Makalah Ilmu Nutrisi Ternak Nonruminansia Ii

  • Uploaded by: amelia arum ramadhani
  • 0
  • 0
  • September 2022
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ilmu Nutrisi Ternak Nonruminansia Ii as PDF for free.

More details

  • Words: 13,468
  • Pages: 52
Loading documents preview...
MAKALAH MATAKULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA PERANAN ZAT MAKANAN DALAM PAKAN KUDA Dosen Pengampu : Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc.,IPU.

Disusun oleh : Kelas/Kelompok : B/9 Azalea Riztri A

165050107111060

Ashri Prilia R

165050107111072

Suryanti

165050107111088

Amelia Arum R

165050107111092

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Kebutuhan Nutrisi Ternak Kuda”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Pengelolaan Limbah Peternakan dengan judul “Kebutuhan Nutrisi Ternak Kuda”. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena penulis sadar, makalah yang penulis buat ini masih banyak terdapat kekurangannya. Malang, 12 Februari 2019

Tim Penyusun

2

DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1 KATA PENGANTAR...............................................................................................................2 DAFTAR ISI.............................................................................................................................3 DAFTAR TABEL.....................................................................................................................4 DAFTAR GAMBAR................................................................................................................5 BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................6 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................6 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................9 1.3 Tujuan....................................................................................................................................9 1.4 Manfaat..................................................................................................................................9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................10 BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................…….21 3.1. Kebutuhan Zat Pakan pada Kuda........................................................................................21 3.2. Kecukupan Zat Makanan Untuk Setiap Kondisi Fisiologis Kuda......................................21 3.3. Pakan Ternak Kuda.............................................................................................................33 3.4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Kuda..........................................................................................37 3.5. Bagaimana Konsumsi dan Kecernaan Zat-Zat Makanan pada Ternak Kuda......................45 3.6. Evaluasi dan Formulasi Pakan............................................................................................46 3.7. Menyusun Pakan.................................................................................................................47 3.8. Gangguan Pencernaan pada Kuda.......................................................................................48 BAB IV PENUTUP................................................................................................................51 4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................51 4.2 Saran.....................................................................................................................................51 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................52

3

DAFTAR TABEL Tabel 1 Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda di Indonesia.........................................................21 Tabel 2 Ransum seekor anak kuda umur 4-6 bulan.......................................................................22 Tabel 3 Ransum Konsentrat Seekor Anak Kuda Umur Dibawah 1 Tahun....................................23 Tabel 4 Ransum Konsentrat seekor Kuda Umur Dua Tahun.........................................................23 Tabel 5. Ransum Konsentrat Seekor Kuda Bunting pada 9 Bulan Awal.......................................25 Tabel 6 Ransum Konsentrat seekor Kuda Menyusui.....................................................................25 Tabel 7 Ransum Konsentrat Seekor Kuda Menyusui dan Bunting...............................................26 Tabel 8 Ransum Seekor Kuda Tidak Menyusui dan Tidak Bunting..............................................27 Tabel 9 Ransum Seekor Kuda Pejantan.........................................................................................28 Tabel 10 Ransum Seekor Kuda Pejantan Muda.............................................................................28 Tabel 11 Ransum Seekor Kuda Tunggang.....................................................................................29 Tabel 12 Ransum untuk Seekor Kuda Jantan Tua.........................................................................30 Tabel 13 Kandungan nutrien ketiga bahan pakan..........................................................................48

4

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Anatomi sistem pencernaan kuda.................................................................................32 Gambar 2 Rumput Pangola............................................................................................................36

5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hewan ternak sangat beragam jenis dan tujuan pemeliharaannnya. Pada umumnya pemeliharaan ternak tentu memiliki tujuan tertentu. Misalnya untuk menghasilkan daging, susu, telur, bulu, atau dimanfaatkan tenaganya. Di Indonesia ternak yang banyak dibudidayakan yaitu jenis unggas dan ruminansia. Ternak jenis ruminansia seperti sapi dan kambing banyak dipelihara untuk menghasilkan daging dan susu. Sedangkan ternak jenis unggas

selain

menghasilkan

daging

juga

menghasilkan

telur. Budidaya

ternak

nonruminansia atau pseudo ruminanasia justru belum banyak dilakukan dan kemungkinan dikarenakan kurangnya pengetahuan akan jenis ternak itu sendiri. Walaupun belum banyak dilakukan, ternak pseudoruminansia seperti kuda sudah mulai

dibudidayakan

masyarakat

untuk

diambil

susu

maupun

dimanfaatkan

tenaganya. Namun budidaya ternak kuda belum maksimal karena masih minimnya informasi mengenai manajemen ternak kuda yang baik dan tentu saja beternak kuda berbeda dengan beternak ruminansia dan unggas sehingga menyulitkan peternak yang terbiasa dengan jenis ternak lain. Perbedaan tersebut terutama mengenai kebutuhan nutrisi setiap ternak. Proporsi nutrisi untuk ternak ruminansia tentu berbeda dengan ternak unggas. Bahkan antara ternak ruminansia pun kebutuhan nutrisinya masih dapat dibedakan berdasarkan tujuan pemeliharaan. Perbedaan ternak kuda dengan ternak yang lain tentu juga berkaitan dengan sistem pencernaannya

karena

kebutuhan

nutrisi

ternak

sangat

dipengaruhi

oleh

tipe

pencernaannya. Oleh sebab itu dengan mengetahui bagaimana sistempencernaaan dan kebutuhan nutrisi pada kuda diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaaatan ternak kuda. Populasi ternak kuda di Indonesia adalah 421,104 (Horse Population by Province, 2014 - 2018). Kuda (Equus caballus atau Equus jerus Caballus) telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai hewan piaraan, hewan olah raga ataupun sebagai sarana transportasi. Hal ini disebabkan karena kuda adalah hewan yang mudah diatur, dikendalikan, dan ramah terhadap mahluk sekitarnya termasuk manusia. Kuda termasuk kedalam golongan ternak herbivora non ruminansia grup colon fermentor . Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan fermentasi. Pakan 6

yang tahan dari penghancuran di usus kecil, terutama serat, masuk ke usus besar untuk difermentasi oleh mikroba. Prosesnya hampir sama seperti di rumen pada ternak ruminansia. Kuda sebagai ternak herbivora, merupakan ternak yang mengkonsumsi hijauan. Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda. Performan yang dihasilkan oleh kuda akan seiring dengan kualitas hijauan, dimana hijauan yang mempunyai kualitas baik akan menghasilkan performan kuda yang bagus pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energy, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Untuk mendapatkan performan kuda yang bagus perlu adanya evaluasi penentuan kualitas hijauan pakan kuda. (Guay, et al., 2002) Sedangkan di Indonesia, informasi tentang jenis, nilai nutrisi dan penggunaan hijauan sebagai pakan kuda sangat terbatas. Di Indonesia dan daerah tropis lainnya belum diperoleh keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang menonjol kualitasnya, terutama untuk pakan kuda. Hal ini bisa disebabkan masih kurangnya eksplorasi dan identifikasi sumber daya genetik (Plasma Nutfah) hijauan yang ada. Padahal untuk pengembangan peternakan diperlukan pemanfaatan sumberdaya local yang mempunyai nilai lebih. Menurut (Chambaliss dan Jhonson, 2002) yang menyatakan bahwa hal penting dalam pengembangan adalah tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi tanah dan iklim dalam lingkungan penanamannya. Dalam pengembangan hijauan pakan kuda perlu mempertimbangkan adaptasi tana man terhadap kondisi tanah dan iklim. Informasi tentang jenis hijauan lokal Indonesia dan kandungan nutrisinya yang potensial untuk dikembangkan sebagai pakan kuda hampir belum ada. Pencernaan adalah proses pemecahan pakan secara mekanis dan kimia menjadi struktur kimia sederhana yang sebagian besar larut dalam air dan siap diabsorpsi melalui membran mukosa yang membatasi saluran usus (Bradley, 1981). Selanjutnya, protein dipecah menjadi asam-asam amino dan karbohidrat menjadi gula sederhana dan volatile fatty acids. Sistem pencernaan kuda merupakan kombinasi fungsi pencernaan ruminan dan non ruminan, yaitu mempunyai lambung relatif kecil tetapi efisien menggunakan biji-bijian seperti pada babi, dan mempunyai sekum dan kolon besar untuk menggunakan pakan kasar (roughage) dibantu mikroorganisme untuk produksi energi dan vitamin B, jadi fungsinya mirip rumen pada sapi (Bradley, 1981). Selanjutnya, mitokondria yang ada di semua sel menghasilkan energi dari gula sederhana sebagai hasil akhir pencernaan biji-bijian, rumput, atau bahkan kulit kayu. 7

Saluran pencernaan adalah pipa lebih dari 100 feet atau 30,48 mulai mulut dan berakhir di anus (Bradley, 1981). Selanjutnya, otot pipa tersebut membentuk lingkaran beberapa kali dan bervariasi ukurannya antara diameter 1 inch (1 inch = 2,54 cm) pada usus kecil hingga 8 inches (20,32 cm) pada sekum dan kolon besar. Saluran pencernaan (mulut, pharynx, esofagus, lambung, usus kecil, usus besar yang terdiri dari sekum, kolon, dan rektum, dan anus dibantu organ pelengkap (gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, dan pankreas) mempersiapkan pakan untuk absorpsi dan mengeliminasi sisa-sisanya (residu). Sebagian besar pakan kuda memerlukan perubahan substansi dengan aksi mekanis, sekresi, kimia, dan biologi (Bradley, 1981). Selanjutnya, aksi mekanis berupa mastikasi atau mengunyah, penelanan, gerakan usus, dan defekasi (berak) atau eleminasi residu. Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak akan naik dan turun. Tetapi jika ternak tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini disebut kebutuhan produksi.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Bagaimana kebutuhan zat pakan pada ternak kuda?

1.2.2

Bagaimana kecukupan zat makanan untuk setiap kondisi fisiologis ternak?

1.2.3

Bagaimana system pencernaan kuda?

1.2.4

Bagaiamana pakan ternak kuda?

1.2.5

Bagaimana kebutuhan nutrisi ternak kuda?

1.2.6

Bagaimana konsumsi dan kecernaan zat-zat makanan pada ternak kuda?

1.2.7

Bagaimana formulasi dan evaluasi pakan pada ternak kuda?

1.2.8

Bagaimana penyusunan ransum pada ternak kuda?

1.2.9

Apa saja gangguan pencernaan pada ternak kuda?

1.2.10 Bagaimana pengaruh zat pakan terhadap tampilan produksi ternak kuda? 1.2.11 Bagaimana kebutuhan protein dan energi yang dibutuhkan pada ternak kuda? 1.3 Tujuan 8

1.3.1

Untuk mengetahui kebutuhan zat pakan pada ternak kuda.

1.3.2

Untuk mengetahui proses zat pakan terhadap metabolisme ternak kuda.

1.3.3

Untuk mengetahui formulasi pakan pada ternak kuda.

1.3.4

Untuk mengetahui pengaruh zat pakan terhadap tampilan produksi ternak kuda.

1.3.5 Untuk mempelajari dan memahami tentang kebutuhan protein dan energi pada ternak kuda.

1.4 Manfaat Memenuhi tugas matakuliah Nutriri Ternak Non Ruminansia jilid II yang diampu oleh Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc.,IPU.

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kuda merupakan salah satu jenis ternak besar yang termasuk hewan herbivora nonruminansia. Kuda termasuk ternak pseudoruminant yang umum dimanfaatkan susu, daging dan tenaganya. Populasi ternak kuda terus berubah dari waktu ke waktu. Menurut Cunha (1991) penurunan populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak digantikan oleh kendaraan bermotor, selain tingginya angka pemotongan kuda sebagai sumber pangan. Kemudian populasi kuda mengalami kenaikan setelah terjadi peningkatan

kegiatan

olahraga

dan

rekreasi

menggunakan

kuda.

Ternak

ini

bersifat nomadic, kuat, dan mampu berjalan sejauh 16 km dalam sehari untuk mencari makan dan air (Hinengger, 2002). Klasifikasi zoologis kuda adalah Kingdom

: Animalia (hewan)

Phylum

: Chordata (bertulang belakang)

Class

: Mammalia (menyusui)

Ordo

: Perissodactyla (berteracak tidak memamahbiak)

Family

: Equidae

Genus

: Equus

Spesies

: Equus caballus Selain

berdasarkan

monogastrik. Menurut

taksonomi,

Cheeke

(1999)

kuda

juga

herbivora

termasuk

ternak

nonruminansia

herbivora

grup

colon

fermentor. Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan fermentasi. Makanan yang tahan dari penghancuran di usus kecil, terutama serat, masuk ke usus besar untuk difermentasi oleh mikroba. Prosesnya hampir sama seperti di rumen pada ternak ruminansia. Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda berdiri pada satu kuku sehingga dimasukan dalam ordo perissodactyl. Dalam hal kekerabatan kuda memiliki kesatuan nenek moyang dengan tapir dan badak. Kuda merupakan satu dari hewana modern paling sukses dari genus Equus, hal tersebut dikarenakan kemampuannya dalam bertahan hidup dari seleksi alam dan kemampuannya dalam berevolusi yang sangat baik,

10

Kuda hidup berkelompok dan sering kali membentuk sebuah keluarga yang terdiri atas satu pejantan, satu atau beberapa betina dan keturunannya. Kelompok jantan muda biasanya membentuk kelompok yang terdiri atas satu hingga delapan jantan muda. Kuda jantan yang memimpin dan menguasai sekelompok betina, akan melindungi kuda betina dewasa yang merupakan bagian kelompoknya dari gangguan kuda jantan lain khususnya selama masa estrus. Kuda berkomunikasi dengan cara mengeluarkan suara, menggerakan tubuhnya seperti ekor, telinga, mulut, kepala, dan leher atau mengeluarkan bau yang berasal dari kotorannya untuk menandakan teritori. Kuda memiliki indera penciuman dan pendengaran yang kuat (Rukmana, 2005). Pakan yang biasanya dikonsumsi oleh kuda adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan dengan kandungan serat tinggi. Hijauan dapat berupa rumput dan legum. Konsentrat adalah campuran pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% dan tinggi protein. Komposisi hijauan dan konsentrat yang diberikan pada kuda dapat bervariasi. Kuda dapat mengkonsumsi hijauan untuk hidup pokoknya sebanyak 1,5-2% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,5% bobot badan. Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda. Performa yang dihasilkan kuda akan seiring dengan kualitas hijauan. Hijauan berkualitas baik akan menghasilkan performa kuda yang baik pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya (Mansyur, 2006). Salah satu hijauan yang dapat digunakan dalam ransum kuda adalah African star grass (Cynodon plectostachyus). African star grass adalah jenis rumput yang tumbuh dan dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis. African star grass dapat berkembang dengan stolon. Rumput ini baik digunakan untuk padangpenggembalaan atau pastura, namun perlu dilakukan pengelolaan yang intensif dengan cara membuat paddocks dan rotasi. Paddocks digunakan sebagai pastura kurang lebih selama 3-4 hari dan diistirahatkan selama 21-28 hari. African star grass dapat berproduksi sebanyak 47,0-55,6 ton/ha/tahun, dengan pemberian 150 atau 300 kg nitrogen/ha/tahun dan interval pemanenan selama 21 hari. Rumput ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 500-1200 mm. Rumput ini tidak dapat tumbuh pada tanah yang tergenang dan kekurangan nitrogen. Kandungan nutrien African star grass adalah 32% bahan kering; 3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar; 15,4% BETN; dan 2,8% protein kasar. DE atau Digestible Energy dari

11

rumput African star adalah 10,66 MJ per kg bahan kering, satu joule sama dengan 0,24 kal, maka 10,66 MJ sama dengan 2,56 Mkal. Pakan utama kuda adalah rumput. Pakan rumput hanya cukup untuk kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan sumber energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat serealia yang terdiri atas gandum, jagung, sorgum, berbagai produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti kedelai dan kacang. Pakan suplemen adalah pakan atau campuran pakan yang sangat tinggi kandungan salah satu zat makanannya, seperti suplemen protein, mineral, dan lainlain. Telur merupakan salah satu pakan suplemen yang tinggi kandungan proteinnya. Komponen kimia telur tersusun atas air (72,8 -75,6%), protein (12,8-13,4%), dan lemak (10,5-11,8%). Kandungan protein telur tersusun atas 18 asam amino yaitu alanin, arginin, asam aspartat, sistin, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin. 1. Klasifikasi Kuda modern saat ini dibedakan menjadi kuda domestikasi dan kuda liar. Kuda domestikasi (Equus caballus) adalah kuda yang sengaja dipelihara manusia untuk digunakan dan diambil manfaatnya. Sedangkan kuda liar (Equus ferus Caballus) adalah kuda yang masih hidup di alam liar (Kidd, 1985). Klasifikasi kuda domestikasi dan kuda liar secara ilmiah berdasarkan aturan penamaan linaeus (1785) yaitu : kingdom

Animalia,

kelas

Mamalia,

ordo

Perrissocdactyla, family Equidae,

genus Equus, spesies Equus caballus untuk kuda domestic dan Equus ferus Caballus untuk kuda liar. Pengelompokan kuda kemudian berkembang pesat berdasarkan berbagai hal seperti kemampuan dalam beraktivitas yaitu Cold blood, Hot blood dan Warm blood, berdasarkan ukuran tubuh seperti light horses, draught horses dan ponies (kacker, 1996), jenis aktifitas seperti work horses dan sport horses, asal daerah seperti kuda arab, kuda eropa, kuda asia,dan kuda amerika. Pengelompokan terakhir adalah berdasarkan breed, yaitu kuda yang dikawin silangkan dengan kuda jenis lain dan dihasilakn

kuda

jenis

baru

yang

berkualitas baik. Breed yang

terkenal antara lain Arab, Throughbred, Anglo-arab dan Shire. Begitu banyak jenis kuda di dunia , kuda arab dapat dianggap sebagai cikal bakal berbagai jenis kuda di dunia. Menurut keterangan marco polo saat berkunjung ke India tahun 1290. Para sultan di india telah menyebarluaskan kuda arab ke berbagai Negara lain. Kuda 12

arab tersebut kemudian dikawin silangkan dengan kuda lokal di daerah masing-masing Negara. Sampai saat ini telah dikenal lima ekor kuda pejantan arab yang terkemuka, masing-masing bernama the byerley Turk (1684), The Leeds Arabian (1965), thedardley Arabian (1700), the alcock Arabian (1704), dan the godolphin arabian (1730). Namadari kuda pejantan ini akan kita temukan pada silsilah keturunan kuda jenis Throughbred yang tersebar di seluruh dunia. 2. Kuda Indonesia Kuda yang terdapat di wilayah asia tenggara termasuk ke dalam ras timur karena memiliki bentuk tengkorak yang kecil. Hal tersebut berbeda dengan kuda ras eropa yang memiliki tengkorak kepala yang besar. Melihat bentuk wajahnya, kuda ras timur diduga merupakan keturunan kuda mongol. Kuda mongol diperkirakan merupakan keturunan jenis kuda przewalski yang ditemukan tahun 1879 di asia tengah. Keadaan fisik kuda yang terdapat di Indonesia beraneka ragam karena dipengaruhi oleh keadaan geografis wilayahnya. Kuda-kuda di Indonesia memiliki ukuran tubuh yang tidaklah terlalu besar yaitu bertinggi badan 1,13 m hingga 1,33 m, hal ini disebabkan karena Indonesia berada di daerah beriklim tropis. Dari ukuran tersebut maka kuda Indonesia termasuk kedalam jenis kuda poni. Terdapat dua jenis ras kuda local di Indonesia. Jenis pertama dikenal dengan nama kuda batak dan jenis kedua dikenal dengan nama kuda sandel (Sandel Wood) atau kuda timur. Kedua jenis kuda poni ini memiliki ukuran yang sama yaitu antara 114-123 cm. Kedua jenis kuda ini memiliki kesamaan pada warna maupun bentuk. Umumnya keduanya berwarna coklat, coklat tua, sampai kemerahan dengan rambut ekor dan kaki bagian bawah berwarna hitam. Bagian kepala berukuran agak besar dengan leher lebar dan pendek, sedangkan rambut kepala kasar dan berdiri. Bagian kakinya berbentuk langsing dan berbulu pada bagian persendian. Di Indonesia kuda digunakan sebagai hewan transportasi, bahkan di beberapa daerah di pulau jawa kuda digunakan untuk menarik kereta yang biasa disebut sebagai Delman. Delman sendiri di definisikan sebagai kereta yang dapat diisi/dinaiki 4-5 orang dan ditarik oleh satu ekor kuda. 2.1. Kebutuhan Zat Pakan pada Kuda Tingkat kebutuhan energi dan protein ternak kuda dengan rataan suhu lingkungan 26oC akan lebih rendah dari nilai perhitungan NRC (1989). FAO (1950) maka akan terjadi penurunan kebutuhan kalori sebanyak 2,5% karena ada kenaikkan 5o C dari suhu standar NRC (1989) sekitar 21oC. 13

Tabel 1. Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda di Indonesia.

2.2. Kecukupan Zat Makanan Untuk Setiap Kondisi Fisiologis Kuda NRC (1989) anak kuda sudah dapat disapih ketika mencapai bobot 150 kg dan telah mampu mengkonsumsi 1,5 kg bahan kering selain susu induknya, sehingga penyapihan seharusnya dapat dicapai sebelum 6 bulan apabila kondisi manajemen secara keseluruhan baik. NRC (1989) kebutuhan zat makanan kuda dewasa dengan bobot badan 500 kg pada masa laktasi dan bunting awal tidak berbeda dengan kebutuhan zat makanan untuk kuda induk menyusui. 2.3.

Sistem Pencernaan Kuda Tulung (2012) Di dalam rongga mulut terdapat organ pelengkap, yaitu lidah, gigi, dan

saliva. Lidah merupakan alat pencernaan mekanik. Tulung (2012) farings adalah penyambung rongga mulut dan esofagus. Esofagus mempunyai panjang kira-kira 50-60 inchi. Pada farings dan esofagus tidak terjadi pencernaan yang berarti.

14

Kohnke dkk (1999) volume lambung pada kuda dengan bobot 500 kg rata-rata 7.5-15 liter atau 8-10% dari total kapasitas saluran pencernaan, panjang lambung 0,25 meter dimana fungsi dari lambung sendiri adalah mencampur massa pakan, mencerna beberapa protein, menampung massa pakan, dengan lama waktu penyimpanan untuk air 30-60 menit, sementara untuk pakan kering 30 menit-12 jam. Tulung (2012) pankreas kuda memiliki perbedaan yang spesifik dari segi cairan pankreas dengan ternak lain, yaitu konsentrasi enzim dan kadar HCO3 rendah. Bagian pankreas kuda terdiri atas endokrin dan eksokrin. Tulung (2012) bahwa Usus besar terdiri dari sekum, kolon, rektum. Sekum dan kolon memiliki kapasitas 60% dari keseluruhan saluran pencernaan yang mempunyai fungsi tempat fermentasi dengan hasil berupa VFA, sintesis asam amino, vitamin B & K, tempat utama mencerna serat deterjen netral (NDF), asam laktat dari lambung dengan adanya veilonella gazagones akan diubah menjadi VFA. 2.4.

Pakan Ternak Kuda Terdapat sekitar 1800 spesies leguminosae yang dapat memberikan keuntungan karena

akan terjadi nitrogen-fixing bacteria (McDonald et al., 1995). Fungsi hijauan pada ternak herbivora adalah untuk membantu mekanisme fisiologi tubuh ternak dan memberikan suplai zat makanan pada ternak. Hijauan dalam bentuk hay sebaiknya diberikan minimal 1% dari bobot badan (Pagan, 2006). Rumput Pangola adalah rumput yang tahan genangan dan tahan terhadap salinitas tanah yang tinggi. Pangola tidak memproduksi biji sehingga metode penanamannya harus dengan stolon (Partridge, 2003). NRC (1989) memberikan data kandungan zat makanan dari rumput Pangola atau Digitaria decumbens yaitu 1,95 Mcal DE/kg; 9% protein kasar; 32,6% serat kasar, 0,32% Calsium; dan 0,22% Posfor. Selain rumput Pangola masih ada beberapa rumput lain yang dapat digunakan untuk sumber hijauan ternak kuda yaitu Bermudagrass, Bluegrass, Canarygrass, serta Orchardgrass. Leguminosae yang sering digunakan sebagai sumber hijauan adalah Alfalfa, Alyceclover, Clover red, Clover ladino, dan Clover alsike (NRC, 1989). Bahan sumber protein yang sering digunakan pada pakan kuda adalah bungkil kedelai, biji kapuk, tepung ikan, tepung susu. Bahan lain ada yang berfungsi untuk fillers yaitu pollard dan dedak. Sedangkan molasses dan gula dapat digunakan sebagai peningkat nafsu makan kuda (Pilliner, 1992). 15

NRC (1989), yaitu 89% bahan kering; 2,94 Mkal digestible energy; 15,4% protein kasar; 0,56% lisin; 0,13% kalsium; 1,13% fosfor; dan 0,56% magnesium . Panda (1996) tersusun atas air (72,8 -75,6%), protein (12,8-13,4%), dan lemak (10,5-11,8%). American Egg Board (2010) kandungan protein telur tersusun atas 18 asam amino yaitu alanin, arginin, asam aspartat, sistin, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin. 2.5.

Kebutuhan Nutrisi Untuk Kuda Duberstein dan Johnson (2009) menyatakan, protein dipecah dalam usus halus menjadi

asam amino yang direkombinasi untuk membuat protein dalam tubuh yang membentuk otot, rambut, dan kuku. Slade et al. (1970) mengemukakan kebutuhan protein tercerna untuk hidup pokok kuda bervariasi dari 0,49-0,68 g/kg bobot/hari. Maynard et al. (1979) mengemukakan kuda ponies dengan bobot 500 kg membutuhkan pakan 7,45 kg/ekor/hari dengan kandungan protein 8,5 persen. Glade (1983), kuda yang berumur 3 sampai 4 tahun yang dipacu pada jarak 1207-1710 m memerlukan protein sebesar 1000 g. Frape (2004) mengemukakan bahwa untuk kuda yang dipacu dan berburu membutuhkan protein 1000-1400 g/hari. Hinkle et al. (1981); Freeman et al. (1988), mengemukakan pemberian pakan yang tinggi kandungan protein untuk kuda kerja tidak menguntungkan. Megan (2008) mengemukakan, kuda membutuhkan 8-10 persen protein dalam diet mereka. Untuk memastikan kuda mendapatkan cukup protein, pemilik dapat memeriksa jenis jerami yang mereka makan. Alfalfa mengandung sekitar 18 persen sementara jerami rumput memiliki sekitar 10 persen. Duberstein dan Johnson (2009) menyatakan, kuda membutuhkan lebih banyak protein ketika jaringan sedang diatur untuk pertumbuhan (kuda muda, yaitu dalam fase pertumbuhan yang cepat, gestating kuda pada tri smester terakhir mereka. Untuk mempertahankan bobot badannya, kuda tidak diberi makan tambahan lemak (Burba, 2008). Duberstein dan Johnson (2009), mengemukakan makanan diet lemak tinggi merupakan tren yang relatif baru di industri kuda. Eaton et al (2010) melakukan percobaan dengan penambahan sumber lemak yang berasal dari minyak jagung sebesar 390 ml dalam pakan kuda yang mengalami latihan 16

intensif tinggi memberikan pengaruh pada peningkatan akumulasi maksimal defisit oksigen selama latihan intensif pada treadmill. Depot terbesar kalori di dalam tubuh kuda berada dalam jaringan adiposa, 40.000 gram pada kuda dengan bobot 450kg dibandingkan dengan di dalam otot 3,150- 4,095 glikogen, menunjukkan bahwa lemak adalah sumber energi yang paling tersedia, jika bekerja dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan, (Pagan, 1998; Frape 2004). Jumlah berlebihan mineral juga dapat menyebabkan toksisitas, kondisi kesehatan yang serius atau mengganggu penyerapan mineral lainnya (Frape, 2004). Hintz dan Schryver (1972) melaporkan ketersediaan fosfor tinggi biasanya berasal dari bahan pakan tulang yang dikukus, di-kalsium-fosfat dan sodium mono-fosfat. Hintz et al (1973.) mengemukakan, fosfor dari dedak gandum tampaknya menjadi sekitar setengah tersedia sebagai sumber anorganik. Kecernaan semu fosfor lebih rendah pada ransum dengan persentase yang tinggi serat (Meyer et al. 1982). Rasio kalsium dan fosfor serta fitat tidak muncul untuk memainkan peran utama dalam penyerapan fosfor (Meyer dan Coenen 2002, van Doorn et al. 2004). Zeyner (2002) mengamati bahwa diet lemak tinggi tidak mempengaruhi daya cerna kalsium, akan tetapi jelas terlihat penurunan daya cerna fosfor pada kuda mengkonsumsi pakan mengandung lemak tinggi. Vitamin E dan vitamin B kompleks merupakan vitamin yang diperlukan untuk memaksimalkan stamina dan fungsi otot sekitar 1000-2000IU, terutama ketika peningkatan kadar lemak disediakan (Kohnke, 1992). Karena sulit untuk mengandalkan pada kuda untuk mensintesis seluruh kebutuhan vitamin B, maka perlu diberikan suplemen vitamin B pada ransum untuk kuda muda dan kuda pacu untuk memperbaiki performannya (Abun, 2006). Vitamin yang dibutuhkan oleh kuda terdiri atas 11 jenis vitamin B kompleks, 4 jenis vitamin yang larut dalam lemak, dan vitamin C. Sebagian besar vitamin dapat diperoleh dari hijauan, namun defisiensi dapat terjadi jika kuda banyak mengkonsumsi hijauan berkualitas rendah atau pakan yang tidak ditambah suplemen vitamin (Abun, 2006). Pada situasi tertentu, seperti kerja berat (selama latihan), balapan, atau perbaikan performan, suplementasi vitamin B kompleks menguntungkan. Sejauh ini toksisitas vitamin belum ada laporan karena kelebihannya segera dieksresikan dan keluar bersama feses (Abun, 2006). 17

Kebutuhan vitamin A pada kuda adalah 1 mg karoten atau ekuvalen dengan 400 IU vitamin A (Abun, 2006). Kebutuhan vitamin D pada kuda 125 IU per pound pakan atau 3 IU per pound bobot tubuh (Abun, 2006). Defisiensi vitamin D, Ca, atau P dapat menyebabkan deformasi (penyimpangan bentuk) tulang karena bobot hewan yang besar sedang otot tubuh lemah, dan tulang kosong (porous) (Abun, 2006). Suplemen tiamin menguntungkan jika defisiensi vitamin tersebut dalam ransum (Abun, 2006). Defisiensi tiamin, akan menyebabkan bradycardia, dan menurunnya denyut jantung, ataxia, fasciculasi otot, hypothermia periodik pada bagian peripheral (kuku kuda, telinga, mulut). Beberapa ekor kuda yang diteliti seperti buta, diarhe, dan kehilangan berat badan (Abun, 2006). Kebutuhan tiamin untuk kuda sebesar 1,36 mg tiamin per pon pakan. Tingkat pemberian ini memperbaiki nafsu makan dan konsumsi, pertambahan berat badan, dan tingkat normal kandungan tiamin dalam otot rangka kuda yang sedang tumbuh (Abun, 2006). Seekor kuda, normal dan sehat akan mengkonsumsi 5-15 (atau lebih) galon air per hari tergantung pada suhu, kelembaban dan tingkat aktivitas (Duberstein and Johnson 2009). Pada saat istirahat atau berhenti, air harus disediakan dan eletrolytes kuda harus dilatih untuk minum di setiap kesempatan. Pakan tidak harus diberikan lebih awal karena dapat menyebabkan kelelahan (Clayton, 1991; Kohnke, 1992). 2.6.

Bagaimana Konsumsi dan Kecernaan Zat-Zat Makanan pada Ternak Kuda Church dan Pond (1988), mengemukakan bahwa jumlah konsumsi pakan ditentukan

oleh umur dan sifat fisik pakan serta keadaan fisiologis ternak dan keadaan lingkungan sekitarnya. Harper dan Ralph (2007) mengemukakan pada musim panas dengan intensitas kerja yang tinggi membutuhkan asupan pakan, terutama energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi lingkungan normal, demikian pula dengan peningkatan kinerja dari latihan dimana latihan dengan jarak galloping 3 mil kebutuhan energi 22,5 Mkal per hari dan meningkat menjadi 30 Mkal perhari pada jarak latihan galloping 6 mil per hari.

18

Burba (2007) mengemukakan, kuda dan anggota lain dari genus Equus diadaptasi oleh biologi evolusioner untuk makan dalam jumlah kecil dari jenis makanan yang sama sepanjang hari. Gallagher et al, (1992) mengemukakan bahwa rata-rata konsumsi pakan yang diberikan secara as fed basic adalah 16,1 kg. Frape (2004) menyatakan, pemberian pakan pada kuda untuk pacuan memerlukan waktu 8-12 minggu untuk pemberian pakan khusus, dimulai dengan pemberian pakan konsentrat 5 kg setiap hari dan selesai pemberian pada 2 bulan berikutnya 8-8,5 kg, dimana sepertiga diberikan pada pagi hari dan dua per tiga diberikan pada malam hari dan untuk pakan hay 5 sampai 5,5 kg per hari. 2.7.

Gangguan Pencernaan pada Kuda Maswarni dan Nofiar (2014) salah satu jenis cacing gelang yang sering menyerang

kuda adalah Parascaris Equorum. Maswarni dan Nofiar (2014) diare menimbulkan gejala berupa feses encer, pinggul berlumuran kotoran, kondisi tubuh menurun, lemah, dan kehilangan selera makan. Menurut Blakely dan Bade (1991) tanda – tanda kolik adalah bergerak terus menerus, kesakitan,

berkeringat,

berguling

guling

dan

tentu

saja

adanya

rasa

tidak

nyaman. Berguling – guling (rolling) yang menyebabkan terbelitnya usus, merupakan hal yang fatal. Kuda sebaiknya di ikat supaya tidak rolling. Maswarni dan Nofiar (2014) kuda yang mengalami kolik akan merasakan tidak nyaman pada bagian perut maka kuda sering melihat ke bagian perut dan menggigit bagian flank.

19

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Kebutuhan Zat Pakan pada Kuda Tingkat kebutuhan energi dan protein ternak kuda dengan rataan suhu lingkungan 26oC akan lebih rendah dari nilai perhitungan NRC (1989). Menurut FAO (1950) maka akan terjadi penurunan kebutuhan kalori sebanyak 2,5% karena ada kenaikkan 5o C dari suhu standar NRC (1989) sekitar 21oC. Tabel 1 Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda di Indonesia.

3.2.

Kecukupan Zat Makanan Untuk Setiap Kondisi Fisiologis Kuda

3.2.1. Anak Kuda umur empat hingga enam bulan Rataan bobot badan kuda umur lima bulan adalah 182,4 ± 20,5 kg. Pada kondisi ini secara fisiologis anak kuda sudah mulai mampu mencerna hijauan karena kondisi sekum sudah berkembang walaupun belum optimal. Kuda 4-6 bulan sudah mengkonsumsi pakan padatan selain susu minimal 1,5 kg bahan kering tiap harinya sebelum dilakukan penyapihan. Kuda pada umur 4-6 bulan masih dalam masa pertumbuhan, sehingga ukuran 20

tubuh terus meningkat baik tinggi dan bobot badannya. Pertumbuhan kerangka masih terjadi sehingga kecukupan mineral khususnya kalsium, magnesium, dan posfor akan mempengaruhi kualitas tulang anak kuda. Ransum harian anak kuda umur 4-6 bulan di Indonesia adalah konsentrat yang konsentrat Haras (1,5 kg) dan konsentrat Vital (2,5 kg). Rumput diberikan satu ikat (setara dengan 3 kg rumput segar) ketika masih bersama 41 induk. Anak kuda masih dapat mengkonsumsi rumput yang ada di padang penggembalaan. Tabel 2 Ransum seekor anak kuda umur 4-6 bulan

3.2.2. Anak Kuda Lepas Sapih Dibawah Umur Satu Tahun Anak kuda yang disapih hanya berdasarkan umur, belum memperhatikan faktorfaktor lain sebagai penentu waktu penyapihan. Padahal menurut NRC (1989) anak kuda sudah dapat disapih ketika mencapai bobot 150 kg dan telah mampu mengkonsumsi 1,5 kg bahan kering selain susu induknya, sehingga penyapihan seharusnya dapat dicapai sebelum 6 bulan apabila kondisi manajemen secara keseluruhan baik. Bobot rataan anak kuda yang telah disapih yaitu 189,9 ± 4,6 kg. Rataan pertambahan bobot badan pada 3 minggu awal setelah disapih adalah 0,4 kg/ekor/hari. Kondisi ini jelas menunjukkan kurang optimalnya 43 pakan yang diberikan karena standar pertambahan bobot badan (moderate growth) menurut NRC (1989) adalah 0,65 kg/ekor/hari tidak dapat dicapai. Ransum seekor kuda sapihan terdiri dari konsentrat dan rumput. Kuda lepas sapih di Pamulang Equestrian Centre mengkonsumsi konsentrat sebanyak 6,5 kg yang terdiri dari konsentrat Haras (3 kg) dan konsentrat Vital (3,5 kg). Konsumsi rumput untuk kuda sapihan sebanyak satu ikat (berat segar 3 kg) ketika berada di kandang sisa kebutuhan rumput dipenuhi ketika merumput di padang penggembalaan. Tabel 3 Ransum Konsentrat Seekor Anak Kuda Umur Dibawah 1 Tahun 21

3.3.3. Kuda Umur Dua Tahun Pada usia dua tahun laju pertumbuhan sudah menurun dan sudah masak kelamin. Bobot rataan kuda muda berumur dua tahun adalah 506 kg. Umumnya kuda Thoroughbred memiliki rataan bobot dewasa yaitu sekitar 500 kg. Aktivitas harian kuda umur dua tahun pada tingkat ringan. Kegiatan pemeliharaan kuda umur dua tahun dimulai pada pagi hari sekitar pukul 08.00 pagi sudah mulai dirawat oleh anak kandang. Kuda muda akan dilatih berlari selama 30 menit dengan membawa beban sadel dipundaknya. Program latihan ringan dilakukan pada kuda dua hari sekali. Setelah dilatih kuda akan dilepas di padang penggembalaan dan apabila tidak dilatih kuda langsung dilepas ke padang penggembalaan. Kuda umur dua tahun akan masuk ke kandang pada pukul 14.00. Ransum kuda umur dua tahun terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat Haras (2 kg) dan konsentrat Vital (4,5 kg). Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan dua ikat setiap hari (6 kg rumput segar) dan kekurangan kebutuhan hijauan dipenuhi kuda saat digembalakan. Penambahan jagung sebanyak 250 g untuk menambah jumlah energi pakan. Tabel 4 Ransum Konsentrat seekor Kuda Umur Dua Tahun

3.3.4. Kuda Bunting Umur kuda pada saat bunting adalah enam dan tujuh tahun. Pada umur ini Kuda termasuk masih muda untuk ukuran umur induk. Kuda bunting membutuhkan zat makanan untuk hidup pokok, aktivitas harian, dan pertumbuhan janin. Pada awal kebuntingan 22

pertumbuhan janin belum terlalu besar sehingga kebutuhan zat makanan total ternak belum banyak berubah. Akan tetapi dengan bertambahnya umur kebuntingan, maka dilakukan perubahan porsi makan agar konsumsi bahan kering konsentrat meningkat. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan kondisi tubuh kuda dan cadangan kalsium dalam tulang saat melahirkan. Aktivitas kuda betina bunting sama dengan betina yang tidak bunting. Kegiatan pemeliharaan di mulai pada pagi hari dengan perawatan kuda. Sekitar pukul 08.00 pagi kuda dilepas di padang rumput. Hampir selama enam jam kuda berada di padang rumput. Setelah itu kuda kembali dibersihkan bulu dan kukunya. Kuda kembali masuk ke kandang dari jam 14.00 hingga pukul 08.00 pagi. Pada saat kondisi bunting bobot badan kuda betina cenderung meningkat. Bobot badan rataan kuda betina bunting adalah 512,9 ± 9,5 kg. Induk yang bunting berasal dari jenis kuda G3, G4, dan Thoroughbred. Kebutuhan zat makanan yang tepat untuk kuda bunting muda yaitu umur kebuntingan dibawah 9 bulan sehingga 48 kebutuhan zat makanan untuk janin belum berpengaruh banyak terhadap kebutuhan hidup pokok dan aktivitas harian. Body scoring untuk kuda bunting dan yang akan memasuki masa laktasi berkisar pada nilai enam yaitu dengan ciri-ciri tulang rusuk sudah tidak terlihat dan mulai ada perlemakan pada punggung dan leher. Ransum kuda betina bunting terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat Haras dan konsentrat Vital masing-masing 2 kg dan 4,5 kg. Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan 2 ikat setiap hari (6 kg rumput segar) dan kekurangan jumlah hijauan dalam ransum dapat dipenuhi saat kuda digembalakan. Tabel 5. Ransum Konsentrat Seekor Kuda Bunting pada 9 Bulan Awal

3.2.5. Kuda Betina Menyusui Kuda induk dalam masa laktasi memiliki rataan bobot badan 494,6 ± 5,9 kg. Bobot badan kuda laktasi lebih rendah dari pada induk bunting karena pada awal masa laktasi terjadi imbangan energi yang negatif dalam tubuh. Kuda induk laktasi menggunakan zat

23

makanan dari pakan yang dikonsumsi untuk hidup pokok, aktivitas harian, siklus reproduksi, dan produksi susu. Kegiatan harian kuda menyusui lebih banyak di kandang. Pada pagi hari sekitar jam 7.30 kuda mulai dirawat dan dibersihkan. Setelah itu kuda akan dilepas di padang penggembalaan hingga pukul 12.00. Setelah itu dari pukul 12.00 hingga esok harinya kuda menyusui akan menyusui anaknya di kandang. Ransum kuda induk laktasi terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat Haras (3 kg) dan konsentrat Vital (4 kg). Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan 2 ikat setiap hari (6 kg rumput segar) dan kekurangan kebutuhan hijauan dipenuhi saat kuda digembalakan. Tabel 6 Ransum Konsentrat seekor Kuda Menyusui

3.2.6. Kuda Bunting dan Menyusui Zat makanan dari pakan dibutuhkan ternak untuk hidup pokok, aktivitas harian, produksi susu, dan pertumbuhan janin. Dengan demikian pada kondisi seperti ini kuda membutuhkan bahan makanan yang mudah dicerna karena kebutuhan zat makanan yang tinggi. Aktivitas kuda yang sedang bunting dan menyusui sama dengan kuda menyusui. Bobot badan induk yang bunting dan menyusui adalah 502,9 ±13,1kg. Menurut NRC (1989) kebutuhan zat makanan kuda dewasa dengan bobot badan 500 kg pada masa laktasi dan bunting awal tidak berbeda dengan kebutuhan zat makanan untuk kuda induk menyusui. Ransum kuda menyusui dan berada dalam kondisi bunting terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan sama dengan kuda lainnya hanya jumlah pemberiannya saja yang berbeda yaitu konsentrat Haras (3 kg) dan konsentrat Vital (6 kg). Jumlah hijauan yang diberikan sama halnya dengan kuda laktasi yaitu 2 ikat dan kekurangan dipenuhi ketika sedang di padang penggembalaan. Dengan umur kebuntingan yang masih muda sebenarnya belum membutuhkan ransum baru yang berbeda dengan 24

kuda laktasi. Peningkatan jumlah zat makanan yang diberikan lebih tepat dan efisien ketika umur kebuntingan memasuki 9 bulan (NRC, 1989). Tabel 7 Ransum Konsentrat Seekor Kuda Menyusui dan Bunting

3.2.7. Kuda Betina Tidak Bunting Dan Tidak Menyusui Kuda dalam kondisi kosong memerlukan zat makanan untuk hidup pokoknya, aktivitas harian, dan siklus reproduksi. Bobot rataan kuda induk tidak bunting dan tidak menyusui adalah 503,4 ± 12,6 kg. Kebutuhan zat makanan untuk kuda pada masa kosong hanya digunakan untuk hidup pokok dan aktivitas 53 hariannya. Kuda pada masa kosong perlu diperhatikan keseimbangan zat makanannya agar dapat bunting pada siklus reproduksi berikutnya. Ransum kuda induk yang sedang tidak bunting dan tidak menyusui (kosong) terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan hanya konsentrat Vital (4 kg). Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan 2 ikat setiap hari (6 kg rumput segar) dan sisa kebutuhan hijauan dipenuhi kuda saat digembalakan. Ransum yang diberikan mengadung energi yang terlalu tinggi, untuk standar ternak tropis dapat menyebabkan panas yang berlebih saat metabolisme zat makanan terjadi. Perlu adanya perubahan formula ransum agar kondisi kuda tetap sehat dan siap untuk bunting pada musim kawin berikutnya. Body scoring dari induk tidak bunting dan tidak menyusui dianjurkan pada range 5-6 dari skala 10 untuk score penilaiannya. Tabel 8 Ransum Seekor Kuda Tidak Menyusui dan Tidak Bunting

25

3.2.8. Kuda Pejantan Kuda pejantan memiliki bobot badan rataan 518,4 ± 1,7 kg. Produk utama yang dibutuhkan dari kuda pejantan adalah kualitas sperma yang bagus sehingga tingkat fertilitasnya tinggi dan mempunyai hereditas yang tinggi pula sehingga anak kuda mampu mewarisi kualitas genetik yang bagus. Zat makanan dari pakan yang diberikan akan digunakan untuk hidup pokok, aktivitas harian, dan menghasilkan sperma. Tingkat aktivitas kuda pejantan termasuk dalam tingkat ringan. Kuda pejantan akan dikeluarkan di padang penggembalaan dengan kondisi rumput yang buruk. Tujuan utama pelepasan kuda hanya untuk melatih otot dan kerangka agar tetap kuat ketika musim kawin. Hampir sepanjang hari kuda dilewatkan didalam kandang individu. Kuda dilepas ke padang penggembalaan hanya selama 2 hingga 3 jam selagi bedding dan kandang sedang dibersihkan. Ransum kuda pejantan dapat dikatakan spesial dari jumlah dan jenis bahan pakannya. Hijauan untuk pejantan adalah rumput Pangola yang diberikan sebanyak 3 ikat per ekor (9 kg rumput segar). Pada saat digembalakan kondisi padang penggembalaan untuk pejantan kurang baik sehingga hanya sedikit rumput yang dapat dikonsumsi. Selain hijauan ada konsentrat yang terdiri dari 2 kg konsentrat Haras; 5 kg konsentrat Vital; 0,25 kg Jagung giling; dan 0,25 kg kacang hijau. Bahan pakan ransum kuda akan ditambah dengan 5 butir telur dan 2 sendok madu untuk menambah zat makanan bagi kuda setelah kuda digunakan untuk mengawini kuda betina. Tabel 9 Ransum Seekor Kuda Pejantan

26

3.2.9. Kuda Pejantan Muda Kuda pejantan muda yang memiliki rataan bobot badan 515,9 ± 9,4 kg. Kuda telah mencapai dewasa tubuh dan kelamin sehingga sudah dapat dipersiapkan untuk jadi pejantan. Kuda pejantan muda berumur sekitar 3 hingga 5. Biasanya kuda jantan dipakai sebagai pejantan ketika umurnya lebih dari lima tahun. Sebelum mencapai umur lebih dari lima tahun kuda jantan ini biasanya ikut kompetisi atau perlombaan sehingga ada latihan fisik untuk kuda. Program latihan ringan untuk keperluan equestrian. Zat makanan dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan aktivitas harian. Aktivitas harian kuda pejantan muda sama dengan kuda pejantan tetapi belum digunakan untuk mengawini kuda betina. Ransum kuda pejantan muda terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan konsentrat Haras sebanyak 2 kg dan konsentrat Vital sebanyak 5 kg. Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan tiga ikat setiap hari (9 kg rumput segar). Pembatasan konsumsi rumput ini membuat manajemen pakan menjadi kurang efisien karena hampir seluruh kebutuhan zat makanan kuda dipenuhi dari konsentrat padahal rumput yang harganya lebih murah belum digunakan secara optimal. Tabel 10 Ransum Seekor Kuda Pejantan Muda

3.2.10. Kuda Tunggang 27

Kuda tunggang jantan adalah kuda yang sudah siap untuk ditunggang. Kuda tunggang ini biasanya berumur lebih dari enam tahun. Kuda tunggang yang ada memiliki bobot badan rataan 513,6 ± 9,5 kg. Kuda ini tidak digunakan sebagai pejantan karena memilki hereditas yang rendah sehingga anak kuda hasil perkawinannya tidak memiliki kualitas bagus. Selain itu biasanya tetua dari kuda ini tidak berprestasi sehingga harga jual anak hasil perkawinannya akan murah. Aktivitas kuda tunggang jantan ini sama dengan kuda pejantan. Kuda ini dilepas ke padang penggembalaan hanya 2 hingga 3 jam selagi kandang dibersihkan. Setelah itu sisa waktu kuda berada di kandang. Akan tetapi ketika pemilik ingin berkuda maka kuda tunggang siap ditunggang sehingga kebutuhan zat makanan lebih banyak dari pada pejantan muda. Ransum kuda tunggang jantan terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan yaitu konsentrat Haras (2 kg) dan konsentrat Vital (3,5 kg). Jumlah pemberian terkadang hanya konsentrat Vital sebanyak 6 kg setiap harinya. Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan 3 ikat setiap hari (9 kg rumput segar). Sama halnya dengan kuda pejantan muda komposisi bahan kering rumput masih belum dimanfaatkan secara optimal sehingga biaya pakan kuda per harinya masih cukup tinggi dibanding dengan aktivitas hariannya yang tergolong pada kerja ringan. Tabel 11 Ransum Seekor Kuda Tunggang

3.2.11. Kuda Jantan Tua Kuda pejantan tua memiliki bobot badan 509,9 kg. Kuda sering berada dalam kondisi sakit terutama bagian saluran ekskresinya. Kuda jantan tua sering mengalami colic, selain itu juga gangguan susah buang urine. Kuda jantan tua membutuhkan zat makanan untuk hidup pokok dan aktivitas hariannya. Apabila sakit, zat makanan akan digunakan untuk penyembuhan sehingga memerlukan bahan pakan yang mudah dicerna. Zat makanan dalam ransum digunakan untuk hidup pokok, aktivitas harian, dan perbaikan sel-sel yang rusak karena sakit.

28

Aktivitas kuda jantan tua yaitu perawatan di pagi hari. Setelah itu sekitar dua jam berada di padang penggembalaan. Kuda masuk kembali ke kandang pukul 10.00 pagi. Sehingga dalam satu hari kuda tua hanya 2 jam berada di padang penggembalaan. Kondisi kuda yang sudah lemah sehingga aktifitas harian kuda termasuk ringan. Ransum kuda jantan tua hampir sama dengan kuda jantan lainnya yaitu kombinasi rumput, konsentrat Haras, dan Konsentrat Vital. Pemberian rumput 9 kg rumput segar atau tiga ikat rumput setiap harinya. Pemberian konsentrat Haras sebanyak (2 kg) dan konsentrat Vital (4,5 kg). Perlu adanya perlakuan khusus karena kondisi gigi kuda sudah tidak terlalu bagus untuk mengunyah rumput yang keras sehingga usahakan pemberian rumput dalam kondisi muda sehingga kandungan lignin tidak terlalu tinggi dan mudah dicerna secara mekanik di dalam mulut. Kuda yang mendapat rumput dengan serat kasar tinggi akan memyebabkan mudah terkena colic. Kuda tua membutuhkan protein lebih banyak dari pada kuda istirahat karena sering menderita sakit. Ketika sakit maka kebutuhan zat makanan akan meningkat untuk perbaikkan sel tubuh yang rusak. Tabel 12 Ransum untuk Seekor Kuda Jantan Tua

2.2 Sistem Pencernaan Kuda 29

Organ pencernaan pada kuda secara umum hampir sama dengan ternak nonruminansia lainnya . Berikut gambaran pencernaan pada kuda :

Gambar 1 Anatomi sistem pencernaan kuda 3.2.1. Rongga Mulut Rongga mulut merupakan organ pertama dalam sistem pencernaan kuda yang melakukan fungsi prehensi dan pencernaan mekanik. Menurut Tulung (2012) Di dalam rongga mulut terdapat organ pelengkap, yaitu lidah, gigi, dan saliva. Lidah merupakan alat pencernaan mekanik. Kuda dapat menyeleksi pakan yang dimakan dikarenakan adanya bungkulbungkul pengecap pada lidah dan banyak terdapat di daerah dorsum lidah dibandingkan bagian lain dengan cara merasakan pakan yang dimakan. 3.2.2. Gigi Gigi adalah organ pelengkap yang secara mekanik relatif kuat untuk memulai proses pencernaan. Gigi juga digunakan untuk menentukan umur dengan melihat: penyembulan (erupsi), pergantian sementara, bentuk dan derajat keausan gigi. Saliva kuda mengandung elektrolit utama yaitu Na+, K+, Ca++, Cl-, HCO2-, HPO4- serta tidak atau sedikit sekali mengandung amilase. Saliva dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar yaitu kelenjarparotis, kelenjar mandibularis, dan kelenjar sublingualis. Saliva berfungsi sebagai 30

pelicin dalam mengunyah dan menelan pakan dengan adanya mucin, mengatur temperatur rongga mulut, pelindung mukosa mulut, dan detoksikasi. 3. 2. 3. Faring dan Esofagus Faring dan esofagus merupakan saluran yang akan dilewati pakan setelah terjadi deglutisi dan akanmenuju lambung. Tidak terjadi pencernaan yang berarti baik mekanik maupun kimiawi di faring dan esofagus. Menurut Tulung (2012) farings adalah penyambung rongga mulut dan esofagus. Esofagus mempunyai panjang kira-kira 50-60 inchi. Pada farings dan esofagus tidak terjadi pencernaan yang berarti. 3. 2. 4. Lambung Lambung kuda relatif lebih kecil dibandingkan ternak ruminansia. Kapasitas lambung kuda antara 8-15 liter atau hanya 9% dari total kapasitas saluran pencernaan. Proses pencernaan yang terjadi di daerah lambung tidak sempurna dikarenakan aktivitas mikroorganisme sangat terbatas, dimana populasi bakteri relatif rendah, waktu tinggal pakan di lambung hanya sebentar sekitar 30 menit, dan hasil proses fermentasi adalah asam laktat, bukan VFA. Menurut Kohnke dkk (1999) volume lambung pada kuda dengan bobot 500 kg ratarata 7.5-15 liter atau 8-10% dari total kapasitas saluran pencernaan, panjang lambung 0,25 meter dimana fungsi dari lambung sendiri adalah mencampur massa pakan, mencerna beberapa protein, menampung massa pakan, dengan lama waktu penyimpanan untuk air 30-60 menit, sementara untuk pakan kering 30 menit-12 jam. 3. 2. 5. Pankreas Pankreas bukan merupakan organ pencernaan utama melainkan kelenjar aksesori yang menghasilkan enzim. Dijelaskan oleh Tulung (2012) pankreas kuda memiliki perbedaan yang spesifik dari segi cairan pankreas dengan ternak lain, yaitu konsentrasi enzim dan kadar HCO3 rendah. Bagian pankreas kuda terdiri atas endokrin dan eksokrin. 3. 2.6. Usus halus Pakan yang telah dicerna di lambung akan menuju usus halus atau usus kecil untuk dilanjutkan proses pencernaannya. Usus kecil merupakan tempat utama untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak serta tempat absorbsi vitamin dan mineral. Kapasitas usus kecil adalah 30%.dari seluruh kapasitas saluran pencernaan kuda. Usus kecil terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses pencernaan di usus kecil adalah proses pencernaan enzimatik. Beberapa enzim tersebut adalah peptidase, dipeptidase, amilase, dan lipase. 3. 2. 7. Usus Besar 31

Usus besar memiliki bagian penting pada pencernaan kuda. Kuda dapat memakan hijauan dalam porsi benyak karena dapat melakukan proses fermentasi pada bagian sekumnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tulung (2012) bahwa Usus besar terdiri dari sekum, kolon, rektum. Sekum dan kolon memiliki kapasitas 60% dari keseluruhan saluran pencernaan yang mempunyai fungsi tempat fermentasi dengan hasil berupa VFA, sintesis asam amino, vitamin B & K, tempat utama mencerna serat deterjen netral (NDF), asam laktat dari lambung dengan adanya veilonella gazagones akan diubah menjadi VFA. Produksi dan proses pencernaan fermentatif di usus besar tidak semuanya dapat dimanfaatkan karena posisi di belakang setelah usus halus, sehigga hanya sekitar 25% hasil fermentasi di usus besar yang dapat diserap kembali ke usus kecil atau dimanfaatkan oleh tubuh. 3. 2. 8. Rektum Rektum merupakan akhir dari sistem pencernaan kuda. Sisa pencernaan kuda akan dikeluarkan melalui rektum. Selain iturektum juga merupakan organ utama tempat penyerapan air kembali. 3.3. Pakan Ternak Kuda Pakan yang baik bagi ternak adalah pakan yang menyediakan nutrisi sesuai yang dibutuhkan ternak. Kebutuhan nutrisi kuda meliputi energi, protein, mineral, vitamin, dan air. Bahan pakan yang akan diberikan pada kuda perlu diketahui kandungan nutrisinya. Kebutuhan energi pada kuda dipenuhi dari karbohidrat dan lemak. Pakan sumber karbohidrat bagi kuda berupa biji-bijian dan hijauan. Lemak dalam tubuh hewan dibutuhkan sebagai sumber energi dan pembawa vitamin. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan energi yaitu bobot tubuh, suhu lingkungan, dan komposisi tubuh. Protein berperan penting bagi pertumbuhan ternak. Fungsi protein adalah mengganti sel-sel yang rusak, menjaga kinerja jaringan tubuh, meningkatkan produksi dan reproduksi. Mineral dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit atau mikro. Kuda mendapat mineral penting dari padang rumput dan pakan biji-bijian. Mineral makro yang dibutuhkan kuda yaitu Kalsium, Fosfor, Potasium, Sodium, Klorida, Magnesium, Sulfur. Sedangkan mineral mikro yaitu Kobalt, Fluorin, Iodin, Besi, Mangan, Selenium, dan Seng. Kebutuhan akan vitamin pada kuda dipengaruhi oleh umur, tujuan pemeliharaan, kondisi tubuh, intensitas aktivitas. Vitamin dibedakan atas vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K)) dan vitamin yang larut dalam air (B1, B2, B6, B12, C). 32

Komposisi air di dalam tubuh ternak sekitar 60 %. Kebutuhan air pada kuda bergantung pada cuaca, aktivitas, umur dan jenis bahan pakan. Konsumsi air minum kuda yakni 40 sampai 45 liter per hari. Pakan yang sedikit kandungan airnya sering menyebabkan gangguan pada saat pencernaan. Fungsi air minum yaitu sebagai pelarut, pelumas di dalam pencernaan, transportasi hasil metabolisme ke seluruh bagian tubuh dan pembuangan bahan-bahan yang tidak berguna. Pakan yang paling cocok untuk kuda yaitu biji-bijian dengan tambahan hijauan. Pakan konsentrat kuda berupa biji-bijian dan hasil olahan biji-bijian dengan kadar serat kasar yang relatif rendah dan daya cerna tinggi. Bahan pakan konsentrat seperti biji gandum (oat), jagung, dedak padi, tetes/molases, tepung kacang-kacangan dan biji-bijian lain. Jumlah pemberian hijauan pakan pada kuda rata-rata 20 sampai 25 kg per ekor per hari. Pakan konsentrat diberikan 0,5 kg per ekor per hari. Bahan makanan untuk ransum harian kuda biasanya terdiri dari dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan dapat berupa rumput dan legum dalam bentuk segar atau kering. Selain hijauan bahan penyusun ransum kuda adalah konsentrat dan suplemen. Konsentrat ada berbagai variasi berdasarkan bahan penyusun dan kandungan zat makanannya. 

Hijauan Makanan utama ternak herbivora secara alami adalah hijauan yang ada di padang

rumput. Selain rumput sebagai hijauan ada Famili leguminosae yang juga termasuk dalam hijauan pakan ternak. Terdapat sekitar 1800 spesies leguminosae yang dapat memberikan keuntungan karena akan terjadi nitrogen-fixing bacteria (McDonald et al., 1995). Difinisi hijauan adalah bahan makanan ternak yang memiliki memiliki kandungan serat yang tinggi. Rataan nilai serat kasarnya lebih dari 18% dari bahan keringnya. Fungsi hijauan pada ternak herbivora adalah untuk membantu mekanisme fisiologi tubuh ternak dan memberikan suplai zat makanan pada ternak. Hijauan dalam bentuk hay sebaiknya diberikan minimal 1% dari bobot badan (Pagan, 2006). Penggunaan hijauan dengan berkualitas tinggi dalam penyusunan ransum adalah cara untuk menurunkan biaya pakan. Hijauan rumput merupakan hijauan pakan yang utama bagi kuda. Rumput lapangan tersedia dalam jumlah yang relatif banyak sesuai dengan luas padang. Rumput lapangan memiliki kandungan nutrisi yang lebih rendah dari rumput budidaya. Kualitas rumput ditentukan oleh jenis rumput dan umur panen rumput. Rumput yang dipotong pada umur tua memiliki kandungan serat kasar yang tinggi sehingga sulit dicerna. Selain itu, kandungan protein tersedia dalam jumlah rendah. 33

Pemotongan rumput pada umur terlalu muda juga kurang efisien sebab kandungan nutrisinya belum tersedia optimal. Panen rumput sebaiknya dilakukan sesuai umur panen yang tepat pada setiap jenis rumput. Jenis-jenis hijauan pakan yang bisa diberikan pada kuda yaitu rumput bulu, gulma, rumput malela, rumput gigirinting, rumput karpet, rumput tatambagaan, rumput paparean, alang-alang dan daun bambu Salah satu jenis rumput yang sering digunakan dalam ransum kuda adalah rumput Pangola dengan nama latin Digitaria decumbens . Rumput Pangola adalah rumput yang lambat tumbuh dan biasanya tumbuh di daerah yang basah yaitu memiliki curah hujan lebih dari 1000 mm/tahun. Rumput Pangola adalah rumput yang tahan genangan dan tahan terhadap salinitas tanah yang tinggi. Pangola tidak memproduksi biji sehingga metode penanamannya harus dengan stolon (Partridge, 2003). Rumput Pangola dapat tetap tumbuh dengan baik apabila pola 16 penanaman dicampur bersama leguminosa jenis Centrosema pubescens atau Desmodium leiocarpum.

Gambar 2 Rumput Pangola Dengan pemupukan yang baik Pangola dapat berproduksi 16.645 kg/ha/tahun dengan pemotongan sebanyak lima kali tiap tahun atau 3.329 kg/ha tiap kali panen. Apabila ada kombinasi dengan centrocema maka produksi meningkat menjadi 27.853 kg/ha/tahun atau 5.571 kg/ha setiap kali panen. Pemanenan dapat dilakukan ketika umur rumput enam minggu. Data NRC (1989) memberikan data kandungan zat makanan dari rumput Pangola atau Digitaria decumbens yaitu 1,95 Mcal DE/kg; 9% protein kasar; 32,6% serat kasar, 0,32% Calsium; dan 0,22% Posfor. Selain rumput Pangola masih ada beberapa rumput lain yang dapat digunakan untuk sumber hijauan ternak kuda yaitu Bermudagrass, Bluegrass, Canarygrass, serta Orchardgrass. Leguminosae yang sering digunakan sebagai sumber hijauan adalah Alfalfa, Alyceclover, Clover red, Clover ladino, dan Clover alsike (NRC, 1989). 34



Konsentrat Konsentrat adalah bahan makanan yang digunakan untuk meningkatkan kandungan

zat makanan total. Zat makanan yang terkandung dalam konsentrat adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Konsentrat mengandung serat kasar kurang dari 18% dari bahan keringnya. Pada beberapa konsentrat komersial sudah mengandung supplement yang menyumbang mineral dan vitamin. Bahan dari bijian biasanya dapat dijadikan sebagai sumber energi dan protein. Bijibijan yang sering digunakan sebagai sumber energi dalam pakan kuda adalah oat, barley, dan jagung. Bahan sumber protein yang sering digunakan pada pakan kuda adalah bungkil kedelai, biji kapuk, tepung ikan, tepung susu. Bahan lain ada yang berfungsi untuk fillers yaitu pollard dan dedak. Sedangkan molasses dan gula dapat digunakan sebagai peningkat nafsu makan kuda (Pilliner, 1992). Pakan konsentrat kuda yang sudah jadi dan tersedia di toko biasanya berbentuk pellet. Pakan berbentuk pellet sangat mudah dalam penggunaannya dan lebih ekonomis. Pellet lebih mudah dikunyah terutama bagi kuda yang memiliki gigi kurang bagus atau kuda yang memiliki sifat sensitif terhadap penyakit pernafasan. Pellet tidak menimbulkan debu tetapi pelet mempunyai sedikit sifat pengenyang (bulky) sehingga terlihat kuda sering menggigit tembok atau pintu karena menginginkan pakan rumput. 

Dedak Gandum Dedak gandum merupakan hasil sampingan dari pengolahan tepung terigu. Dedak

gandum merupakan pakan yang cocok untuk ternak besar, namun tidak cocok untuk unggas karena mengandung serat kasar yang tinggi. Kandungan nutrien dari dedak gandum berdasarkan NRC (1989), yaitu 89% bahan kering; 2,94 Mkal digestible energy; 15,4% protein kasar; 0,56% lisin; 0,13% kalsium; 1,13% fosfor; dan 0,56% magnesium. 

Suplemen Pakan suplemen adalah pakan atau campuran pakan yang sangat tinggi kandungan

salah satu zat makanannya, seperti suplemen protein, mineral, dan lainlain. Telur merupakan salah satu pakan suplemen yang tinggi kandungan proteinnya. Komponen kimia telur menurut Panda (1996) tersusun atas air (72,8 -75,6%), protein (12,8-13,4%), dan lemak (10,5-11,8%). Menurut American Egg Board (2010) kandungan protein telur tersusun atas 18 asam amino yaitu alanin, arginin, asam aspartat, sistin, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin. 35

Suplemen dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kuda. Suplemen diperlukan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi. Suplemen pakan disesuaikan dengan aktivitas kuda. Kebutuhan pakan suplemen bagi kuda pacu berbeda dengan kebutuhan untuk kuda poni atau kuda beban. 3.4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Kuda 

Protein Protein adalah molekul kompleks yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen,

oksigen, dan nitrogen. Selain itu, protein tersusun atas sulfur dan beberapa di antaranya mengandung fosfor dan besi. Protein merupakan gabungan dari asam amino yang terbukti sangat penting dalam nutrisi kuda karena digunakan untuk sintesis protein dalam jaringan tubuh kuda. Oleh karena itu protein merupakan molekul esensial bagi kehidupan hewan maupun manusia, karena protein merupakan molekul dasar bagi dinding sel, sehingga harus terdapat dalam nutrisi kuda. Secara umum fungsi protein dalam tubuh adalah untuk pertumbuhan dan reproduksi, akan tetapi pada ternak kuda dengan tujuan pemeliharaan untuk dipacu maka kebutuhan protein untuk kuda pacu adalah untuk menjaga keseimbangan otot, kerangka dan sistem saraf serta untuk pembentukan kulit dan rambut. Duberstein dan Johnson (2009) menyatakan, protein dipecah dalam usus halus menjadi asam amino yang direkombinasi untuk membuat protein dalam tubuh yang membentuk otot, rambut, dan kuku. Adalah penting untuk menyadari bahwa protein terdiri atas asam amino, dan protein yang menyusun tubuh mempunyai sekuens asam amino yang sangat spesifik. Jumlah protein yang dapat disintesis tubuh dibatasi oleh asam amino yang pada dasarnya kehabisan pasokan pertama. Slade et al. (1970) mengemukakan kebutuhan protein tercerna untuk hidup pokok kuda bervariasi dari 0,49-0,68 g/kg bobot/hari. Maynard et al. (1979) mengemukakan kuda ponies dengan bobot 500 kg membutuhkan pakan 7,45 kg/ekor/hari dengan kandungan protein 8,5 persen. Glade (1983), kuda yang berumur 3 sampai 4 tahun yang dipacu pada jarak 1207-1710 m memerlukan protein sebesar 1000 g. Selanjutnya Frape (2004) mengemukakan bahwa untuk kuda yang dipacu dan berburu membutuhkan protein 10001400 g/hari. Hinkle et al. (1981); Freeman et al. (1988), mengemukakan pemberian pakan yang tinggi kandungan protein untuk kuda kerja tidak menguntungkan. Megan (2008) mengemukakan, kuda membutuhkan 8-10 persen protein dalam diet mereka. Untuk memastikan kuda mendapatkan cukup protein, pemilik dapat memeriksa jenis jerami yang mereka makan. Alfalfa mengandung sekitar 18 persen sementara jerami rumput memiliki sekitar 10 persen. Secara umum, kuda pada fase pertumbuhan perlu persentase protein 36

yang lebih tinggi dari kuda dewasa. Seekor kuda fase pertumbuhan umumnya membutuhkan 12-18 persen protein kasar dalam makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Duberstein dan Johnson (2009) menyatakan, kuda membutuhkan lebih banyak protein ketika jaringan sedang diatur untuk pertumbuhan (kuda muda, yaitu dalam fase pertumbuhan yang cepat, gestating kuda pada tri smester terakhir mereka. Kuda dewasa kemungkinan besar dapat menyesuaikan kebutuhan terhadap persentase protein rendah (8-12 persen), bergantung pada beban kerja mereka. Kuda dalam pelatihan intensif membutuhkan lebih banyak protein dari kuda yang tidak mengikuti latihan, karena kebutuhan protein tersebut untuk perkembangan jaringan otot, namun sebagian besar masih dapat beradaptasi dengan baik pada pakan dengan kandungan protein 12 persen. Pakan kuda yang lebih tinggi tingkat protein dari yang mereka butuhkan hanya berarti bahwa kuda memecah protein kelebihan dan mengeluarkannya sebagai urea dalam urin, yang dengan cepat dikonversi menjadi amonia. Hal ini tidak diinginkan karena amoniak berlebihan bisa menyebabkan masalah pernapasan pada kuda yang dikandangkan. 4.

Serat kasar. Seekor kuda hanya mampu mencerna sekitar 30% dari selulosa dalam pakan.

Hindgut adalah tempat utama aktivitas mikroba dalam alat pencernaan kuda dibandingkan dengan rumen pada sapi. Jumlah sintesis bakteri dan efisiensi penyerapan nutrisi disintesis oleh mikroorganisme lebih rendah pada kuda dibandingkan pada sapi. Hijauan adalah bagian serat dalam pakan kuda dan itu diberi makan baik baru dipanen maupun sebagai jerami kering atau dipanen pada padang rumput. Salah satu alasan diperlukan serat dalam makanan kuda adalah untuk digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme pada sekum dan usus besar. Produk fermentasi pakan serat oleh mikrobial menyediakan sumber energi untuk kuda. Bagian dicerna dari serat diperlukan oleh kuda untuk mempertahankan ekosistem pada saluran pencernaan dan juga untuk menjaga fungsi saluran sebagaimana mestinya. Serat dicerna juga untuk membantu mengisi usus sehingga asupan karbohidrat tidak terlalu cepat. Cepatnya asupan butiran, serealia yang tinggi karbohidrat, bisa menyebabkan kolik, diare, dan laminitis akut. jumlah makanan yang tidak memadai untuk kuda yang tidak di padang rumput tidak hanya akan meningkatkan risiko diare, kolik, tetapi juga akan mengakibatkan masalah perilaku. 5.

Lemak. Lemak merupakan salah satu zat makanan yang penting untuk ternak, karena lemak

dibutuhkan sebagai cadangan energi untuk tubuh. Pemberian makanan untuk kuda bertujuan untuk mempertahankan bobot, dan untuk tambahan energi berupa lemak dalam 37

pakan diperlukan untuk memasok energi untuk kinerja tambahan dan itu tidak disimpan sebagai lemak tubuh. Ketika kuda diberi makan tambahan lemak dalam diet mereka, maka konsumsi pakannya akan berkurang. Pada tingkat latihan yang intensif, dengan tambahan lemak dalam pakan, maka akan terjadi penurunan konsumsi pakan sebesar 0,6 kg per hari. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan bobot badannya, kuda tidak diberi makan tambahan lemak (Burba, 2008). Lebih lanjut Duberstein dan Johnson (2009), mengemukakan makanan diet lemak tinggi merupakan tren yang relatif baru di industri kuda. Hal ini telah menunjukkan bahwa kuda dapat mentolerir level yang cukup tinggi lemak dalam diet mereka. Lemak merupakan sumber energi yang sangat baik dan mudah dicerna. Pakan komersial sering tidak dilengkapi dengan lemak tambahan dan hanya mengandung sekitar 2-4 persen lemak. Akan tetapi banyak pakan komersial saat ini dilengkapi dengan lemak dalam bentuk beberapa jenis minyak stabil. Pakan ini dapat mengandung 6-12 persen lemak. Karena penambahan pada pakan akan meningkatkan kepadatan energi dan kuda akan membutuhkan pakan kurang. Penting untuk memastikan bahwa semua nutrisi lainnya (yaitu, protein, vitamin, mineral) juga cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan kuda. Jadi dengan penambahan beberapa jenis minyak atau suplemen lemak pada pakan maka akan meningkatkan kualitas pakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Eaton et al (2010) melakukan percobaan dengan penambahan sumber lemak yang berasal dari minyak jagung sebesar 390 ml dalam pakan kuda yang mengalami latihan intensif tinggi memberikan pengaruh pada peningkatan akumulasi maksimal defisit oksigen selama latihan intensif pada treadmill. Depot lemak yang banyak dapat dimobilisasi dan dimetabolisme cukup cepat untuk memenuhi permintaan, seperti kecepatan meningkat dari berjalan ke berlari untuk canter. Ini juga aerobik tapi membutuhkan suatu kombinasi dari glikogen dan lemak untuk melepaskan energi. Glikogen dapat dimetabolisme aerobik 2 kali secepat lemak bisa untuk generasi ATP, sehingga meningkatkan kecepatan lemak terlalu lambat sebagai kalori untuk mensuplai energi, tetapi daya tahan kuda cenderung mempertahankan kecepatan konstan pada berlari atau canter lambat di tempat-tempat lemak akan menjadi sumber kalori yang dominan. Depot terbesar kalori di dalam tubuh kuda berada dalam jaringan adiposa, 40.000 gram pada kuda dengan bobot 450kg dibandingkan dengan di dalam otot 3,150- 4,095 glikogen, menunjukkan bahwa lemak adalah sumber energi yang paling tersedia, jika bekerja dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan, (Pagan, 1998; Frape 2004). 38

6.

Mineral Mineral adalah bahan anorganik penting yang harus hadir dalam jumlah yang

cukup untuk fungsi tubuh dengan benar. Mineral lain adalah item yang dapat ditemukan dalam suplemen pada pakan yang dipajang/jual rak toko. Adalah penting untuk memahami bahwa kebutuhan mineral akan berubah bergantung pada usia kuda dan status (misalnya, jika kuda bekerja, gestating atau menyusui). Sebagian besar produsen pakan komersial untuk membuat keseimbangan pakan, mereka membuat klasifikasi yang berbeda sesuai kebutuhan kuda. Dalam beberapa kasus, suplemen tambahan dari beberapa mineral dapat memberikan hasil yang diinginkan. Sebagai contoh, biotin, seng, dan tembaga dilengkapi di atas ketentuan yang telah terbukti untuk meningkatkan kekuatan kuku. Namun, perawatan harus dilakukan karena jumlah berlebihan mineral juga dapat menyebabkan toksisitas, kondisi kesehatan yang serius atau mengganggu penyerapan mineral lainnya (Frape, 2004). Jika menyediakan campuran biasa, aturan umum praktis adalah mengharapkan kuda untuk mengkonsumsi 1,5-3 g per hari. Standar umum yang dilakukan untuk melihat rasio mineral dalam pakan adalah rasio kalsium: fosfor. Adalah penting untuk memeriksa keduanya pada pakan komersial serta vitamin. Adapun rasio mineral kalsium : fosfor 1: 0,1-0,2:0,1 untuk daya tahan tubuh. Jika tingkat fosfor yang tinggi dalam hubungannya dengan kalsium, kalsium akan ditarik dari tulang ke dalam aliran darah untuk menyeimbangkan rasio kalsium: fosfor. Hal ini biasanya tidak menjadi masalah bagi binatang pemakan rumput karena rumput cukup rendah fosfor, tapi biji-bijian sangat tinggi fosfor dan pakan komersial umumnya dilengkapi dengan beberapa bentuk kalsium. Makanan tunggal, seperti gandum, dapat menyebabkan rasio kalsium:fosfor terbalik jika tidak dilengkapi dalam beberapa jenis pakan. Kekurangan fosfor adalah suatu kejadian yang sangat jarang terjadi pada kuda. Hintz dan Schryver (1972) melaporkan ketersediaan fosfor tinggi biasanya berasal dari bahan pakan tulang yang dikukus, di-kalsium-fosfat dan sodium mono-fosfat. Lebih lanjut Hintz et al (1973.) mengemukakan, fosfor dari dedak gandum tampaknya menjadi sekitar setengah tersedia sebagai sumber anorganik. Kecernaan semu fosfor lebih rendah pada ransum dengan persentase yang tinggi serat (Meyer et al. 1982). Suatu hipotesis bahwa pada kuda makan dalam jumlah besar fosfor yang tinggi serat disekresikan ke dalam saluran pencernaan dengan cairan pencernaan. Akibatnya fosfor lebih banyak dikeluarkan oleh tinja. Rasio kalsium dan fosfor serta fitat tidak muncul untuk memainkan peran utama dalam penyerapan fosfor (Meyer dan Coenen 2002, van Doorn et al. 2004). Kemudian 39

Zeyner (2002) mengamati bahwa diet lemak tinggi tidak mempengaruhi daya cerna kalsium, akan tetapi jelas terlihat penurunan daya cerna fosfor pada kuda mengkonsumsi pakan mengandung lemak tinggi. Pertimbangan penting untuk mineral adalah hilangnya bersama keringat kuda. Kuda yang bekerja intensif dan berkeringat akan kehilangan banyak elektrolit dalam keringat mereka. Untuk kuda, mungkin perlu untuk melengkapi kedua garam dan elektrolit tambahan (seperti kalium). Sebuah campuran elektrolit seimbang dapat ditambahkan kedalam campuran ransum kuda. Lebih lanjut Clayton, (1991), mengemukakan, karena kuda yang bekerja banyak mengeluarkan keringat maka banyak kerugian akibat keringat tersebut, untuk itu suplemen elektrolit diperlukan, tiga bagian klorida, natrium klorida, kalium satu bagian ditambahkan saat memberi makan pada kuda (1-4 sendok makan sehari), bergantung pada kuda dan iklim. Penambahan dalam air minum, merupakan suatu metode yang baik yang harus diberikan dan juga tambahan dalam bentuk blok garam. 7.

Vitamin Kuda membutuhkan vitamin untuk membantu proses metabolisme zat-zat makanan

dalam tubuh. Sama seperti manusia membutuhkan vitamin untuk fungsi yang tepat dari sistem tubuh mereka. Kuda butuh vitamin untuk mencapai kinerja puncak. Sebagian besar kebutuhan vitamin kuda dipenuhi melalui jerami dan bijibijian. Jika kuda sedang makan buruk atau rumput berkualitas rendah maka suatu vitamin kompleks seimbang harus ditambahkan dalam pakan yang dikonsumsinya. Vitamin E dan vitamin B kompleks merupakan vitamin yang diperlukan untuk memaksimalkan stamina dan fungsi otot sekitar 1000-2000IU, terutama ketika peningkatan kadar lemak disediakan (Kohnke, 1992). Karena kuda mengkonsumsi hijauan cukup tinggi maka kebutuhan vitamin sering diabaikan sebab sebagian vitamin yang dibutuhkan tersedia dalam pakan hijauan, akan tetapi perlu diperhatikan kualitas hijauan tersebut. Hijauan yang buruk kandungan vitamin rendah sehingga akan berdampak pada defisiensi vitamin. Untuk itu perlu penambahan vitamin sebagai suplemen dalam pakan kuda. Beberapa jenis vitamin dapat disintesis oleh kuda. Jumlah yang disintesis akan bervariasi tergantung jenis vitamin itu sendiri dan jenis ransum yang dimakan. Secum merupakan tempat yang ideal untuk sintesis vitamin. Tidak diketahui berapa banyak vitamin yang disintesis dalam secum diserap oleh usus besar, mungkin hanya sebagian kecil saja. Karena sulit untuk mengandalkan pada kuda untuk mensintesis seluruh kebutuhan vitamin B, maka perlu diberikan suplemen vitamin B pada ransum untuk kuda muda dan kuda pacu untuk memperbaiki performannya (Abun, 2006). 40

Vitamin yang dibutuhkan oleh kuda terdiri atas 11 jenis vitamin B kompleks, 4 jenis vitamin yang larut dalam lemak, dan vitamin C. Sebagian besar vitamin dapat diperoleh dari hijauan, namun defisiensi dapat terjadi jika kuda banyak mengkonsumsi hijauan berkualitas rendah atau pakan yang tidak ditambah suplemen vitamin (Abun, 2006). Sebagian besar vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin C dan vitamin B komplek dapat disintesis oleh mikroorganisme dalam usus kuda, namun tidak untuk disimpan. Jumlah yang disintesis tergantung dari jenis vitamin dan jenis ransum yang dimakan. Suplementasi vitamin harus diberikan secara hati-hati karena kelebihan vitamin tertentu dapat berpengaruh terhadap vitamin yang lain. Walaupun dapat disintesis oleh kuda, vitamin C sangat dibutuhkan terutama saat cuaca panas, kondisi stress selama percepatan pertumbuhan atau memperbaiki performan, dan jika ada factor penghambat sintesis vitamin C. Pada situasi tertentu, seperti kerja berat (selama latihan), balapan, atau perbaikan performan, suplementasi vitamin B kompleks menguntungkan. Sejauh ini toksisitas vitamin belum ada laporan karena kelebihannya segera dieksresikan dan keluar bersama feses (Abun, 2006). 

Vitamin A Vitamin A disebut juga vitamin antiinfeksi , ophtalamin, retinol, biosterol, dan

larut dalam lemak. Vitamin A digunakan untuk seluruh derivat beta-ionone yang secara biologis beraktvitas sebagai retinol. Satuan vitamin A adalah Intenasional Unit (U). Terdapat tiga jenis ester vitamin A yaitu : Vitamin A alcohol, Vitamin A asetat, dan Vitamin A palmitat, yang ketiganya mempunyai fungsi biologis yang sama dalam makanan kuda (Abun, 2006). Kebutuhan vitamin A pada kuda bervariasi dari : 650 sampai 1400 IU per pound kg pakan. Variasi ini tergantung pada status fisiologis kuda (Abun, 2006) : ·

Kuda dewasa kerja : 650 IU per pound pakan.

·

Kuda tumbuh : 800 IU

·

Kuda selama gestasi : 1400 IU

·

Kuda laktasi “ 100 – 1150 IU.

·

Kebutuhan vitamin berdasarkan bobot kuda, yaitu – Hidup pokok: 11,4 IU

per pound bobot kuda. - Dewasa kawin : 18,2 IU, - Bunting dan laktasi : 22,7, 41

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan, kebutuhan vitamin A untuk hidup pokok menurun. Sedangkan berdasarkan jumlah karoten, kebutuhan vitamin A pada kuda adalah 1 mg karoten atau ekuvalen dengan 400 IU vitamin A (Abun, 2006). Defisiensi’ vitamin A pada kuda menyebabkan anoreksia (sehingga mempengaruhi nafsu makan (pertumbuhan terhambat, buta senja, lakrimasi, keratinisasi kornea, gangguan kulit dan pernafasan, pembesaran kelenjar sublingual, masalah reproduksi, dan cepat lelah (Abun, 2006). 

Vitamin D Hampir seluruh bahan pakan mempunyi aktivitas vitamin D yang sangat

rendah. Kuda memperoleh vitamin D dari cahaya matahari (cahaya menjadi sterol dalam kulit kuda), hay kering matahari, atau dari penambahan vitamin pada ransum. Kebutuhan vitamin D pada kuda 125 IU per pound pakan atau 3 IU per pound bobot tubuh (Abun, 2006). Defisiensi vitamin D menyebabkan berbagai gangguan seperti halnya kekurangan kalsium atau fosfor atau kedua-duanya. Hal ini disebabkan karena vitamin ini sangat erat dengan pembentukan tulang. Penyakit defisiensi vitamin D termasuk berkurangnya kalsifikasi tulang lunak, deformasi tulang, kad ang-kadang menyebabkan keretakan, dan berkurangnya kalsium dan fosfor dalam serum darah. Defisiensi vitamin D, Ca, atau P dapat menyebabkan deformasi (penyimpangan bentuk) tulang karena bobot hewan yang besar sedang otot tubuh lemah, dan tulang kosong (porous) (Abun, 2006). 

Thiamin Vitamin B1, oryzamin, vitamin antibakteri, vitamin antineuritik, torulin

polinuramin, dan aneurin adalah nama lain dari thiamin. Penggunaan nama aktivitas thiamin dan “defisiensi vitamin”, lebih sering digunakan. Kuda yang diberi makan hay kualitas buruk akan defisien tiamin. Kuda yang keracunan “yellow star thistle (Centaurea solstitalia) penyebab paralysis tenggorokan (glossopharyngeal) dapat dibantu dengan pemberian 1 gram tiamin per hari selama 5-7 hari. Suplemen tiamin menguntungkan jika defisiensi vitamin tersebut dalam ransum (Abun, 2006). Defisiensi thiamin menyebabkan Anoerexia (kuarang oksigen dalam darah) sehingga kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan, in-kordinasi (khususnya kaki atas/paha), darah rendah tiamin, asam piruvat darah meningkat, dan perbesaran dan hipertropi jantung. Seain itu juga defisiensi tiamin, akan menyebabkan 42

bradycardia, dan menurunnya denyut jantung, ataxia, fasciculasi otot, hypothermia periodik pada bagian peripheral (kuku kuda, telinga, mulut). Beberapa ekor kuda yang diteliti seperti buta, diarhe, dan kehilangan berat badan (Abun, 2006). Kebutuhan tiamin untuk kuda sebesar 1,36 mg tiamin per pon pakan. Tingkat pemberian ini memperbaiki nafsu makan dan konsumsi, pertambahan berat badan, dan tingkat normal kandungan tiamin dalam otot rangka kuda yang sedang tumbuh (Abun, 2006). 8.

Air Seringkali, perusahaan pakan akan menyeimbangkan lima nutrisi utama bagi

ternak, namun, sangat penting untuk tidak melupakan tentang air. Seekor kuda, normal dan sehat akan mengkonsumsi 5-15 (atau lebih) galon air per hari tergantung pada suhu, kelembaban dan tingkat aktivitas (Duberstein and Johnson 2009). Air bersih harus disediakan setiap hari, dan idealnya, harus tersedia setiap saat untuk di minum kuda ketika haus. Jika ini tidak dapat dilakukan, maka kuda harus disiram minimal beberapa menit dua kali sehari dan diperbolehkan untuk minum setiap kali. Kuda yang tidak minum cukup air lebih rentan terhadap kondisi seperti dehidrasi, impactions usus, dan bentuk lain dari kolik. Air harus bebas tersedia setiap saat, waktu dan elektrolit dalam pakan harus mendorong kuda itu untuk minum dan bantuan serat retensi air dalam usus sebagai reservoir. Pada saat istirahat atau berhenti, air harus disediakan dan eletrolytes kuda harus dilatih untuk minum di setiap kesempatan. Pakan tidak harus diberikan lebih awal karena dapat menyebabkan kelelahan (Clayton, 1991; Kohnke, 1992). 3.5. Bagaimana Konsumsi dan Kecernaan Zat-Zat Makanan pada Ternak Kuda Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan banyaknya zat-zat makanan yang dikonsumsi. Church dan Pond (1988), mengemukakan bahwa jumlah konsumsi pakan ditentukan oleh umur dan sifat fisik pakan serta keadaan fisiologis ternak dan keadaan lingkungan sekitarnya. Harper dan Ralph (2007) mengemukakan pada musim panas dengan intensitas kerja yang tinggi membutuhkan asupan pakan, terutama energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi lingkungan normal, demikian pula dengan peningkatan kinerja dari latihan dimana latihan dengan jarak galloping 3 mil kebutuhan energi 22,5 Mkal per hari dan meningkat menjadi 30 Mkal perhari pada jarak latihan galloping 6 mil per hari. Adapun sumber pakan yang diberikan berasal dari jerami maupun biji-bijian, dengan jumlah konsumsi jerami 1,75 kg dengan pemberian 3 kali sehari yang bertujuan untuk menjaga kondisi kuda supaya tidak gemuk. Kuda yang 43

memiliki tinggi 152- 162 cm dan bobot 500 kg dengan tingkat kerja cepat atau pacuan, rasio hijauan:konsentrat yang diberikan adalah 30:70 atau dalam satuan kilogram kirakira 3,5 kg hijauan dan 8,5 kg konsentrat. Konsumsi pakan untuk kuda kerja dan induk bunting adalah 1,6-1,8 % dari bobot badan dan untuk menyusui 2-3,5% dari bobot badan. Selanjutnya Burba (2007) mengemukakan, kuda dan anggota lain dari genus Equus diadaptasi oleh biologi evolusioner untuk makan dalam jumlah kecil dari jenis makanan yang sama sepanjang hari. Di alam liar, kuda makan rumput di padang rumput di daerah semi-kering dan jarak yang signifikan dalam perjalanan setiap hari untuk mendapatkan nutrisi yang cukup. Oleh karena itu, sistem pencernaan mereka dibuat bekerja dengan baik dengan aliran makanan kecil tapi stabil dan tidak banyak berubah dari hari ke hari. Setiap individu kuda pada situasi yang ideal, maka program pemberian pakan untuk masingmasing kuda harus dikembangkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan individu. Oleh sebab itu kesempatan untuk memilih makanan yang ia sukai tentu merupakan suatu hal yang sangat efektif. Gallagher et al, (1992) mengemukakan bahwa rata-rata konsumsi pakan yang diberikan secara as fed basic adalah 16,1 kg. Pendugaan konsumsinya adalah 14,4 kg dengan persentase hijauan 35% dan konsentrat 65%. Berdasarkan metode as fed basic tersebut diatas, maka Front Runner pada tahun 2009 telah mengembangkan program pemberian pakan menurut umur, jumlah kebutuhan serta tingkat kinerja kuda, sebab dengan program yang baik pada pemberian pakan akan memperoleh hasil yang maksimal pada saat dipacu. Lebih lanjut dikemukakan suatu program pemberian makanan yang baik untuk kesenangan kuda yakni memberi makan dengan jumlah pakan yang sesuai kebutuhan untuk pemeliharaan, seperti butiran banyak diperlukan dalam ransum sebagai sumber energi untuk bekerja. Sebab hanya dengan memberikan pakan hijauan maka kecukupan energi untuk kinerja kuda tidak akan terpenuhi karena konsumsi pakan hijauan pada kuda terbatas sesuai dengan anatomi sistem pencernaannya. Frape (2004) menyatakan, pemberian pakan pada kuda untuk pacuan memerlukan waktu 8-12 minggu untuk pemberian pakan khusus, dimulai dengan pemberian pakan konsentrat 5 kg setiap hari dan selesai pemberian pada 2 bulan berikutnya 8-8,5 kg, dimana sepertiga diberikan pada pagi hari dan dua per tiga diberikan pada malam hari dan untuk pakan hay 5 sampai 5,5 kg per hari.

3.6. Evaluasi dan Formulasi Pakan  Evaluasi dry matter 44

Setiap nutrien ingin diketahui tersedia dalam jumlah cukup untuk penampilan dan kesehatan maksimum, infromasi tersebut didapatkan bila kuda diberi pakan secara individual, jika jumlah pakan seekor kuda yang dimakan ditimbang, jumlah ketersediaan nutrien dapat ditentukan dengan tepat. Kalkulasi berdasarkan bahan kering lebih teliti ketika bahan pakan yang digunakan berkadar air tinggi. 

Evaluasi dengan analisis kimia Beberapa keuntungan dari monitoring analisis kimia adalah (1) menambah

ketepatan formulasi pakan, (2) membantu identifikasi bahan-bahan pakan berkualitas baik, (3) memonitor ketepatan pencampuran pakan, dan (4) mengidentifikasi kekurang-layakan pakan sebelum kejadian yang merugikan, analisis kimia meliputi kadar air, bahan kering, protein, serat kasar, TDN, dan kadar mineral. 

Perhitungan trial and error Beberapa ketentuan dalam perhitungan trial and error adalah : Ø Ketersediaan biji-bijian yang banyak menyebabkan kelebihan P tetapi defisien kalsium, trace mineral dan serat. Ø Bila dedak gandum digunakan seperempat atau lebih dari biji-bijian, kelebihan P terjadi. Ø Hay legum yang baik melengkapi kelebihan P dalam biji-bijian dengan Ca yang melimpah, juga menyediakan tarce mineral dan vitamin. Ø Legum sangat baik untuk kuda yang sedang tumbuh tetapi menimbulkan obesitas pada kuda dewasa yang dikandangkan dan hanya memberinya dalam jumlah sedikit kecuali kuda dipekerjakan. Ø Hay dua tahun kehilangan vitamin-vitaminnya dan memerlukan penambahan vitamin A dan D, dan tidak menggunakan bahan pakan berjamur atau berdebu.

3.7. Menyusun Pakan Tiap ekor kuda harus diberi pakan sesuai dengan kebutuhannya sebagai pedoman umum dapat dikemukakan sebagai berikut : Konsentrat harus mengandung protein 12% atau lebih dan mengandung serat kasar sekurang-kurangnya 5%. konsentrat untuk kuda sapihan berkadar protein 18,6%, kalsium 0,88%, dan fosfor 0,59% terdiri dari pecahan jagung 30%, oats (sejenis gandum) 40%, dedak gandum 10%, bungkil kedelai 15%, ampas bir 2%, kapur 1,%, kalsium fosfat 1%,

45

dan garam 0,5%. Selanjutnya, protein konsentrat ini terlalu tinggi untuk kuda umur setahun. Jumlah bahan pakan yang digunakan dihitung dari kebutuhan nutrien kuda. Misalkan kuda yang baru disapih (umur 6 bulan), berat badan 230 Kg, kebutuhan nutriennya 15,60 Mkal DE, 0,52 kg DP. Bila hanya tersedia rumput gajah, dedak gandum, dan jagung dengan kandungan nutrien pada Tabel Tabel 13 Kandungan nutrien ketiga bahan pakan Bahan pakan Rumput gajah

DP (%) 1,9

DE (Mcal/kg) 1,46

Dedak gandum

9,4

1,70

Jagung 8,5 3,87 Bila rumput gajah diberikan 1,25% dari berat badannya = 1,25% x 230 kg = 2,875 kg. 3.8. Gangguan Pencernaan pada Kuda Proses pencernaan yang berjalan tidak semestinya atau gangguan pencernaan tentu juga memiliki dampak yang tidak baik bagi ternak termasuk kuda. Beberapa gangguan pencernaan dapat diakibatkan oleh berbagai faktor baik itu dari pakan, bakteri, organ pencernaan dan lain sebagainya. Berikut beberapa gangguan pencernaan pada kuda : 3.6.1. Cacingan Cacing gelang atau cacing putih (Ascarids) adalah cacing yang hidup pada usus halus dan merupakan parasit terbesar dalam usus tetapi cacing ini tidak menyebabkan kerusakan pada usus. Menurut Maswarni dan Nofiar (2014) salah satu jenis cacing gelang yang sering menyerang kuda adalah Parascaris Equorum. Gejala yang ditimbulkan adalah kondisi kuda tidak tangkas dan mudah lelah, bulu kasar, sering terjadi gangguan pencernaan menumpuk pada usus halus sehingga kuda kelihatan seperti kolik, dan cacing sewaktu-waktu bisa mengganggu hati dan paru-paru. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan, menempatkan kuda belo pada kandang atau lapangan rumput yang bersih, mengumpulkan kotoran pada tempat yang disediakan, serta menyediakan air yang bersih dan segar. Pemeriksaan telur cacing pada feses anak kuda akan menunjukkan negatif sampai umur tiga bulan sehingga pengobatan akan dilakukan pada saat anak kuda mulai mengkomsumsi rumput dan konsentrat. Pengobatan dianjurkan menggunakan karbon disulphida atau bisulphida. Obat cacing harus diberikan secara teratur walaupun belum

46

menimbulkan gejala, bila gejala sudah muncul berarti kerusakan pada jaringan tubuh sudah terjadi. 3. 3. 2. Diare Diare merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi pada alat pencernaan. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif menyebabkan kondisi tubuh menurun, dan suhu tubuh meningkat. Penyebab lainnya adalah alas kandang yang basah dan kontaminasi feses. Menurut Maswarni dan Nofiar (2014) diare menimbulkan gejala berupa feses encer, pinggul berlumuran kotoran, kondisi tubuh menurun, lemah, dan kehilangan selera makan. Pencegahan utama yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan, mengurangi pakan yang mengandung kadar lemak tinggi dan meningkatkan kandungan serat kasar pada induk, untuk kuda belo pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi frekuensi menyusu, yaitu menyusu secara selang-seling. Diare pada anak kuda memerlukan perhatian khusus, seperti pencucian pinggul dengan air hangat yang diikuti dengan mengolesi minyak agar tidak lecet dan iritasi. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian sulfaguanidin dan norit dengan perbandingan 1 : 4 untuk setiap 40 kg berat badan. 3. 3. 3. Kolik Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makanan yang berlebihan, minuman berlebihan pada waktu panas, makanan berjamur dan bahkan oleh infestasi cacing gelang. Usus terhalang atau terjepit, dapat menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda sangat sensitif. Menurut Blakely dan Bade (1991) tanda – tanda kolik adalah bergerak terus menerus, kesakitan, berkeringat, berguling guling dan tentu saja adanya rasa tidak nyaman. Berguling – guling (rolling) yang menyebabkan terbelitnya usus, merupakan hal yang fatal. Kuda sebaiknya di ikat supaya tidak rolling. Tanda – tanda lainnya adalah bibir menggulung dan kuda menolak untuk makan. Pengobatannya adalah denggan mengajak kuda berjalan – jalan sampai dokter hewan datang. Minyak mineral sering kali di berikan melalui pipa masuk ke lambung (stomach tube) untuk menghilangkan pemadatan. Dijelaskan oleh Maswarni dan Nofiar (2014) kuda yang mengalami kolik akan merasakan tidak nyaman pada bagian perut maka kuda sering melihat ke bagian perut dan menggigit bagian flank. Kuda juga cenderung gelisah serta bangun dan tidur sambil menggaruk – garuk lantai. Pencegahan yang dapat di lakukan yaitu dengan memberikan pakan yang teratur dengan kuantitas dan kualitas yang memadai yaitu dengan 47

pemberian laxative, analgesic, sedative, obat spasmolityc, cairan terapi, pengontrolan, pemeliharaan gigi dan manajemen pemeliharaan yang baik.

48

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan isi dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pakan yang baik bagi ternak adalah pakan yang menyediakan nutrisi sesuai yang dibutuhkan ternak. Kebutuhan nutrisi kuda meliputi energi, protein, mineral, vitamin, dan air. Bahan pakan yang akan diberikan pada kuda perlu diketahui kandungan nutrisinya. Kebutuhan energi pada kuda dipenuhi dari karbohidrat dan lemak. Pakan sumber karbohidrat bagi kuda berupa bijibijian dan hijauan. Lemak dalam tubuh hewan dibutuhkan sebagai sumber energi dan pembawa vitamin. Pakan kuda yang baik juga harus terdiri dari hijauan dan pakan konsentrat. Bahan makanan untuk ransum harian kuda biasanya terdiri dari dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan dapat berupa rumput dan legum dalam bentuk segar atau kering. Selain hijauan bahan penyusun ransum kuda adalah konsentrat dan suplemen. Konsentrat ada berbagai variasi berdasarkan bahan penyusun dan kandungan zat makanannya. 4.2 Saran Sebaiknya pakan yang diberikan kepada kuda harus sesuai dengan umur dari kuda tersebut. Selain umur juga keadaan dari kuda tersebut apakah kuda tersebut sedang bunting atau sedang sakit karena kebutuhan kuda berbeda-beda. Pakan yang diberikan juga harus berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dari kuda tersebut.

49

DAFTAR PUSTAKA Abun, 2006. Kebutuhan Vitamin Untuk Kuda Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi Ternak Monogastrik. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Peternakan

Universitas Padjadjaran Jatinangor. Blakely, J dan Bade,D.H.1991.Ilmu Peternakan Edisi Keempat.Yogyakarta : UGM-Press Burba JD. 2007. The Dilemma of Bucked Shins in the Racehorse. DVM, Diplomate ACVS Professor, Equine Surgery Equine Health Studies Program LSU School of Veterinary Medicine. Chambliss, C. G. and E. L. Jhonson. 2002. Pastures and Forages Crops for Horses. In: C.G. Chambliss (Ed.). Florida Forage Handbook. Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida. Chekee, P.R. 1999. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding. Second edition. Prentice Hall Inc. Upper Saddle River, New Jersey. Clayton HM. 1991. Conditioning Sport Horses. Canada; Sport Horse Publication. Coyle, E.F.,(1984) Ergogenic aids. Clinical Sport Medicine 3 (3), pp 731. Cunha, T.J. 1991. Feeding and Nutrition Horse. 2nd Edition. Academic Press Inc. San Diego.California. Davies, Z. 2009. Introduction to Horse Nutrition. Wiley Black Well, London. Duberstein JK, Johnson ED. 2009. How to Feed a Horse: Understanding Basic Principles of Horse Nutrition. The University of Georgia and Ft. Valley State University, the U.S. Department of Agriculture and counties of the state cooperating. Eaton MD, Hodgson DR, Evans DL, Bryden WL, Rose RJ. 2010. Effect of a diet containing supplementary fat on the capacity for high intensity exercise. Equine Veterinary Journal, 27: 353–356. Ensminger, M.E.1969.Horses and Horsmenship Fourth Edition.Danville : Insterstate Printers and Publisher. FAO. 1950. Calorie Requirements. Martinus Nijhoff-The Hague, Wangshington. Frape D. 2004 Equine Nutrition and Feeding. Churcill Livington Inc. New York.

50

Freeman DW, Potter GD, Scheling GT, Kreider JL. 1988. Nitrogen metabolism in mature horses at varying of work. J. Anim. Sci. 66 : 407. Glade MJ. 1983. Nutrition and Performance of Racing Thoroughbred. Eq. Vet. J. 17 : 381385. Guay, K. A., H. A. Brady, V. G. Allen, K. R. Pond, D. B Wester, L. A. Janecka and N. L. Heningger. 2002. Matua Bromegrass Hay for Mares In Gestation and Lactation. J. Anim. Sci. 80: 2960 – 2966 Heningger. 2002. Matua Bromegrass Hay for Mares In Gestation and Lactation. J. Anim. Sci. 80: 2960 – 2966 Hinkle DK et al. 1981. Nitrogen balance in exercising mature horses fed varying levels of protein. P.91. in Proc. 7th . Eq. Nutr.Physiol. Soc. Simp. Warrenton, Va. exercised muscle of normal subjects by creatine supplementation. Clinical Sci. 83. Hintz HF, Schryver HF. 1972. Availability to ponies of calcium and phosphorus from various supplements. J. Anim. Sci. 34:979. Jacoeb ,T.N. 1994.Budidaya Ternak Kuda.Yogyakarta : Kanisius. Kacker, R, Panwar B. 1996. Textbook of Equine Husbandry. Vikas publishing House. NewDelhi Kidd, J. 1985. International Encyclopedia of Horse Breed. HPBooks Inc. London Kohnke J. 1992. Feeding and Nutrition, The making of campion. Australia; Birubi Pacific. Kohnke JR, Kelleher F, Trevor-Jones P. 1999. Feeding Horses in Australia: A Guide for Horse Owners and Managers. RIRDC Publication No. 99/49, RIRDC Project No. UWS-13A. Mansyur, Tanuwiria dan D. Rusmana. 2006. Eksplorasi Hijauan Pakan Kuda dan Kandungan Nutrisinya. Unpad, Bandung. Pp : 924 – 931. Maswarni

dan

Nofiar.2014.Manajemen

Pemeliharaan

dan

Pengembangbiakan

Kuda.Jakarta : Penebar Swadaya. Maynard LA, Loosli JK. 1979. Animal Nutrition 6th ed. New York etc. McGrawHill, Book Company. McBane, S.1994.Modern Stables Management.United Kigdom : Ward Lock. 51

McDonald, P., et al. 1995. Animal Nutrition. 5th ed. Logman Scientific and Technical, New York. Meghan W, Waller A. 2008. All tied up: metabolic factors and nutritional management of equine exertional rhabdomyolysis. J. Eq. Vet.Vol. 19, Issue 5, pages 392–397. Meyer H, Coenen M. 2002. Feeding horses. Blackwell Science Publishing. Berlin-Wien, 4th Edition, p. 59. NRC. 1989. Nutrient Requirements of Horse. 5th Revised Edition. National Academy Press, Washington. Pagan, J. D. 2006. Energy and The Performance Horse. Kentucky Equine Research, Inc., Versailles, Kentucky Panda, P.T. 1996. Thext Book on Egg and Poultry Technology. Vikas Publishing House Put. Ltd., Hisar. Pilliner, S. 1992. Horse Nutrition and Feeding. Blackwell Science. Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius: Yogyakarta. Slade LM, Robinson DW, Casey KE. 1970. Nitrogen metabolism on nonruminant herbivore. II. Comparative aspect of protein digestion. J. Anim. Sci. 30:761. Tulung, Y.L.R.2012, Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda Pacu Indonesia dan Aplikasi pada Formulasi Ransum Berbasis Pakan Lokal.Bogor : IPB. Williamson, G. & W. J. A. Payne.. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Terjemahan : Darmadja, D.S. dan I. B. Djagra. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Zeyner A, Bessert J, Gropp JM. 2002. Effect of feeding exercised horses on highstarch or high- at concentrates for 390 days. Equine vet J., Suppl.34, SO-57.

52

Related Documents


More Documents from "Dadi Ardiansyah"

Makalah Terapi Eft
January 2021 1
Lp Kejang Demam Pada Anak
January 2021 1
February 2021 0
Lp Dm Diabetik Foot
January 2021 1