Makalah Georgene Gaskill Eakes, Mary Lerman Burke Dan Margaret A. Hainsworth: Teori Berduka Kronis

  • Uploaded by: Nur Arifin
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Georgene Gaskill Eakes, Mary Lerman Burke Dan Margaret A. Hainsworth: Teori Berduka Kronis as PDF for free.

More details

  • Words: 4,631
  • Pages: 24
Loading documents preview...
MAKALAH GEORGENE GASKILL EAKES, MARY LERMAN BURKE DAN MARGARET A. HAINSWORTH : TEORI BERDUKA KRONIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan Dosen Pengampu : Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Alfi Winardiyanto

(ST182001)

2. Aris Subyantoro

(ST182005)

3. Ferryda Leyla Mariana Widyastuti

(ST182017)

4. Guntur Setiawan

(ST182018)

5. Indah Adhitama Chrisnanda

(ST182020)

6. Niken Prima Astuti

(ST182026)

7. Nur Arifin

(ST182031)

8. Winda Fitriani

(ST182052)

PROGRAM TRANSFER PRODI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat dan karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Georgene Gaskill Eakes, Mary Lerman Burke Dan Margaret A. Hainsworth : Teori Berduka Kronis” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini kami susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan. Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa dalam menyusunnya, penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep, selaku dosen mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang telah memberikan tugas makalah ini dan memberi pengarahan kepada kami. 2. Teman-teman kelas transfer sarjana Keperawatan angkatan XI Stikes Kusuma Husada Surakarta telah membantu dan memberikan dorongan untuk menyusun makalah ini. 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan saran ataupun masukan dari para pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih. Surakarta,

Juli 2019

Kelompok 6

ii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................

i ii iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. B. Rumusan Masalah............................................................................. C. Tujuan Penulisan ..............................................................................

1 2 3

BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.

Sejarah Eakes, Burke dan Hainsworth ............................................. Sumber Teori .................................................................................... Mayor Konsep dan Definsi ............................................................... Penggunaan Bukti Empiris ............................................................... Trigers (Pemicu) Teori Berduka Kronis ........................................... Strategi Manajemen .......................................................................... Asumsi Utama .................................................................................. Model Teori Chronic Sorrow ........................................................... Aplikasi Teori Berduka Kronis pada Kasus ..................................... Evidence Based Practice ...................................................................

4 7 8 9 10 10 12 12 13 16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Saran .................................................................................................

17 18

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Middle Range, merupakan level kedua dari teori keperawatan, abstraknya pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori MiddleRange memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker dan Avant (2019) mempertahankan bahwa mid-range theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep ekonomi secara normal yang nampak dalam grand teori. Akibatnya mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah. Mid-range teori sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu. Contoh yang mewakili mid-range teori adalah teori meredakan nyeri dalam keperawatan. Teori ini lebih luas dari theory neural conduction terhadap rangsangan nyeri tetapi lebih sempit dari tujuan mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Jadi fenomena nyeri terkait pada konsep mid-range pada keperawatan, karena nyeri adalah salah satu dari fenomena yg terdiri dari konsep global suatu disiplin. Mid-range theories berfokus pada konsep peminatan perawat dan mencakup nyeri, empati, berduka, konsep diri, harapan, kenyamanan, martabat dan kualitas hidup. Contoh dalam keperawatan middle range theories adalah : Rogers’s Theory dari akselerasi perubahan, Roy’s Theory dari teori adaptasi, King’s Theory dari pencapaian tujuan. Teori chronic sorrow merupakan teori mid-range karena dalam teori ini membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, faktor pencetus dan metoda manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut, maka

1

teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik seperti pada pasien multiple sklerosis, diabetes mellitus pada anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom down, spina bifida, dan lain-lain. Penyakit kronis dapat

didefinisikan sebagai kondisi sakit

yang

menimbulkan berkurang atau hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3 bulan dalam 1 tahun atau mengalami hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam 1 tahun. (Hockenberry, 2011). Hal ini menjadikan individu/anak dengan penyakit kronik mengalami berbagai masalah keterbatasan sehingga individu/ anak tersebut mempunyai kebutuhan akan perawatan khusus, komprehensif dan berkelanjutan. Penyakit kronik memberikan efek yang penting bagi berjalannya fungsi keluarga. Salah satunya adalah efek yang substansial pada fungsi keluarga dimana keluarga akan mendapatkan tugas keluarga yang lebih kompleks, tanggung jawab yang lebih besar, perhatian yang lebih besar, tugas identifikasi kebutuhan anak seperti kebutuhan akan alat bantu, akses pendidikan yang sesuai, pembiayaan, ketidakpastian masa depan, kehilangan secara emosional, reaksi terhadap stigma dalam masyarakat, isolasi sosial, dan kehilangan kesempatan dalam bermasyarakat secara normal. Berdasarkan hal ini orang tua menjadi orang yang sangat terpengaruh dengan kondisi yang terjadi pada anak. Salah satu pengaruh yang besar pada orang tua adalah perasaan berduka atau kehilangan disebabkan karena orang tua mempersepsikan adanya perbedaan anaknya dengan anak normal lain. Perasaan berduka atau kehilangan ini akan muncul dalam respon emosional seperti putus asa, menyesal, tidak percaya, menyalahkan diri sendiri, permusuhan, cemas, ragu-ragu, disorientasi dan perasaan terisolasi. Keadaan ini berlangsung lama disebabkan respon emosional itu akan selalu muncul pada saat-saat dimana terjadi kejadian-kejadian yang memicu keadaan yang mengkhawatirkan dan managemen emosional yang tidak efektif. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka kami tertarik untuk menulis makalah dengan judul “Georgene Gaskill Eakes, Mary Lerman

1

Burke Dan Margaret A. Hainsworth : Teori Berduka Kronis”. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana sejarah eakes, burke dan Hainsworth? 2. Bagaimana sumber teori berduka kronis? 3. Bagaimana mayor konsep dan definsi teori berduka kronis? 4. Bagaimana penggunaan bukti empiris pada teori berduka kronis? 5. Bagaimana trigers (pemicu) pada teori berduka kronis? 6. Bagaimana strategi manajemen pada teori berduka kronis? 7. Bagaimana asumsi utama pada teori berduka kronis? 8. Bagaimana model teori chronic sorrow? 9. Bagaimana aplikasi teori berduka kronis? 10. Bagaimana evidence based practice terkait intervensi pada pasien dengan berduka kronis? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui sejarah eakes, burke dan Hainsworth. 2. Untuk mengetahui sumber teori berduka kronis. 3. Untuk mengetahui mayor konsep dan definsi teori berduka kronis. 4. Untuk mengetahui penggunaan bukti empiris pada teori berduka kronis. 5. Untuk mengetahui trigers (pemicu) pada teori berduka kronis. 6. Untuk mengetahui strategi manajemen pada teori berduka kronis. 7. Untuk mengetahui asumsi utama pada teori berduka kronis. 8. Untuk mengetahui model teori chronic sorrow. 9. Untuk mengetahui aplikasi teori berduka kronis. 10. Untuk mengetahui evidence based practice terkait intervensi pada pasien dengan berduka kronis

2

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Eakes, Burke dan Hainsworth 1. Georgene Gaskill Eakes Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma keperawatan dari Sekolah keperawatan Rumah sakit Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural dan Technical State university. Eakes melanjutkan M.S.N pada University of North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed.D dari North Carolina State University pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan untuk study masternya dan dari North Carolina league untuk studi doktoralnya. Dia dilantik dalam Sigma Theta Tau International Honor Society of Nurses pada 1979 dan Phi Kappa Phi Honor Society pada 1988. Pada awal pekerjaannya, Eakes bekerja di lingkungan akut maupun komunitas berbasis psikiatrik dan kesehatan mental. Pada tahun 1980 dia bergabunng pada fakultas di East Carolina University School of Nursing Greenville, North Carolina dan sampai sekarang. Eakes berminat dalam permasalahan yang berkaitan dengan mati, kematian, berkabung dan kehilangan sampai tahun 1970 saat dia mengalami ancaman hidup berupa injury adanya kecelakaan mobil. Pengalaman mendekati kematian meningkatkan kesadarannya tentang bagaimana mempersiapkan pelayanan kesehatan profesional dan saat individu dihadapkan pada kematian serta kurangnya pemahaman tentang reaksi berduka dalam situasi kehilangan. Dimotivasi oleh pengalamannya, dia memulai usaha penelitian untuk investigasi tentang kecemasan menjelang kematian diantara para perawat dalam setting perawatan jangka panjang dan mengeksplorasi resolusi griefing diantara perawat akut. Pada tahun 1983, Eakes mendirikan pelayanan komunitas, dua kali sebulan mendukung kelompok untuk diagnosa kanker maupun yang lainnya

3

yang signifikan dia sebagi co-facilitate. Keterlibatannya dalam kelompok ini menyiagakannya dalam reaksi berduka berhubungan dengan diagnosis yang berpotensial dalam ancaman hidup, penyakit kronik. Selama memperkenalkan disertasinya pada konferensi Sigma Theta Tau International di Taipei, Taiwan pada 1989, dia menghadiri presentasi tentang chronic sorrow oleh Mary Lermann Burke dan dengan segera membuat hubungan antara deskripsi Burke tentang chronic sorrow dengan ibu yang mempunyai anak dengan myelomeningocele dan observasinya tentang reaksi griefing diantara anggota support sistem kelompok kanker. Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth. Konsorsium keperawatan untuk penelitian tentang chronic sorrow (NCRCS) merupakan pertemuan pertama pada musim panas 1989. Anggota NCRCS melakukan pendekatan kualitatif pada populasi dengan kondisi kronik yang mengancam kehidupan, pada caregiver dan individu yang kehilangan. Eakes berfokus pada penelitian dengan diagnosa kanker, family caregiver pada anak dengan penyakit mental dan individu yang berpengalaman tentang kematian. Dari tahun 1992 sampai 1997, Eakes menerima 3 penghargaan penelitian dari East Carolina University School of Nursing dan dua penghargaan penelitian dari Beta Nu Chapter of Sigma Theta Tau International. Sebagai tambahan dalam publikasinya, Eakes melakukan presentasi yang berhubungan dengan grief-loss dan death and dying. Eakes juga aktif terlibat dalam usaha untuk meningkatkan kualitas hidup pada akhir kehidupan dan mendekati kematian sebagai anggota dari Board of Directors of the End of Life Care Coalition of Eastern North Carolina. Pada tahun 2002, Eakes menerima penghargaan dari East Carolina University pada penelitiannya yang di integrasikan dalam praktik pembelajaran. Pada 1999, Eakes menerima penghargaan The Best Image untuk publikasi teorinya

4

”Middle-Range Theory of Chronic Sorrow” dari Sigma Theta tau International Honor Society. Dia merupakan finalis dalam oncology nursing forum 1994. Penghargaan lainnya meliputi seleksi sebagai Edukator keperawatan dari North Carolina Nurses Association pada 1991 dan sebagai peneliti oleh Beta Nu Chapter of Sigma Theta Tau Internasional Honor Society for Nurses pada tahun 1994 dan 1998. Eakes juga sebagai reviewer pada penelitian kualitatif kesehatan pada jurnal internasional dengan interdispliner. Eakes adalah seorang professor pada Department keperawatan keluarga dan komunitas di East Carolina University School of Nursing dimana dia mengajar tentang psikiatrik dan keperawatan kesehatan mental dan penelitian keperawatan, sebagai pengajar di Master Keperawatan dan berbagai disiplin ilmu tentang pelajaran perspektif Death/Dying. Dalam penelitian yang terkini untuk mengembangkan peralatan pengkajian tentang Chronic Sorrow, instrument kuantitatif yang di desain untuk mengkaji bukti adanya chronic sorrow dan untuk mengidentifikasi mekanisme koping efektif. 2. Mary Lermann Burke Mary Lermann Burke dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama kalinya saat diploma dari Good Samaritan Hospital School of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti sertifikat post graduate dari Children’s Medical Center di District Columbia. Setelah beberapa tahun bekerja di keperawatan pediatric, Burke lulus dengan Summa Cum Laude dari Rhode Island College Providence dengan bachelor degree. Pada tahun 1982 dia menerima Master Degree pada parentchild nursing dari Boston University. Selama program ini, dia juga menerima penghargaan sertifikat dalam Parent-Child Nursing and Interdisciplinary Training in Development Center of Rhode Island Hospital and the Section on Reproductive and Developmental Medicine, brown University.

5

Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya. Thesisnya berjudul “The Concerns of Mothers of Preschool Children With Myelomeningocele”, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic Sorrow Questionaire, “Chronic sorrow in mothers of school-age children with myelomeningocele”. 3. Margaret A. Hainsworth Margaret A. Hainsworth lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperawatan di Brockville General Hospital dan lulus tahun 1953. Tahun 1959 dia pindah ke United State dan menerima diploma pada keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan pendidikan di Salve Regina College dan menerima Bacalaurate dalam bidang keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik dari Boston College tahun 1974. Dia menerima program Doctor dari University Connecticut tahun 1986. Tahun 1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat dia sebagai facilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sklerosis. Praktik tersebut, menginspirasinya untuk mengambil disertasi dengan judul “An Ethnographic Study of Women With Multiple Sclerosis Using Symbolic Interaction Approach”. Penelitian ini dipresentasikan pada Konggres Sigma Theta Tau di Taipei, Taiwan pada tahun 1989. Pada konferensi ini dia menjadi familiar dengan penelitian tentang chronic sorrow setelah menghadiri presentasi yang diadakan Burke (Alligood, 2014). B. Sumber Teori Nursing Concorcium Reseach Chronic Sorrow

(NCRCS) dibuat

berdasarkan middle range teori keperawatan mengenai kesedihan kronis (chronic sorrow). Kemudian untuk membentuk dasar konseptualisasi mengenai

6

koping individu terhadap kesedihan kronis digunakanlah model stress dan adaptasi milik Lazarus dan Folkman (1984). Konsep kesedihan kronis berasal dari teori oleh Olshansky (1962). Para teoris NCRCS mengintip observasi Olshansky mengenai orang tua dengan anak-anak retardasi mental yang mengalami kesedihan yang terus berulang. Ia menyebutkan dengan kesedihan kronis. Selain itu Bowlby dan Lindemann dalam Lindgsen (1992) membuat konsep berduka sebagai proses yang akan selesai seiring dengan perjSarian waktu dan jika tidak selesai berduka dikatakan sebagai abnormal. Kebalikan dengan teori yang terikat waktu milik Bowlby tersebut, Wilker et al mengatakan bahwa kesedihan yang berulang merupakan peristiwa normal (Lindgsen, 1992). Sedangkan Burke dalam studinya pada anak-anak dengan spina bifida mendefinisikan kesedihan kronis sebagai kesedihan menetap yang permanen, periodik dan progresif dan bersifat alami. NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar metode manejemen yang efektif bagi model yang mereka gunakan. Adanya perbedaan atau inkonsistensi dan respon terhadap duka yang berulang merangsang mekanisme koping individu (Alligood, 2014). C. Mayor Konsep dan Definsi 1. Chronic Sorrow Chronic sorrow adalah ketidakseimbangan yang berkelanjutan karena kehilangan yang dikarakteristikkan dengan pervasif dan permanen. Gejala kesedihan berulang secara periodik dan biasanya gejala ini terus berkembang. 2. Loss Kehilangan muncul karena adanya ketidakseimbangan/perbedaan antara ideal dan situasi atau pengalaman yang nyata. Sebagai contoh anak yang sempurna dengan anak dengan kondisi kronik yang berbeda dengan ideal. 3. Trigger Events

7

Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi yang menyebabkan perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau memperburuk perasaan berduka. 4. Management Method Management method diartikan bahwa individu menerima keadaan chronic sorrow. Hal tersebut dapat secara internal (strategi koping personal) atau eksternal (praktisi pelayanan kesehatan atau intervensi orang lain). 5. Inefektif Management Management

inefektif

merupakan

hasil

dari

strategi

yang

meningkatkan ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow. 6. Effective Management Management efektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan kenyamanan perasaan individual (Alligood, 2014). D. Penggunaan Bukti Empiris Studi NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) ini meliputi : 1.

Individu dengan kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al., 1998), Multiple Sclerosis (Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes, 1993; Hainsworth, 1994), multiple sclerosis (Hainsworth, Burke, Lindgren, et al., 1993; Hainsworth, 1994 dan Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996).

2.

Spouse caregivers/individu yang memiliki pasangan hidup dengan penyakit mental kronik (Hainsworth, Busch, Eakes, & Burke, 1995), Multiple Sclerosis (Hainsworth, 1995) dan Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996).

3.

Parent caregivers/orang tua yang memiliki anak dewasa dengan penyakit mental kronik (Eakes, 1995). Studi kemudian dikembangkan kepada para individu yang mengalami

8

kehilangan (berduka) pada keadaan diri sendiri. Dinyatakan dalam studi ini bahwa populasi ini juga terus menerus mengalami kesedihan kronis. Berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut maka dinyatakan bahwa definisi kesedihan kronis sama dengan kesedihan menetap yang bersifat periodic dalam waktu permanen, atau perasaan terkait sedih lainnya secara terus menerus yang terjadi karena pengalaman kehilangan (Alligood, 2014). E. Trigers (Pemicu) Teori Berduka Kronis Menggunakan data empirik dari sejumlah penelitian yang sudah dilakukan, teori NCRCS mengidentifikasi kejadian primer atau situasi yang memicu terulang kembali pengalaman yang memulai perasaan berduka. NCRCS membandingkan dengan pemicu chronic sorrow pada inidividu dengan kondisi kronik, keluarga sebagai pemberi perawatan, dan kehilangan seseorang.. Pada seluruh populasi,perbandingan dengan norma dan adanya peringatan-peringatan (misalnya ulangtahun) ditemukan sebagai trigger terhadap adanya chronic sorrow. Baik keluarga dan individu dengan kondisi kronik terpicu untuk melakukan managemen krisis. Satu trigger yang unik pada keluarga akan membutuhkan perawatan yang tidak ada hentinya. Populasi yang mempunyai kehilangan seseorang (contoh kematian) melaporkan bahwa perubahan memori dan peran adalah trigger yang unik (Alligood, 2014). F. Strategi Manajemen NCRCS menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif. Strategi tersebut adalah : 1. Strategi koping internal. Action (tindakan), mekanisme koping action

individu baik yang bersangkutan maupun pelaku rawatnya. Contohnya metode distraksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri. Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir positif, ikhlas menerima semua ini. 2. Interpersonal,

mekanisme

koping

interpersonal

misalnya

dengan

berkonsultasi dengan ahli jiwa, bergabung dengan kelompok pendukung, 9

melakukan curhat. 3. Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis dan

mengekspresikan emosi. Strategi menejemen ini semua dianggap efektif bila para pelaku atau individu mengaku terbantu untuk menurunkan perasaan kembali berduka (re-grief). 4. Strategi koping eksternal, dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan

oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan bersikap empati, memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya (Alligood, 2014)..

G. Asumsi Utama 1. Keperawatan Diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai

10

dengan lingkup praktik keperawatan, perawat dapat memberikan antisipasi berduka pada individu yang beresiko. Peran utama perawat meliputi menunjukan rasa empati, ahli/profesional, caring dan pemberi asuhan keperawatan yang kompeten. 2. Manusia Manusia mempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan kesehatan. Orang membandingkan pengalamanya dengan kedua kenyataan tadi sepanjang kehidupannya. Walaupun setiap orang mempunyai pengalaman dengan kehilangan adalah unik dan umumnya kehilangan dapat diramalkan atau diketahui sehingga dapat diantisipasi reaksi dari kehilangan tersebut. 3. Kesehatan Kesehatan adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang tergantung atas bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kehilangan. Koping yang efektif akan menghasilkan respon yang normal akibat dari kehilangan. 4. Lingkungan Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi lingkungan keluarga, sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan kesehatan. Respon individu di kaji berdasarkan hasil interaksi individu terhadap norma-norma sosial (Eakes, Burke, dan Hainsworth (1998) dalam Aligood (2014). H. Model Teori Chronic Sorrow Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian tersebut dapat memicu timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/mendalam yang potensial progresif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanent. Individu

dengan

pengalaman

kesedihan

11

tersebut

biasanya

akan

menggunakan

metode

management

dalam

mengatasinya.

Metode

managemen dapat berasal dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manageman yang digunakan efektif maka individu akan meningkat perasaan kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya (Eakes, Burke, dan Hainsworth (1998) dalam Aligood (2014). I. Aplikasi Teori Berduka Kronis pada Kasus 1. Kasus Sani adalah anak pertama Budi dan Sari yang sudah lama dirindukan kehadirannya didunia ini. Ketika dia dilahirkan dia tidak responsif, terkulai dan tidak mampu untuk saat diberi makan. Prognosisnya buruk dan dia diprediksikan tidak akan bertahan hidup. Ketika dia berumur beberapa minggu, orang tuanya membawanya pulang ke rumah dan mereka diberitahu untuk memberinya kecintaan, karena dia akan berumur pendek. Faktanya, perawat klinik mengatakan kepada Budi bahwa itu akan lebih baik jika Sani menghilang saja. Karena ternyata Budi mempunyai radang selaput otak (viral meningitis) selama trimester pertama kehamilannya. 2. Pembahasan Kasus Terkait Teori Berduka Kronis Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/ disability saat lahir atau dalam awal hidupnya, mulai belajar proses yang disebut dengan kehilangan “loss” anak yang normal dan peran orangtua yang normal yang mereka harapkan. Profesional perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehidupan keluarga dan masa depan orangtua. Saat didiagnosa adalah merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga adalah kecemasan yang tinggi. Orangtua tidak akan pernah siap untuk mendengar berita yang traumatik tentang anak mereka dan pendapat anggota keluarga, teman, para kenSari dan laporan media yang menambah kebingungan mereka. Informasi akurat dan komprehensif tentang disability dibuat secepat mungkin meliputi hasil positif dan negatif

12

terhadap kerusakan dan disabillity. Sebaiknya orangtua dipersiapkan dahulu bahwa mereka akan mendengar berita buruk. Menurut teori yang dikembangkan oleh Georgene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke dan Margaret A. Hainsworth a. Chronic Sorrow Kesedihan mendalam dirasakan oleh keluarga Budi dan Sari karena Sani adalah anak yang idam-idamkan. Tetapi dia mengalami keterbatasan. b. Loss Pasangan Budi dan Sari ”kehilangan” anak normal/ sempurna. Dia mengharapkan (idealnya) anak mereka bisa hidup dengan normal seperti anak yang lain, tetapi kenyataan sejak lahir Sani sudah mempunyai keterbatasan yang disebabkan karena radang selaput otak yang diderita Budi. c. Trigger events Sani sebagai anak yang diharapkan lahir tidak sesuai harapan. Ketika dia dilahirkan dia tidak responsif, terkulai dan tidak mampu untuk saat diberi makan. d. Management method Secara internal pasangan ini menggunakan strategi koping untuk mengidentifikasi proses berduka. Secara eksternal didapat dari dukungan keluarga lain atau praktisi perawatan kesehatan. Perawat juga dapat membantu

mengidentifikasi

strategi

koping

secara

personal.

Berikut adalah rencana managemen untuk mengatasi permasalahan diatas : 1) Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA 2018-2020, diagnosa keperawatan pada kasus tersebut yaitu : Kepedihan kronis berhubungan dengan krisis dalam menghadapi disabilitas (Herdman, 2018). 2) Nursing Outcomes Classification

13

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, masalah kepedihan kronis dapat teratasi dengan kriteria hasil : Resolusi berduka a) Menyampaiak perasaan akan penyelesaian kehilangan (4) b) Menyatakan menerima kehilangannya (4) c) Melaporkan penurunan kecemasan mengenai kehilangan (4) d) Melewati fase berduka (4) e) Mengekspresikan harapan positif mengenai masa depan (4) (Moorhead Sue, dkk, 2017). 3) Nursing Interventions Classification Peningkatan koping Aktivitas-aktivitas : a) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dam jangka panjang yang tepat b) Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif c) Berikan suasana penerimaan d) Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan e) Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual, jika diinginkan Inspirasi harapan Aktivitas-aktivitas : a) Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi area dari harapan dalam hidup b) Demonstrasikan harapan dengan menunjukkan bahwa sesuatu dalam diri pasien adalah sesuatu yang berharga dan memandang bahwa penyakit pasien adalah hanya satu segi dari individu c) Kembangkan daftar mekanisme koping pasien d) Ajarkan pengenalan realitas dengan mensurvey situasi dan membuat rencana ke depan e) Bantu pasien mengembangkan spiritualitas diri f) Jangan memalsukan yang sebenarnya

14

g) Libatkan pasien secara aktif pada perawatan sendiri h) Ajarkan pasien tentang aspek positif mengenai harapan (misalnya., mengembangkan arti tema pembicaraan yang merefleksikan kasih sayang dan kebutuhan untuk pasien i) Berikan kesempatan bagi pasien/ keluarga untuk terlibat dalam kelompok pendukung j) Ciptakan lingkungan yang memfasilitasi pasien melaksanakan praktik agamnya dengan cara yang tepat Dukungan Spiritual Aktivitas-aktivitas : a) Gunakan komunikasi terapeutik dalam membangun hubungan saling percaya dan caring b) Ajarkan metode relaksasi, meditasi dan imajinasi terbimbing/ guided imagery c) Fasilitasi

individu

terkait

dengan

penggunaan

meditasi,

bersembahyang dan ritual keagamaan lainnya d) Berdoa bersam individu e) Rujuk pada penasehat spiritual yang dipilih klien (Bulechek, M.G dkk, 2017). J. Evidence Base Practice terkait Intervensi pada Pasien dengan Berduka Kronis 1. Melalui Peran Perawat Sebagai Konselor Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah, Fitriangga dan Pramana (2015) tentang pengaruh peran perawat sebagai konselor terhadap respon berduka pasien HIV/AIDS di RSJD Sungai Bangkong Pontianak menunjukkan ada perbedaan antara respon berduka sebelum intervensi konseling dan sesudah intervensi konseling sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh peran perawat sebagai konselor terhadap respon berduka (denial, anger, bargaining dan depression) pada pasien HIV/AIDS yang Menjalani

15

Rawat Jalan Di Care Support and Treatment (CST) Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Kota Pontianak. 2. Melaui Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2017) tentang pengaruh intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap tahap berduka pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan ada pengaruh intervensi SEFT terhadap peningkatan tahap berduka menjadi lebih baik pada pasien dengan gagal ginjal kronik. 3. Melalui peran dukungan sosial keluarga Menurut penelitian yang dilakukan Riastana, Haryanto, dan Suprajitno (2018) tentang peran dukungan sosial keluarga terhadap berduka kronis pada lansia yang mengalami kehilangan pasangan dalam budaya pakurenan menunjukkan bahwa faktor sosial yang terdiri

dari

dukungan

ketahanan lansia

sosial

keluarga berpengaruh

terhadap

yang mengalami berdukakronis

akibat

kehilangan pasangan dalam budaya Pakurenan. Korelasi ini juga memiliki kekuatan yang sangat baik sehingga dukungan

sosial

keluarga sangat dominan dalam meningkatkan ketahanan pada lansia

16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1.

Teori Berduka kronis merupakan teori yang dikembangkan oleh Georgene Gaskill Eakes, Mary Lerman Burke Dan Margaret A. Hainsworth.

2.

Konsep kesedihan kronis berasal dari teori oleh Olshansky. Mayor Konsep Teori Berduka Kronis Terdiri Dari Chronic Sorrow, Loss, Trigger Events, management method, inefektif management dan effective management.

3.

Studi NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) ini meliputi: individu dengan kanker, infertility, multiple sclerosis, penyakit parkinson, individu yang memiliki pasangan hidup dengan penyakit mental kronik dan , orang tua yang memiliki anak dewasa dengan penyakit mental kronik.

4.

Trigers (pemicu) pada teori berduka kronis menggunakan data empirik dari sejumlah penelitian yang sudah dilakukan, teori NCRCS mengidentifikasi kejadian primer atau situasi yang memicu terulang kembali pengalaman yang memulai perasaan berduka.

5.

Strategi Manajemen pada teori berduka kronis meliputi : strategi koping internal, interpersonal, emosional, dan strategi koping eksternal,

6.

Asumsi Utama dalam teori berduka kronis a. Keperawatan, diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan lingkup praktik keperawatan, b. Manusia, mmempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan kesehatan. c. Kesehatan, bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang tergantung atas bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kehilangan. d. Lingkungan, interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi lingkungan keluarga, sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan kesehatan

7. Menurut teori chronic sorrow, dalam rentang kehidupan manusia, individu

17

dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian. 8. Intervensi terkait pasien yang berduka kronis yaitu a. Melalui Peran Perawat Sebagai Konselor b. Melaui Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) c. Melalui peran dukungan sosial keluarga B. Saran 1. Orang tua harus memahami kondisi anak yang mengalami suatu penyakit kronis salah satunya adalah meningkatkan fungsi keluarga dimana keluarga akan mendapatkan tugas keluarga yang lebih kompleks, tanggung jawab yang lebih besar, perhatian yang lebih besar, tugas identifikasi kebutuhan anak seperti kebutuhan akan alat bantu, akses pendidikan yang sesuai, pembiayaan, ketidakpastian masa depan, kehilangan secara emosional, reaksi terhadap stigma dalam masyarakat, isolasi sosial, dan kehilangan kesempatan dalam bermasyarakat secara normal. 2. Salah satu pengaruh yang besar pada orang tua adalah perasaan berduka atau kehilangan disebabkan karena orang tua mempersepsikan adanya perbedaan anaknya dengan anak normal lain. Untuk itu koping yang efektif keluarga sangat di perlukan dalam menerima kondisi anak. 3. Perasaan berduka atau kehilangan ini akan muncul dalam respon emosional seperti putus asa, menyesal, tidak percaya, menyalahkan diri sendiri, permusuhan, cemas, ragu-ragu, disorientasi dan perasaan terisolasi, sehingga diperlukan managemen emosional yang efektif dari keluarga atau orang tua.

18

DAFTAR PUSTAKA Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing theory & their work (8 th ed). The CV Mosby Company St. Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier. Inc Bulechek, M.G dkk. (2017). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definsi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC. Hidayati. (2017). Pengaruh intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap tahap berduka pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Jurnal UMY, 1(1), 1-12 Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2011). Nursing care of infant and children, 9th ed.ed. Elvesier Mosby, St. Louis: Missouri. Moorhead Sue, dkk. (2017). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia. Nurjannah1, Fitriangga2, Pramana. (2015). pengaruh peran perawat sebagai konselor terhadap respon berduka pasien HIV/AIDS di RSJD Sungai Bangkong Pontianak. Jurnal Proners. 3(2), 1-9. Riastana, Haryanto, dan Suprajitno. (2018). Peran dukungan sosial keluarga terhadap berduka kronis pada lansia yang mengalami kehilangan pasangan dalam budaya pakurenan. Indonesian Journal of Health Research, 1(1), 2026

Walker, L.O., dan Avant, K.C. (2019). Strategies for theory construction in nursing. 6th ed. Boston : Pearson, Prentice Hall.

19

LAMPIRAN

20

Related Documents


More Documents from "Ichsan Batubara"