Makalah Konstipasi Pada Ibu Hamil

  • Uploaded by: kLiwuyu 87
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Konstipasi Pada Ibu Hamil as PDF for free.

More details

  • Words: 3,472
  • Pages: 20
Loading documents preview...
Tugas Kuliah Farmakoterapi 2 KONSTIPASI PADA KEHAMILAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I KELAS – H ( KONVERSI )

LINA WULAN YUNI

( 505 18 011 165 )

YULID PUTRI LESTARI

( 508 18 011 156 )

MUKRIMA

( 514 18 011 038 )

RIRIN MULIANA

( 515 18 011 301 )

IIS TRIANA PUTRI

( 515 18 011 329 )

RUSLAN IBRAHIM

( 515 18 011 337 )

RITA

( 599 18 011 342 )

MEGA THAMRIN ABDULLAH

( 515 18 011 434 )

Dosen Pengampu : A. Nur Ilmi A. S.farm, M.Kes, APT FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR 2018 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tuntutan tugas yang diberikan oleh Ibu A.

Nur Ilmi A. S.farm, M.Kes, APT. selaku dosen dalam mata kuliah

Farmakoterapi 2 di Fakultas Farmasi, Universitas Pancasakti Makassar. Dalam makalah ini akan di bahas mengenai konstipasi pada kehamilan, serta faktor penyebab dan cara mengatasinya. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini, karena tanpa bantuan dan dorongan dari mereka penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis pun sangat berterima kasih kepada ibu A. Nur Ilmi A. S.farm, M.Kes, APT. selaku dosen dalam mata kuliah Farmakoterapi 2. Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat membatu proses belajar mengajar dan menambah wawasan para pembaca. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat dibutuhkan guna perbaikan kedepannya.

Makassar, Desember 2018

Penulis

2

DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................

2

Daftar isi...........................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

4

A.

Latar Belakang...........................................................................................

4

B.

Rumusan Masalah.......................................................................................

5

C.

Tujuan..........................................................................................................

5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................

6

A. Pengertian Konstipasi...................................................................................

6

B. Penyebab Konstipasi Pada Kehamilan........,,..............................................

6

C. Gejala Konstipasi Pada Ibu Hamil...............................................................

8

D. Manifestasi Klinis Konstipasi......................................................................

10

E. Terapi Non Farmokologi pada ibu hamil dengan konstipasi.......................

10

F. Terapi Farmokologi pada ibu hamil dengan konstipasi...............................

12

BAB III PENUTUP...........................................................................................

18

A. Kesimpulan................................................................................................

18

B.

18

Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 19 Lampiran Jurnal................................................................................................... 20

3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran)kurang, atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus,red) lebih lambat dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari berturut-turut Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum sekitar 4% – 30% pada kelompok usia 60 tahun ke atas. Ternyata, wanita lebih sering mengeluh konstipasi dibanding pria dengan perbandingan 2 : 1 hingga 3 : 1. Insiden konstipasi meningkat seiring bertambahnya umur, terutama usia 65 tahun ke atas. Pada suatu penelitian pada orang berusia 65 tahun ke atas, terdapat penderita konstipasi sekitar 34 % wanita dan 24 % pria. Konstipasi atau sembelit merupakan gangguan pencernaan yang sangat umum dialami oleh wanita yang tengah mengandung. Hal ini disebabkan oleh hormon progesteron yang menjadi salah satu hormon kehamilan yang membuat otot usus menjadi lebih rileks sehingga gerakannya pun menjadi lebih lambat. Diperkirakan 11-38% wanita hamil pernah mengalami konstipasi. Keluhan yang paling umum adalah mengedan terlalu kuat, feses yang keras dan rasa pengeluaran feses yang tidak komplit. Resiko konstipasi pada wanita hamil semakin besar jika sudah mempunyai riwayat konstipasi sebelumnya dan riwayat konsumsi suplemen besi. Prevalensi konstipasi hampir sama antara trimester pertama, kedua dan ketiga selama kehamilan (Sembiring, 2015)

4

Sama dengan gangguan lain pada ibu hamil, konstipasi pada ibu hamil pun harus diwaspadai. Hal ini demi menjaga kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Gangguan konstipasi yang dialami oleh ibu hamil bahkan bisa menjadi parah jika ibu hamil itu sendiri memiliki kecenderungan susah untuk buang air besar. Ketika mengalami morning sickness ibu hamil tidak bisa makan dengan normal yang mana pada akhirnya akan mengganggu perkembangan serta kesehatan janin yang ada di dalam kandungannya.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan konstipasi ? 2. Apa penyebab konstipasi pada kehamilan ? 3. Apa gejala konstipasi pada ibu hamil ? 4. Bagaimana manifestasi klinis konstipasi ? 5. Bagaimana terapi Farmokologi pada ibu hamil dengan konstipasi ? 6. Bagaimana terapi Non Farmokologi pada ibu hamil dengan konstipasi?

C. TUJUAN 1) Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi II dan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang pengobatan konstipasi pada ibu hamil. 2) Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konstipasi 2. Untuk mengetahui penyebab konstipasi pada kehamilan 3. Untuk mengetahui gejala konstipasi pada ibu hamil. 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kostipasi. 5. Untuk mengetahui terapi Non Farmokologi pada ibu hamil dengan konstipasi. 6. Untuk mengetahui terapi Farmakologi pada ibu hamil dengan konstipasi

5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstipasi Kata konstipasi atau constipation berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti bergerombol bersama menyusun menjadi menggumpal padat /keras. Konstipasi bukanlah merupakan suatu penyakit melainkan suatu gejala, biasanya penderita mengeluhkan: proses mengedan terlalu kuat (52%), tinja yang keras seperti batu (44%), ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%) dan defekasi yang jarang (33%). Konstipasi merupakan suatu keadaan yang sering ditemukan di dalam masyarakat, pada umumnya dihubungkan dengan kurangnya konsumsi serat, kurang minum dan kurangnya aktivitas fisik. Pemakaian obat-obatan dan gejala depresi juga dihubungkan dengan terjadinya konstipasi. Di negara barat kejadian konstipasi 2-27%, dimana prevalensinya lebih banyak pada wanita daripada pria, non kulit putih daripada kulit putih dan orang tua daripada dewasa muda. Dan kehamilan merupakan salah satu faktor penyebab sistemik untuk terjadinya konstipasi atau susah buang air besar.

B. Penyebab konstipasi pada kehamilan Berdasarkan patofisiologinya konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi melalui proses obstruksi aliran tinja, sedangkan konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi fungsional.

6

Ada beberapa faktor mengapa wanita hamil mengalami konstipasi yaitu: 1) Meningkatnya hormon progesteron Hormon progesteron berperan dalam proses relaksasi pada kerja otot halus. Peningkatan hormon itu, mengakibatkan gerakan atau mobilitas organ pencernaan menjadi relaks atau lambat. Akibatnya, proses pengosongan lambung jadi lebih lama dan waktu transit makanan di lambung meningkat. Selain itu, gerakan peristaltik usus (pijatan di usus, salah satu aktivitas mencerna makanan) juga melambat sehingga daya dorong dan kontraksi usus terhadap sisa-sisa makanan melemah. Alhasil, sisa makanan menumpuk lebih lama di usus dan sulit dikeluarkan. Disamping itu selama kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di usus meningkat sehingga isi usus cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya konstipasi. (Ojieh, 2012) 2) Perut Semakin Besar dan Penekanan rektum Semakin besarnya perut, juga berdampak lanjutan, yaitu rektum (bagian terbawah usus besar) tertekan. Penekanan tersebut membuat jalannya feses menjadi tidak lancar, sehingga konstipasi terjadi. Semakin besar kehamilan maka semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah terjadinya konstipasi. (Ojieh, 2012) 3) Perubahan Pola Makan dan Kurang Serat Perubahan pola pada wanita hamil berkontribusi untuk terjadinya konstipasi. Gejala mual muntah pada trimester pertama disertai asupan makanan khususnya minuman yang berkurang akan mempengaruhi proses defekasinya. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil cenderung mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang cenderung berupa susu dan daging / ikan tanpa disertai cukup makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya konstipasi. (Ojieh, 2012) 4) Mengonsumsi zat besi Pemberian suplemen besi dan kalsium selama kehamilan merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi. (Ojieh, 2012) 7

5) Tidak olahraga Olahraga membuat tubuh sehat dan melancarkan proses metabolisme di dalam tubuh. Berolahraga secara rutin, misalnya, jalan kaki atau berenang, akan merangsang otot-otot perut dan usus, salah satunya, memicu gerakan peristaltik usus, sehingga mencegah konstipasi. (Ojieh, 2012) 6) Stress Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi. (Ojieh, 2012)

C. Gejala Konstipasi Pada Ibu Hamil Berdasarkan patofisiologinya konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi melalui proses obstruksi aliran tinja, sedangkan konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi fungsional. Ada beberapa faktor mengapa wanita hamil mengalami konstipasi yakni: faktor hormonal, perubahan diet,pertumbuhan janin dan aktifitas fisik. Riwayat posisi saat defekasi juga menjadi resiko untuk timbulnya konstipasi. Gejala konstipasi umumnya adalah mengedan terlalu kuat, tinja yang keras, butuh waktu yang lama saat defekasi dan frekuensi defekasi kurang dari 3 kali seminggu. Para ahli gastroenterologi di Eropa dan Amerika telah mencoba membuat suatu kriteria sederhana untuk menegakkan konstipasi fungsional yang dikenal dengan kriteria Roma. Kriteria yang digunakan saat ini adalah kriteria Roma II untuk konstipasi (lihat Tabel 1).

8

Tabel 1. Kriteria Roma II untuk konstipasi fungsional Keluhan selama 12 minggu, tidak perlu berurutan, dan telah berlangsung selama 12 bulan dengan memenuhi 2 atau lebih kriteria sebagai berikut :  Mengedan kuat pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi  Konsistensi tinja keras pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi  Rasa pengeluaran tinja yang tidak komplit > 1 kali dalam 4 kali defekasi  Rasa adanya obstruksi atau blokade anorektal pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi  Diperlukan tindakan manual > 1 kali dalam 4 kali defekasi (misalnya menggunakan jari, menyokong rongga pelvis)  Frekuensi defekasi kurang dari 3 kali seminggu  Tidak disertai tinja cair dan tidak memenuhi kriteria irritable bowel syndrome

Kriteria Roma II belum tervalidasi untuk digunakan pada wanita hamil. Kriteria ini dimodifikasi untuk tujuan studi pada populasi wanita hamil, dimana gejala yang muncul > 1 kali dalam 4 kali defekasi selama 1 bulan terakhir. Pemeriksaan fisik wanita hamil yang mengalami susah defekasi ditujukan mencari faktor lain yang menyebabkan konstipasi. Konstipasi karena kelainan struktural, tandatanda ileus ataupun akut abdomen harus disingkirkan pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan colok dubur juga perlu dilakukan untuk menilai adanya fecal impacted, massa tumor, fisura ani dan hemoroid. Komplikasi konstipasi mulai dari mual,muntah, penurunan nafsu makan, hemoroid sampai yang jarang terjadi seperti: fisura ani, inkontinensia alvi, perdarahan per rektum, fecal impacted dan prolapsus uteri.

9

D. Manifestasi Klinis Konstipasi Mula timbul dan lamanya konstipasi : o

Konstipasi akut Lamanya konstipasi : 1-4 minggu Penyebab tersering : infeksi virus, obstruksi mekanis, dehidrasi, dan botulism infantil

o

Konstipasi kronik Lama konstipasi : lebih dari 1 bulan Penyebab : biasanya fungional, penyakit Hirschsprung

o

Pemeriksaan fisik a. Bentuk feses b. Pemeriksaan neurologis umum, dihubungkan dengan adanya inervasi sfingter ani atau striktur c. Adakah distensi abdomen, prominen pada Hirschsprung atau konstipasi fungsional yang lama d. Pemeriksaan rektal dapat ditemukan lesi stenosis atau dugaan Hirschsprung berupa rektum yang kosong dan pendek dan bila jari-jari dikeluarkan keluar gush yang tipik dari cairan dan gas. Pada konstipasi fungsional dapat diraba massa feses dibawah fingter ani. Perhatikan adanya fissura in-ano atau lesi perianal lain.

E. Terapi Non Farmokologi pada ibu hamil dengan konstipasi Pengaturan pola makan dan aktivitas selama kehamilan adalah terapi pertama yang dapat dilakukan oleh ibu hamil ketika mengalami konstipasi. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah : 1) Meningkatkan Asupan serat Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni sekitar 25-30 gram per hari. Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak larut.

10

Serat larut akan mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan lambung, menahan air dan membentuk gel. Contohnya : apel, jeruk, pepaya dan strawberi. Serat tidak larut sukar difermentasi, memperpendek waktu transit di usus dan memperbesar massa tinja. Serat tidak larut banyak terdapat pada : sereal, sayur-sayuran (kangkung, bayam, daun sungkong), kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hindari konsumsi serat yang berlebihan secara bersamaan dalam waktu cepat karena akan menimbulkan kembung, sebah dan rasa tidak nyaman di perut. 2) Meminum jus buah dan sayuran sebagai alternatif untuk ibu hamil yang kesulitan mengkonsumsi buah dan sayur secara rutin 3) Asupan cairan yang cukup Wanita hamil membutuhkan asupan cairan 300 ml lebih banyak dari rata-rata 2 L cairan yang dikonsumsi orang normal. Pagi hari setelah bangun tidur usahakan untuk mengkonsumsi segelas air untuk merangsang defekasi. 4) Hindari makan porsi besar 3 kali sehari, tetapi makanlah dengan porsi kecil dan sering. 5) Hindari ketegangan psikis seperti stress dan cemas. 6) Jangan menahan rasa ingin buang air besar karena akan memperbesar resiko konstipasi 7) Pemberian probiotik pada wanita hamil juga dianjurkan karena dapat memperbaiki keseimbangan flora kolon dan memperbaiki fungsi pencernaan. 8) Sebaiknya hindari minuman bersoda, alkohol dan kopi. 9) Aktifitas fisik rutin dapat merangsang peristaltik usus untuk bekerja normal sehingga memperpendek waktu transit di saluran pencernaan dan membantu pengeluaran tinja. Olahraga disesuaikan dengan kondisi serta kemampuan fisik selama kehamilan. Jika usia kehamilan bertambah, disarankan untuk mengurangi aktifitas rutin dan olahraga yang dilakukan. Olahraga yang dapat dilakukan berupa gerak lambat dan jarak pendek misalnya yoga atau berjalan kaki sekitar 15-30 menit setiap harinya. 11

Bila sudah melewati minggu ke-20 kehamilan atau sekitar bulan ke-5 dapat dimulai olahraga berupa senam hamil. (Sembiring, 2015; Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010; Emilia dan Freitag, 2010)

F. Terapi Farmokologi pada ibu hamil dengan konstipasi Tindakan pertama yang sebaiknya Anda lakukan saat mengalami konstipasi pada masa kehamilan adalah mengatur pola makan dan aktivitas Anda. Jika Anda telah melakukan pengaturan pola makan dan melakukan aktivitas latihan ringan untuk memperlancar BAB Anda, tetapi ternyata tidak berhasil. Cobalah untuk mengonsumsi probiotik. Probiotik akan meningkatkan jumlah bakteri baik (mikroflora) di dalam usus sehingga dapat membantu pengoptimalkan proses pencernaan makanan yang Anda konsumsi. Apabila cara pengaturan pola makan dan aktivitas tidak dapat mengatasi konstipasi Anda, maka pada kondisi ini, Anda dapat menggunakan obat untuk mengatasinya (Trottier et al., 2012; Sembiring, 2015). Obat yang digunakan untuk mengatasi konstipasi selama hamil adalah obat yang termasuk dalam golongan obat pencahar atau disebut laxatives. Obat pencahar dikelompokkan menjadi 5 berdasarkan cara kerjanya, yaitu : 1. Bulking Agents Obat yang termasuk kelompok bulking agent memiliki cara kerja meningkatkan kandungan air dari tinja, dan merangsang pergerakan saluran cerna, serta menurunkan lama makanan diam di saluran cerna. Obat kelompok ini dapat dipilih paling pertama untuk mengatasi konstipasi karena aman, efektif, dan tidak mempengaruhi perkembangan janin. Contoh obat bulking agent adalah psyllium dengan dosis sebanyak 6,4 – 10 gram/hari, metilselulosa sebanyak 4,8–9,6 gram/hari dan polycarbophil sebanyak 2 – 8 gram/hari. Hal yang perlu perhatian: 

Tidak cocok digunakan untuk mengatasi konstipasi secara cepat karena perlu waktu 2-3 hari (48-72 jam) untuk bekerja.

12



Jangan digunakan jika konstipasi yang dialami terjadi disebabkan oleh obat golongan opioid.



Tingkatkan konsumsi air putih/ cairan selama penggunaan obat ini



Sebaiknya obat tidak diminum segera sebelum tidur karena dapat mengganggu waktu tidur Anda.



Penggunaan obat polycarbophil umumnya dapat mengakibatkan perut kembung dan pembentukan gas karena zat ini tidak dimetabolisme oleh bakteri saluran pencernaan.

2. Pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives) Kelompok pencahar osmotik merupakan obat pilihan kedua, jika bulking agent tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan. Cara kerja obat ini adalah meningkatkan tekanan osmosis saluran cerna sehingga dapat meningkatkan kandungan air tinja. Contoh obat dan jumlah yang digunakan per hari: Laktulosa 15-30 mL/hari, sorbitol 15-30 mL/hari, PEG (polyethylene glycol) 17-34 mL/hari Hal yang perlu perhatian: 

Pastikan untuk mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup

3. Pelunak tinja (stool softeners) Cara kerja obat kelompok pelunak tinja adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga dapat membantu masuknya air ke dalam tinja dan melunakkan tinja. Contoh obat dan jumlah yang diperlukan dalam sehari: sodium docusate 50-500 mg/hari setiap 1-4 kali sehari atau menggunakan bentuk gel enema sebanyak 0,12 gram yang dimasukkan melalui lubang anus. Hal yang perlu perhatian: 

Pastikan mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup



Obat akan bekerja secara optimal setelah 24-72 jam (1-3 hari)

4. Pencahar perangsang (stimulant laxatives) Pencahar kelompok stimulant bekerja dengan cara meningkatkan gerakan otot saluran cerna sehingga tinja akan terdorong untuk dikeluarkan. Contoh obat kelompok ini adalah senna, dan bisacodyl. Sumber lain juga menyebutkan 13

bahwa bisacodyl dapat meningkatkan rangsang otot uterus sehingga menimbulkan kontraksi uterus, oleh karena itu penggunaan bisacodyl sebaiknya dihindarkan. Hal yang perlu perhatian: 

Obat kelompok ini hanya digunakan jika pilihan obat kelompok 1-3 tidak dapat mengatasi konstipasi



Pastikan mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup



Obat ini sebaiknya diminum saat malam hari



Jangan menggunakan minyak jarak (castor oil) selama kehamilan karena dapat memicu kelahiran prematur.

5. Pencahar minyak mineral (lubricant laxatives) Cara kerja obat kelompok pencahar minyak mineral adalah dengan melapisi tinja sehingga lebih lunak dan lebih mudah untuk dikeluarkan karena bagian luar dari tinja terlapisi oleh lapisan pelumas berupa minyak mineral. Contoh obatnya adalah minyak mineral dan paraffin, tetapi obat kelompok ini umumnya tidak digunakan selama kehamilan karena dapat mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi terutama vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Gangguan pada penyerapan vitamin K dapat memicu terjadinya

kekurangan

protrombin

darah

(hypoprotrombinemia)

dan

perdarahan (hemorrhage). (Christie dan Rose, 2011; Rungsiprakarn et al., 2015; Sembiring, 2015)

Bentuk-bentuk Obat Pencahar : 1. Bentuk Tablet Tablet digunakan dengan cara diminum setelah makan dengan segelas air putih. Obat memerlukan waktu lama untuk menimbulkan rangsangan BAB dan mengatasi konstipasi. Kelebihannya: cara penggunaan mudah dan sederhana, kemasan mudah dibawa dan disimpan.

14

2. Bentuk Enema dan Supositoria Enema dan supositoria digunakan dengan cara memasukkan obat ke lubang anus. Enema adalah obat yang berbentuk cairan, sedangkan supositoria adalah obat yang berbentuk padat tetapi dapat meleleh setelah dimasukkan ke dalam anus. Penggunaan obat bentuk ini memerlukan pemahaman, dapat mengakibatkan terjadi iritasi di sekitar anus, dan cenderung tidak nyaman dalam penggunaannya. Kelebihan obat bentuk enema dan supositoria adalah secara umum memerlukan waktu singkat untuk menimbulkan rangsang BAB dan sebaiknya digunakan apabila penggunaan obat tablet tidak mampu mengatasi konstipasi (Rungsiprakarn et al., 2015).

Hal Lain Yang Perlu Perhatian Dalam Penggunaan Obat Pencahar Pencahar yang dapat digunakan selama masa kehamilan harus efektif, tidak menimbulkan efek teratogenik (kecacatan pada janin) yang dapat diketahui berdasarkan kategori kehamilan suatu obat, tidak diekskresikan melalui susu dan dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Kategori kehamilan obat yang baik adalah A dan B, Jika kategori obat adalah C, maka obat tetap dapat digunakan selama kehamilan, namun sangat perlu diperhatikan risiko efek lain yang dapat terjadi. Obat dengan kategori C umumnya digunakan apabila keuntungan yang diperoleh dari penggunaan obat lebih besar dibandingkan efek merugikan yang akan ditimbulkan. Hentikan penggunaan obat jika frekuensi BAB telah kembali normal, karena penggunaan pencahar berkepanjangan dapat memperlambat gerakan saluran cerna dan mengakibatkan kerja saluran cerna tergantung dengan adanya obat. (Blenkinsopp et al., 2014; Rungsiprakarn et al., 2015)

15

Daftar Obat Pencahar yang dapat dipilih jika penanganan konstipasi dengan mengatur pola makan, dan aktivitas tidak memberikan hasil yang diharapkan ditampilkan pada Table 2.

16

Jika setelah 2 minggu dilakukan pengaturan pola makan dan aktivitas, namun konstipasi tidak teratasi dan gejala yang dialami semakin mengakibatkan ketidaknyamanan selama hamil, maka Anda dapat segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Pemeriksaan ke dokter juga perlu Anda lakukan apabila terjadi hal-hal dibawah ini: 1. Pasien sulit buang air besar yang disertai penurunan berat badan dan feses bercampur darah. 2. Penggunaan obat laksatif yang aman untuk ibu hamil tidak mampu mengurangi gejala konstipasi. 3. Terjadi nyeri perut yang hebat.

17

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Konstipasi merupakan masalah yang sering dikeluhkan wanita hamil yang disebabkan berbagai faktor seperti Meningkatnya hormon progesteron, Perut Semakin Besar dan Penekanan rektum, Perubahan Pola Makan dan Kurang Serat, Mengonsumsi zat besi, Tidak olahraga, Stress. Terapi lini pertama lebih diutamakan yakni berupa penatalaksanaan non farmakologi dengan cara Meningkatkan asupan serat, Meminum jus buah dan sayuran, Asupan cairan yang cukup, Hindari makan porsi besar, Hindari ketegangan psikis, Jangan menahan rasa ingin buang air besar, Pemberian probiotik, hindari minuman bersoda, alkohol dan kopi, Aktifitas fisik rutin. Penggunaan obat pencahar (laksansia) sebagai terapi lini kedua diberikan hanya bila benar-benar diperlukan dan tidak untuk penggunaan jangka panjang. Pencahar yang dapat digunakan harus efektif, tidak menimbulkan efek teratogenik (kecacatan pada janin) yang dapat diketahui berdasarkan kategori kehamilan suatu obat, tidak diekskresikan melalui susu dan dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Hentikan penggunaan obat jika frekuensi BAB telah kembali normal.

B. SARAN 

Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan bagi ibu hamil mengenai dampak yang dapat terjadi dari konstipasi pada masa kehamilan.



Bagi ibu hamil agar rajin dan memeriksakan kehamilannya secara rutin (setidaknya 1 kali setiap bulannya) dengan harapan dapat mengurangi risiko konstipasi dan komplikasi pada kehamilan.



Ibu hamil sebaiknya selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi selama kehamilanya dan mengatur pola makan agar terhindar dari bahaya konstipasi dan komplikasi kehamilan.

18

DAFTAR PUSTAKA

Christie, J.A., dan S. Rose. 2011. Pregnancy in Gastrointestinal Disorders. American College of Gastroenterology: 1-6. Emilia, O. dan H. Freitag. 2010. Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil. Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka. Ojieh, AE.2012. Constipation In Pregnancy And The Effect Of Vegetable Consumption In Different Socio-Economic Class In Warri, Delta State. Journal of Medical and Applied Biosciences. Vol 4: 1-6. Rungsiprakarn, P., Laopaiboon, Sangkomkamhang, Lumbiganon, dan Pratt. 2015. Interventions For Treating Constipation In Pregnancy (Review). Cochrane Library Database of Systematic Reviews. No. 9: 1-42. Sembiring,L.P. 2015. Konstipasi Pada Kehamilan. JIK. Vol. 9 (1) . pp 7-10. Siswosuharjo, S. dan F. Chakrawati. 2010. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Semarang: Penebar Plus. Trottier, M., A. Erebara, P. Bozzo. 2012. Treating Constipation During Pregnancy.Canadian Family Physician.Vol. 58: 836-838. https://farmasiincare.wordpress.com/2016/12/06/konstipasi-pada-ibu-hamil/ http://bangkongcrazy.blogspot.com/2014/07/makalah-kesehatan-konstipasi-pada.html

19

20

Related Documents


More Documents from "dewi puspitasari"