Makalah Dasar-dasr Ilmu Pendidikan "upaya Pembaharuan Masalah Pendidikan"

  • Uploaded by: insan setio
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Dasar-dasr Ilmu Pendidikan "upaya Pembaharuan Masalah Pendidikan" as PDF for free.

More details

  • Words: 4,602
  • Pages: 25
Loading documents preview...
MAKALAH DASAR-DASR ILMU PENDIDIKAN “UPAYA PEMBAHARUAN MASALAH PENDIDIKAN” Dra. Zuwirna, M.Pd,

OLEH Kelompok 6 : 1. Anri Ahmadi Harahap

(19016008/ 2019)

2. Anibar Susanti

(19020075/ 2019)

3. Dian Kamilia

(19016012/ 2019)

4. Insan Setio

(19065036/ 2019)

5. Meilisa Lusita

(19005071/ 2019)

6. Nini Yuwida Sari

(19002021/ 2019)

7. Pricilia Eveline Rizky

(19002024 / 2019)

8. Helza Mayonva

(19065034/2019)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, menyusun dan menyajikan makalah DasarDasar Ilmu Pendidikan ini yang berisi tentang Islam dan Kebudayaan. Taklupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi. Sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas matakuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Penulisan menyadari bahwa dalam penyusunan makalah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya. Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah DasarDasar Ilmu Pendidikan ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan, sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.

Padang, 17 November 2019

Penulis Kelompok 6

DAFTAR ISI 1

KATA PENGANTAR.......................................................................................

i

DAFTAR ISI.....................................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................

3

A.Latar Belakang.............................................................................

3

B.Batasan Masalah...........................................................................

3

C.Tujuan Masalah............................................................................

3

PEMBAHASAN..............................................................................

5

A.Perubahan Kurikulum ................................................................

5

B.Pengelolaan Pendidikan Inovatif rinsip........................................

13

C.Pengembangan Pendidikan Luar..................................................

14

D.Inovasi dalam Pendekatan Pembelajan…………………………

17

BAB III PENUTUP........................................................................................

19

A.Kesimpulan...................................................................................

19

BAB II

2

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

3

20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak lahiriah setiap manusia.Hal ini sudah dijamin oleh Negara yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Pasal 31 tentang Pendidikan Nasional. Oleh karena itu setiap warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama dalam memperoleh Pendidikan, dan Pemerintah wajib menyediakan kegiatan dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kebutuhan Pendidikan warga Negara. Namun begitu, sangat banyak permasalah pendidikan yang terjadi pada sekarang ini, mulai dari tidak meratanya pendidikan di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan, kurang sejahteranya profesi guru, dan kurangnya kompetensi guru sebagai tenaga kependidikan. Hal tersebut seakan saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki porsi yang sama dalam masalah pendidikan nasional. Semakin berkembangnya zaman, maka perkembangan teknologi ikut berkembang pesat pula, yang bisa juga menjadisalah satu faktor yang dapat mengurangi permasalahan pendidikan.Namun, perkembangan TIK bukan saja membawa manfaat, tapi juga kelemahan yang dapat membuat masalah baru di dunia pendidikan kita. B. Batasan Masalah 1. Bagaimana perubahan kurikulum dari masa ke masa atau dari waktu ke waktu? 2. Bagaimana pengelolaan pendidikan inovatif (SD kecil, SD pamong, SMP T, SMA T, UT, dll) ? 3. Bagaimana pengembangan Pendidikan Luar Sekolah (Kejar Paket A, Paket B, Paket C, Kursus, Diklat, dll) ? 4. Bagaimana Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran?

C. TujuanPenulisan 1.Mengetahui perubahan kurikulum dari masa ke masa dan dari waktu ke waktu?

4

2.Mengetahui pengelolaan pendidikan inovatif (SD kecil, SD pamong, SMP T, SMA T, UT, dll) ? 3.Mengetahui pengembangan Pendidikan Luar Sekolah (Kejar Paket A, Paket B, Paket C, Kursus, Diklat, dll) ? 4.Mengetahui bagaimana Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran?

5

BAB II PEMBAHASAN A. Perubahan Kurikulum Pengertian Kurikulum 1. Kurikulum dalam arti sempit atau tradisional Dalam arti sempit atau tradisional, kurikulum sebagai a course, as a specific fixed course of study, as in school or college, as one leading to a degree.24 Dalam pengertian ini, kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat. Carter V. Good mengemukakan pengertian kurikulum adalah a systematic group of course or subject required for graduation in major field of study.25

Kurikulum merupakan

sekumpulan mata pelajaran atau sekwens yang bersifat sistematis yang diperlukan untuk lulus atau mendapatkan ijazah dalam bidang studi pokok tertentu. Robert Zaiz berpendapat curriculum is a resources of subject matters to be mastered.26 Kurikulum adalah serangkaian mata pelajaran yang harus dikuasai. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disajikan guru kepada siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat. Pengertian kurikulum ini, saat sekarang, sama dengan “rencana pelajaran di sekolah, yang disajikan guru kepada murid.” Arieh Levy mengemukakan, kurikulum semacam ini, tidak lebih dari daftar singkat mengenai sasaran dan isi pendidikan yang diajarkan di sekolah atau program silabus atau pokok bahasan yang akan diajarkan.27 Dalam hubungan ini, Paul Langrand mengemukakan, kurikulum seperti di atas mempunyai kaitan hanya sedikit pada kehidupan, terlepas dari kenyataan yang konkret, sehingga terjadi jurang antara pengalaman dan pendidikan, dan tidak adanya segala macam bentuk tanya jawab atau keikut-sertaan murid di dalam proses pendidikan.28 2. Kurikulum dalam arti luas atau modern Kurikulum dalam pengertian ini bukan sekedar sejumlah mata pelajaran, tetapi mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas. Yakni, sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan. Pendapat para ahli di bawah ini mencerminkan pengertian kurikulum di atas, antara lain: 1) Ronald Doll mengemukakan bahwa kurikulum ... all the experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school.29 Kurikulum meliputi semua pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah bantuan atau 6

bimbingan sekolah. 2) William B. Ragan mengartikan kurikulum ... all the experiences of children for which the school accepts responsibility.30 Kurikulum adalah semua pengalaman murid di bawah tanggung jawab sekolah. 3) Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty mendefinisikan kurikulum all of the activities that are provided for student by the school constitute, its curriculum.31 Kurikulum adalah segala kegiatan yang dilaksanakan sekolah bagi murid-murid. Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan, kurikulum adalah semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru. Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah bahwa semua kegiatan yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan di dalam kelas. Misalnya, kegiatan dalam mengikuti proses belajar mengajar (tatap muka), praktek keterampilan, dan sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan pramuka, wisata karya, kunjungan ke tempattempat wisata/sejarah, peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan sejenisnya. Bahkan, semua kegiatan yang berhubungan dengan pergaulan antara murid dengan guru, murid dengan murid, murid dengan petugas sekolah, dan pengalaman hidup murid sendiri. Tegasnya, pengertian kurikulum ini mengandung cakupan yang luas, karena meliputi semua kegiatan murid, pengalaman murid, dan semua pengaruh, baik fisik maupun non fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan murid. Kurikulum dalam pengertian rencana belajar bersamaan arti dengan pengajaran. Artinya, kurikulum itu banyak berkaitan dengan rencana dan cita-cita yang ingin dicapai, sedangkan pengajaran terletak pada perwujudan atau pelaksanaan rencana itu dalam kegiatan belajarmengajar. Itulah sebabnya, pengembangan kurikulum sama artinya dengan pengembangan pengajaran. Perbedaan kurikulum dengan pengajaran terletak bukan pada implementasinya, melainkan pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan tujuan, isi, dan metode yang lebih luas, sedangkan yang lebih sempit menjadi tugas pengajaran. Dengan kata lain, kurikulum berhubungan dengan apa yang ingin dicapai (tujuan), sedangkan pengajaran berkaitan dengan bagaimana mencapai tujuan itu (prosedur). 1.kurikulum 1968 Kurikulum pada periode Orde Lama (sebelum 1966) masih dalam mancari bentuk yang khas nasional. Sejak merdeka hingga ditetapakn UU No.4 Tahun 1950 tentang pendidikan di sekolah, pendidikan kita masih ada pada tahap penyempurnaan kurikulum masa penjajahan (Belanda dan Jepang). Sejarah (pendidikan) mencatat bahwa pada era Orde Lama (tahun 19501965) materi pelajaran yang utama adalah tujuh bahn pokok (indokrinasi). Kurikulum secara 7

keseluruhan terus dibenahi sehingga lahirlah kurikulum pertama dalam system pendidikan di negara RI ini, dikenal dengan kurikulum terurai (separated subject matter curriculum), karena mata pelajarannya banyak tetapi satu sama lain terpisah-pisah. 2.kurikulum 1975 Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976, dengan catatan bahwa bagi sekolah-sekolah yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu, diperkenalkan melaksanakannya mulai tahun 1975. (dalam dalam Syafril dan Zen, Zelhendri Syafril, 2017:190 dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) dijelakan ada delapan cirri-ciri khusus kurikulum 1975 yaitu: a) Mengatur pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus mengetahui dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap murid didalam menyusunan rencana kegiatan belajar mengajar dan membimbing murid untuk melaksanakan rencana tersebut. b) Menganut pendekatan yang integrative, dalam arti setiap pelajaran dan bidnag pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang lebih akhir. c) Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini bukan hanya dibebankan kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila didalam pencapainnya, melainkan juga kepada bidang pelajaran ilmu pengetahuan

sosial (sejarah, geografi, dan ekonomi) dan

pendidkan agama. d) Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, daya, dan waktu yang tersedia. Jam-jam sekolah hendaknya dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak mungkin dicapai diluar situasi sekolah (guru-murid, serta fasilitas dan media pendidikan). e) Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pelajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). f) Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi, agama, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan, di samping Moral Pancasila, yang tujuannya untuk mencapai sinkronisasi dan integritas pelajaran-pelajaran yang sekelompok. g) Pendekatan dalam strategi pelajaran memandang situasi belajar mengajar sebagai suatu sitem yang meliputi komponen-komponen tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, alat pembelajaran, alat evaluasi, dan metode pembelajaran. 8

h) System evaluasi, dilakukan penilaian kepada murid-murid pada setiap akhir satuan pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai murid-murid pada setiap akhir satuan pembelajaran. Tidak hanya itu saja, (dalam Syafril dan Zen dan Zelhendri, Syafril, 2017:192 dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) juga dijelaskan mengenai prinsip-prinsip kurikulum 1975. Adapun prinsip-prinsipnya yaitu: a).Prinsip fleksibilitas program, b).Prinsip efisiensi dan efektivitas, c).Prinsip berorientasi pada tujuan, dan d).Prinsip kontiunitas, dan e).Prinsip pendidikan seumur hidup. a. Prinsip fleksibilitas program Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program harus mengingat factor-faktor

ekosistem dan kemampuan pemerintah, masyarakat,

serta orangtua untuk menyediakan dana bagi kelansungan bidang studi tersebut. b. Prinsip efisiensi dan efektivitas Yang dimaksud dengan prinsip efesiensi adalah efisiensi dalam penggunaan waktu, pendayagunaan dana, dan tenaga secara optimal. Waktu murid-murid belajar di sekolah hanya enam jam sehari. Waktu jam pelajaran yang tersedia hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Didalam menetapakan pelajaran harus pula dipertimbangkan bahwa murid tersebut mempunyai batasanbatasan kesanggupan untuk memusatkan pikiran sebab kalau mereka sudah terlalu lelah, pikiran dan perhatian kurang terpusat. Akibatnya membuang-buang tenaga dan waktu. Jadi, hasil belajar mereka kurang memuaskan. Dengan kata lain, proses belajar mereka lakukan tidak berjalan secara efekif. c. Prinsip berorientasi pada tujuan Kurikulum 1975 berorientasi kepada tujuan mulai dari tujuan yang sangat umum sampai kepada tujuan yang khusus. Hirearki tujuan menurut kurikulum 1975 yaitu: 1) Tujuan umum ialah tujuan pendidikan nasional 2) Tujuan instruksional adalah tujuan untuk setiap lembaga

tingkatan

pendidikan, seperti tujuan SD, SLTP, dan SLTA. 3) Tujuan kurikuler adalah tujuan untuk setiap bidang studi seperti tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia, PMP, PSPB, IPA. 9

4) Tujuan instruksional adalah tujuan setiap pokok bahasan (satuan bahasa). Contoh: pada bidang studi keterampilan, murid dapat menjelaskan cara mengolah tanah. d. Prinsip kontiunitas GBHN menyatakan, pendidikan adalah proses yang berlansung seumur hidup. Sekolah dasar dan sekolah menengah ,(pertama dan atas) adalah sekolahsekolah umum, yang masing-masing fungsinya dinyatakan dalam tujuan instruksional. Namun, kurikulum satu jenjang pendidikan dengan yang di atasnya berhububungan secar hierarkis (hubungan vertical). Oleh karena itu, dlaam menyusun kurikulum, ketiga jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu dihubungkan secar hierarkis dan fungsional. Bagi suatu bidang pelajaran yang menganut pendekatan spiral, seperti pelajaran sejarah atau kewarganegaraan, perluasan, dan pendalaman suatu pokok bahasan dari tingkat pendidikan satu tingkat ketingkat berikutnya harus disusun secara beraencana dan sistematis. Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang disusun untuk setiap bidnag studi diajarakan secara integral dangan maksud agar jelas perbedaan antara pokok bahasan yang kelihatannya sama, diberikan di SD dan SLTP. e. Prinsip pendidikan seumur hidup Pendidikan yang diterima anak disekolah memberikan dasar/bekal untuk belajar seumur hidup, sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan pengertahuan, keterampilan, serta pengembangan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan kehidupannya. 3.Kurikulum 1984 Salah satu upaya perbaiakan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan melalui perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah dalam lingkungan Departemen P dan K. Perbaikan kurikulum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0461/U/1983 tanggal 23 Oktober 1983. (dalam Syafril dan Zen dan Zelhendri, Syafril, 2017:192 dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) dijelaskan ada empat karakteristik kurikulum 1984 yaitu : a). Landasan pengembangan, b). Prinsip pengembangan, c). Kegiatan kurikulum, dan d). Pendekatan dalam proses belajar mengajar. 10

a). Landasan pengembangan yang termasuk kedalam landasan pengembangan yaitu: 1. Nilai dasar (basic value)sebgai landasan pengembangan kuikulum ini adalah pancasila dan UUD 1945. Karena pancasila merupakan asas dan dasar negara bangsa kita, maka setiap upaya pembenahan kurikulum harus bersumber pada pancasila. 2. Fakta empiris dapat dicari dari sumber ketentuan yang berlaku (GBHN), hasil penelitian dan pengembangan, dan hasil penilaian kurikulum. 3. Segi teroritis berarti pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan adanya perkembangan, teori-teori ilmu pengertahuan dan teknologi. b). Prinsip pengembangan yang termasuk kedalam Prinsip pengembangan yaitu: 1. Prinsip relevansi mengacu pada upaya penyesuian kurikulum dengan kebutuhan anak dan lingkungan, baik fisik maupun sosial. 2. Pendekatan pengembangan (developmental approach) mengharuskan adanya penilian kurikulum perlu dilakukan secara terus-menerus. Hasil penelitian tersebut mengarahkan pada perbaikan terus-menerus yang diadakan, sementara kurikulum diterapakan. 3. Perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dan berubah. Pendidikan perlu memperhatikan hal itu. Dalam mengahadapi hidup digunakan sebagai prinsip pengembangan pendidikan seumur hidup. 4. Pengembangan kurikulum mendasarkan diri pada suatu prinsip keluwesan, mengingat situasi, kondisi, dan kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa perangkat program kurikulum perlu disesuaikan oleh pelaksanaaanya menurut keadaan setempat. 5. Guna tercapai tujuan secara tepat digunkan prinsip efektivitas. c). Kegiatan kurikulum yang termasuk kedalam Kegiatan kurikulum yaitu: 1. Ada tiga bentuk kegiatan kurikuler yaitu : intrakulikuler, kokurikuler, dan ekstrakulikuler. Kegiatan ini sangat penting artinya bagi kegiatan belajar mengajar, penilaian, dan system kredit. 2. Kegiatan intrakulikuler dilaksanakan sesuai dengan struktur program. Pelaksanaanya di sekolah dan seluruh kegiataannya. 11

3. Kegiatan kokulikuler di luar struktur program. Tujuannya untuk memberikan perluasan dan pengalaman terhadap apa yang telah dipelajarinya dalam kegiatan intrakulikuler. 4. Kegiatan ektrakulikuler terutama ditunjukkan untuk keperluan pembinaan bakar dan prestasi siswa. d). Pendekatan dalam proses belajar mengajar proses Belajar Mengajar (PBM) adalah pendekata keterampilan proses yang diwujudkan dalam bentuk Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pada dasarnya pendekatan ini memberikan penekanan yang sama beratnya bagi proses belajar dengan hasil belajar. Dengan demikian, proses belajar mengajar lebih banyak mengacu pada bagaimana seseorang belajar, selain apa yang dia pelajari tanpa mengabaikan ketuntasan belajar dengan memperhatikan kecepatan belajar siswa. 4.Kurikulum 1994. Untuk memperbaiki kurikulum mutu pendidikan selam pemerintahan Orde Baru, antara lain dilaksanakan berbagai upaya perbaikan kurikulum. Dimulai dari kurikulum 1968, kurikulum 1984, kurikulum 1994 yang disempurnakan, disederhanakan, dan disesuaikan. Semua itu memiliki cirri-ciri dan pendekatan yang berbeda. Cirri yang membedakan kurikulum 1994 dengan kurikulum sebelumnya yaitu, ada pada pelaksanaan tentang pendidikan tentang pendidikan dasar Sembilan tahun, memberlakukan kurikulum muatan local serta menyempurnakan tiga kemampuan dasar membaca, menulis, dan menghitung (3M) yang fungsional. Tujuan kurikulum muatan local antara lain untuk mendekatkan peserta didik dengan lingkungan, untuk menerapkan ilmu pengetuan yang diterima di sekolah dalam kehidupan peserta didik sehari-hari sehingga peserta didik terbiasa berfikir kritis dan analisis, untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaaan daerah, untuk menanama rasa cinta terhadap lingkungan peserta didik, dan untuk mengembangkana potensi peserta didik sesuai dengan lingkungannya. 5.Kurikulum Suplemen. Kurikulum yang berlaku (kurikulum 1994) mendapatkan tanggapan, kritik, dan saran dari para praktisi, pakar, ahli, serta masyarakat. Tanggapan masyarakat mengenai kurikuler semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kebutuhan masyarakat. Tanggapan dan 12

kritik

pada umumnya berkenaan dengan padatnya isi kurikulum seperti banyaknya mata

pelajaran dan substansinya dari setiap mata pelajaran, materi yang kurang sesuai, baik dengan tahap perkembangan anak maupun dengan kebutuhan pembangunan nasional dan IPTEK. 6.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pengertian kurikulum sangat banyak sekali tergantung situasi dan objek pendukungnya. Namun hakikat implementasi kurikulum dapat diberikan pemahaman pada materi, isi atau informasi (pengetahuan) yang diajarkan di sekolah. Pendekatan ini dikenal dengan kurikuum berbasiskan pengetahuan (knowledge based curriculum). Adapun kurikulum yang menekankan pada pencapaian kemampuan yang dikuasi oleh siswa, di mana materi atau pengetahuan diperlukan sebagai alat dalam pencapaian kemampuan. Artinya kurikulum merupakan serangkaian pemberian pengalaman belajar, secara autentik kepada setiap siswa di sepanjang hayantnya baik yang diberikan melalui berbagai kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Pendekatan ini dikenal dengan kurikulum yang berbasiskan kemampuan atau kompetensi (competency based curriculum), kemudian di kenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Pengetahaun dapat dilihat dari fakta, konsep materi yang bersifat informative, sedangkan keterampilan ditinjau secara akademik, sosial, dan vaksional. Kemudian sikap dapat diukur dari nilai dan norma yang ada. 7.Kurikulum 2006 (KTSP). Perkembangan kurikulum di Indonesia selalu berubah-ubah, dalam pendidikan masa ini kurikulum yang dipakai yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan angin segar bagi dunia pendidikan dasar dan menengah. KTSP dimaknai sebagai kurikulum operasioanal yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Meskipun sekolah diberi kelonggaran untuk menyusun kurikulum, namun tetap harus memperhatikan rambu-rambu panduan KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hal ini diharapkan agar selalu ada sinkonisasi antara standard isi dan masing-masing KTSP.Sudah sering dikemukakan oleh barbagai kalangan, ketidaklogisan KTSP terjadi karenan seolah diberikan kebebasan untuk mengolaborasikan kurikulum inti yang dibuat Depdiknas, tetapi evaluasi nasional oleh pemerintah dengan melalui Ujian Nasional (UN) justru yang palin menentukan kelulusan siswa. 13

8. Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi yang sudah dimuai sejak tahun 2004. Kurikulum 2013 lebih menekankan kepada penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang menuntut siswa dapat melakukan aktivitas belajar yang menggunakan 5M. Disamping itu, kurikulum 2013 lebih menyempurnakan perumusan kompetensi inti yang akan dituju dalam pembelajaran dalam satu kesatuan yang terpadu secara lebih nyata. B. Pengelolaan Pendidikan. Pembaruan pengelolaan pendidikan secara eksplisit dicantumkan pada UU Pokok Pendidikan Terbaru (UU No.20 Tahun 2003 tentang SPN). 1.Pendidikan dan Tanaga Kependidikan

Pembaharuan pendidik terlihat antara lain pada peningkatan kualifikasinya. Tenaga kependidikan non-guru, seperti petugas/guru pembimbing terus diusahakan pengadaan dan pengangkatannya agar Pendidikan danTenaga Kependidikan Pembaruan pendidikan terlihat antara lain pada peningkatan kualifikasinya. Pendidik yang berstatus guru/dosen harus keluaran pendidikan tinggi. Untuk menjadi guru SD minimal harus memiliki kualifikasi S-1 PGSD . Dengan pembaruan seperti ini ,maka untuk mengajar di SLTP minimal S-1, SLTA tentu harus S-1(program gelar)dan untuk menjadi dosen syarat syarat minimalnya harus dikualifikasi S-2(master). Tenaga Pendidikan non-guru, seperti petugas/guru pembimbing terus diusahakan pengadaan dan pengangkatannya agar yang telah bertugas di sekolah semakin bertambah jumlahnya (pembaruan kuantitatif). Tenaga non-guru lain, seperti pustakawan mendapat pembaruan pula, misalnya keprofesionalan tenaga tersebut. Bila dahulu dapat dikelola oleh guru, tenaga tata usaha, dan siswa, maka sekarang sudah mulai ditangani oleh tenaga khusus tentang kepustakaan ini(tenaga ini disebut pustakawan). Dengan kemajuan IPTEK yang pesat, tenaga teknis diperlukan pula. Untuk masa yang akan datang kebutuhan akan tenaga lainnya seperti para medis sekolah, laboran, ahli media(teknologi)pendidikan, semakin dirasakan. 2.Dana Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pendidikan semakin meningkat, karena biaya pendidikan semakin mahal. Keadaan seperti ini logis saja, karena pembaruan-pembaruan yang dilakukan butuh dana baru atau tambahan terhadap alokasi dana sebelumnya. Hal ini berkaitan pula dengan nilai mata uang.Tingkat inflasi yang semakin tinggi memerlukan penyesuaian di bidang pendanaan tersebut. 14

3.PendidikanNonformal Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat sebagai lembaga pendidikannya. Awalnya berstatus swasta, kemudian ada yang dikelola oleh pemerintahan dan masyarakat. Pendidikan non formal yang dikelola oleh masyarakat(dibawah pengawasan pemerintah), maju pesat pula. Contoh, kursus mengetik(dahulu Bond A dan B)sekarang sudah disesuaikan dengan kebutuhan masakini seperti khusus computer dan internet. Sifatnya tidak terikat pada kurikulum seperti pada pendidikan formal, pendidikan non formal ini berkembang pesat baik jenis maupun kualitasnya.

C.Pembaruan Pendidikan. Yang termasuk kepada pembaharuan pendidikan yaitu:

1.SD Pamong

Proyek ini merupakan pendidikan bersama antara pemerintah Indonesia dan Innotech, lembaga yang didirikan oleh Badan Kerjasama Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara.Dikalangan organisasi menteri pendidikan Negara-negara Asia Tenggara (South East Asian Ministers Education Organisation atau Seameo) proyek ini dikenal dengan istilah Impact (Instruction of Management by Parent Communyti and Teachers). Pamong adalah singkatan dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan Guru.Proyek ini diujicobakan di tingkat sekolah dasar pada Kecamatan Kabakramat (Kelurahan Alistimo, Banjarharjo, Malang-gaten, dan Kebak) di kabupaten Karang Anyar, Solo.

Adapun yang termasuk kepada tujuan dari SD Pamong yaitu:

a) Membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan sekolah atau membantu siswa yang Drop-Out.

15

b) Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu dalam belajar.

c) Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga guru terhadap murid dapat menjadi 1:200. Pada SD biasa 1:40 atau 1:50.

d) Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan yang sedikti dapat ditampung sebanyak mungkin siswa. Dengan kata lain, tujuan proyek Pamong untuk menentukan alternative sistem penyampaian pendidikan dasar yang bersifat efektif, ekonomis dan merata yang sesuai dengan konsdisi keadaan daerah di Indonesia. Jadi dengan sistem Pamong ini anak/siswa dapat belajar sendiri dengan bimbingan tutor, atau anggota masyarakat serta bimbingan orangtua.Pengajaran yang diberikan memperhatikan kesanggupan anak.

2.SD Kecil

Realisasi dari Undang-Undang Wajib Belajar dan pemerataan pendidikan anak-anak usia 7-12 tahun, terutama bagi daerah-daerah terpencil, pemerintah telah melaksanakan SD kecil dan sistem guru kunjung. SD kecil memiliki cirri-ciri yaitu:

a) Kelas yang ada lebih sedikit/kecil dari SD biasa (tiga belas)

b) Jumlah murid lebih kecil 20-30 orang

c) Jumlah guru lebih sedikit dari guru SD biasa (tiga orang termasuk Kepala Sekolah)

16

d) Pendekatan belajar melipti belajar sendiri, yaitu mempelajari modul, belajar kelompok, klasikal. Jika jumlahkelasada yang melebihi jumlah guru maka seorang guru mengajar lebih dari satu kelas.

e) Kurikulum SD kecil sama dengan kurikulum SD biasa.

f) Pelaksanaan SD kecil sudah ada di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur

g) Murid yang pandai akan dijadikan tutor untuk mengajar yang lainnya.

3.SMP Terbuka Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) adalah Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi yang terbatas antara guru dan murid.

1) Ciri-ciri Ciri-ciri SMPT sebagai berikut :

a. Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-syarat akademis yang ketat.

b. Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis, insidential dan perorangan.

c. Terbuka dalam proses belajar mengajar tidak selalu diselenggarakan di ruang kelas secara tatap muka, melainkan dapat juga melalui media, seperti radio, media cetak, kaset, slide, model dan gambar-gambar.

17

d. Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia oleh siswa.

e. Terbuka dalam mengelola sekolah.

2) Tujuan Tujuan SMPT sama dengan tujuan pendidikan umum SMP yaitu agar lulusan:

a. Menjadi warga Negara yang baik sebagai menusia yang utuh, sehat dan kuat, lahir dan batin.

b. Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di Sekolah Dasar.

c. Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke sekolah lanjutan atas dan untuk terjun ke masyarakat.

d. Meningkatkan disiplin siswa.

e. Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil pelajaran dengan media.

F .Kurikulum SMPT merupakan kurikulum SMP 1975.Bidang studinya Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral Pencasila, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris, Agama, Keterampilan, Olah Raga dan Kesehatan.

g. Kewajiban siswa adalah mengikuti belajar perorangan, kelompok, tatap muka, dan belajar melalui pengalaman langsung, serta mengikuti Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA).

18

h. Tenaga pengajar terdiri dari guru Pembina dan guru pembimbing yang diambil dari masyarakat setempat.

4.SMA Terbuka Perintisan SMU Terbuka dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan belajar bagi lulusan SLTP/MTs yang karena berbagai kendala sosial ekonomi, geografis, waktu, dan lainnya maka tidak/belum dapat mengikuti pendidikan pada tingkat SLTA. Pada tahun 2001 dilakukan pemantapan perintisan SMU Terbuka dengan melibatkan unsur pemerintah dearah dan unsur dinas pendidikan kabupaten/kota. Perintisan SMU Terbuka dilandasi oleh kerangka konseptual yang cukup matang baik dari segi teori, filsafat, pola pembelajaran, pola kelembagaan, maupun sistem jaminan kualitasnya (quality assuranrea). Sebagai subsistem dari pendidikan SMU reguler, tujuan penyelenggaraan SMU Terbuka adalah sama dengan tujuan pendidikan menengah sebagaimana yang dirumuskan di dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0489/U/1992 yaitu: (a) meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan (keterampilan hidup) peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar.

D.Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran inovasi/ino·va·si/ n 1 pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; pembaharuan: -- yang paling drastis dalam dasawarsa terakhir ialah pembangunan jaringan satelit komunikasi; 2 penemu-an baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat);

1. Belajar Tuntas Belajar tuntas adalah suatu cara dalam proses belajar yang menuntut siswa untuk menguasai materi pelajaran secara tuntas dengan hasil yang memuaskan, sesuai dengan kemapuan siswa. 19

Adapun yang termasuk kepada karakteristik belajar tuntas yaitu: a) Siswa belajar secara individual. b) Siswa belajar dengan kecepatan masing-masing. c) Setiap pokok bahasan diakhiri dengan tes. d) Hasil tes langsung diketahui oleh siswa. e) Tidak mengenal adanya tinggal kelas (berkelanjutan). Kemudian bentuk penerapan belajar tuntas yaitu: a) Siswa mempelajari kegiatan belajar. b) Siswa mengajarkan lembaran kerja dan mencocokannya dengan kunci jawaban yang telah tersedia. c) Siswa mengerjakan tes. Hasil tes tersebut menentukan apakah siswa dapat melanjutkan ke modul berikutya atau tidak. 2. Cara Belajar Siswa Aktif Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah suatu cara atau usaha mempertinggi/mengoptimalkan kegiatan siswa dalam proses belajar. Dengan demikian , CBSA menuntuk keaktifan belajar siswa yang optimal sehingga dapat mencapai hasil yang optimal pula. Tujuan dari belajar siswa akatif yaitu agar siswa aktif dalam proses belajar, sehingga mampu untuk mengubah prilaku/tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien. Yang termasuk kepada karakteristik Belajar Siswa Efektif yaitu: a) Situasi kelas menentang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali. b) Guru tidak mendominasikan pemicaraan tetapi lebih banyak memeberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah. c) Guu menyediakan dan mnegusahakan sumber belajar bagi siswa. d) Kegiatan belajar siswa bervariasi dan kegiatan yang dilakukan secara kelomok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-masing siswa secara mandiri. e) Hubungan guru dengan siswa mencerminkan hubungan manusiawi.

3.Keterampilan Proses Keterampilan proses adalah suatu pendekatan yang mengacu kepada bagaimana siswa , dan apa yang ia pelajari. Pada dasarnya keterampilan proses sama dengan Cara Belajar Siswa Aktif 20

(CBSA), karena dalam pelaksanaan menuntut siswa agar aktif. Namun, ditekankan pada proses berpikir sendiri dengan keterampilan masing-masing siwa. Adapun tujuan dari keterampilan proses yaitu bertujuan untuk memberikan keterampilan praktis yang aka dihadapi setiap orang dalam kehidupan, sekaligus untuk mengembangkan pemahamannnya tentang konsep yang dipelajarinya. Yang termaksud kepada karakteristik ketarmpilan proses yaitu: a) Mengajak para guru serta pembina pendidikan untuk turut aktif dalam mengembangkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). b) Mondorong siswa untuk melihat dan memecahkan masalah-masalah yang dirasakan bersama dalam rangka mengembangkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). c) Menyiapkan situasi yang mengiringi siswa untuk bertanya, mengamati, bereksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan Permasalahan pendidikan pada masa sekarang ini sudah ibarat benang kusut yang perlu

dicari pola penyyelesaiannya. Semua masalah pendidikan sekarang memiliki keterkaitan satu sama lain, mulai dari pemerataanv sampai pada tenaga kependidikan. Untuk itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan pendidikan yang terjadi sekarang, yaitu dengan cara: 1. Perubahan Kurikulum 2. Pengelolaan Pendidikan 3. Inovasi dalam pendidikan 4. Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah. Diharapkan dengan metode-metode diatas, permasalahan pendidikan bisa kita kurangi.Selain itu, dengan kemajuan Zaman sekarang, banyak ilmu-ilmu baru serta teknologi-teknologi mutakhir yang berkontribusi dalam dunia pendidikan.Yang tentu saja mendatangkan hal baik dan juga buruk terhadap pendidikan.Tugas kita sebagai tenaga pendidik, adalah memanfaatkan TIK yang ada semaksimal mungkin untuk menunjang kegiatan pembelajaran peserta didik. 21

B.Saran Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kelengkapan makalah kelompok kami.

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195709251984031ADE_SADIKIN_AKHYADI/makalahprogrampendidikanluarsekolah.pdf Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. http://na2zaoldyeck.blogspot.com/2010/12/smu-terbuka-sebuah-alternatif-layanan_24.html http://nofrizalrahmanjh.blogspot.com/2011/01/program-program-pendidikan-luar-sekolah.html Syafril, dan Zulhendri Zen. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: Suka Bina Syafril dan Zen, Zelhendri Syafril. 2017. Dasar-Dasar IlMU Pendidikan. Padang: Kecana. 24 Webster, Webster’s New International Dictionary (t.tp.: GG Merriam Company, 1953), 648. 25 Carter V. Good, Dictionary of Education (t.tp.: McGraw-Hill a Book Company, 1959), 113. 26 Azia, Curriculum, 71. 27 Arief Lavy, Planing the School Curriculum (Bandung: Bharata Karya Aksara, 1983), 1-2. 28 Paul Langrand, An Introduction to Life Long Education, ter. (Jakarta: Gunung Agung, 1981), 18. 22

29 Ronald Doll, Curriculum Improment Decision Making and Process (t.tp.: Ally and Bacon, 1974), 22. 30 William B. Ragan, Modern Elementary Curriculum (t.tp.: Holt Rinehart and Winston Inc.,1974), 44. 31 Harold B Alberty and Elsie J AlBerty, Reorganizing the High School Curriculum, 3rd ed. (t.tp.: The Macmillan Company, 1952), 12

23

Related Documents


More Documents from "Black Memories"