain terkenal di Riau, juga terkenal di Kalimantan Barat. Makanan ini berbahan dasar udang yang difermentasikan. Udang yang digunakan untuk membuat cincalok berasal dari genus acutes sebagaimana dikutip dari laman wikipedia. Proses pembuatannya cukup lama dan rumit sehingga tidak setiap orang bisa membuat sajian cincalok sebagaimana seharusnya dibuat dalam berbagai tahapan yang harus dilalui. ES AIR MATA PENGANTIN Makanan dan minuman khas Riau ini namanya unik ya. Es air mata pengantin dulunya hanya disajikan saat ada perayaan acara kebahagiaan seperti pernikahan. Karena es ini disajikan ditengah orang-orang yang berbahagia, maka dinamakan es air mata pengantin. Es air mata pengantin ini rasanya segar dan nikmat. Dalam segelas es air mata pengantin, berisi biji selasih, blewah, es batu serut dan sirup. ES LAKSAMANA MENGAMUK Makanan khas Riau dan sejarahnya ini cukup terkenal dan konon katanya dulu ada seorang laksamana yang mengamuk di sebuah kebun kuwini atau sejenis buah mangga dengan daging yang lembut dan aromanya harum karena istrinya telah dibawa kabur. Untuk melampiaskan emosinya, sang laksamana kemudian menghempaskan pedangnya ke segala penjuru hingga banyak buah kuwini yang jatuh dan juga rusak. Setelah itu para warga mengumpulkan buah yang jatuh untuk diolah dengan santan dan gula, hingga jadilah minuman bernama es laksamana mengamuk ini. Es ini memiliki cita rasa manis dan legit. ES LANCANG KUNING Terbuat dari buah mangga. Cara membuat es ini pun cukup mudah. Pertama potong buah mangga menjadi kotak-kotak secukupnya. Sisanya diblender dan ditambah gula serta susu. Setelah jus jadi, masukkan mangga yang telah dipotong dan tambahkan nata de coco. KOPI HAWAI Kopi hawai bisa kamu temui di sebuah kedai kopi yang terletak di daerah Kijang Bintan. Konon katanya, kopi disini diolah dengan cara yang berbeda dari kopi lainnya. Bagi kamu pecinta kopi, wajib datang kesini untuk mencicipi dan melihat cara mengolah kopi ini. ES SIRUP MAK INANG Es sirup mak inang merupakan minuman yang terdiri dari campuran air dan potongan buah nanas yang diolah dengan cara dimasak hingga mendidih. Setelah itu ditambah potongan buah apel dan agar-agar. Agar lebih nikmat tambahkan juga sirup jeruk koprok, selasih, gula, dan tentunya es batu.

4. ETNOMEIDISIN Praktik etnomedisin merupakan warisan budaya tradisional Melayu yang sangat berharga dan perlu dipelajari. Berbagai ramuan yang berasal dari alam sekitar digunakan dalam praktek pengobatan tradisional.

Page 23

Salah satu cara untuk mengetahui praktik etnomedisin adalah melalui pengkajian manuskrip tentang obat-obatan tradisional Melayu. Berbagai praktik etnomedisin dalam masyarakat Melayu telah dituliskan oleh Raja Haji Ahmad ibni Raja Haji Hasan (Raja Haji Ahmad Tabib) di Pulau Penyengat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ramuan, cara pengobatan, dan kepercayaan dalam praktik etnomedisin yang terkandung dalam manuskrip tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kritik teks. Hasil penelitian menemukan berbagai ramuan yang berasal dari unsur flora dan fauna digunakan untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Berbagai teknik pengobatan juga diciptakan dalam proses pengobatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa berbagai ramuan yang dipadukan dengan kepercayaan dipandang memiliki kekuatan untuk menyembuhkan penyakit. masyarakat seperti apa yang patut dimakan oleh golongan tertentu. Jenis Penyakit dan Cara Pengobatan 1).Pegal, Linu, dan Tidak Enak Badan Ramuan tradisional yang digunakan untuk mengobati penyakit pegal, linu, letih, dan tidak enak badan adalah bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang terdiri atas daun bunga tanjung, daun meransi (daun tumbuhan palm), daun rambutan, dan daun cikorau yang biasanya tumbuh di persawahan. Ramuan dibuat dengan cara merebus keempat jenis daun tersebut di sebuah panci besar tertutup rapat sampai mendidih. Setelah mendidih, panci diangkat dan orang yang sakit harus diselimuti serapat mungkin. Si sakit kemudian dihangatkan tubuhnya dengan uap air rebusan obat. Hal ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut selama setengah jam hingga si sakit dapat mengeluarkan keringat. Sebelum melakukan pengobatan ini, biasanya juru sembuh akan memantrai si sakit. Khasiat obat ini sama dengan mandi uap, yakni agar si sakit menjadi segar kembali. 2).Bengkak, Sejenis Bisu Ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah buah kemiri yang dibakar. Kemudian mengambil isi kemiri tersebut dan digosokkan di tempat yang licin, misalnya kaca, sehingga mengeluarkan minyak. Minyak kemiri tersebut kemudian dioleskan ke sekeliling tempat yang sakit. 3).Cacingan Ramuan untuk mengobati cacingan adalah kelapa tua, bawang merah, dan limau sandai. Cara pengobatannya yaitu dengan memeras kelapa tersebut untuk diambil santannya, bawang merah diiris kemudian diperas dan dicampur dengan air perasan daun limau sundai. Ketiganya diaduk menjadi satu. Setelah itu juru sembuh akan membacakan mantra “tuju golang-golang” pada air obat itu dan diminumkan kepada si sakit selama tiga kali berturut-turut.

Page 24

4).Demam Akibat Tersapa Setan Dalam keyakinan masyarakat Pangean, jika seseorang mengalami demam, panas, dan kepalanya pusing, maka orang itu dipercaya telah tersapa setan. Ramuan yang digunakan untuk penyakit ini adalah dua irisan tipis kunyit. Kemudian masing-masing irisan diberi mantra lalu dioleskan ke kening serta ditempelkan pada pelipis kiri dan kanan. Sisa potongan kunyit dioleskan ke semua kuku tangan dan kaki. 5).Panu Penyakit panu dapat diobati dengan ramuan yang terdiri atas gelinggang laut (sejenis tumbuhan perdu), jahe, dan ditambah minyak tanah. Cara pengobatannya adalah menggosokkan gelinggang laut di tempat yang sakit saat mandi sampai kulit berwarna kemerah-merahan. Pengobatan tersebut dilakukan secara rutin, dan biasanya dalam waktu tiga hari penyakit panu akan sembuh. Sedangkan penggunaan jahe untuk mengobati penyakit panu adalah jahe tersebut digiling hingga halus dan dicampur minyak tanah. Ramuan tersebut dioleskan pada tempat yang sakit pada waktu mandi. 6).Kurap Pengobatan tradisional penyakit kurap dilakukan dengan menggunakan daun kayu racun yang merupakan sejenis tumbuhan perdu. Daun ini ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan kapur sirih. Pengobatan dilakukan dengan mengoleskan ramuan tersebut setelah mandi. 7).Sakit Perut Sakit perut yang dimaksud di sini adalah perut tiba-tiba terasa mulas. Ramuan yang dipakai untuk mengobati penyakit ini adalah bawang putih dan jahe ditumbuk halus, kemudian dicampur dengan air masak yang hangat. Ramuan tersebut diminum beberapa kali hingga sakit perut hilang. 8).Luka Ringan Ramuan untuk mengobati luka ringan adalah daun sungkai. Daun tersebut dikunyah atau ditumbuk hingga lumat dan ditempelkan ke tempat yang luka. Cara yang lain adalah menggunakan arang yang menempel pada wajan yang digunakan untuk memasak sayur-sayuran. Arang tersebut diambil dan dioleskan pada bagian yang luka. 9).Obat Mata Penyakit mata dapat diobati dengan lima helai daun sirih yang dicuci hingga bersih kemudian ditempat ke dalam mangkuk kecil yang berisi air bersih. Kemudian mata dicelupkan ke dalam air tersebut sambil berkedip-kedip sehingga kuman dan kotoran yang ada di dalam mata terdorong ke luar. 10).Gatal-gatal Ramuan untuk mengobati penyakit gatal-gatal adalah terong yang dipotong-potong kemudian digosokkan ke bagian yang gatal.

Page 25

11).Demam Panas Ramuan yang digunakan untuk mengobati demam panas adalah daun bunga sepatu. Daun bunga ini diremas-remas hingga keluar airnya yang seperti lendir. Remasan daun tersebut kemudian ditempelkan di kening orang yang sakit hingga panasnya turun. 12).Batuk Seratus Hari Penyakit ini dapat diobati dengan menggunakan daun sirih yang dikunyah bersama gula enau dan airnya ditelan hingga beberapa kali atau hingga air yang terkandung dalam daun sirih tersebut habis. 13).Terkilir Cara mengobati sakit ini dengan ramuan tradisional adalah dengan menggunakan akar pohon pisang sembatu dan daun bunga bakung. Akar pisang sembatu dibakar hingga layu, kemudian diurutkan pada bagian yang terkilir dan bengkak. Sedangkan daun bunga bakung dipanggang hingga layu lalu diolesi minyak kelapa. Daun tersebut kemudian ditempelkan pada bagian yang terkilir ketika masih hangat. 14).Sakit Pinggang Ramuan untuk mengobati sakit pinggang adalah rebusan daun kumis kucing. Cara membuat ramuan ini adalah, daun kumis kucing direbus dalam air yang mendidih, kemudian airnya diminum sebanyak tiga kali sehari. 15).TBC Obat tradisional untuk penyakit TBC adalah daun waru yang diremas-remas dan airnya dimasak sebanyak setengah gelas. 16).Sakit Gigi Pengobatan tradisional untuk orang yang menderita sakit gigi dapat dilakukan dengan menggunakan getah tangkai pepaya yang dioleskan dan dimasukkan ke dalam lubang gigi yang sakit. Cara lain untuk mengobati sakit gigi adalah dengan menggunakan daun kecubung. Cara pengobatannya, daun kecubung direndam kemudian dimasukkan ke dalam tempurung yang berlubang pada bagian bawahnya. Tempurung tersebut kemudian ditaruh sebatang bambu sebesar jari telunjuk sepanjang 20 cm. Bambu tersebut dihubungkan ke lubang gigi sehingga uap buah kecubung akan mengalir ke gigi yang berlubang tersebut dan menghilangkan dan mematikan kuman pada gigi itu.

Page 26

D. Sistem Kepemimpinan 1. Model kepemimpinan Sejarah telah membuktikan bahwa kepemimpinan raja-raja masyarakat Melayu pernah mengalami masa kejayaannya. kepemimpinan dalam tradisi Melayu saat itu sudah memiliki jati diri yang kuat, mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, berdaya tahan tinggi dan berperan aktif dalam kesinambungan kehidupan bangsa. Sejarah Melayu juga banyak mencatatkan kearifan kepemimpinan dalam perspektif budaya Melayu. Sehingga ditengah krisis kepemimpinan yang melanda negeri ini, sebenarnya tradisi budaya Melayu sejak dahulu telah menawarkan model kepemimpinan yang kiranya pas untuk Indonesia di tengah masalah yang kerap dihadapi saat ini. Kepemimpinan transformasional berkaitan dengan nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran (perubahan), seperti kejujuran, keadilan dan tanggung jawab.Jadi model kepemimpinan tradisi Melayu masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, karena model kepemimpinan tradisinya adalah transformasional, yang diharapkan bisa membawa perubahan kearah yang lebih baik. 2. pemilihan pemimpin Seorang pemimpin dalam tradisi Melayu adalah sosok manusia yang lebih daripada lainnya, sakti, kuat, gigih, dan tahu banyak hal. Para pemimpin juga merupakan manusia-manusia yag jumlahnya sedikit, namun perannya dalam suatu komunitas (suku, bangsa, negara) merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak dicapai. Kejayan seorang pemimpin diukur sekaligus diuji yang dapat dipertanggung jawabkannya di dunia dn akhirat. Di dalam karya Raja Ali Haji yang berjudul " Tsamarat al-Muhimmah" (1858) menjelaskan, kepemimpinan merupakan konsep tritunggal melayu-islam . pemilihan pun sesuai dengan hukum islam berdasarkan al-Quran dan sunnah nabi, tentunya dengan memenuhi syarat sebagai berikut (1) Hifzh , yaitu memiliki ingatan yang baik. (2) Fahm , yaitu memiliki pemahaman yang benar terhadap berbagai perkara. (3) Fikr , yaitu tajam pikiran dan luas wawasannya. (4) Iradat , yaitu menghendaki kesejahteraan, kemakmuran, dan kemajuan untuk seluruh golongan masyarakat. (5) Nur , yaitu menerangi negeri dengan cinta atau kasih sayang. 3. Marwah pemimpin Dalam khazanah politik Melayu, pemimpin didefinisikan sebagai orang yang diberi kelebihan untuk mengurusi kepentingan orang banyak. Arti raja atau penguasa bagi orang Melayu dimaknai lewat pepatah lama berikut ini: Yang didahulukan selangkah Yang ditinggikan seranting Yang dilebihkan serambut Yang dimuliakan sekuku

Page 27

Pepatah tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa seorang raja haruslah sosok manusia yang dapat dijangkau oleh rakyat biasa. Penguasa harus berada di tengahtengah rakyatnya, mengerti kondisi warganya, dan tahu apa yang diinginkan oleh mereka. Raja bukanlah dewa yang tak tersentuh oleh manusia, melainkan sosok yang hanya diberi kelebihan. Bukan hanya itu saja , keberadaan raja adalah sebuah keniscayaan. “Raja itu umpama akar, dan rakyat adalah pohon. Jikalau tidak ada akar, maka pohon tidak dapat berdiri”. Sebuah ungkapan mengenai pentingnya seorang pemimpin. Dan pada masa kerajaan Melayu terdapat raja-raja yang berjaya dan mampu membawa kerajaannya pada masa keemasan. 4.Pergantian pemimpin Kepemimpinan dalam masyarakat melayu memiliki mekanisme pergantin , pemimpin itu harus diganti bukan ditukar. Sebab dengan diganti terbuka peluang yang mengganti akan lebih baikdari yang digantikan. Adapun syarat pergantian ini ada 4, yaitu : 1. Lapuk, yakni sudah tua atau uzur dimakan usia, sehingga tidak memadai lagi kemampuannya untuk memimpin. Pemimpin itu memerlukan orang yang kuat jasmani dan rohani. 2. Zalim, yakniorang yang melakukan kezaliman dalam masa kepemimpinannya, sehingga warga masyarakat merugi atau menderita. 3. Meninggal dunia, kepemimpinan tidak boleh terikat pada diri seseorang. Sebab itu ketika pemimpin itu meninggal maka harus ada yang menggantikannya. 4. permintaan pemimpin, apabila pemimpin itu mengajukan untuk mengundurkan diri karena merasa tidak mampu atau karna alasan lain seperti kesehatan atau karena pertimbangan keagamaan hendak mengambil jalan sufi dalam hidupnya.

Page 28

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kebiasaan hidup berpola masyarakat melayu riau menjadi kan masyarakat memiliki tatanan hidup bermasyarakat yang lebih tertata mulai dari adatnya, hukum adatnya,cara berkehidupan nya sampai sistem kepemimpinan di dalam diri seorang pemimpin juga sudah diatur. Itulah yang menyebabkan masyarakat Melayu Riau mampu berkembang dan memiliki dasar yang kuat dalam menjalani kehidupan B. Saran Dalam penulisan makalah ini tim penulis menyadari bahwa, penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.

Page 29

Daftar Pustaka Takari, M. (2015). Muhammad Takari bin Jilin Syahrial Program Studi Etnomusikologi FIB USU dan. September, 1–24 https://riauone.com/riau/Kepemimpinan-Ideal-Dalam-Tradisi-Melayu https://hukum.uma.ac.id/2021/01/31/hukum-adat-adalah/ https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/02/200000269/peraturanperundang-undangan-jenis-dan-hierarkinya

Page 30

Related Documents