Makalah Covid-19

  • Uploaded by: Lisa
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Covid-19 as PDF for free.

More details

  • Words: 4,527
  • Pages: 21
Loading documents preview...
M A K A L A H C O V I D - 1 9

NAMA/ NIM

: 1. Ratna Putri Aulia / J310180184 2. Umi Nafsul M /J310180191 3. Qotrunnada NS / J310180192 4. Lisa Sefriana / J310180196

KELAS

: 4/ C

MATA KULIAH

: BIOLOGI

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) (Kemenkes RI. 2020). COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS (Kemenkes RI. 2020). Sampai saat ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia mencatat ada 686 orang positif COVID-19, sembuh 30 orang, dan meninggal 55 orang. Jumlah terpapar COVID-19 di Indonesia tersebut tersebar di 24 provinsi. Sedangkan total terpapar COVID-19 di dunia yaitu 334.981 kasus terkonfirmasi, 14.652 kematian, dan angka CFR sebesar 4,37%. China menjadi Negara dengan kasus COVID-19 terbanyak, kemudian Italia, dan Indonesia berada di urutan 12 negara dengan situasi memprihatinkan coronavirus ini (COVID-19). Namun orang yang lebih tua, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung, atau tekanan darah tinggi) tampaknya lebih rentan untuk menderita sakit parah. Petugas kesehatan yang merawat pasien yang terinfeksi COVID-19 berisiko lebih tinggi dan harus konsisten

2

melindungi diri mereka sendiri dengan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat. Masa inkubasi virus COVID-19 adalah 14 hari. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Dalam membantu dan berkontribusi mengurangi laju wabah korona, Indonesia menerapkan melalui social-distancing yaitu disiplin dalam menjaga jarak. Sejumlah pusat pendidikan, tempat pariwisata, dan kegiatan-kegiatan diliburkan hingga keadaan kembali kondusif. 1. 2 Rumusan Masalah 1.

Apa definisi COVID-19 ?

2.

Bagaimana struktur dan anatomi COVID-19 ?

3.

Bagaimana penyebaran COVID-19 ?

4.

Bagaimana karakteristik COVID-19 ?

5.

Bagaimana diagnosis COVID-19 ?

6.

Bagaimana pencegahan COVID-19 ?

7.

Bagaimana deteksi dini penyebaran COVID-19?

8.

Bagaimana pengobatan COVID-19?

9.

Bagaimana cara menyikapi wabah corona sesuai ajaran Islam?

1. 3 Tujuan 1.

Untuk mengetahui definisi COVID-19.

2.

Untuk mengetahui struktur dan anatomi COVID-19.

3.

Untuk mengetahui penyebaran COVID-19.

4.

Untuk mengetahui karakteristik COVID-19.

5.

Untuk mengetahui diagnosis COVID-19.

6.

Untuk pencegahan diagnosis COVID-19.

7.

Untuk mengetahui deteksi dini penyebaran COVID-19.

8.

Untuk mengetahui pengobatan diagnosis COVID-19.

9.

Untuk mengetahui cara menyikapi wabah corona sesuai ajaran Islam.

3

BAB 2 ISI 2. 1 Definisi Coronavirus (COV) adalah satu untai RNA virus dengan diameter 80120nm. Hal ini dibagi menjadi empat jenis: α-coronavirus (α-COV), βcoronavirus (β-COV), δ-coronavirus (δ-COV) dan γ-coronavirus (γ-COV) [Chan JF, et al. 2013]. Enam coronaviruses sebelumnya diketahui menyebabkan penyakit di manusia, SARS-CoV-2 adalah anggota ketujuh dari keluarga coronavirus yang menginfeksi manusia mahluk hidup setelah SARS-CoV dan MERS-CoV [Zhu N, et al. 2020]. 2. 2 Struktur genetik dan mekanisme patogenik SARS-CoV-2 SARS-CoV-2, seperti SARS-CoV dan MERS-CoV, milik βcoronavirus. Urutan genom Homologi SARS-CoV-2 dan SARS adalah sekitar 79%, yang 2019-nCoV lebih dekat ke SARS-like Bat CoVs (MG772933) daripada SARS-CoV [Wu A, et al. 2020], yang merupakan keturunan dari SARS-seperti kelelawar CoVs. Menariknya, untuk tinggi kesamaan reseptor-binding domain (RBD) di Spike-protein, beberapa analisis mengungkapkan bahwa SARS-CoV-2 menggunakan angiotensionmengkonversi enzim 2 (ACE2) sebagai reseptor, sama seperti sebagai SARS-CoV [Hoffmann M, et al. 2020]. Coronavirus terutama mengakui reseptor yang sesuai pada sel target melalui S protein pada permukaannya dan masuk ke dalam sel, kemudian menyebabkan terjadinya Infeksi. Analisis model struktur menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 berikatan ACE2 dengan di atas 10 lipatan afinitas yang lebih tinggi daripada SARS-CoV, tetapi lebih tinggi dari ambang batas yang diperlukan untuk virus infeksi [Wrapp D, et al. 2020]. Mekanisme rinci tentang apakah SARS-CoV-2 akan menginfeksi manusia melalui pengikatan S-protein ke ACE2, seberapa kuat interaksi untuk risiko penularan manusia, dan bagaimana SARS-CoV-2 menyebabkan mekanisme patologis kerusakan organ masih belum diketahui, yang membutuhkan lebih banyak studi untuk menguraikan. Hasil ini lebih lanjut menjelaskan lebih cepat kemampuan transmisi SARS-CoV2 pada manusia daripada SARS-CoV, dan jumlah dikonfirmasi COVID-19 4

jauh lebih tinggi daripada orang dengan infeksi SARS-CoV. Mengingat afinitas yang lebih tinggi dari SARS-CoV-2 mengikat ACE2, ACE2 larut mungkin calon potensial untuk COVID-19 pengobatan. 2. 3 Transmisi SARS-CoV-2 Studi epidemiologi sebelumnya telah membuktikan bahwa ada tiga kondisi untuk penyebaran luas virus, yaitu sumber infeksi, rute transmisi, dan kerentanan. Tidak ada pengecualian untuk SARS-CoV-2. Dari sudut pandang sumber infeksi, Kelelawar dianggap sebagai tuan rumah alami SARS-CoV-2, sementara pangolins dan ular dianggap sebagai tuan rumah perantara. Studi Institut Pasteur dari Shanghai menunjukkan bahwa kelelawar mungkin menjadi tuan rumah alami SARS-CoV-2. Selanjutnya, studi Universitas Peking [Ji W, et al. 2020] menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 mungkin disebabkan oleh ular. Namun, kemudian studi [Zhang C, et al . 2020] menemukan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ular adalah tuan rumah SARS-CoV-2. Studi dari Wuhan Institute of virologi menunjukkan bahwa kesamaan urutan gen antara SARS-CoV-2 dan Bat coronavirus setinggi 96,2% oleh teknologi pengurutan [Zhou P, et al. 2020] Hal ini juga menyiratkan bahwa kelelawar adalah sumber yang mungkin SARS-CoV-2. Selain itu, Xu. et al. [Xu X, et al. 2020] menunjukkan bahwa kesamaan SARS-CoV-2 terisolasi dari trenggiling dan strain virus saat ini menginfeksi manusia setinggi 99% menggunakan pengurutan makrogenom, pendeteksian biologis molekuler yang membutuhkan lebih banyak studi untuk menguraikan. Hasil ini lebih lanjut menjelaskan lebih cepat kemampuan transmisi SARS-CoV-2 pada manusia daripada SARS-CoV, dan jumlah dikonfirmasi COVID-19 jauh lebih tinggi daripada orang dengan infeksi SARS-CoV. Mengingat afinitas yang lebih tinggi dari SARS-CoV-2 mengikat ACE2, ACE2 larut mungkin calon potensial untuk COVID-19 pengobatan.

5

2. 4 Karakteristik klinis infeksi SARS-CoV-2 COVID-19 menghasilkan infeksi virus akut pada manusia dengan masa inkubasi median 3,0 hari [Guan W-j, et al. 2020], yang mirip dengan SRAS dengan periode inkubasi berkisar antara 2 – 10 hari [Chan PK, et al. 2020]. Fitur yang menyajikan infeksi COVID-19 pada orang dewasa diucapkan. Menampilkan fitur pada orang dewasa diucapkan. Gejala klinis yang paling umum dari Infeksi SARS-CoV-2 adalah demam (87,9%), batuk (67,7%), kelelahan (38,1%), sedangkan diare (3,7%) dan muntah (5,0%) jarang [Yang Y,et al. 2020], yang mirip dengan yang lain coronavirus. Kebanyakan pasien memiliki beberapa tingkat nafas yg sulit pada presentasi, karena waktu dari onset gejala untuk pengembangan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) hanya 9 hari antara pasien awal dengan infeksi COVID-19 [Huang C, et al. 2020]. Selain itu, pasien yang parah rentan untuk berbagai komplikasi, termasuk sindrom gangguan pernapasan akut, cedera jantung akut dan infeksi sekunder [Chen N, et al. 2020]. Sudah ada beberapa bukti bahwa COVID-19 dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ selain paru. Dalam sebuah studi 214 COVID-19 pasien, 78 (36,4%) pasien memiliki manifestasi neurologis [Mao L, et al. 2020]. Selain itu, sudah ada bukti infeksi permukaan okular pada pasien dengan COVID-19, dan SARSCoV-2 RNA terdeteksi dalam sekresi mata pasien [Ai T, et al. 2020]. Beberapa pasien COVID-19 memiliki aritmia, cedera jantung akut, gangguan fungsi ginjal, dan fungsi hati yang abnormal (50,7%) di tiket masuk [Li Z, et al. 2020]. 2. 5 Diagnosis SARS-CoV-2 Deteksi asam nukleat virus adalah standar untuk diagnosis noninvasif dari COVID-19. Namun, pendeteksian asam nukleat SARS-CoV-2 yang ada saat ini sangat tinggi spesifisitas dan rendah sensitivitas, sehingga mungkin ada negatif palsu dan waktu pengujian bisa relative lama. Novel Coronavirus pneumonia diagnosis dan rencana pengobatan (versi trial 5) mengambil "dugaan kasus dengan fitur pencitraan pneumonia" sebagai kriteria diagnostik klinis di Hubei Propinsi. Tapi edisi keenam kriteria

6

diagnostik menghilangkan perbedaan antara Hubei dan Provinsi lain di luar Hubei [PRC NHCot. 2020]. Salah satu alasannya mungkin untuk membedakan flu dari COVID19. Selain itu, Zhang F dari MIT mengembangkan sebuah makalah uji untuk deteksi cepat SARS-CoV-2 dalam satu jam oleh SHERLOCK teknologi. Meskipun verifikasi klinis telah belum dilakukan, teknologi ini, sekali terbukti, mungkin kondusif untuk diagnosis cepat penyakit [Feng Zhang OOA, dkk. 2020]. Sebuah kelompok penelitian Universitas Peking mengaku telah mengembangkan metode untuk pembangunan yang cepat dari perpustakaan pengurutan transcriptome dari SHERRY, yang membantu untuk pengurutan cepat dari SARS-CoV-2 [Di L, et al. 2020]. 2. 6 Pencegahan SARS-CoV-2 Sejauh ini, tidak ada pengobatan antivirus tertentu atau vaksin untuk SARS-CoV-2. Dan klinis pengobatan COVID-19 terbatas untuk dukungan dan perawatan paliatif sampai sekarang. Oleh karena itu, mendesak untuk mengembangkan vaksin COVID-19 yang aman dan stabil. Dr. Tedros, Direktur Jenderal WHO, mengatakan bahwa novel coronavirus vaksin ini diharapkan akan siap dalam 18 bulan. Sebagai tambahan SARS-CoV-2 adalah virus RNA. Vaksin terkait virus RNA, termasuk campak, polio, ensefalitis B virus dan virus influenza, bisa menjadi alternatif yang paling menjanjikan. Dan transmisi interpersonal virus dapat dicegah dengan imunisasi pekerja perawatan kesehatan dan penduduk yang tidak terinfeksi [Zhang L, Liu Y.2020]. Penelitian telah menunjukkan bahwa Vitamin C dapat mencegah kerentanan infeksi saluran pernapasan bawah tertentu kondisi [Hemila H. 1997], sementara COVID-19 dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang lebih rendah. Oleh karena itu, moderat jumlah suplemen vitamin C mungkin menjadi cara untuk mencegah COVID-19. Selain itu, penurunan kadar vitamin D dan vitamin E pada ternak dapat menyebabkan infeksi Bovine coronavirus [Nonnecke BJ, dkk. 2014]. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi yang tepat vitamin D dan vitamin E dapat meningkatkan ketahanan kita terhadap SARS-CoV-2.

7

Pasien dengan penyakit dasar utama, terutama mereka yang mengidap penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung coroner dan tumor, lebih rentan terhadap SARS-CoV-2 dan risiko mereka prognosis buruk akan meningkatkan secara signifikan setelah infeksi, karena mereka memiliki kekebalan sistemik rendah sebagai akibat dari penyakit itu sendiri dan perawatan [Liang W, et al. 2020]. Oleh karena itu, sangat penting untuk meningkatkan resistensi diri. 2. 7 Deteksi Dini Penyebaran COVID-19 2.7.1

Pasien dalam Pengawasan (PDP) 1.

Seseorang yang mengalami: a.

Demam (≥380C) atau ada riwayat demam,

b.

Batuk/ Pilek/ Nyeri tenggorokan,

c.

Pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/atau gambaran radiologis

Perlu waspada pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda menjadi tidak jelas. Dan disertai minimal satu kondisi sebagai berikut: a.

Memiliki riwayat perjalanan ke China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit) dalam waktu 14 hari sebelum timbul gejala.

b.

Merupakan petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berat yang tidak diketahui penyebab/etiologi penyakitnya, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian

2.

Seseorang dengan ISPA ringan sampai berat dalam waktu 14 hari sebelum sakit, memiliki salah satu dari paparan berikut: a.

Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi 2019-nCoV; ATAU

8

b.

Bekerja

atau

mengunjungi

fasilitas

kesehatan

yang

berhubungan dengan pasien konfirmasi 2019-nCoV di China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit. c.

Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah teridentifikasi) di China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit)

d.

Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan ATAU kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan (ada hubungan epidemiologi) dan memiliki (demam ≥380C) atau ada riwayat demam.

2.7.2

Orang dalam Pemantauan Seseorang yang mengalami gejala demam/ riwayat demam tanpa pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke China atau wilayah/negara yang terjangkit, dalam waktu 14 hari dan tidak memiliki satu atau lebih riwayat paparan (Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi 2019-nCoV; Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi 2019-nCoV di China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit)*, memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah teridentifikasi) di China atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit). Termasuk Kontak Erat adalah: a.

Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat perawatan khusus

b.

Orang yang merawat atau menunggu pasien di ruangan

c.

Orang yang tinggal serumah dengan pasien

d.

Tamu yang berada dalam satu ruangan dengan pasien

9

2.7.3

Kasus Probabel Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk 2019-nCoV tetapi inkonklusif (tidak dapat disimpulkan) atau seseorang dengan dengan

hasil

konfirmasi

positif

pan-coronavirus

atau

beta

coronavirus. 2.7.4

Kasus Konfirmasi Seseorang yang terinfeksi 2019-nCoV dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif (Kemenkes RI. 2020).

2. 8 Pengobatan COVID-19 Saat ini, tidak ada pengobatan antivirus khusus terhadap COVID-19. Pasien umumnya menerima perawatan suportif untuk menghilangkan gejala. Perlu dihindari pengobatan antimikroba yang tidak bertanggung jawab atau tidak pantas, terutama dikombinasi dengan antimikroba spektrum luas. 2.8.1 Terapi a.

Menentukan lokasi terapi sesuai tingkat keparahan penyakit Kasus terduga dan terkonfirmasi harus diisolasi dan ditangani di rumah sakit rujukan dengan kondisi isolasi yang efektif dan yang protektif. Kasus-kasus terduga harus ditangani di ruangan terpisah, sedangkan kasus terkonfirmasi dapat diterima dalam satu ruangan (ward) yang sama.

b.

Kasus-kasus kritis harus dirawat di ICU sesegera mungkin

2.8.2 Terapi Umum 1.

Istirahatkan pasien di tempat tidur, tingkatkan terapi suportif, dan pastikan nutrisi yang adekuat. Jaga keseimbangan air dan elektrolit untuk memelihara stabilitas kondisi internal. Awasi dengan cermat tanda vital, saturasi oksigen, dan sebagainya.

2.

Evaluasi darah rutin, urin rutin, CRP, indikator biokimiawi (enzim hati, enzim miokardial, fungsi ginjal, dan sebagainya), fungsi koagulasi, analisa gas darah arteri, rontgen dada, dan sebagainya sesuai kondisi pasien. Jika memungkinkan, lakukan tes sitokin.

10

3.

Berikan terapi oksigen yang tepat dan efektif secara terukur, antara lain nasal kanul, masker oksigen, terapi nasal oksigen aliran tinggi.

4.

Terapi Antiviral: Berikan nebulisasi alfa-interferon (5 juta unit atau setara per kali untuk dewasa, tambahkan 2 mL sterile water untuk

injeksi,

inhalasi

aerosol

dua

kali

per

hari);

lopinavir/ritonavir (200 mg/50 mg per kapsul, 2 kapsul setiap kali, dua kali per hari untuk dewasa, lama terapi harus ≤ 10 hari); ribavirin (dianjurkan kombinasi dengan interferon atau lopinavir/ritonavir, 500 mg per kali untuk dewasa, disuntikkan 2-3 kali per hari secara intravena, lama terapi harus ≤10 hari). Klorokuin fosfat (500 mg untuk dewasa, dua kali per hari, lama terapi harus ≤10 hari), Arbidol (200 mg untuk dewasa, tiga kali per hari, lama terapi harus ≤10 hari). Waspadai efek samping seperti diare, mual, muntah, dan kerusakan hati terkait lopinavir/ritonavir, serta interaksi yang berbahaya dengan obat lain. Efek obat yang dicobakan saat ini harus dievaluasi lebih lanjut selama pemakaian klinis. Penggunaan tiga atau lebih jenis antivirus secara bersamaan tidak dianjurkan dan terapi medikamentosa yang relevan harus dihentikan jika terjadi efek samping yang tak tertahankan. 5.

Terapi Antibakteri: Hindari penggunaan antibiotik yang tidak selektif atau tidak tepat terutama dalam kombinasi dengan antibiotik spektrum luas.

2.8.3 Terapi Kasus Parah dan Kritis 1.

Prinsip Terapi: Terapi dilakukan secara simptomatik, aktif mencegah komplikasi, juga terapi penyakit yang menyertai, mencegah infeksi sekunder, dan memberi dukungan (support) fungsi organ secara tepat.

2.

Alat Bantu Pernafasan a.

Terapi Oksigen: Pasien yang parah harus diberikan inhalasi oksigen dengan masker maupun kateter nasal. Dievaluasi

11

secara berkala apakah gangguan pernafasan (respiratory distress) dan/atau hipoksemia berkurang. b.

Terapi Oksigen Kateter Nasal Aliran Tinggi atau Ventilasi Mekanis Non-Invasif: Saat gangguan pernapasan dan/atau hipoksemia tidak berkurang dengan terapi oksigen standar, harus dipertimbangkan terapi oksigen kateter nasal aliran tinggi atau ventilasi noninvasif. Jika kondisi tidak membaik atau bahkan memburuk dalam waktu singkat (1-2 jam), segera lakukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik invasif.

c.

Ventilasi Mekanik Invasif: Gunakan strategi ventilasi pelindung paru-paru (lung protective ventilation), yang berarti volume tidal kecil (4-8 mL/kg berat ideal) dan tekanan inspirasi rendah (tekanan platform < 30 cm H2O) pada ventilasi mekanis untuk mengurangi cedera paru terkait ventilator. Pada beberapa pasien, sinkronisasi manusia-mesin tidak tersedia, dan sedatif maupun relaksan otot harus digunakan secara tepat.

d.

Terapi Penyelamatan (salvage treatment): Untuk pasien dengan ARDS parah, dianjurkan untuk melakukan ekspansi paru. Jika memungkinkan, lakukan ventilasi posisi prone (prone position ventilation) selama lebih dari 12 jam per hari. Bila dengan ventilasi posisi prone hasilnya buruk, segera pertimbangkan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) jika kondisi memungkinkan.

3.

Bantuan Sirkulasi: Prinsipnya resusitasi cairan yang adekuat, perbaiki mikrosirkulasi, gunakan obat vasoaktif, dan lakukan pemantauan hemodinamik bila perlu.

4.

Terapi plasma konvalesen: sesuai untuk terapi kasus yang berkembang cepat, kasus parah dan kasus kritis. Pemberian terapi dan dosis mengacu pada Rencana Terapi Plasma Klinis

12

untuk Penyakit Virus Corona 2019 Penyembuhan selama Pemulihan (Edisi Pertama Tentatif). 5.

Perawatan Lainnya Berdasarkan tingkat keparahan gangguan pernapasan dan perkembangan rontgen dada, glukokortikoid dapat digunakan dalam jangka waktu pendek (3-5 hari) sesuai kebutuhan. Dianjurkan metilprednisolon dengan dosis tidak melebihi 1-2 mg/kg/hari. Perlu diperhatikan bahwa glukokortikoid dengan dosis yang lebih tinggi akan menunda klirens coronavirus akibat efek imunosupresif; Injeksi Xuebijing (obat tradisional Cina) dapat diberikan sebagai terapi dengan dosis 100 mL/hari secaraintravena, dua kali sehari; persiapan mikroekologi dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mikroekologi usus dan mencegah infeksi bakteri sekunder; jika memungkinkan pertukaran plasma (plasma exchange), absorbsi, perfusi, penyaringan darah/plasma dan teknologi pemurnian darah ekstrakorporeal lainnya harus dipertimbangkan untuk kasus kritis dengan reaksi inflamasi parah(Liang, dkk. 2019). Kecemasan dan ketakutan umum terjadi pada banyak pasien, oleh karena itu konseling psikologis harus diperkuat (Liang, dkk. 2019).

2. 9 Cara menyikapi wabah corona sesuai ajaran Islam a.

Senantiasa meminta perlindungan kepada Allah. Virus corona adalah makhluk sebagaimana makhluk-makhluk Allah lainnya, dan ia tidaklah bergerak kecuali atas perintah dan izin Allah ta’ala yang menciptakannya. Oleh karenanya, kita berlindung dari wabah ini kepada Allah sebelum kita berlindung kepada kemampuan diri kita sendiri atau kemampuan makhluk lainnya. Ingatlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penjaga. Allah berfirman yang artinya:

13

“Maka Allah adalah sebaik-baiknya penjaga dan Dialah Maha Penyayang di antara para penyayang”. (QS Yusuf, Ayat 64). Berlindung kepada Allah ini bisa dilakukan dengan senantiasa membaca doa-doa pelindung yang bersumber dari Al-Qur’an seperti surat Al-Falaq dan surat An-Nas ataupun dari doa-doa yang bersumber dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, seperti doa yang dianjurkan untuk dibaca di pagi dan petang hari:

“Dengan nama Allah yang tidak membahayakan dengan namaNya segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, dan Ia lah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Doa ini berdasarkan sabda Nabi shallahu alaihi wasallam, bila diamalkan oleh seorang hamba di pagi dan petang hari masing-masing sebanyak tiga kali, maka niscaya tidak akan membahayakannya segala sesuatu apapun yang ada di atas muka bumi ini. b.

Berikhtiar dengan melakukan pencegahan. Di samping berlindung kepada Allah, tentunya sebagai seorang manusia kita juga harus berikhtiar dengan melakukan usaha-usaha pencegahan agar virus ini tidak menular kepada diri kita atau kepada orang-orang yang kita sayangi. Ikhtiar ini bisa dilakukan dalam skala individu maupun skala berjamaah. Ikhtiar dalam skala individu dilakukan dengan mengikuti cara-cara yang dianjurkan oleh para ahli dalam bidang ini, seperti rutin menjaga kesehatan, rutin mencuci tangan, rutin memakan dari makananmakanan yang baik, rutin memakai masker dikeramaian, serta menghindari keluar rumah dan berkumpul di tempat keramaian bila tidak diperlukan. Adapun ikhtiar dalam skala berjamaah, maka bisa dilakukan dengan cara melakukan pencegahan-pencegahan agar virus ini tidak merambah ke skala yang lebih luas lagi seperti melakukan isolasi kepada mereka-mereka yang terkena virus atau mereka yang tercurigai terkena virus. Dan ikhtiar ini hendaklah dilakukan oleh pihak-pihak

14

yang berwenang. Hal ini berdasarkan makna hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi: “Apabila kalian mendengar tentangnya (wabah penyakit) di sebuah tempat, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, dan bila kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar daripadanya sebagai bentuk lari daripadanya”. (HR.Bukhari dan Muslim). c.

Bertawakkal kepada Allah. Setelah melakukan ikthtiar-ikhtiar yang ada, maka pada akhirnya semua kita serahkan kepada Allah. Kita tawakkalkan diri kita kepadaNya. Karena hidup dan mati kita sebagai seorang hamba semua berada di tanganNya. Allah berfirman: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”. (QS Al-An’am, Ayat 162) Dan perlu kita ketahui bahwa seorang hamba akan tetap hidup bilamana memang ajalnya belum datang, bahkan bila virus corona ataupun virus lainnya yang lebih ganas daripada itu menjangkitinya, namun bila memang sudah ajalnya, jangankan virus corona atau yang lebih dari itu, bahkan digigit semut pun seseorang bisa mati jikalau memang ajalnya telah tiba. Ajal seseorang pasti datang, namun pertanyaannya adalah apakah yang telah kita persiapkan dari amalan saleh menyambut ajal tersebut? Semoga Allah menutup hidup kita dengan husnul khotimah.

d.

Yakin kepada Allah akan kesembuhan. Bila ada di antara kita yang ditakdirkan oleh Allah tertimpa penyakit ini, maka yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya penyembuh karena Ia lah Tuhan Yang Maha Penyembuh. Dan yakinlah juga bahwa tidak ada penyakit yang Allah turunkan, kecuali ada juga obat yang diturunkan bersamanya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

15

“Sesungguhnya Allah ketika menciptakan penyakit maka ia menciptakan penyembuhnya, maka berobatlah”. (HR. Ahmad (no:12186) dan dihasankan oleh Imam Albani). Demikianlah beberapa kiat-kiat dalam menyikapi wabah virus corona ini, dan yang terakhir, mari kita berdoa kepada Allah agar supaya Ia senantiasa menjaga diri kita, keluarga kita, kerabat kita dan orang-orang yang kita sayangi dari terkena wabah virus ini. Mari kita juga berdoa kepada Allah agar Ia senantiasa menjaga negeri kita dan juga negerinegeri kaum muslimin lainnya dari wabah penyakit mematikan ini. Dan tak lupa juga kita sisipkan doa-doa terbaik kita kepada mereka saudarasaudara kita yang sedang diuji dengan virus ini agar supaya Allah segera menyembuhkan mereka dari penyakit ini.

16

BAB 3 PENUTUP 3. 1 Kesimpulan SARS-CoV dan MERS-CoV, masuk dalam jenis β-coronavirus. Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019. Penelitian menjelaskan lebih cepat kemampuan transmisi SARS-CoV-2 pada manusia daripada SARS-CoV, dan jumlah dikonfirmasi COVID-19 jauh lebih tinggi daripada orang dengan infeksi SARS-CoV. Saat ini, tidak ada pengobatan antivirus khusus terhadap COVID-19. Studi epidemiologi sebelumnya telah membuktikan bahwa ada tiga kondisi untuk penyebaran luas virus, yaitu sumber infeksi, rute transmisi, dan kerentanan. Pasien dengan penyakit dasar utama, terutama mereka yang mengidap penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung coroner dan tumor, lebih rentan terhadap SARS-CoV-2 dan risiko mereka prognosis buruk akan meningkatkan secara signifikan setelah infeksi, karena mereka memiliki kekebalan sistemik rendah sebagai akibat dari penyakit itu sendiri dan perawatan. Sudah ada beberapa bukti bahwa COVID-19 dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ selain paru. Gejala yang tampak biasanya seperti demam (≥380C) atau ada riwayat demam, Batuk/ Pilek/ Nyeri tenggorokan dan lain-lain bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala apapun yang sudah terinfeksi oleh virus ini. Pasien umumnya menerima perawatan suportif untuk menghilangkan gejala. 3. 2 Saran Dengan adanya Indonesia menerapkan melalui social-distancing yaitu disiplin dalam menjaga jarak dalam membantu dan berkontribusi mengurangi laju wabah korona, Sejumlah pusat pendidikan, tempat pariwisata, dan kegiatan-kegiatan diliburkan hingga keadaan kembali kondusif. Perlu dihindari pengobatan antimikroba yang tidak bertanggung

17

jawab atau tidak pantas, terutama dikombinasi dengan antimikroba spektrum luas. Dan juga dapat melakukan terapi-terapi untuk mengurangi adanya penularan

ataupun

penanganan

yang

lebih

serius

yaitu

dengan

mengkonsumsi vitamin C dapat mencegah kerentanan infeksi saluran pernapasan

bawah

tertentu

kondisi,

sementara

COVID-19

dapat

menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang lebih rendah. Oleh karena itu, moderat jumlah suplemen vitamin C mungkin menjadi cara untuk mencegah COVID-19. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi yang tepat vitamin D dan vitamin E juga dapat meningkatkan ketahanan kita terhadap SARS-CoV-2.

18

DAFTAR PUSTAKA Ai T, Yang Z, Hou H, Zhan C, Chen C, Lv W, et al. Correlation of Chest CT and RT-PCR Chan JF, To KK, Tse H, Jin DY, Yuen KY. Interspecies transmission and emergence of novel viruses: lessons from bats and birds. Trends Microbiol. 2013;21:544-55. Chan PK, Tang JW, Hui DS. SARS: clinical presentation, transmission, pathogenesis and treatment options. Clinical science (London, England : 1979). 2006;110:193-204. Chen N, Zhou M, Dong X, Qu J, Gong F, Han Y, et al. Epidemiological and clinical characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study. Lancet (London, England). 2020;395:507-13. Di L, Fu Y, Sun Y, Li J, Liu L, Yao J, et al. RNA sequencing by direct tagmentation of RNA/DNA hybrids. 2020;117:2886-93. Feng Zhang OOA, Jonathan S. Gootenberg. A protocol for detection of COVID19 using CRISPR diagnostics. 2020. Guan W-j, Ni Z-y, Hu Y, Liang W-h, Ou C-q, He J-x, et al. Clinical characteristics

of

2019

novel

coronavirus

infection

in

China.

2020:2020.02.06.20020974. Hemila H. Vitamin C intake and susceptibility to pneumonia. Pediatr Infect Dis J. 1997;16:836-7. Hoffmann M, Kleine-Weber H, Krüger N, Müller M, Drosten C, Pöhlmann S. The novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) uses the SARS-coronavirus receptor ACE2 and the cellular protease TMPRSS2 for entry into target cells. bioRxiv. 2020:2020.01.31.929042. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet (London, England). 2020;395:497-506. Ji W, Wang W, Zhao X, Zai J, Li X. Homologous recombination within the spikeglycoprotein of the newly identified coronavirus may boost cross-

19

species transmission from snake to human. Journal of medical virology. 2020. Li Z, Wu M, Guo J, Yao J, Liao X, Song S, et al. Caution on Kidney Dysfunctions of 2019-nCoV Patients. 2020:2020.02.08.20021212. Liang W, Guan W, Chen R, Wang W, Li J, Xu K, et al. Cancer patients in SARSCoV-2 infection: a nationwide analysis in China. Lancet Oncol. 2020. Liang X, Zijian F, Liming L. Guidance for Corona Virus Disease 2019: Prevention,Control, Diagnosis, and Management.RRC.ISBN. Mao L, Wang M, Chen S, He Q, Chang J, Hong C, et al. Neurological Manifestations of Hospitalized Patients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective case series study. 2020:2020.02.22.20026500. Nonnecke BJ, McGill JL, Ridpath JF, Sacco RE, Lippolis JD, Reinhardt TA. Acute phase response elicited by experimental bovine diarrhea virus (BVDV) infection is associated with decreased vitamin D and E status of vitamin-replete preruminant calves. J Dairy Sci. 2014;97:5566-79. PRC NHCot. The Novel Coronavirus Pneumonia Diagnosis and Treatment Plan (5th trial version). 2020. Testing in Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in China: A Report of 1014 Cases. Radiology. 2020:200642. Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, et al. Clinical Characteristics of 138 Hospitalized Patients With 2019 Novel Coronavirus-Infected Pneumonia in Wuhan, China. JAMA. 2020. Wrapp D, Wang N, Corbett KS, Goldsmith JA, Hsieh CL, Abiona O, et al. CryoEM structure of the 2019-nCoV spike in the prefusion conformation. Science (New York, NY). 2020. Wu A, Peng Y, Huang B, Ding X, Wang X, Niu P, et al. Genome Composition and Divergence of the Novel Coronavirus (2019-nCoV) Originating in China. Cell host & microbe. 2020. Xu X, Chen P, Wang J, Feng J, Zhou H, Li X, et al. Evolution of the novel coronavirus from the ongoing Wuhan outbreak and modeling of its spike protein for risk of human transmission. Sci China Life Sci. 2020.

20

Yang Y, Lu Q, Liu M, Wang Y, Zhang A, Jalali N, et al. Epidemiological and clinical features of the 2019 novel coronavirus outbreak in China. 2020:2020.02.10.20021675. Zhang C, Zheng W, Huang X, Bell EW, Zhou X, Zhang Y. Protein structure and sequence re-analysis of 2019-nCoV genome does not indicate snakes as its intermediate host or the unique similarity between its spike protein insertions and HIV-1. 2020:2020.02.04.933135. Zhang L, Liu Y.2020, Potential Interventions for Novel Coronavirus in China: A Systematic Review. Journal of medical virology. 2020 Zhou P, Yang XL, Wang XG, Hu B, Zhang L, Zhang W, et al. A pneumonia outbreak associated with a new coronavirus of probable bat origin. Nature. 2020. Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019. The New England journal of medicine. 2020. https://www.madaninews.id/10610/kiat-menyikapi-wabah-corona-sesuai-ajaranislam.html

21

Related Documents

Odi Covid19
January 2021 1
Sop Imunisasi Covid19
March 2021 0
Makalah
February 2021 2

More Documents from "Wilda Nurkhalisah"