Makalah Konsep-recovery-dan-supportive-environment-dalam-perawatan-klien-gangguan-jiwa-doc

  • Uploaded by: Arief Nugraha
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Konsep-recovery-dan-supportive-environment-dalam-perawatan-klien-gangguan-jiwa-doc as PDF for free.

More details

  • Words: 4,236
  • Pages: 23
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah. Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.

1

B. Rumusan Masalah Agar penulisan makalah ini terarah dan lebih tertata, maka penulis perlu menuliskan sebuah rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Konsep Recovery ? 2. Bagaimana Supportive Environment Therapy itu ? 3. Bagaimana Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in 4.

Psychiatric Nursing ? Bagaimana Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada proses

5. 6.

Penyembuhan ? Apa saja terapi generalis itu ? Apa saja terapi spesialis itu ?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk; 1. Mengetahui Konsep Recovery 2. Mengetahui supportive environment therapy. 3. Mengetahui Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in 4.

Psychiatric Nursing Mengetahui Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada proses

5. 6.

Penyembuhan Mengetahui terapi generalis Mengetahui terapi spesialis

BAB II PEMBAHASAN

A.

Konsep Recovery Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan

2

mencapai kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013). Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-orang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013). Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang

3

meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Stuart, 2013). B.

Supportive Environment Therapy (Wermon, Rockland) Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.

4

C.

Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup. Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013) menyatakan pentingnya meningkatkan peran individu dan keluarga dalam proses recovery.

Caldwell et al (2010 dalam

Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery. Models, Theories, and Therapies in Current Practice No 1

2

Theorist Dorothy Johnson

Model/Theory Behavioral system

Imogene King

Goal attainment

5

Focus of Nursing Membantu pasien kembali pada keadaan seimbang ketika mengalami stess melalui pengurangan atau menghilangkan sumber stress dan mendukung proses adaptif (Johnson, 1980) Membangun hubungan interpersonal dan membantu pasien untuk mencapai tujuan

No

D.

Theorist

Model/Theory

4

Betty Neuman

System Model

5

Dorothes Orem

Self-Care Deficit

6

Hildegard Peplau

Interpersonal Relations

7

Jean Watson

Transpersonal Caring

Manfaat dan Penyembuhan

Peran

Perawat

pada

Focus of Nursing nya berdasakan peran nya dalam konteks sosial (King, 1981) Membangun hubungan perawat-pasien untuk membantu menghadapi respon stres (1982) Mengatasi defisit perawatan diri dan mendorong pasien untuk terlibat secara aktif pada perawatan diri mereka (Orem, 2001) Menggunakan hubungan interpersonal sebagai alat terapeutik untuk menyembuhkan dan mengurangi kecemasan (Peplau, 1992) Caring merupakan prosedur dan tugas penting; membangun hubungan perawat-pasien sehingga menghasilkan Therapeutic Outcome (Watson, 2007)

Pemberian

Terapi

pada

Proses

Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis. Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.

6

Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013). Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).

E. Terapi Generalis 1. Terapi Psikofarmakologi Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau komponen lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam merawat individudan gangguan jiwa.  Peran perawat dalam psikofarmakologi a. Pengkajian Klien Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan

7

yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum diberikan pengobatan. b. Kordinasi Tritmen Modalitas Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien bersifat individu dan merupakan gambaran dari rencana tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung jawab utama perawat yang bersama-sama dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan. c. Pemberian Obat Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa pelayanan perawat bertugas menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek serta penanganan efek obat. d. Monitor Efek Obat Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka. Peran dalam memantau efek obat seperti membuat standarisasi pengukuran efek obat terhadap target gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang adekuat pada klien. e. Edukasi Pengobatan

8

Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting agar efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat psikotropika, kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap regimen terapi obat. 2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis) Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama kali dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia, dan dianggap bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan skizofrenia. Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius dengan memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien (Manked et al,2010). ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, stelah program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama setelah remisi program remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001). Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011). Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011). Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar klien lebih baik

9

daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan, sehingga terapi dianggap sebai antidepresan yang paling efektif (Keltner dan Boschini,2009).  Peran perawat Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan ECT. Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi. Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT merupakan pilihan program tritmen. Peran paling penting perawat adalah memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga, mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk memahami penjelasan yang diberikan. Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian asuhan keperawatan ini meliputi peninjauan kembali proses konsultasi, memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes laboratorium telah ditangani, dan memeriksa bahwa peralatan dan perlengkapan yang diperlukan telah memadai dan berfungsi. Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke ruan tritmen, baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi klien selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien. Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus berdekatan dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses staf anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat. Setelah klien berada diruan

10

pemulihan perawat harus harus mengokservasi klien sampai benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara periodic mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat, sangat membantu klien dalam proses pemulihan. Perawat harus menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori akan hilang dalam beberapa minggu. 3. Terapi Tindakan Pada Keluarga Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkan dengan baik untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam pengaturan klinis tradisional dan nontradisional. Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu tindakan

pada

keluarga

dalam

program

klinis,

memberikan

dan

mempromosikan tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga. a. Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan anggota keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat dengan dan atas nama anggotakeluarga yang memiliki ketidakmampuan b. Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan tertentu pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk tindakan yang mencakup asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga.

11

c. Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga. 4. Iktisas Terapi Kelompok Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai latar belakang dan masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar dari orang lain diluar lingkaran sosialnya. Mereka dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik, daya saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang diungkapkan oleh orang lain (Yalom,2005). Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok memiliki tujuan kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten terlibat dalam engidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku maladaptive mereka.  Peran Perawat Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir dan mempelajari kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu bersamaan. Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan bila diperlukan, membantu kelompok mencapai tujuannya. Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang sama pentingnya dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan perawat meliputi sikap responsive dan aktif berimpati, ketulusan, dan kemampuan konfrontasi.

12

F.

Terapi Spesialis 1. Guided Imagery Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta suasana hati (Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres yang lebih rendah dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI (Apostolo dan Kolcaba, 2009). Selain itu teknik imagery telah digunakan dalam berbagai kondisi dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua kondisi di mana teknik imagery telah membantu baik pada orang dewasa ataupun anak-anak (Lindquist, 2014). 2. Music Intervention Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan di seluruh dunia, terapis musik bekerja di berbagai fasilitas dan perawatan kesehatan. Meskipun terapis musik secara khusus dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak situasi di mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014). Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang otak, suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan irama dan getaran yang terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe, 2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik memberikan pasien / klien stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke musik bukan pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist, 2014).

13

3. Yoga Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional dengan menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan, kontrol nafas dan meditasi. Teknik pernapasan yang digunakn dalam yoga dapat berhubungan dengan stimulasi saraf vagus dan menyeimbangkan sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat ini dapat mengurangi agitasi dan aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih meditasi (Stuart, 2013). Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8 minggu diberikan tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat dalam mengurangi gejala gangguan makan daripada tritmen standar saja. Setelah selesai yoga, klien mengalami sedikit rangsangan terhadap makanan dan cara makan, sehingga hal ini menunjukkan efektivitas yoga dalam memfokuskan pikiran dan tidak terokupasi pada pemikiran obsesif patologis (Stuart, 2013).

4. Meditation Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien berfokus pada pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari sensasi, pikiran dan perasaan yang dialami saat ini yang bertujuan untuk memungkinkan diri mengamati pengalaman membuat tujuan, tidak menghakimi, serta menerima cara dan menemukan sifat yang lebih dalam dari pengalaman (Tusaie dan Edds, 2009 dalam Stuart, 2013). Praktik meditasi harus diawasi pada klien dengan masalah kesehatan jiwa tertentu karena terapi ini memiliki potensi untuk menginduksi tingkat kesadaran tertentu.

14

Pendekatan meditasi yang berbeda dapat menghasilkan efek merangsang yang dapat membangkitkan mania pada klien bipolar (Stuart, 2013). 5. Prayer Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara manusia dan Tuhan, komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara kepada Tuhan (Lindquist, 2014). Banziger, Van Uden, dan Janssen (2008) mencatat bahwa orang dapat melihat doa sebagai kerjasama dengan Tuhan di mana mereka berada dalam kontak dan persekutuan dengan Tuhan. Doa dapat dilakukan secara individual, dalam suatu kelompok, atau sebagai bagian dari iman atau komunitas

agama

(Lindquist,

2014).

Sejumlah

penelitian

telah

mendokumentasikan efektivitas doa sebagai strategi koping. Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker (2009) menyimpulkan bahwa doa adalah strategi koping yang membantu untuk menengahi antara agama dan kesejahteraan (Lindquist, 2014). Perawat dapat menanyakan apakah pasien ingin perawat untuk bergabung dengan mereka dalam doa. Membaca kitab suci atau membaca dari kitab suci adalah salah satu cara untuk berdoa dengan seseorang. Perawat dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berdoa: bermain musik meditasi, mencegah interupsi, dan memperoleh buku atau perlengkapan yang dibutuhkan bagi orang untuk berdoa seperti yarmulke untuk seorang Yahudi atau rosario bagi seseorang dari iman Katolik. Pasien dari iman Yahudi mungkin ingin membaca Mazmur dan Muslim dapat memilih untuk membaca doa dari Al-Qur'an (Al-Quran). Perawat perlu menghormati bentuk apapun atau ritual doa yang dipilih pasien (Lindquist, 2014).

15

Doa telah digunakan orang yang mempunyai banyak penyakit, dari semua kelompok usia, dan dari semua budaya. Literatur juga menunjukkan tentang kemanjuran doa pada individu yang sakit. Dalam sejumlah survei, doa menjadi yang paling sering digunakan sebagai pelengkap terapi (Brown, barner, Richards, & Bohman, 2007; King & Pettigrew, 2004). Penelitian telah dilakukan pada penggunaan doa dengan pasien yang memiliki kondisi kronis. Dalam sebuah studi dari orang dewasa yang HIV-1-positif dan yang terlibat dalam kegiatan spiritual seperti doa, subjek memiliki penurunan risiko kematian (Fitzpatrick et al., 2007). Demikian juga, orang dengan depresi dan kecemasan yang telah berpartisipasi dalam enam sesi doa 1 jam mingguan menunjukkan perbaikan dalam depresi dan kecemasan dibandingkan dengan subyek pada kelompok kontrol (Boelens, Reeves, Replogle, & Koenig, 2009). 6. Journaling Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif sering digunakan secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada rekaman peristiwa dan pertemuan, sedangkan journal berfungsi sebagai alat untuk merekam proses kehidupan seseorang (Cortright 2008 dalam Lindquist, 2014). Peristiwa dan pengalaman yang dicatat dalam jurnal berisi refleksi seseorang tentang peristiwa dan makna pribadi yang pernah dialami mereka. Dalam penulisan jurnal, interaksi antara sadar dan tidak sadar sering terjadi. Bentuk penulisan ekspresif seperti puisi, cerita, dan pesan memo adalah metode individu dapat menggunakan untuk mengeksplorasi perasaan batin dan pikiran (Lindquist, 2014). Pada mereka yang baru didiagnosis dengan penyakit kronis, journal tentang perspektif mereka tentang bagaimana penyakit dapat mempengaruhi

16

kehidupan mereka serta dapat membantu mereka mengungkap kekhawatiran sehingga bisa didiskusikan dengan profesional kesehatan. Perawat dan keluarga dapat menyiapkan catatan pasien, Kemudian digunakan dalam program tindak lanjut untuk membantu subjek memperoleh pemahaman tentang waktu mereka di unit perawatan intensif, termasuk mimpi dan saatsaat ketika pasien bingung atau tidak sadar. Program ini terbukti berguna bagi pasien dan staf. Menulis jurnal juga telah digunakan untuk membantu orang mengembangkan spiritual. Journal juga dapat membantu dalam berdoa. Tindakan menulis membantu menjaga seseorang berpusat pada percakapan dengan Tuhan. Seperti yang disarankan oleh Chittister, sebuah bagian dari kitab suci dapat menjadi stimulus untuk menggunakan journal untuk berdoa (Lindquist, 2014). 7. Storytelling Mendongeng/ bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan bercerita (Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar atau fiktif, dalam bentuk prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik, menghibur, atau menginstruksikan pendengar atau pembaca. Penggunaan cerita di layanan kesehatan, penelitian kesehatan, dan pendidikan tidak terbatas. Perawat dapat menggunakan cerita dalam beberapa situasi di masa hidup untuk berbagai tujuan. Cerita dapat digunakan dalam terapi keluarga dan dapat membantu anggota dalam memasuki makna dari masa lalu, sekarang, dan masa depan serta membantu pasien untuk "membuat makna" dan penyembuhan (Roberts, 1994 dalam Lindquist, 2014). 8. Massage

17

Pijat istilah berasal dari kata Yunani massein, yang berarti uleni (Calvert, 2002). Kata Arab massal atau mash, untuk menekan lembut, juga berarti pijat (Goodall-Copestake, 1919). Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu pertama yang menggunakan pijat. Dokter, terapis fisik, terapis pijat, dan bahkan cosmetologists juga menggunakan pijat. Orang-orang Yunani dan Romawi dipengaruhi dokter untuk menggunakan pijat. Terapis fisik menggunakan pijat di kedokteran olahraga untuk mengurangi rasa sakit, merehabilitasi, dan meningkatkan kinerja fisik bagi para atlet (Brummitt 2008). Perawat menggunakan pijat sebagai intervensi untuk menghilangkan stres fisiologis dan psikologis dan mempromosikan relaksasi (Harris & Richards, 2010). Dalam review dari 22 studi yang pijat telah digunakan, Richards, Gibson, dan Overton-McCoy (2000) menemukan bahwa hasil yang paling sering dilaporkan adalah pengurangan kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi pijat juga bermanfaat bagi klien depresi. Mekanisme terapi ini adalah menekan sumbu HPA dengan berkurangnya hormon stres dan meningkatkan aktivasi sistem saraf parasimpatis sehingga menurunkan denyut nadi, relaksasi serta menurunkan nyeri (Stuart, 2013). 9. Exercise (Olah Raga) Aktivitas fisik didefinisikan sebagai "mengerakan tubuh yang bertujuan untuk pengeluaran kalori" (American College of Sports Medicine, 2006). Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan

18

meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Latihan fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya: 1. Mengurangi risiko kematian dini 2. Mengurangi risiko kematian dini akibat penyakit jantung 3. Mengurangi risiko diabetes tipe 2 4. Mengurangi risiko tekanan darah tinggi 5. Mengurangi tekanan darah tinggi pada individu hipertensi 6. Mengurangi risiko kanker usus 7. Mengurangi perasaan gelisah dan putus asa 8. membantu dalam mengontrol berat badan 9. Membantu dalam penguatan dan pemeliharaan otot, sendi, dan tulang 10. Membantu orang dewasa yang lebih tua dengan keseimbangan dan mobilitas 11. Memupuk perasaan kesejahteraan psikologis 10. Aromaterapi Styles (1997) mendefinisikan aromaterapi sebagai penggunaan minyak esensial untuk tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-luas, definisi yang konsisten dengan praktik keperawatan holistik. Institute Cancer Nasional mendefinisikan aromaterapi sebagai "penggunaan terapi menggunakan minyak dari bunga, tumbuh-tumbuhan, dan pohon-pohon untuk perbaikan fisik, emosional, dan spiritual kesejahteraan "(National Cancer Institute [NCI], 2012). 11. Obat herbal Herbal dan produk-produk alami terkait seperti rempah-rempah, banyak digunakan untuk pengobatan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan penyakit dan menjaga kesehatan bisa digunakan pada banyak budaya didunia setidaknya sejak 2.500 tahun yang lalu. Sebagai contoh, di sM abad ke-5, Hippocrates direkomendasikan daun dan kulit kayu dari willow tree (genus Salix) untuk rasa sakit dan peradangan. obat-obatan herbal, atau terapi nabati, terus menduduki tempat penting dalam banyak tradisi penyembuhan dunia.

19

12. Functional Foods and Nutraceuticals Menurut Haller (2010), istilah nutraceutical diambil dari kata-kata nutrisi dan farmasi. Awalnya diciptakan oleh Dr Stephen DeFelice, nutraceuticals didefinisikan sebagai "makanan, atau bagian dari makanan, yang berfungsi untuk pengobatan atau memiliki manfaat untuk kesehatan, termasuk pencegahan dan pengobatan

penyakit

"(National

Nutraceutical

Pusat,

2012).

Kategori

nutraceutical termasuk suplemen makanan seperti Ginkgo biloba, makanan fungsional seperti produk susu, dan makanan makanan lainnya yang nantinya dapat di tambahkan dengan nutraceuticals (National Nutraceutical Pusat, 2012). Nutraceuticals adalah makanan yang menawarkan manfaat bagi kesehatan (Haller, 2010). 13. Akupresur Akupresur didefinisikan oleh Gach (1990) sebagai "seni penyembuhan kuno yang menggunakan jari-jari untuk menekan titik-titik tertentu pada tubuh untuk merangsang kemampuan penyembuhan tubuh secara mandiri" 14. Magnet Terapi Magnet telah digunakan untuk tujuan penyembuhan selama berabad-abad di banyak negara-negara seperti Cina, Mesir, Yunani, dan India. Mereka disebutkan dalam teks medis tertua yang pernah ditemukan, dalam kitab suci Hindu kuno, Veda (Whitaker & Adderly, 1998). Di Eropa selama abad ke-16, Paracelsus, seorang dokter Jerman-Swiss, berteori bahwa karena magnet menarik besi mereka mungkin menarik dan "menarik keluar" penyakit dari tubuh.

20

Pusat

Nasional

Pelengkap

dan

Pengobatan Alternatif

(NCCAM)

mengklasifikasikan terapi magnet di bawah domain energi terapi. Terapi energi beroperasi pada prinsip bahwa kesehatan dapat dipengaruhi oleh penataan kembali "energi vital" seseorang, energi yang dibawa oleh semua makhluk hidup, yang terbuka atau tertutup, dapat membuat penyakit (Kaptchuk , 1996). Magnet Terapi melibatkan penggunaan magnet dari berbagai ukuran dan kekuatan yang ditempatkan pada tubuh untuk menghilangkan rasa sakit dan mengobati penyakit (New York Universitas, 2012).

21

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pada diri seseorang. B.

Saran Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam

penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.

22

DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed, R.N., Swarbrick, Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N., A.P.N. (2010). Psychiatric nursing practice & the recovery model of care. Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The top ten concerns about recovery encountered in mental health system transformation. Psychiatric Services, 57(5), 640-5. Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K. T., & Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in routine mental health service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182. Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary & Alternative Therapies in Nursing. Springer Publishing Company O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005). from rhetoric to routine: assessing perceptions of recovery-oriented practices in a state mental health and addiction system. Psychiatric Rehabilitation Journal, 28(4), 378-86. Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition. ELSEVIER Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing; A Communication Approach to Evidence-Based Care Second Edition. ELSEVIER

23

Related Documents

Makalah
February 2021 2
Makalah
January 2021 2
Makalah Jembatan
January 2021 0
Makalah Termometer
January 2021 0
Makalah-kesehatan
January 2021 0

More Documents from "Monica Pricilia Waney"