Makalah Injeksi Aminopilin

  • Uploaded by: Anisa Dita R
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Injeksi Aminopilin as PDF for free.

More details

  • Words: 2,970
  • Pages: 19
Loading documents preview...
MAKALAH

“INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%” Disusun untuk memenuhi Tugas Diskusi Praktikum Farmasetika 2 Dengan Dosen Pengampu : Sholikhah Deti A. S.Farm., Apt

Disusun Oleh : 1. Afina Widyastika N.S

1404001

2. Anida Aprilia N.A

1404002

3. Anisa Dita Rahmawati

1404003

4. Anisa Yunika F

1404004

5. Anisatur Robiah

1404005

PROGRAM STUDI DIII FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN 2015/2016

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Injeksi Aminophyllin 2,4%” guna melengkapi dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan program studi DIII Farmasi di STIKES Muhamadiyah Klaten. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih atas kesempatan, perhatian, bimbingan dan kerja sama yang telah diberikan kepada : 1. Ibu Sri Sat Titi Hamranani. S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Klaten. 2. Ibu Anita Agustina S. M. Sc. Apt., selaku Kepala Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten. 3. Ibu Sholikhah Deti A., S. Farm., Apt., selaku Dosen Pengampu. 4. Semua teman-teman Mahasiswa DIII Farmasi STIKES Muhamadiyah Klaten. 5. Segenap pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungannya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya serta menambah pengetahuan khususnya dibidang Kefarmasian

Klaten, November 2015

Penyusun

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..............................................................................................3 B. Rumusan Masalah.........................................................................................4 C. Tujuan...........................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sediaan Injeksi................................................................5 B. Pengertian Injeksi Aminofilin.......................................................................8 C. Alat & Bahan dan Pemerian Bahan..............................................................9 D. Perhitungan Tonisitas..................................................................................11 E. Cara Kerja Pembuatan Injeksi Aminofilin..................................................13 F.

Uji Kontrol Kualitas....................................................................................14

BAB III PENUTUP Kesimpulan.........................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal, intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun suspensi yang dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang dikontrol dengan hati – hati. Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal (jaringan syaraf di otak), hanya bisa diberikan dengan larutan dengan kemurnian paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf terhadap iritasi dan kontaminasi (Priyambodo, B., 2007). Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011) Berdasarkan R.VOIGHT(hal 464) menyatakan bahwa, botol injeksi vial ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi.

B. Rumusan Masalah 3

1. Apa gambaran umum mengenai sediaan Injeksi ? 2. Apa pengertian dari Injeksi Aminofilin ? 3. Apa saja alat dan bahan serta pemerian bahan dalam pembuatan sediaan Injeksi Aminofilin ? 4. Bagaimana cara menghitung tonisitas dalam pembuatan sediaan Injeksi Aminofilin 2,4 % ? 5. Bagaiaman cara pembuatan injeksi Aminofilin 2,4 % ? 6. Bagaimana cara melakukan uji control kualitas dan apa tujuan dari uji control kualitas tersebut ? C. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Agar mahasiswa mengetahui gambaran umum mengenai sediaan Injeksi 2. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari Injeksi Aminofilin 3. Agar mahasiswa mengetahui alat dan bahan serta pemerian bahan dalam pembuatan sediaan Injeksi Aminofilin 4. Agar mahasiswa mengetahui dan bisa melakukan cara perhitungan tonisitas dalam pembuatan sediaan Injeksi Aminofilin 2,4 % 5. Agar mahasiswa meemahami dan mampu membuat sediaan injeksi aminofilin 2,4 % 6. Agar mahasiswa mampu melakukan uji control kualitas dan mengetahui tujuan dari uji control kualitas tersebut

BAB II PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sediaan Injeksi Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Syarat sediaan injeksi : 4

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Aman Jernih Tidak berwarna Bebas pirogen Steril Sedapat mungkin isohidris Sedapat mungkin isotonis

a) Zat Pembawa Berair Untuk injeksi berair umunya digunakan air sebagai zat pembawa. Dapat pula digunakan sebagai zat pembawa injeksi Natrium Klorida, Injeksi Natrii Klorida majemuk, Injeksi Glukosa, campuran gliserol dan etanol. Zat pembawa berair harus bebas pirogen. Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi, dibuat dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya ditampung dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera ditampung. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama 10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anonim, 2006). b) Wadah dan Tutup Karet Ada 2 macam wadah untuk larutan injeksi : 1) Wadah takaran tunggal (single dose) ialah ampule : 1 mL, 2 mL, 2)

5 mL, 10 mL, dibuat dari gelas dan ditutup dengan peleburan. Wadah takaran berganda ialah vial atau flacon dibuat dari gelas dengan tutup karet dan di luarnya ditutup dengan tutup (kap)

dari aluminium. Syarat gelas : 1) Harus netral artinya tidak mengeluarkan alkali hingga dapat 2)

menaikkan pH larutan injeksi. Untuk ampul harus mudah dilebur, pada waktu menutup ampul. 5

3)

Tidak mudah pecah, dan untuk ampul pada waktu dipotong tidak mengeluarkan pecahan gelas yang lembut.

Syarat karet : 1)

Harus elastis, dapat menutup baik pada pencoblosan atau larutan tak keluar dari samping jarum, dan apabila jarum ditarik, akan menutup lagi. (Jarum yang dimaksud ialah jarum suntik).

2)

Permukaan lapisan karet harus licin dan tak berlubang agar dapat dicuci bersih.

3)

Tutup karet harus dibuat sedemikian rupa, hingga sehabis sterilisasi karena penurunan tekanan dalam yang dengan demikian menjamin penutupan wadah itu dengan sempurna.

c) Pengetiketan Pengetiketan dipakai untuk menyatakan semua etiket dan segala sesuatu yang tertulis, tercetak, atau terukir yang terdapat pada wadah obat suntik atau pada setiap kontak atau pembungkusnya, kecualipada kemasan untuk pengangkutan. Pada etiket wadah obat suntik harus tertera : 1) Nama Obat 2) Presentase masing-masing bahan obat atau kadar masing-masing bahan obat tiap satuan volume. 3) Nama pembuat 4) Nama dan kadar zat bakteriostatik yang ditambahkan. 5) Nama dan kadar zat tambahan untuk penyesuaian pH dan tonisitas. 6) Untuk sediaan padat, susunan, dan jumlah tiap zat. 7) Susunan dan jumlah cairan pembawa yang dibutuhkan untuk 8)

memperoleh obat suntik. Jika obat suntik dibuat menurut cara aseptik dan belum diperiksa sterilitasnya harus ditulis. Untuk pemakaian segera, dibuat secara

9)

aseptic. Letak etiket pada wadah harus tida menutupi seluruh permukaan

untuk memungkinkan pemeriksaan isi wadah. 10) Tanggal Kadaluwarsa

6

Disebut pula dengan istilah = Expiration Date = expire. Tanggal kadaluwarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun an dimaksudkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat baku (Anief, 2007). d) Cara Sterilisasi. Sediaan disterilkan dengan cara berikut : 1)

Pemanasan dalam otoklaf, sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang cocok, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 mL, sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 115 0 dampai 1160 selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 mL, waktu sterilisasi diperpanjang, hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 115 0 sampai 1160

2)

selama 30 menit. Pemanasan dengan

bakterisida,

sediaan

dibuat

dengan

melarutkan atau mensuspensikan bakterisida yang cocok dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah, kemudian ditutup kedap. Jika volume pada tiap wadah tidak lebih dari 30 mL, panaskan pada suhu 980 sampai 1000 selama 30 menit. Jika volume dalam wadah lebih dari 30 mL waktu sterilisasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 3)

980 sampai 1000 selama 30 menit. Penyaringan, larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah akhir yang steril, kemudian ditutup

4)

kedap menurut teknik oseptik. Pemanasan kering, sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah cemaran.

7

B. Pengertian Injeksi Aminofilin Injeksi aminofilin adalah larutan steril aminofilin dalam air atau larutan steril teofilin dalam air untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan etilendiamin. Tiap ml mengandung aminofilin setara dengan tidak kurang dari 93,0 % dan tidak lebih dari 107,9 % teofilin anhidrat , C7H8O6 dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi aminofilin boleh mengandung etilendiamine berlebih, tidak boleh ditambah zat lain untuk pengaturan pH. Injeksi Aminofilin mengandung Teofilin, C7H8N4O2, tidak kurang dari 73,5% dan tidak lebih dari 88,25% dari jumlah yang tertera pada etiket. Keasaman-kebasaan pH 9,2 sampai 9,6. Syarat injeksi memenuhi syarat injeksi yang tertera pada injections. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, sebaiknya dalam wadah dosis tunggal, terlindungi cahaya (Anonim, 1979). Injeksi aminophyllin 2,4% digunakan sebagai antiasma. Aminophyllin ini dibuat

dalam

bentuk injeksi bertujuan untuk meningkatkan

bioavailabilitasnya sebagai antiasma sehingga berefek cepat jika digunakan secara parenteral dan tepat jika digunakan pada kasus serangan asma akut yang nantinya aminophyllin ini akan memberikan efek melebarkan saluran atau bronkodilator. Injeksi ini tidak dibuat langsung dengan bahan aktif aminophyllin melainkan theofilin dalam air yang ditambahkan etilendiamin. Pada sumber menyatakan bahwa sifat dari aminophyllin yang pada udara terbuka menyebabkan ketidakstabilan sehingga jika dibuat larutan sebagai injeksi aminophyllin akan mengubah bentuknya dan menyebakan penurunan efek obat padahal syarat dari sediaan injeksi adalah harus stabil. Oleh karena itu maka, dibuat theofilin dalam air dengan penambahan etilendiamin. Theofilin akan membentuk garam jika ditambahkan dengan etilendiamin, garam ini merupakan garam aminophyllin.

8

C. Alat & Bahan dan Pemerian Bahan Alat : 1. Autoclave 2. Glassware 3. Timbangan 4. Vial 5. Beaker Glass 6. Corong 7. Kertas indicator pH 8. Kertas saring 9. Batang pengaduk 10. Alumunium foil Bahan : 1. Theophylin 2. Etilendiamin 3. Aqua p.i 4. Karbo adsorben Pemerian Bahan : 1. Aminophyllin Injectio (Depkes RI, 1979) Pemerian : Injeksi aminofilin adalah larutan steril aminofilin dalam air atau larutan steril teofilin dalam air untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan etilendiamin. Tiap ml mengandung aminofilin setara dengan tidak kurang dari 93,0 % dan tidak lebih dari 107,9 % teofilin anhidrat , C7H8O6 dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi aminofilin boleh mengandung etilendiamine berlebih, tidak boleh ditambah zat lain untuk pengaturan pH Kelarutan : Kegunaan : Antiasma dan bronchodilator Wadah : Dalam wadah dosis tunggal bebas karbon dioksida,dari kaca tipe 1, terlindung dari cahaya 2. Etilendiamin (Depkes RI, 1979) 9

Pemerian

:

Kelarutan : Kegunaan : Wadah : 3.

Cairan jernih tidak berwarna atau agak kuning, bau seoerti amoniak, bereaksi alkali kuat Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol Pelarut, pembentuk garam aminofilin Dalam wadah tertutup rapat

Theophyllin (Depkes RI, 1979) Pemerian Kelarutan

:

Serbuk hablur putih tidak berbau rasa pahit, stabil

:

diudara Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hiroksida, agak

Kegunaan : Wadah :

sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan eter Antiasma Dalam adah tertutup baik

4. Aqua steril pro injection (Depkes RI, 1979) Pemerian Kelarutan Kegunaan Wadah

: : : :

Cairan , jernih, tidak berwarna, tidak berbau Cairan pembawa Dalam wadah dosis tunggal , dari kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1 liter. Wadah kaca sebaiknya dari kaca dari tipe I atau tipe II

5. Karbo adsorben / Arang serap (Depkes RI, 1979) Pemerian

: Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam, tidak

berbau, tidak berasa Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol Kegunaan : Penyerap racun / kotoran Wadah : Dalam wadah tertutup baik

D. Perhitungan Tonisitas Perhitungan tonisitas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan bersifat isotonis, hipertonis atau hipotonis. Larutan hipotonis adalah keadaan dimana tekanan osmostis larutan obat kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan cairan dari luar sel 10

masuk ke dalam sel menyebabkan menggelembung dan pecah, dan ini bersifat irreversible dan berbahaya. Contoh Perhitungan Tonisitas : R/ Theophylin 2,0 gr Etilendiamin 0,55 gr Aqua p.i ad 100 ml Diketahui : FTheophylin = 1,5 (fA) FEtilendiamin = 1,5 (fB) Konsentrasi Theophylin =

MTheophyilin = 198,18 (MA) MEtilendiamin = 78,11 (MB) 2,0 gr = 20 gr/liter (Xa) 0,100 liter Konsentrasi Etilendiamin = 0,55 gr = 5,5 gr/liter (Xb) 0,100 liter

Fa Xa + Fb Xb MA MB

=

0,28

1,5 . 20 + 198,18

=

0,28

1,5 . 5,5 78,11

0,1513 + 0,1056 0,2569

= 0,28 ≠ 0,28 (Hipotonis)

Karena ≠ 0,28 maka larutan tidak isotonis (Hipotonis) dan harus ditambah NaCl. Berat NaCl yang harus ditambahkan supaya larutan menjadi isotonis adalah : H = Mh × [0,28 - ( Fa . Xa + Fb . Xb)] fh MA MB H = 32 × [0,28 -

( 1,5 198,18

. 20 +

1,5 . 5,5 )] 78,11

H = 32 × [0,28 – 0,2569] = 32 × 0,0231 = 0,7392 g/l = 0,74 g/l = 0,074 g/100ml = 74 mg/100ml.

11

E. Cara Kerja Pembuatan Injeksi Aminofilin Hitunglah tonisitas yang akan dibuat Buatlah Aqua bebas karbondioksida (CO2) Larutkan Theophylin dengan sebagian aqua bebas CO2 Campur Etilendiamin dengan sebagian aquadest Larutan no 3 + larutan no 4 tetes demi tetes sampai larutan campuran 3 dan 4 betul betul jernih dan pH larutan antara 9,5 – 9,6 Gojoklah larutan dengan karbo adsorben 0,1 % yang telah diaktifkan selama 5 – 10 menit, diamkan kemudian saring hingga jernih Masukkan larutan kedalam ampul sesuai volume yang diminta, tutup dan sterilkan dalam autoclave 1210C selama 15 menit. Periksa larutan terhadap : 1. pH 2. Kebocoran 3. Partikel 4. Kejernihan 5. Keseragaman volume / berat

12

F. Uji Kontrol Kualitas 1. Cara Pengujian a) Uji pH larutan Ambil 5 ml larutan aminophyllin ↓ Masukkan pH indikator ke dalam larutan ↓ Tulis hasil pH yang sudah dicocokan b) Uji kejernihan Ambil 10 sediaan pada ampul ↓ Letakkan di bawah lampu UV yang sudah dinyalakan pada latar hitam dan putih ↓ Lihat keberadaan partikel di dalam larutan c) Uji kebocoran Ambil 3-5 sediaan pada ampul ↓ Diletakkan ampul di dalam zat warna (biru metilen 0,5 %-1 %) dalam ruangan vakum ↓ Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi kedalam lubang ↓ Dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya d) Uji keseragaman volume Ambil 10 sediaan ampul lalu ambil cairan di dalamnya dengan spuit ↓ Amati jumlah cairan yang diambil pada spuit ↓ Cara lain yaitu, Letakkan ampul pada posisi yang sejajar ↓ Ditarik dengan penggaris untuk melihat kesejajaran secara visual 13

2. Tujuan Uji Kontrol Kualitas a) Pemeriksaan pH Pemeriksaan pH dengan menggunakan pH stik bertujuan untuk meningkatkan stabilitas injeksi aminopilin supaya tidak terjadi kristalisasi, mengurangi rasa sakit dan iritasi juga mencegah pertumbuhan bakteri, karena jika pH terlalu asam/basa

sangat

mudah ditumbuhi bakteri. b) Uji Kejernihan Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari larutan injeksi yang dibuat. Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih. c) Uji Kebocoran Uji kebocoran ini dilakukan untuk memastikan bahwa ampul yang digunakan benar-benar baik kondisinya. Jika terdapat kebocoran akan ada kemungkinan obat untuk keluar, sehingga dosis yang didapatkan tidak sesuai dengan dosis yang diinginkan. Selain itu adanya kebocoran dapat menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini dapat berupa mikroorganisme atau pirogen, yang menandakan bahwa larutan tersebut tidak lagi steril. d) Uji bebas partikel Partikel ini biasanya adalah bahan yang tidak larut dan secara tidak langsung terdapat dalam sediaan. Adanya partikel asing dalam sediaan menandakan bahwa larutan tersebut tidak jernih, karena adanya kontaminasi partikel asing, sehingga bila diamati lebih teliti dalam sediaan tersebut keruh dengan partikel asing. Untuk penggunaan karbon adsorben yang telah diaktifkan dalam percobaan ini bermaksud untuk mengikat partikel dan pyrogen dalam larutan sehingga larutan bisa jernih. Pengaktifan karbon adsorben bertujuan agar penyerapan terhadap partikel benar-benar maksimal. e) Uji Keseragaman Bobot atau Volume 14

Tujuan dari uji keseragaman bobot atau volume adalah untuk mengetahui volume larutan injeksi apakah tetap atau berubah antara sebelum dan sesudah proses sterilisasi dan apakah ada penyusutan. Pengujian keseragaman volume berkaitan dengan uji kebocoran. Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan a. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan b. Injeksi aminofilin adalah larutan steril aminofilin dalam air atau larutan steril teofilin dalam air untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan etilendiamin. Tiap ml mengandung aminofilin setara dengan tidak kurang dari 93,0 % dan tidak lebih dari 107,9 % teofilin anhidrat , C7H8O6 dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi

15

aminofilin boleh mengandung etilendiamine berlebih, tidak boleh ditambah zat lain untuk pengaturan pH. c. Sediaan injeksi aminophylin dibuat dengan pencampuran teofilin dalam air dengan etilendiamin sampai membentuk garam aminofilin. d. Perhitungan tonisitas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan bersifat isotonis, hipertonis atau hipotonis. Jika perhitungan > 0,28 larutan dikatakan hipertonis. Jika perhitungan < 0,28 larutan dikatakan Hipotonis dan harus di tambahkan NaCl atau Glukosa sebagai zat pembawa. e. Sediaan dikatakan tidak lulus untuk diproduksi karena hasil pengujian menunjukkan adanya partikel dalam larutan aminofilin

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim. 2015. Muhammadiyah : Klaten

Buku

petunjuk

praktikum

farmasetika

II.

Anief, Moh., 2006, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta

16

STIKES

Related Documents


More Documents from "Bayyinah Ardian"