Makalah Kel. 1 Triage Bencana

  • Uploaded by: Basilica Clara
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kel. 1 Triage Bencana as PDF for free.

More details

  • Words: 3,596
  • Pages: 18
Loading documents preview...
TRIASE BENCANA YANG ADA DI INDONESIA Disusun untuk memenuhi tugas makalahmata kuliah Keperawatan Bencana yang diampuh oleh Ns. Zulkifli Pomalango S. Kep, M. Kep

Oleh Kelompok 1

1. Aditya Pratama Kadir

(841416075)

2. Moh. Aldiansyah Abas

(841416002)

3. Nia Noviandari Mootalu

(841416041)

4. Irma Hardiyanti

(841416047)

5. Sri Susanti Abd. Wahab

(841416073)

6. Nadila Jusuf

(841416108)

7. Siti Magfirah Dengo

(841416129)

8. Nurain Arbabu

(841416102)

9. IinIngriyaniSunggungi

(841416076)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah kami dapat mengerjakan tugas makalah dari mata kuliah Keperawatan Bencana yang berjudul “TRIASE BENCANA YANG ADA DI INDONESIA”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Bencanayang telah memberikan tugas ini.Dengan ini kami bisa belajar memahami lebih dalam terkait judul yang ditugaskan untuk kelompok kami. Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

Gorontalo,23 Oktober 2019

Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………..…………….………………..i DAFTAR ISI………………...…………………….……………………………..ii BABI : PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang………………………………………......………………....1 1.2 Rumusan masalah……………………………….…………………………2 1.3 Tujuan……………………………………………………………………..2 Bab II : PEMBAHASAN 2.1 Definisi Triase…………..…………………………………….…………...3 2.2 Prinsip-prinsi Triase……………….……………………………..………..3 2.3 Metode Triase………………….……..………..………………………….3 2.4 Kategori Triase…………………………………………………………...11

BABIII : PENUTUP 3.1 Kesimpulan……………………..…..……….…….………….………….14 3.2 Saran…………………..………………………………………..………...15 DAFTAR PUSTAKA……………..…..……………………………..………….16

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Triage sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang peranan penting dalam pengaturan darurat melalui pengelompokan dan memprioritaskan paien secara efisien sesuai dengan tampilan medis pasien. Triage adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas pasien ( atau korban selama bencana) bersumber pada penyakit/ tingkat cedera, tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage dapat ditentukan kebutuhan terbesar pasien/korban untuk segera menerima perawatan secepat mungkin. Tujuan dari triage adalah untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi segera, menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik atau terapi START membagi korban menjadi 4 kelompok dan masing-masing memberikan mengelompokkan warna. START triase memiliki tag empat warna untuk mengidentifikasi status korban. Langkah pertama adalah meminta semua korban yang membutuhkan perhatian untuk pindah ke daerah perawatan. Ini mengidentifikasi semua korban dengan luka ringan yang mampu merespon perintah dan berjalan singkat jarak ke area pengobatan. Ini adalah GREEN kelompok dan diidentifikasi untuk pengobatan delayed, mereka memang membutuhkan perhatian. Jika anggota kelompok ini tidak merasa bahwa mereka yang menerima pengobatan mereka sendiri akan menyebarkan ke rumah sakit pilihan mereka. Langkah selanjutnya menilai pernapasan. Jika respirasi lebih besar dari 30 tag korban sebagai RED (Immediate), jika tidak ada reposisi respirasi jalan napas. Jika tidak ada respirasi setelah reposisi untuk membuka jalan napas, tag korban BLACK (mati). Jika tingkat pernapasan kurang dari 30 bpm, periksa denyut nadi radial dan refill kapiler. Jika tidak ada pulsa radial teraba atau jika kapiler isi ulang lebih besar dari 2 detik, menandai korban RED (Immediate). Jika ada perdarahan yang jelas, maka kontrol perdarahan dengan tekanan. Minta orang lain, bahkan korban GREEN untuk menerapkan tekanan dan melanjutkan untuk triase dan tag individu. Jika ada nadi radial, nilai status mental korban dengan meminta mereka untuk mengikuti perintah sederhana seperti meremas tangan. Jika mereka tidak bisa mengikuti perintah sederhana, maka tag mereka RED (Immediate) dan jika mereka dapat mengikuti perintah sederhana, maka tag mereka YELLOW (delayed). Algoritma dibawah ini membuat lebih mudah untuk mengikuti. Pemeriksaan tiga parameter, pernapasan, perfusi dan status

mental kelompok dapat dengan cepat diprioritaskan atau disortir menjadi 4 kelompok warna berdasarkan apakah mereka membutuhkan intervensi langsung yang kelompok RED, intervensi tertunda (sampai satu jam) yang merupakan kelompok YELLOW, luka ringan dimana intervensi dapat ditunda hingga tiga jam yang adalah kelompok GREEN dan mereka yang mati yang 5 kelompok BLACK. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menghapus mereka yang membutuhkan perhatian yang paling mendesak. Pada kelompok YELLOW dan GREEN perlu dinilai kembali untuk menentukan apakah status mereka berubah. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini yaitu : 1.

Apa yang dimaksud dengan Triase ?

2.

Bagaimana prinsip-prinsip Triase ?

3.

Bagaimana metode Triase ?

1.3 Tujuan Tujuan pada makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Triase. 2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip Triase 3. Untuk mengetahui bagaimana metode Triase.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Triase Triase bencana adalah suatu system untuk menetapkan prioritas perawatan medis berdasarkan berat ringannya suatu penyakit ataupun tingkat kedaruratannya, agar dapat dilakukan perawatan medis yang terbaik kepada korban sebanyak-banyaknya, di dalam kondisi dimana tenaga medis maupun sumber-sumber materi lainnya serba terbatas (Zailanidkk, 2009). Menurut Kathleen dkk (2008), triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya. Menurut Pusponegoro (2010), triase berasal dari bahasa Prancis trier bahasa Inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir yaitu proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawat daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas Penanganan dan sumber daya yang ada (Wijaya, S, 2010).

2.2 Prinsip-prinsipTriase Prinsip – prinsip triase yang utama sekali harus dilakukan adalah: 1. Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien 2. Waktu untuk Triase per orang harus lebih dari 30 detik 3. Prinsip utama Triase adalah melaksanakan prioritas dengan urutan “nyawa” > “fungsi” > “penampilan”. 4. Pada saat melakukan Triase, maka kartu Triase akan dipasangkan kepada korban luka untu kmemastikan urutan prioritasnya (Zailani, dkk, 2009). 2.3 MetodeTriase Menurut Lee, C.H., (2010) menerangkan pada situasi diklasifikasikan sebagai bencana masal atau MCI, membutuhkan metode triase cepat dan efektif. Dalam rangka mengoptimalkan hasil pasien secara keseluruhan dalam situasi bencana, ada pergeseran dari melakukan apa yang terbaik untuk setiap pasien untuk melakukan kebaikan terbesar

untuk jumlah terbesar orang. Ada beberapa tumpang tindih dalam prinsip-prinsip dasar dari korban massal dan sistem triase bencana yang sedang digunakan di seluruh dunia, namun data efikasi masih terbatas dalam literature. Karena secara inheren sulit untuk menyelidiki dan membandingkan protokol bencana dengan menggunakan pendekatan berbasis bukti, tidak ada data yang pasti di mana teknik triase bencana akan menghemat jumlah terbesar korban. Saat ini, dua protokol triase paling umum diterima adalah START dan SALT.

1) Model SALT Triage Untuk Insiden Korban Masal (Mass Casualty Incident) Lerner et al. Dalam Neal, D.J. (2009) menilai sistem triase yang saat ini digunakan dan menggambarkan kekuatan dan kelemahan dari sistem ini. Penelitian ini mengembangkan pedoman triase yang digunakan untuk semua bahaya dan dapat diterapkan pada orang dewasa dan anak-anak. SALT Triage singkatan (sort – assess – lifesaving – interventions – treatment/transport). SALT terdiri dari dua langkah ketika menangani korban. Hal ini termasuk triase awal korban menggunakan perintah suara, perawatan awal yang cepat, penilaian masing-masing korban dan prioritas, dan inisiasi pengobatan dan transportasi. Pendekatan Triase SALT memiliki beberapa karakteristik tambahan. Pertama, SALT mengidentifikasi kategori expectant (hamil) yang fleksibel dan dapat diubah berdasarkan faktor-faktor tertentu. Kedua, SALT Triage awalnya mengkategorikan luka, tapi memberikan evaluasi sekunder untuk mengidentifikasi korban langsung.

Step 1 : SORT SALT dimulai dengan menyortir pasien secara global melalui penilaian korban secara individu. Pasien yang bisa berjalan diminta untuk berjalan ke suatu area tertentu dan dikaji pada prioritas terakhir untuk penilaian individu. Penilaian kedua dilakukan pada korban yang diminta untuk tetap mengikuti perintah atau di kaji kemampuan gerakan secara terarah / gerakan bertujuan. Pada korban yang tetap diam tidak bergerak dari tempatnya dan dengan kondisi yang mengancam nyawa yang jelas harus dinilai pertama karena pada korban tersebut yang paling membutuhkan intervensi untuk penyelamatan nyawa.

Step 2 : ASSES Prioritas pertama selama penilaian individu adalah untuk memberikan intervensi menyelamatkan nyawa. Termasuk mengendalikan perdarahan utama; membuka jalan napas pasien, dekompresi dada pasien dengan pneumotoraks, dan menyediakan penangkaluntuk eksposur kimia. Intervensi ini diidentifikasi karena injury tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan dapat memiliki dampak yang signifikan pada kelangsungan hidup pasien. Intervensi live saving yang harus diselesaikan sebelum menetapkan kategori triase dan hanya boleh dilakukan dalam praktek lingkup responder dan jika peralatan sudah tersedia. Setelah intervensi menyelamatkan nyawa disediakan, pasien diprioritaskan untuk pengobatan berdasarkan ke salah satu dari lima warna-kode kategori. Pasien yang mengalami luka ringan

yang self-limited jika tidak diobati dan dapat mentolerir penundaan dalam perawatan tanpa meningkatkan risiko kematian harus diprioritaskan sebagai minimal dan harus ditunjuk dengan warna hijau. Pasien yang tidak bernapas bahkan setelah intervensi live saving yang diprioritaskan sebagai mati dan harus diberi warna hitam. Pasien yang tidak mematuhi perintah, atau tidak memiliki pulsa perifer, atau dalam gangguan pernapasan, atau perdarahan besar yang tidak terkendali harus diprioritaskan immediate dan harus ditunjuk dengan warna merah. Penyedia harus mempertimbangkan apakah pasien ini memiliki cedera yang mungkin tidak sesuai dengan kehidupan yang diberikan sumber daya yang tersedia, jika ada, maka provider harus triase pasien sebagai expectant /hamil dan harus ditunjuk dengan warna abuabu. Para pasien yang tersisa harus diprioritaskan sebagai delayed dan harus ditunjuk dengan warna kuning.

2) Model START/ JUMPSTART Triage Untuk Insiden Korban Masal (Mass Casualty Incident) (1) Model START Stein, L., 2008 menjelaskan Sistem START tidak harus dilakukan oleh penyedialayanan kesehatan yang sangat terampil. Bahkan, dapat dilakukan oleh penyedia dengan tingkat pertolongan pertama pelatihan. Tujuannya adalah untuk dengan cepat mengidentifikasi individu yang membutuhkan perawatan, waktu yang dibutuhkan untuk triase setiap korban kurang dari 60 detik. START membagi korban menjadi 4 kelompok dan masing-masing memberikan mengelompokkan warna. START triase memiliki tag empat warna untuk mengidentifikasi status korban. Langkah pertama adalah meminta semua korban yang membutuhkan perhatian untuk pindah ke daerah perawatan. Ini mengidentifikasi semua korban dengan luka ringan yang mampu merespon perintah dan berjalan singkat jarak ke area pengobatan. Ini adalah GREEN kelompok dan diidentifikasi untuk pengobatan delayed, mereka memang membutuhkan perhatian. Jika anggota kelompok ini tidak merasa bahwa mereka yang menerima pengobatan mereka sendiri akan menyebarkan ke rumah sakit pilihan mereka. Langkah selanjutnya menilai pernapasan. Jika respirasi lebih besar dari 30 tag korban sebagai RED (Immediate), jika tidak ada reposisi respirasi jalan napas. Jika tidak ada respirasi setelah reposisi untuk membuka jalan napas, tag korban BLACK (mati). Jika tingkat pernapasan kurang dari 30 bpm, periksa denyut nadi radial dan refill kapiler. Jika tidak ada pulsa radial teraba atau jika kapiler isi ulang lebih besar dari 2 detik, menandai korban RED (Immediate). Jika ada perdarahan yang jelas, maka kontrol perdarahan dengan tekanan. Minta orang lain, bahkan korban GREEN

untuk menerapkan tekanan dan melanjutkan untuk triase dan tag individu. Jika ada nadi radial, nilai status mental korban dengan meminta mereka untuk mengikuti perintah sederhana seperti meremas tangan. Jika mereka tidak bisa mengikuti perintah sederhana, maka tag mereka RED (Immediate) dan jika mereka dapat mengikuti perintah sederhana, maka tag mereka YELLOW (delayed). Algoritma dibawah ini membuat lebih mudah untuk mengikuti. Pemeriksaan tiga parameter, pernapasan, perfusi dan status mental kelompok dapat dengan cepat diprioritaskan atau disortir menjadi 4 kelompok warna berdasarkan apakah mereka membutuhkan intervensi langsung yang kelompok RED, intervensi tertunda (sampai satu jam) yang merupakan kelompok YELLOW, luka ringan dimana intervensi dapat ditunda hingga tiga jam yang adalah kelompok GREEN dan mereka yang mati yang kelompok BLACK. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menghapus mereka yang membutuhkan perhatian yang paling mendesak. Pada kelompok YELLOW dan GREEN perlu dinilai kembali untuk menentukan apakah status mereka berubah.

START Triage - Assess, Treat Find color, STOP, TAG, MOVE ON

M I N O R

Move Walking Wounded No Resp after head tilt Breathing but Unconscious Resp > 30 Perfusion D I Cap refill > 2 sec E M or No Radial Pulse C M Control bleeding E E Mental Status – A D Can’t follow simple commands S I D Otherwise

E D

A T E

E L A Y E D

Remember R – 30 P–2 M – Can do

(2) JUMPSTART Anak-anak memiliki nilai rentang normal yang berbeda dari yang pernapasan tergantung pada usia mereka, sehingga metode START berdasarkan tingkat pernapasan 30 tidak akan sesuai untuk anak-anak. Selain itu, anak-anak lebih cenderung memiliki masalah pernapasan utama sebagai lawan masalah kardiovaskular dan anak-anak yang tidak bernapas mungkin hanya memerlukan pernapasan buatan untuk diresusitasi. Selain itu, anak-anak mungkin tidak mudah dibagi sesuai dengan yang dapat berjalan kaki ke lokasi yang ditunjuk karena perkembangan, keterampilan, kesediaan mereka untuk meninggalkan orangtua terluka dan kecenderungan orang tua untuk membawa anak. Hal ini digunakan secara luas di Amerika Serikat dan Kanada dan merupakan modifikasi sistem START.. Alat ini digunakan untuk anak-anak usia 1 dan 8 tahun. Mungkin tidak mudah untuk menentukan usia anak sehingga korban tampak masih anakanak maka menggunakan JUMPSTART dan jika korban terlihat seperti orang dewasa muda menggunakan START. Modifikasi dan penilaian tambahan akan diperlukan untuk anakanak kurang dari usia 1 tahun, denganketerlambatan perkembangan, cacat kronis atau cedera terjadi sebelum kejadian. (Jumpstart, 2008 dalam Stein, L., 2008) (3) SALT Triage Sebagai Triage Prehospital Penelitian oleh Cone et al (2009) dengan menilai keakuratan dan kecepatan 2 paramedic dalam menerapkan triage SALT pada 52 korban scenario. Hasil triage SALT oleh kedua paramedic tersebut adalah benar untuk 41 dari 52 pasien (78,8% akurasi). Tujuh pasien dimaksudkan untuk menjadi T2 yang diprioritaskan sebagai T1, dan dua pasien dimaksudkan

untuk menjadi T3 diprioritaskan sebagai T2, untuk tingkat overtriage 13,5%. Dua pasien dimaksudkan untuk menjadi T2 yang diprioritaskan sebagai T3, untuk tingkat undertriage dari 3,8%. Triage dicatat oleh pengamat selama 42 dari 52 pasien, dengan ratarata 15 detik per pasien (kisaran 5-57 detik). Kesimpulannya SALT dapat diterapkan dengan cepat dilapangan dan aman. Penilaian tingkat undertriage yang rendah. Hasil overtriage signifikan dan masih bisa diterima. Pada penelitian Lerner, E.B,. Schwartz, R.B., Coule, P.L., Pirrallo, R.G., (2010) dengan metode simulasi SALT triage pada 73 peserta pelatihan program bencana masal. Hasil menunjukkan 217 observasi korban. Awal triase adalah benar untuk 81% dari pengamatan, 8% overtriaged dan 11% berada di undertriage. Triage terakhir adalah benar untuk 83% dari pengamatan, 6% yang overtriage dan 10% undertriage. Interval triase ratarata adalah 28 detik (± 22; kisaran: 4-94). 9% melaporkan bahwa sebelum pelatihan mereka merasa sangat percaya diri menggunakan SALT triase dan 33% tidak percaya diri. Setelah pelatihan, tidak ada yang melaporkan tidak merasa percaya diri menggunakan SALT triase, 26% berada pada tingkat yang sama kepercayaan, 74% merasa lebih percaya diri, dan tidak ada yang merasa kurang percaya diri. Sebelum pelatihan, 53% dari responden merasa SALT triase adalah lebih mudah digunakan daripada triase bencana mereka protokol saat ini, 44% merasa itu mirip, dan 3% merasa itu lebih sulit. Setelah pelatihan tidak ada yang melaporkan bahwa SALT triase lebih sulit untuk digunakan.

(4) START/JUMPSTART Triage sebagai triage prehospital Analisis retrospective oleh Kahn, Schultz, Miller dan Anderson (2008) mengevaluasi triage START pada bencana kecelakaan kereta api tahun 2003. Review dilakukan pada 148 catatan di 14 rumah sakit penerima korban. Pengamatan mulai korban diberi kategori triage, kesesuaian triage dan waktu tiba di rumah sakit. Hasil didapatkan korban kategori merah (immediate) 22, kuning (delayed) 68, hijau (minimal) 58. Berdasarkan kesesuaian hasil triage sebenarnya adalah 2 merah, 26 kuning, dan hijau 120 pasien. 79 pasien overtriaged, 3 yang undertriaged, dan hasil 66 pasien cocok tingkat triagenya. Tidak ada triage yang mendekati sensivitas 90% dan 90% kebutuhan sensitivitas yang ditetapkan dalam hipotesis, meskipun merah adalah 100% sensitif (95% confidence interval [CI] 16% sampai 100%) dan hijau adalah 89,3% spesifik (95% CI 72% sampai 98%). Statistik Obuchowski adalah 0,81, berarti bahwa korban dari kelompok akuisi tinggi memiliki peluang 81% untuk kategori triase akuisi tinggi. Median waktu kedatangan untuk pasien merah adalah lebih dari 1 jam lebih awal dari pasien lain.

(5)Analisis perbandingan model SALT dengan START/JUMPSTART triage untuk insiden korban masal (Mass Casualty Incident) Penerapan metode triage SALT maupun START/JUMPSTART telah disepakati di Amerika Serikat dalam rangka penyeragaman dan menstandarkan dalam pemilahan kategori pasien (Lee, C.H., 2010). Dari kedua metode tersebut menggunakan tingkat triage dan coding warna untuk mengkategorikan korban bencana, yaitu : (1) Triase Tag Merah ("Segera-Immediate" atau T1 atau Prioritas 1): Pasien yang hidupnya berada dalam bahaya langsung dan yang membutuhkan pengobatan segera (2) Triase Tag Kuning ("tertunda-delayed" atau T2 atau Prioritas 2): Pasien yang hidupnya tidak dalam bahaya langsung dan siapa yang akan membutuhkan mendesak, tidak langsung, perawatan medis (3) Triase Tag hijau ("Minimal" atau T3 atau Prioritas 3): Pasien dengan luka ringan yang akhirnya akan memerlukan pengobatan (4) Tag Triase hitam ("hamil-expectant" atau Tidak Prioritas): Pasien yang mati atau yang memiliki luka yang luas sehingga mereka tidak bisa diselamatkan dengan sumber daya terbatas yang tersedia. Hal ini juga penting untuk dicatat bahwa pasien perlu ditinjau kembali, dan awal sebutan triase kode warna dapat berubah seiring waktu. Berdasarkan review penelitian Kahn, Schultz, Miller, Anderson (2008), Cone et al (2009), dan Lerner, E.B,. Schwartz, R.B., Coule, P.L., Pirrallo, R.G., (2010) bahwa metode START terdapat sedikit data tentang keefektifan pengkategorian dan ada beberapa bukti bahwa START dapat menyebabkan overtriage pasien (misalnya, penandaan pasien sebagai "Immediate" yang dalam kenyataannya harus diberi label "delayed") dalam pengkategorian korban massal, sedangkan pada metode SALT lebih mudah dipelajari dan diaplikasikan, mudah diingat, korban dalam jumlah besar lebih cepat dalam pemilahan dan penanganan, berlaku untuk semua tipe bencana dan populasi.

2.4

Kategori Triase Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas utama dalam

pengobatan medis diberi kartu merah .Korban yang dapat menunggu untuk beberapa jam diberi kartu kuning, sedangkan korban yang dapat berjalan sendiri diberi kartu hijau. Korban yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu hitam. Dalam kondisi normal, pasien yang sudah diambang kematian

dapat diselamatkan dengan pengobatan yang serius walaupun kemungkinannya sangat kecil. Para petugas medis yang sudah terbiasa memberikan pelayanan medis yang maksimal dan pantang menyerah terhadap pasien dengan kondisi seperti itu, mungkin akan dihinggapi perasaan berdosa saat memberikan kartu hitam kepada korban. Disinilah letak perbedaan antara pengobatan darurat dengan prinsip “terbaik untuk satu orang” dan pengobatan bencana dengan prinsip “terbaik untuk semua” (Zailani, dkk, 2009).Untuk lebih jelasnya, kategori triase dapat kita lihat pada tabel 2.1.berikut ini:

Kategori Triase No 1

Prioritas Warna Merah

Kode I

Kategori Priorotas utama pengobatan

KondisiPenyakit/Luka Memerlukan

pengobatan

dengan

segera karena dalam kondisi yang sangat kritisya itu tersumbatnya jalan napas, dyspnea, pendarahan, syok, hilang kesadaran. 2

Kuning

II

Bisa menunggu pengobatan

Pengobatan mereka dapat ditunda untuk beberapa jam dan tidak akan berpengaruh

terhadapnya

wanya.

Tanda-tanda vital stabil. 3

Hijau

III

Ringan

Mayoritas korban luka yang dapat berjalan

sendiri

mereka

dapat

melakukan rawat jalan. 4

Hitam

0

Meninggal atau tidak dapat Korban sudah meninggal ataupun diselamatkan

tanda-tanda

kehidupannya

terus

menghilang.

1 Kartu Triase Hasil Triase dicatat secara sederhana di kartu triase, kemudian digantungkan di leher atau di salah satu tangan dan kaki pasien. Triase bukanlah proses yang dilakukan berulang kali untuk memonitor apakah terjadi perubahan pada kondisi pasien. Jadi, prosesnya perlu

dilakukan setiap saat pada korban atau berulang-ulang ketika mereka akan dipindahkan kelokasi baru, misalnya ditempat bencana, pusat pertolongan pertama, sebelum diangkut, di pintu masuk rumah sakit, sebelum operasi/pembedahan, dan lain-lain (Zailani, dkk, 2009).

2 Triase lapangan Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi: 1. Triase di Tempat (Triase Satu) Triase ditempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau pada tempat penampungan yang dilakukan oleh tim pertolongan pertama atau tenaga medis gawat darurat. Triase di tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke posmedis lanjutan. 2. Triase Medik Triase ini dilakukan saat korban memasuki posmedis lanjutan oleh tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan triase medis adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban. 3. Triase Evakuasi Triase ini ditujukan kepada korban yang dapat dipindahkan ke rumah sakit yang telah siap menerima korban bencana masal. Jika posmedis lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban dalam status “merah” akan berkurang, dan akan diperlukan pengelompokkan korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan. Tenaga medis di posmedis lanjutan dengan berkonsultasi dengan poskomando dan rumah sakit tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yang akan di pergunakan.

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Di Indonesia triase dianjurkan menggunakan metode

triase

Penuntun

Lapangan START

(Simple

Triage

And

Rapid

Transportation). Prioritas

tindakan dalam

triase

yaitu

terdiri

dari Prioritas

Nol

(Hitam), Prioritas Pertama (Merah), Prioritas Kedua (Kuning), dan Prioritas Ketiga (Hijau). Konsep Triase antara lain : a.

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa

b.

Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya

c.

Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu

d.

Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage Pada akhirnya sebagai dokter umum dan perawat terlebih-lebih yang bekerja

sebagai dokter dan perawat IGD dituntut agar dapat menegakkan bendera triase dengan tepat di saat dihadapkan dengan keadaan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya. Mampu menempatkan pasien yang kemungkinan besar akan hidup, bagaimanapun perawatan yang mereka terima, mampu menenmpatkan pasien yang kemungkinan besar akan meninggal, bagaimanapun juga perawatan yang mereka terima dan mampu menempatkan pasien bila mana mendapatkan perawatan sesegera mungkin dapat memberikan hasil akhir yang berbeda

3.2 SARAN Semoga dengan adanya penjelasan dalam makalah tersebut bisa membuat perawat ataupun tim medis lebih benar dan terstruktur dalam bekerja dalam situasi apapun dan dapat memberikan contoh terhadap masiarakat agar proses gawat darurat atau bencana alam terjadi tim kesehatan maupun masiarakat bisa saling membantu untuk proses penanggulangan bencana terutama korban akibat bencana

DAFTAR PUSTAKA Kushayati Nuris. 2015. Analisis Metode Triage Prehospital pada Insiden Korban Masal (https://journal.uny.ac.id/index.php/wuny/article/download/3515/pdf),

diakses

pada

tanggal 23 Oktober 2019 Depkes RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/penanganankrisis/buku_pedoma n_teknis_pkk_ab.pdf), diakses pada tanggal 23 Oktober 2019 Kemenkes.

2016.

Keperawatan

Kegawatdaruratan

dan

Manajemen

Bencana.

(http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/KeperawatanGAdar-dan-MAnajemen-Bencana-Komprehensif.pdf), diakses pada tanggal 23 Oktober 2019 file:///C:/Users/Acer/Downloads/3515-9110-1-PB.pdf

Related Documents


More Documents from "Saeful Anwar"

Brave Tart
January 2021 1
File
March 2021 0
January 2021 0
56769289-test-wais
January 2021 0