Loading documents preview...
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Laut
Disusun Oleh Kelompok 5 Mecha Gamma
230210090071
Fika Andina
230210090072
Bayu Seno P
230210090073
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2010
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian makalah yang berjudul "SIFAT ANTIGENIK DALAM IDENTIFIKASI MIKROBA” dapat terselesaikan dengan lancar. Seiring dengan itu, penulis sangat berterima kasih kepada dosen mata kuliah mikrobiologi laut yang
telah
memberikan
ilmunya sehingga penulis
dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita dari jalan kesesatan menuju jalan yang terang benerang yang berupa syari'at ajaran agama Islam. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Perencanaan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Atas perhatian Bapak, Ibu, dan teman-teman kami ucapkan terimakasih.
Jatinangor, 25 April 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1 1.1
Latar Belakang................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3
Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN............................................................................3 2.1
Klasifikasi dan Identifikasi............................................................................3
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................ 6 3.1
Sifat Antigenik.............................................................................................. 6
3.2
Reaksi Antigen Antibodi.................................................................................6
3.3
Klasifikasi Bakteri Leptospira Berdasarkan Identifikasi Sifat Antigenik (Klasifikasi Berdasarkan Serotipe) ..............................................................10
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat
dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Klasifikasi adalah suatu istilah yang berkaitan dan sering kali digunakan atau dipertukarkan dengan taksonomi. Taksonomi adalah ilmu mengenai klasifikasi atau penataan sistematis organisme kedalam kelompok atau kategori yang disebut taksa (tunggal, takson) tetapi penyusunan taksonomi mikroorganisme mensyaratkan diidentifikasi sebagai mana mestinya dan diberi nama. Kegiatan secara keseluruhan, yakni tentang pengklasifikasian penamaan dan pengidentifikasian mikroorganisme, disebut sebagai sistematika mikroba. Menyusun sistematik dalam dunia mikroorganisme bukanlah pekerjaan yang mudah kesulitan pertama yang kita hadapi ialah menentukan apakah mikroba itu golongan hewan atau golongan tumbuhan. Setelah leeuwenhoek menyelami dunia mikroorganisme , sarjana Zoologi seperti Muller (1773) dan erlenberg (1838) menggolongkan bakteri pada protozoa. Baru pada tahun (1873), Cohn sarjana botani bangsa Jerman, mengetahui adanya ciri-ciri yang menyebabkan ia lebih condong menggolongkan bakteri (salah satu mikroorganisme) pada tumbuhan. Klasifikasi bakteri secara agak lengkap pada tahun 1875, dan sejak itu diadakan penyempurnaan secara berangsur-angsur sampai sekarang. Banyak kesulitan dalam mengklasifikasikan mikroorganisme. Misalnya dalam klasifikasi bakteri. Kriteria dalam kalasifikasi berbeda dengan mengklasifikasikan tumbuhan tingkat tinggi dan hewan tingkat tinggi yang didasarkan terutama pada sifatsifat marfologisnya. Tetapi hal ini sulit dilaksanakan pada bakteri, sehingga klasifikasi bakteri di dasarkan sebagian pada sifat-sifat morfologi, dan sifat-sifat fisiologinya termasuk imunologi.
1
Banyak bakteri di bawah mikroskop menunjukkan bentuk morfologi yang sama, tetapi sifat-sifat fisiologi mereka berlainan sama sekali. Ada beberapa golongan bakteri yang sama bentuknya, tetapi yang satu dapat mencernakan asam amino tertentu, sedangkan yang lainnya tidak. Ada pula suatu golongan yang dapat menyebabkan suatu penyakit, sedang golongan yang lain tidak. Maka jelaslah bahwa kesukaran kita untuk menetapkan spesies berdasarkan sifat-sifat morfologi saja. 1.2
Rumusan Masalah •
Apa yang disebut dengan sifat antigenik?
•
Bagaimana cara mengidentifikasi mikroba dengan melihat ciri sifat antigeniknya?
1.3
Tujuan Mengetahui identifikasi mikroba dengan melihat sifat antigeniknya
2
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1
Klasifikasi dan Identifikasi Dalam semua cabang biologi diperluan pencirian, klasifikasi dan identifikasi.
Klasifikasi merupakan proses untuk mengenali dan mengelompokkan organisme hidup. Klasifikasi merupakan bagian dari bidang ilmu sistematik. Tujuan klasifikasi ialah mengatur kedudukan dari berbagai organisme di alam. Jika diketahui ciri-ciri suatu mikroorganisme, maka dapat dilakukan perbandingan sehingga terlihat persamaan dan juga perbedaan dnegan organisme lainnya. Hal ini dapat disamakan dengan membuat tabel periodik bagi unsur kimia sehingga terlihat keterkaitan antara unsur kimia tersebut. Identifikasi mikroba berguna untuk mempelajari secara detail karakter fisik, kimiawi, dan bologis mikroba sehingga dapat diketahui dan dimanfaatkan secara optimal.
Identifikasi merupakan kegiatan utama dalam kegiatan untuk membuat
klasifikasi atau taksonomi. Berdasarkan klasifikasi dan taksonomi keanekaragaman hayati makhluk hidup dapat dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah dan utuh. Kegiatan identifikasi adalah menentukan nama hewan atau tumbuhan dengan benar dan menempatkannya di dalam system klasifikasi hewan dan tumbuhan. Klasifikasi dan identifikasi mikroorganisme haruslah diketahui terlebih dahulu karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme. Oleh karena ukurannya yang sangat kecil, tidaklah mungkin bagi kita untuk mempelajari 1 mikroorganisme saja, sehingga yang dipelajari adalah karakteristik suatu biakan yang merupakan populasi dari suatu mikroorganisme. Beberapa tahapan standar yang harus dilakukan untuk dapat mengidentifikasi mikroba, yaitu berdasarkan : 1.
Morfologis Mikroba pada umumnya sangat kecil : ukurannya dinyatakan dalam mikrometer
(µm). 1µm = 0,001 mm. Oleh karena ukurannya yang kecil diperlukan mikroskop
untuk melihat mikroba. Mikroskop yang digunakan tergantung pada kecermatan yang diinginkan oleh peneliti. 3
2.
Sifat Kimiawi Sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlauan kimiawi,
maka sel ini memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh, bakteri Gram negatif memiliki lipopolisakarida dalam dinding selnya, Sedangkan bakteri Gram positif tidak. Sebaliknya pada banyak bakteri Gram positif terdapat asam teikoat. Bahan kimia ini tidak ditemukan pada gram negatif. Dinding sel fungsi dan algae berbeda dari bakteri. Pada kelompok virus, pembagian dilakukan berdasaran asam inti yang dikandung, apakah merupakan DNA atau RNA. 3.
Sifat Biakan Zat
hara
yang
diperlukan
oleh
setiap
mikroorganisme
berbeda
ada
mikroorganisme yang hanya dapat hidup dan tumbuh bila diberikan zat hara yang kompleks (serum, darah). Sebaliknya ada pula yang hanya memerlukan bahan inorganik saja atau bahan organik (asam amino, karbohidrat, purin, pirimidin, vitamin, koenzim) selain itu beberapa mikroorganisme hanya dapat tumbuh pada sel hidup, berupa inang, telur, bertunas, biakan jaringan. 4.
Sifat Metabolisme Proses kehidupan dalam sel merupakan suatu rentetan reaksi kimiawi yang
disebut metabolisme. Berbagai macam reaksi yang terjadi dalam metabolisme dapat digunakan untuk mencirikan mikroorganisme. 5.
Sifat Antigenik Bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh, akan terbentuk antibodi yang
mengikat antigen. Antigen merupakan bahan kimia tertentu dari sel mikroba. Antibodi ini bersifat sangat spesifik terhadap antigen yang menginduksinya. Oleh karena mikroorganisme memiliki antigen yang berbeda, maka antibodi dapat digunakan untuk mencirikan (rapid indentification) terhadap mikroorganisme. Reaksi ini sangat sepesifik sehingga dapat disebut sebagai lock and key system.
4
6.
Sifat Genetik DNA kromosomal mikroorganisme memiliki bagian yang konstan dan spesifik
bagi
mikroorganisme
tersebut
sehingga
dapat
digunakan
untuk
pencirian
mikroorganisme. Susunan basa DNA. Untuk perbandingan di gunakan mol % G+C 7.
Patogenitas Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya untuk menimbulkan
penyakit merupakan ciri khas mikroorganisme tersebut selain itu terdapat pula bakteri yang memakan bakteri lainnya (Bdellovibrio) dan virus (bakteriofag)yang menginfesi dan menghancurkan bakteri. 8.
Sifat Ekologi Habitat merupakan sifat yang mencirikan mikroorganisme. Mikroorganisme yang
hidup di lautan berbeda dengan air tawar. Mikroorganisme yang terdapat dalam rongga mulut berbeda dengan saluran pencernaan.
5
BAB III PEMBAHASAN 3.1
Sifat Antigenik Antigenik adalah sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam
menghasilkan antibodi. Antigen biasanya berupa protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) yang bergabung dengan proetin-pembawaatau carrier. Mikroba memiliki antigenik yang sangat beragam. Salah satu contoh adalah streptococcus pneumoniae, penyebab pneumonia, yang mempunyai banyak tipe antigenik dan baru diketahui 84 macam. Setiap macam mempunyai stuktur pelapis polisakarida yang berbeda. 3.2
Reaksi Antigen Antibodi Tahapan ini memanfaatkan reaksi antara antigen-antibodi. Pada saat mikroba masuk kedalam tubuh maka tubuh akan membentuk antibodi yang berfungsi untuk megikat antigenik dari mikroba tersebut. Antibodi ini bekerja sangat spesifik dengan antigen yang menginduksinya. Oleh kerena mikroorganisme memiliki antigen yang berbeda, maka antibodi dapat digunakan
untuk
mencirikan
(rapid
indentification) terhadap mikroorganisme. Reaksi ini sangat sepesifik sehingga dapat disebut sebagai lock and key system. Kespesifikan reaksi antara antigen dan antibodi telah ditunjukkan melalui penelitianpenelitian yang dilakukan oleh Landsteiner. Ia menggabungkan radikalradikal organik kepada protein dan menghasilkan antibodi terhadap antigen-antigen
tersebut. Keputusan yang diperoleh menunjukkan antibodi dapat membedakan antara kelompok berbeda pada protein ataupun kumpulan kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan. 6
•
Ikatan kimia antara antigen dan antibodi Terdiri dari ikatan non kovalen, (seperti ikatan hidrogen, van der Waals,
elektrostatik, hidrofobik), sehingga reaksi ini dapat kembali ke semula (reversible). Kekuatan ikatan ini bergantung kepada jarak antara paratop dan bagian-bagian tertentu pada epitop. •
Reaksi pelarutan (precipitation) Antara antibodi khusus dengan antigen larut seperti protein. Penelitian yang
dilakukan oleh Heidelberger dan Kendall menunjukkan reaksi ini dapat optimum pada zona kesetaraan (equivalence zone) di mana antibodi dan antigen terbentuk pada kondisi yang paling sesuai untuk membentuk satuan ikatan (lattice). Pada zona antibodi berlebih (antibody excess zone) dan zona antigen berlebih (antigen excess zone) maka pembentukan satuan ikatan tidak optimum dan masih terdapat antibodi atau antigen bebas yang tidak terdapat dalam larutan. •
Reaksi pembekuan (aglutinasi) Antara antibodi khusus dengan antigen partikulat seperti bakteria, sel dll. Prinsip-
prinsip reaksi pembekuan adalah sama seperti reaksi pelarutan. Di dalam percobaan di atas antibodi spesifik terhadap antigen dicairkan dalam satu set telaga piring mikrotiter (baris atas), kemudian antigen pada kepekatan yang sama ditambah kepada setiap telaga yang mengandung antibodi. Selepas eraman untuk jangka masa yang sesuai telagatelaga dicerap untuk melihat sama ada terdapat pembentukan aglutinat (baris kedua). Keputusan yang diperolehi menunjukkan terdapat aglutinat terbentuk dalam telaga 2 - 5 dan tidak dalam telaga-telaga lain. Dalam telaga pertama aglutinat tidak terbentuk walaupun terdapat banyak antibodi kerana nisbah antigen:antibodi tidak optimum untuk pembentukan aglutinat. Kepekatan antibodi adalah terlalu tinggi berbanding antigen. Ini dipanggil sebagai fenomenon prozon. Dalam telaga 6 dan 7 kepekatan antibodi adalah terlalu rendah dan tidak cukup untuk untuk menghasilkan aglutinat. Dalam percubaan di atas titer antibodi terdapat pada telaga 5 kerana ini ialah cairan tertinggi yang
menghasilkan tindak balas positif, iaitu penglutinatan. Rajah sebelah bawah menunjukkan mekanisme tindak balas penghemaglutinatan tak terus (indirect hemagglutination reaction). 7
Dalam kaedah ini antigen larut diselaputkan ke permukaan eritrosit dan kehadiran antibodi terhadap antigen tersebut dikesan. •
Mendakan dalam tiub Tindak balas pemendakan juga boleh dilakukan dalam medium separa pepejal
seperti gel dan prinsip tindak balas adalah sama seperti tindak balas dalam larutan. Kaedah ini boleh dilakukan dalam tiub atau atas slaid. Rajah di atas menerangkan prinsip pemendakan dalam tiub. Dalam kaedah pertama (gambar atas) larutan antigen ditambah kepada tiub yang mengandungi antibodi. Selepas eraman garis mendakan akan terbentuk pada zon kesetaraan antara larutan antigen dan antibodi. Kaedah kedua (gambar tengah) menunjukkan tindak balas pemendakan dalam gel. Antibodi dicampurkan dengan gel dan dibekukan dalam tiub. Kemudian antigen ditambah dan tiub tersebut dieram. Antigen akan menyerap masuk ke dalam gel dan membentuk satu cerun kepekatan dan garis mendakan (precipitin line) terbentuk di mana terdapat zon kesetaraan wujud. Lebih dari satu garis mendakan akan terbentuk jika terdapat lebih dari satu antigen yang dicam oleh antibodi. Gambar ketiga menunjukkan peralihan garis mendakan (pseudomigration) yang berlaku semasa eraman. Ini berlaku karena semasa eraman lebih banyak antigen akan menyerap masuk ke dalam gel dan bagian di mana terdapat zon kesetaraan akan bertukar kerana kepekatan antibodi dalam gel adalah malar. Rajah ini juga menunjukkan di mana zon antigen dan antibodi berlebih wujud dalam gel tersebut. •
Kaedah imunoserapan bulatan Kaedah ini berguna untuk menentukan kehadiran atau menentukan kepekatan
antigen. Dalam rajah di bawah kepekatan IgG dalam sampel ditentukan menggunakan kaedah ini. Anti-IgG dicampurkan dengan gel dan dibekukan di atas slaid. Kemudian telaga-telaga ditebuk di dalam gel tersebut dan satu set piawai IgG ditambah ke dalam telaga. Selepas eraman garis mendakan berbentuk bulatan akan terbentuk di keliling
setiap telaga dan diameter bulatan ini bergantung kepada kepekatan antigen (IgG) yang ditambah.
8
Satu lengkok piawai diplot dan jika terdapat satu telaga yang mengandungi IgG yang tidak diketahui kepekatannya, kepekatan IgG dalam sampel tersebut boleh ditentukan berdasarkan diameter garis mendakan yang terdapat keliling telaga tersebut dan lengkok piawai yang ada. •
Kaedah Ouchterlony Kaedah ini berguna untuk menentukan perhubungan antigen (antigenic
relationship). Corak pertama di atas menunjukkan tindak balas seiras (reaction of identity) yang berlaku apabila epitop-epitop pada antigen 1 dan 2 yang dicam oleh antibodi adalah sama. Dalam tindak balas kedua epitop-eitop yang terdapat pada antigen 1 dan 3 adalah berbeza dan tidak dikongsikan. Ini menghasilkan corak tindak balas tak seiras (reaction of non-identity). Jika terdapat epitop-epitop yang dikongsikan antara dua antigen dan pada masa yang sama terdapat epitop-epitop unik pada satu antigen, corak separa iras (reaction of partial identity) akan terhasil. Dalam corak ketiga, antigen 1 dan 4 mempunyai epitop-epitop yang sepunya, tetapi antigen 1 mempunyai epitopepitop unik yang dicam oleh antibodi dan ini akan menghasilkan pacu (spur). Dalam corak keempat, antibodi hanya mengcam epitop pada antigen 1 yang tidak mempunyai epitop yang dikongsikan dengan antigen 5. •
Kaedah imunojerapan berpaut enzim (ELISA) Kaedah ini tergolong ke dalam asai imunoenzim kerana melibatkan tindak balas
enzim dengan substrat. Kaedah ELISA terus digunakan untuk mengesan kehadiran antigen sementara kaedah tak terus digunakan untuk mengesan kehadiran antibodi. Rajah di atas menunjukkan prinsip ELISA untuk mengesan kehadiran antibodi. Telaga piring mikrotiter diselaputkan dengan antigen (berwarna biru) kemudian sampel ujian ditambah. Jika terdapat antibodi spesifik (berwarna merah) untuk antigen dalam sampel tersebut ia akan bergabung dengan antigen. Kehadiran antibodi ini dikesan
menggunakan antibodi sekunder (biru) berlabel enzim (kuning). Selepas penambahan substrat, warna produk ditentukan berdasarkan serapan dan nilai serapan ini adalah berkadaran dengan kuantiti antibodi yang tergabung kepada antigen.
9
•
Kaedah pemblotan Western Kaedah pemblotan Western digunakan untuk mengesan kehadiran antigen. Dalam
kaedah ini antigen tercampur dipisahkan menggunakan elektroforesis gel. Kemudian antigen-antigen tersebut dipindahkan kepada membran pepejal menggunakan arus elektrik. Kehadiran antigen spesifik pada membran dikesan menggunakan antibodi spesifik untuk sesuatu antigen. Rajah di atas menunjukkan antigen-antigen yang terpisah selepas elektroforesis (warna kuning) yang kemudian dipindahkan kepada membran. Kehadiran antigen spesifik pada membran dikesan dengan antibodi spesifik berlabel dan warna boleh dibangunkan menggunakan tindak balas enzim-substrat. Kehadiran antigen-antigen ini dibandingkan dengan satu gel lain (warna cokelat) yang diwarnakan untuk mengesan semua antigen dalam sampel. •
Kaedah pewarnaan berpendarfluor Kaedah ini menggunakan antibodi spesifik berlabel pendarfluor seperti
fluorescein isothiocyanate (FITC). Rajah di bawah menunjukkan pengesanan bakteria menggunakan antibodi berpendarfluor. Antibodi berlabel FITC dicampurkan dengan sampel (E. coli) dan kemudian sampel dicerap menggunakan mikroskop pendarfluor. 3.3
Klasifikasi Bakteri Leptospira Berdasarkan Identifikasi Sifat Antigenik
(Klasifikasi Berdasarkan Serotipe) 3.3.1 Absorpsi-Aglutinasi Silang Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi galur adalah reaksi antigenantibodi seperti pada microscopic agglutination test (MAT). Struktur antigen Leptospira adalah sangat komplek. Sebagai dasar unit sistematiknya adalah serovar, yang ditentukan berdasarkan galur referensi yang sudah ada.
Serogrup terdiri dari serovar yang mengadakan aglutinasi silang dengan titer sedang sampai tinggi. Serogrup tidak dapat ditentukan dengan tepat dan tidak mempunyai status taxonomi yang jelas, tetapi secara praktis dapat digunakan untuk menentukan grup galur berdasarkan persamaan sifat-sifat antigeniknya.
10
Untuk memasukkan Leptospira ke dalam serogrup adalah sangat penting, dan ditentukan berdasarkan lebih dari 250 serovar Leptospira referensi, yang secara praktis tidak seluruhnya secara berurutan satu persatu digunakan untuk menentukan serotipe. Karena tidak ada definisi pasti tentang serogrup, dan perbedaan diantara serogrup sering tidak jelas, maka beberapa serovar akan pindah dari serogrup sebelumnya masuk ke serogrup yang lain. Definisi serovar pertama yang dibuat oleh Wolff dan Broom (1954) dan kelompok ahli WHO (1967) dimaksudkan tidak hanya untuk taxonomi, tetapi juga merupakan cara praktis untuk membedakan antara Leptospira berdasarkan hubungan pejamu-parasit. Berdasarkan definisi sekarang, dua galur dinyatakan mempunyai serovar yang berbeda jika sesudah dilakukan absorpsi-silang dengan sejumlah antigen heterologos yang cukup, ternyata kurang dari 10% titer homologos ditemukan secara terus-menerus paling tidak pada satu dari dua antisera dengan tes yang diulang. Definisi ini ditentukan oleh Commite on Systematic Bacteriology, 1987. Jika serovar yang belum diketahui berbeda dengan seluruh serovar yang sudah diketahui (wakil galur sebagai galur referensi) berdasarkan kriteria yang diberikan seperti diatas, maka galur yang diuji dianggap serovar baru. Jika tidak ada titer homologos atau jika ada kurang dari 10%, maka serovar yang diteliti termasuk dalam kelompok yang dicari. Oleh karena itu, serovar yang diteliti termasuk serovar yang diketahui yang sesuai dengan galur referensi, atau menjadi serovar baru dan dimasukkan sebagai serovar baru dalam referensi. Kriteria batas 10% adalah sangat kritis. Aturan ini memberikan batas perbedaan 0-10% untuk galur dapat masuk ke dalam serovar yang sama. Ada dua prosedur metode konvensional yang digunakan untuk menentukan serotipe yaitu: •
Penentuan serogrup
Untuk menentukan status serovar dari galur yang belum diketahui, maka digunakan suspensi antigen galur yang belum diketahui untuk mentitrasi anti sera kelinci yang spesifik terhadap masing-masing serogrup Leptospira yang sudah diketahui menggunakan teknik MAT. Dari sini juga dapat diteliti hubungan antara galur yang belum diketahui dengan galur referensi lain dalam serogrup yang sama. Serovar yang belum diketahui mungkin dapat diaglutinasi oleh satu antisera atau lebih. 11
•
Tes absorpsi-aglutinasi-silang Prosedur ini jauh lebih rumit dan melibatkan perbandingan reaksi absorpsi
aglutinasi silang galur yang belum diketahui dengan antiserum terhadap galur referensi menggunakan metode MAT. Serogrup ditentukan berdasarkan hasil tes positif terhadap salah satu antisera. Tes dilakukan sesuai dengan metode standar yang diberikan oleh Subcommittee on the Taxonomy of Leptospira (International Committee on Systemic Bacteriology, 1984). 3.3.2 Teknik Lain Untuk Menentukan Serotipe •
Analisis Faktor Untuk melakukan tes absorpsi-aglutinasisilang membutuhkan waktu cukup lama,
sehingga penggunaan untuk mengidentifikasi galur pada ini, maka laboratorium referensi telah melakukan usaha penelitian untuk menemukan metode yang dapat dipakai untuk menentukan tipe Leptospira dengan cara yang cepat. Dari hasil penelitian ternyata ditemukan teknik yang disebut analisis faktor, yang menggunakan antisera kelinci dan mengidentifikasi isolat menggunakan antibodi monoklonal mencit. Teknik klasifikasi yang sudah diakui secara resmi tidak dapat menentukan tipe serovar dengan tepat, tetapi hanya menentukan tingkat perbedaan serologis yang penting untuk galur yang mewakili galur baru. Analisis faktor menurut Kmety`s (1967), menggunakan studi yang lebih mendalam tentang struktur antigenik dari masing-masing serovar yang dikenal oleh kombinasi khusus yang berasal dari masing-masing serovar, atau faktorfaktor antigenik major dan minor yang beragam yang terdapat pada masingmasing serovar. Faktor sera dipersiapkan dengan cara mengabsorbsi antiserum kelinci dengan satu suspensi antigen yang berbeda atau lebih, sampai dia bereaksi hanya dengan satu serovar dari subgroup atau serogrup. Analisis faktor adalah merupakan
metode yang sangat baik untuk mempelajari tingkat kesamaan antigenik diantara galur, dan dapat menentukan status serovar dengan sangat cepat. Dalam mempersiapkan faktor sera, teknik ini mempunyai kelemahan karena adanya variasi dari satu batch dengan batch yang lain, sehingga hasil yang diperoleh bervariasi. Walaupun demikian, faktor sera dapat digunakan memperkirakan tipe serovar untuk memperoleh hasil dengan cepat.
12
•
Antibodi Monoklonal Cara
mengidentifikasi
menggunakan
antibodi
monoklonal
(monoclonal
antibodies, MCAs) mempunyai persamaan dengan penentuan tipe secara konvensional, yaitu berdasarkan pada pengenalan gambaran antigen yang khas dari serovar dengan menggunakan panel antibodi monoklonal. Berbeda dengan tes absorpsiaglutinasi-silang, dengan tes antibodi monoklonal, maka jumlah tipe Leptospira yang banyak dapat ditentukan dengan cepat. Di dalam microscopic aggutination test (MAT), antibodi monoklonal bereaksi dengan satu antigenik yang khas (epitop). Beberapa epitop mungkin spesifik untuk serovar tertentu atau dimiliki oleh berbagai serovar. Berdasarkan kombinasi atau keragaman sifat-sifat epitop serovar tertentu, maka panel antibodi monoklonal sudah disusun dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi Leptospira sampai pada tingkat serovar, dan kadang-kadang sampai pada tingkat subserovar. Perbedaan dalam profil aglutinasi yang diperoleh dengan menggunakan antibodi monoklonal sebagai indikator serovar baru. Juga dapat diamati adanya perbedaandiantara galur yang termasuk dalam serovar yang sama Tes untuk menentukan tipe Leptospira menggunakan antibodi monoklonal dapat dilakukan pada laboratorium yang sederhana, hanya dengan memiliki panel antibodi monoklonal terhadap galur yang beredar secara lokal. Hasil yang diperoleh sangat cepat dan mudah dilakukan. Hampir separuh serovar umum yang sudah dikenal saat ini, tipenya sudah dapat ditentukan menggunakan antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal juga dapat digunakan untuk mengetahui dengan cepat identitas galur Leptospira yang digunakan sebagai antigen tes MAT untuk mendiagnosis leptospirosis secara serologis. Kesalahan pemberian label pada galur dapat diperiksa dan diidentifikasi dengan tepat dan lebih mudah menggunakan metode ini daripada menggunakan antisera kelinci yang konvensional.
Susunan panel antibodi monoklonal, sebagian merupakan antibodi monoklonal yang dipersiapkan berdasarkan prosedur yang standar, dan hanya sedikit yang terpilih untuk digunakan sehari-hari. Hal ini menyebabkan penggunaannya menjadi terbatas. Spesifisitas antibodi monoklonal adalah terbatas pada struktur antigenik dari galur Leptospira yang dipakai mengimunisasi dan adanya keragaman imunogenik di dalam tubuh mencit.
13
BAB IV KESIMPULAN Bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh, akan terbentuk antibodi yang mengikat antigen. Antigen merupakan bahan kimia tertentu dari sel mikroba. Antibodi ini bersifat sangat spesifik terhadap antigen yang menginduksinya. Oleh karena mikroorganisme memiliki antigen yang berbeda, maka antibodi dapat digunakan untuk mencirikan (rapid indentification) terhadap mikroorganisme. Reaksi ini sangat sepesifik sehingga dapat disebut sebagai lock and key system.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://zaifbio.wordpress.com/2009/02/26/klasifikasi-mikroba-klasifikasi-dan-perananmikroba-dalam-kehidupan/ http://imadesetiawan.files.wordpress.com/2009/09/klasifikasi-dan-teknik-klasifikasibakteri-leptospira.pdf http://www.ziddu.com/download/9549338/Identifikasimikroba.doc.html http://www.vbook.pub.com/doc/16818487/Antigen-Dan-Antibody
15