Makalah Pasien Safety (peran Kerja Tim Dan Keluarga).docx

  • Uploaded by: icha
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pasien Safety (peran Kerja Tim Dan Keluarga).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,408
  • Pages: 19
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya). Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta

1

monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain. Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit. Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.

2

1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran kerja tim untuk keselamatan pasien dalam upaya pencegahan penyakit akibat kerja dalam keperawatan ? 2. Bagaimana peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya bahaya dan adverse events ?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan peran kerja tim untuk keselamatan pasien dalam upaya pencegahan penyakit akibat kerja dalam keperawatan 2. Menjelaskan peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya bahaya dan adverse events

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peran Kerja Tim Untuk Keselamatan Pasien Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Dalam Keperawatan Komponen yang dibutuhkan untuk tercapainya suatu kerjasama tim yang efektif Menurut O’Daniel, komponen kerjasama tim yang efektif, yaitu komunikasi terbuka, lingkungan yang leluasa, memiliki tujuan yang jelas, peran dan tugas yang jelas bagi angota-anggota tim, saling menghormati, berbagi tanggung jawab demi kesuksesan tim, keseimbangan patisipasi setiap anggota dalam mengemban tugas, pengakuan dan pengolahan konflik, spesifikasi yang jelas mengenai wewenang dan akuntabilitas, mengetahui secara jelas prosedur pengambilan keputusan, berkomunikasi dan berbagi informasi secara teratur dan rutin, lingkungan yang mendukung (termasuk akses ke sumber daya yang dibutuhkan), dan mekanisme untuk mengevaluasi hasil dan menyesuaikan sesuai peraturan yang berlaku.

a. Pengertian Kolaborasi Tim Kesehatan Kolaborasi tim kesehatan adalah hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab bersama dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam pemberian (penyediaan) asuhan pasien (ANA, 1992 dalam Kozier, Fundamental Keperawatan). Kolaborasi kesehatan merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperkuat hubungan diantara profesi kesehatan yang berbeda. Kolaborasi tim kesehatan terdiri dari berbagai profesi kesehatan seperti dokter, perawat, psikiater, ahli gizi, farmasi, pendidik di bidang kesehatan, dan pekerja sosial. Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah memberikan pelayanan yang tepat, oleh tim kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat, serta di tempat yang tepat. Elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, dan proses pembuatan keputusan (Kozier, 2010). Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan konsep hubungan kerjasama yang kompleks dan membutuhkan pertukaran pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan kesehatan untuk pasien.

4

b. Model-model/ Jenis Kolaborasi Tim Kesehatan Berikut merupakan bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan, diantaranya: 1.

Fully Integrated Major Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama.

2.

Partially Integrated Major Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki tanggung jawab yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama

3.

Joint Program Office Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan bersama.

4.

Joint Partnership with Affiliated Programming Kerja sama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan antara satu dan lainnya.

5.

Joint Partnership for Issue Advocacy Bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka panjang tapi dengan tujuan jangka pendek, namun tidak harus membentuk tim yang baru.

c. Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan: 1. Patient-centered Care Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien. Pasien dan keluarga merupakan pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya. 2. Recognition of patient-physician relationship Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik dan menghargai satu sama lain. 3. Physician as the clinical leader Pemimpin yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus yang bersifat darurat. 4. Mutual respect and trust Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing-masing. 5. Pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan 5

pengalaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai tujuan yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien. Selain itu, kolaborasi tim kesehatan ini dapat meningkatkan performa di berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada bidangnya masing-masing sehingga dapat mengurangi faktor kesalahan manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti: a) Pelayanan Kesehatan Tidak Mungkin Dilakukan oleh 1 Tenaga Medis b) Meningkatnya Kesadaran Pasien akan Kesehatan c) Dapat Mengevaluasi Kesalahan yang Pernah Dilakukan agar Tidak Terulang d) Dapat Meminimalisir Kesalahan e) Pasien akan Dapat Berdiskusi dan Berkomunikasi dengan Baik untuk Dapat Menyampaikan Keinginannya f) Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan: 1) Manfaat dari kolaborasi tim kesehatan, yaitu Kemampuan dari pelayanan kesehatan yang berbeda dapat terintegrasikan sehingga terbentuk tim yang fungsional 2) Kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah penawaran pelayanan meningkat sehingga masyarakat mudah menjangkau pelayanan kesehatan 3) Bagi tim medis dapat saling berbagi pengetahuan dari profesi kesehatan lainnya dan menciptakan kerjasama tim yang kompak 4) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan manggabungkan keahlian unik profesional 5) Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi sumber daya 6) Meningkatkan kepuasan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja 7) Peningkatan akses ke berbagai pelayanan kesehatan 8) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan 9) Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama 10) Untuk tim kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman

6

d. Prinsip Prinsip Tim Keperawatan 1) Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu team terhadap satu atau sekelompok klien/pasien 2) Team dipimpin oleh seorang perawat yang secara klinis kompeten, mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi, mengorganisasi, dan memimpin 3) Dalam model ini, team dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas team harus terkoordinasi secara baik 4) Semua anggota team harus paham terhadap permasalahan klien intervensi dan dampaknya karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan berkesinambungan 5) Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar team untuk setiap shift dinas (P- S- M) Dokumentasi akurat, timbang terima berbasis pasien

e. Cara kerja secara tim / kolaborasi. Agar dapat membangun sebuah tim yang bagus dan baik, diperlukan lebih dari sekadar mengumpulkan orang-orang yang tepat. Sebab, ujian utama dari leadership sebenarnya adalah menciptakan lingkungan dimana setiap individu mau bekerja secara kooperatif dan kolaboratif. Tips berikut mungkin bisa membantu kita dalam membangun kerja sama tim yang lebih baik: 1. FOKUS Jelaskan rencana jangka panjang organisasi dan lakukan follow-up dengan teratur. Orang-orang sering kali terlalu fokus pada masalah hari ini dan pekerjaan rutinnya, sehingga kehilangan gambaran dari tujuan utama secara keseluruhan. Jadi, sewaktu anggota lainnya sedang berkonsentrasi menyelesaikan masalah, anggota lain dapat mendedikasikan lebih banyak waktunya untuk mereviewproses dan mengeliminasi masalah-masalah yang mungkin muncul di masa depan. 2. DEFINISIKAN PERAN Garis bawahi dengan jelas tanggung jawab dan peran setiap individu dalam suatu tim. Hal ini sangat penting untuk menjamin kesuksesan tim. Pemahaman tim terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing akan sangat membantu dalam pelaksanaan kerja sama tim secara kolaboratif. Dukunglah tim Anda untuk 7

mendefinisikan fungsi mereka. Para anggota tim akan mampu mengambil lebih banyak tanggung jawab apabila mereka berada dalam posisi yang cocok, dan salah satu dari mereka mungkin akan dapat mengeluarkan bakat baru yang tidak disadari sebelumnya. 3. TETAPKAN TUJUAN Anggota tim perlu memperhatikan tujuan individu maupun tujuan tim. Dukunglah mereka untuk menentukan tujuan jangka pendek yang dapat diraih dan dapat diukur, serta tujuan jangka panjang. Dengan tujuan yang jelas dan kode etik atau aturan tertentu, tim akan mulai bisa mengatur dirinya sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut.

Pantauan

dari

senior

sangat

dibutuhkan

untuk

menghilangkan sifat-sifat negatif seperti kemalasan, keterlambatan, serta suka menunda-nunda pekerjaan. Komunikasikan selalu setiap tujuan dengan jelas, dan pastikan setiap anggota tim benar-benar memahaminya. 4. BAGIKAN INFORMASI Informasi yang disembunyikan akan dianggap sebagai gosip atau rumor. Produktivitas dan moral tim akan menurun bila mereka menemukan banyak informasi yang tidak jelas berkeliaran, terutama di masa-masa sulit atau peralihan. Bagikan dan sebarkanlah semua informasi yang memang perlu dikomunikasikan ke semua anggota tim, dan jangan lupa untuk terus meng-update informasi tersebut sesering mungkin. 5. KEPERCAYAAN Jadilah orang yang dapat dipercaya dan diandalkan. Hargailah kata-kata Anda sendiri. Bila Anda seorang pemimpin dan Anda sudah berjanji untuk memberikan sesuatu kepada anak buah, maka pastikan Anda menepati janji tersebut. Bila Anda salah satu anggota tim dan pernah berjanji untuk melakukan sesuatu kepada tim atau pemimpin Anda, maka pastikan juga Anda menepati janji tersebut. Perlakukan setiap anggota tim dengan perlakuan yang sama. Jangan ada 'anak emas' dan 'orang istimewa'. 6. DENGARKAN Bersikaplah terbuka terhadap ide-ide dari anggota tim lain. Berikan mereka kesempatan

untuk

menyampaikan

pendapat

dalam

rapat

atau

saat brainstorming. Pertimbangkan setiap saran mereka. Kita tidak akan pernah benar-benar tahu saran dan pendapat mana yang terbaik sampai kita sendiri membuktikannya. Banyak organisasi menghabiskan dana besar untuk menyewa 8

konsultan dari luar, tanpa terlebih dahulu menanyakan pendapat pegawai dan anak buahnya sendiri. Padahal, seringkali merekalah yang paling tahu problem apa yang terjadi di dalam. Berikan pujian kepada anggota tim kita dan jadilah seorang pemimpin dan pendengar yang baik. 7. BERSABAR Bila tim Anda terlihat bermasalah dan tidak menunjukkan hasil apa pun, bersabarlah. Beri waktu dan amati perkembangannya. Sering kali mereka bisa mengatasi masalahnya sendiri, dan Anda perlu mengawasi dan mengamati saja. Bila hal ini tidak terjadi, maka beraksilah. Pecat dan hire orang lain bila memang diperlukan. Tidak ada gunanya menyimpan 'benalu' di dalam tim. 8. DUKUNGAN Setiap anggota tim harus ditantang untuk berkontribusi dalam segala hal. Dorong mereka untuk ikut training bila memang diperlukan dan beri kesempatan untuk keluar dan melakukan sendiri tugas-tugasnya. Mereka perlu merasa nyaman dalam melakukan tugas supaya dapat menemukan potensi unik dalam diri mereka sendiri. Ubahlah tanggung jawab setiap anggota tim bila memang dianggap perlu. Ketahuilah kekuatan dan kelemahan dari setiap anggota tim dan berikan dukungan positif terhadap kedua hal itu. 9. TUNJUKKAN ANTUSIASME Antusiasme mudah menular. Selalulah bersikap positif dan penuh harap. Bila mereka melihat Anda mengharapkan sesuatu dari mereka, maka ada peluang mereka akan memberikan yang terbaik dan berusaha tidak mengecewakan Anda. Fokuslah juga pada hal-hal yang dikerjakan dengan benar, dan tidak selalu melihat kesalahan orang lain saja. 10. HAVE FUN Bangun semangat yang ada di dalam tim agar bisa selalu memberikan energi yang tinggi dan spirit persatuan. Sediakan waktu untuk tertawa bersama dan ciptakan suasana yang sesantai mungkin. Tidak ada tujuan yang dapat dicapai dengan mudah bila suasananya selalu tegang. 11. DELEGASI Jelaskan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana caranya (bila diperlukan), lalu biarkan. Lebih baik lagi jika Anda dapat menjelaskan masalah yang ada dan seperti apa hasil yang Anda inginkan. Lalu, biarkan tim Anda mengembangkan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan tugas tersebut sesuai waktu yang telah 9

ditetapkan. Bila jadwal reviewhari Selasa depan, maka jangan menanyakan hasilnya

hari

ini.

Berilah

kepercayaan

kepada

tim

Anda

untuk

memenuhi deadline masing-masing. 12. BERIKAN PENGHARGAAN Rayakan keberhasilan bersama-sama dan berikan penghargaan kepada anggota tim tapi tidak secara individual. Dalam setiap tim akan mempunyai individu yang menonjol

pada

bidang

tertentu.

Kenalilah

hal

ini

dengan

cepat

melalui performance review process dan gunakan untuk mendukung kerja sama tim. Hindari semua tindakan yang bisa menimbulkan kecemburuan di antara anggota. Selalu bicara positif tentang anggota tim Anda secara keseluruhan. Promosikan talenta, usaha, dedikasi dan kesuksesan mereka. Terakhir, yang penting adalah terus-menerus memberi inspirasi kepada semua anggota tim. Bila Anda berbicara tentang hal apa pun yang berhubungan dengan tim, gunakanlah kata 'kita' dan bukan kata 'saya'.

f.

Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim (Nursalam, 2002) : 1) Tanggung jawab anggota tim: a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya b)

Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

c)

Memberikan laporan.

2) Tanggung jawab ketua tim: a) Membuat perencanaan. b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi. c) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien. d) Mengembangkan kemampuan anggota. e) Menyelenggarakan konferensi. 3) Tanggung jawab kepala ruang: 

Perencanaan a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing. b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya. c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim. 10

d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan. e. Merencanakan strategi pelak f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan: - Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan. - Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan. - Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah. - Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk RS. h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri. i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan. j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit 

Pengorganisasian a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan. b. Merumuskan tujuan metode penugasan. c. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas. d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat. e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain. f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan. g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik. h. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim. i. Memberi wewenang kepada j. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

11



Pengarahan a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim. b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik. c. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. d. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien. e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan. f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.



Pengawasan a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. b. Melalui supervisi: - Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga. - Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas. - Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga keperawatan untuk 1020 pasien. Berdasarkan hasil penelitian Lambertsonseperti dikutip oleh Douglas (1984), menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan dengan benar merupakan

12

model asuhan kperawatan yang tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi. Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau post conference dalam sistem pemberian asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasien dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan pasien Kelebihan: a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik. b.Memungkinkan pencapaian proses keperawatan c.Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar. d.Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal e.Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif. f.Peningkatan kerjasama dan komunikasi di antara anggota tim menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberika. g.Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan h.Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas i.Memberikan kepuasan pada pasien & perawat j.Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral

2.2 Peran Pasien/ Keluarga Sebagai Patner Perawat Dipelayanan Kesehatan Untuk Mencegah Terjadinya Bahaya Dalam melaksanakan program tersebut diperlukan kerja sama antara tim kesehatan serta pasien dan keluarga. Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap adalah sebagai berikut : a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur b. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien maupun keluarga. 13

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti. d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan. e. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit. f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses bersama tim kesehatan mengelola pasien g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati. Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap di rumah sakit : a. Ketepatan Identifikasi Pasien Pasien dalam keadaan tidak sadar, gelisah, mengalami gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan proses pikir, mendapat obat bius, atau gangguan lain tidak mampu melakukan identifikasi diri dengan benar selain itu pasien yang pindah ruang rawat atau bertukar tempat tidur saat perawatan di rumah sakit berisiko mengalami ketidaktepatan identifikasi, maka rumah sakit menyusun sistem untuk memastikan identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan adalah tepat dan jenis pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut adalah sesuai. Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi pasien adalah : 1) Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen data diri yang dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah nama dan tanggal lahir 2) Selama rawat inap pasien dipakaikan gelang. Pasien dan keluarga harus memahami fungsi gelang dan patuh menggunakan gelang tersebut selama rawat inap karena gelang tersebut dipakai oleh tim kesehatan guna memastikan kebenaran identitas dan faktor risiko pasien saat memberikan pelayanan. 3) Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang warna merah muda untuk perempuan dipakai untuk identifikasi 4) Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memiliki riwayat alergi. 5) Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki risiko jatuh 6) Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh petugas saat akan melakukan tindakan, memberikan obat, mengambil preparat untuk pemeriksaan laborat dan lain-lain.

14

b. Komunikasi efektif Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan berbagai profesi lain sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi yang efektif untuk memberikan pelayanan. Peran pasien dan keluarga mewujudkan komunikasi efektif adalah: 1) Menunjuk atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan untuk berkomunikasi dengan tim kesehatan. Penunjukkan ini diperlukan untuk memastikan komunikasi berlangsung efektif dan berkesinambungan, tidak mengalami rantai komunikasi yang panjang dan kompleks yang berisiko menyebabkan perubahan makna isi informasi. 2) Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tim kesehatan dengan benar dan jelas. 3) Memberikan informasi pada petugas bila ada kejadian tidak diharapkan.Meminta informasi yang diperlukan kepada tim kesehatan c. Pemberian obat secara aman Pemberian obat merupakan bagian yang mengambil porsi dominan dalampasien rawat inap. Peran serta keluarga dalam menjamin keamanan pemberian obat adalah: 1) Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah dipergunakan sebelum masuk rumah sakit 2) Memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami saat menggunakan obat tertentu 3) Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan cara memastikan identitas pasien benar, menanyakan jenis obat yang diberikan, tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian obat d. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan pada pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya. Bagian tubuh yang akan dioperasi bisa meliputi bagian yang bersisi (misalnya tangan atau kaki kanan dan kiri, mata kanan dan kiri) atau bagian yang multipel level (misalnya tulang belakang) atau bagian yang multipel struktur (misalnya jari tangan) dengan demikian diterapkan sistem untuk memastikan tindakan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien Salah satu prosedur yang dilakukan sebelum tindakan operasi adalah proses verifikasi. Peran pasien dan keluarga dalam proses verifikasi praoperasi adalah memberikan informasi yang benar dan bekerja sama secara kooperatif Proses yang dilakukan meliputi:

15

1) Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar Proses ini dilakukan dengan membuat tanda pada lokasi yang dioperasi. Penandaan lokasi operasi ini melibatkan pasien, dibuat oleh dokter yang akan melakukan tindakan dan dilaksanakan saat pasien dalam keadaan sadar .Tanda ini tidak boleh dihapus dan harus terlihat sampai saat akan disayat. 2) Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik 3) Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus yang dibutuhkan. 4) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan berkumpulnya berbagai jenis kuman sedangkan pasien yang sedang dirawat memiliki daya tahan tubuh relatif rendah dengan demikian diperlukan suatu proses bersama untuk mencegah timbulnya infeksi lain yang tidak berhubungan dengan penyakit utama pasien.Peran pasien dan keluarga dalam pengurangan risiko terkait pelayanan kesehatan dengan : a) Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar. Keluarga memiliki kemungkinan sering kontak dengan pasien, maka untuk melindungi diri sendiri dan melindungi pasien dari perpindahan kuman disarankan keluarga menerapkan prosedur cuci tangan yang benar pada 5 (lima) momen yaitu saat sebelum kontak dengan pasien, sesudah kontak pasien, sesudah ke toilet, sebelum dan sesudah makan. Perlu diperhatikan juga bahwa lingkungan sekitar pasien berisiko terpapar kuman maka disarankan mencuci tangan sesudah kontak dengan lingkungan pasien (meja, alat tenun, tempat tidur dsb). Guna memperoleh hasil cuci tangan yang optimal Pasien dan keluarga disarankan mencermati dan mengikuti petunjuk 6 (enam) langkah mencuci tangan yang diberikan oleh petugas atau panduan cuci tangan yang ada di rumahsakit b) Membatasi pengunjung pasien Selama pasien dirawat di rumah sakit seyogyanya pasien tidak berinteraksi dengan banyak orang karena berisiko terpapar kuman dari pengunjung dalam keadaan pertahanan diri yang relatif rendah dengan demikian peran keluarga diperlukan untuk membatasi pengunjung yang kontak dengan pasien. c) Menerapkan etika batuk yang benar. Keluarga dan pengunjung yang batuk berisiko menyebarkan kuman melalui partikel halus di udara dengan demikian bila sedang mengalami batuk keluarga perlu menggunakan masker atau menerapkan

16

tehnik perlindungan yang benar saat batuk yaitu menutup mulut dan hidung menggunakan lengan. e. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan diri termasuk menghindari jatuh. Rumah sakit mengambil tindakan untuk mengurangi risiko dengan melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat, gaya jalan dan keseimbangan, alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien, riwayat jatuh saat berjalan atau saat istirahat baring di tempat tidur. Peran pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah sakit adalah: 1) Pastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning dipakai pasien 2) Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat tempat tidur pasien atau di depan kamar pasien karena kartu tersebut merupakan penanda untuk mewaspadai pasien yang beresiko jatuh 3) Keluarga atau pasien perlu memastikan diri untuk memahami informasi yang diberikan oleh petugas agar dapat mendukung tindakan pencegahan jatuh, seperti Informasi yang perlu diketahui adalah : a) Faktor resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang dipergunakan, kesadaran pasien, keseimbangan saat berjalan,dlltindakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan b) Cara untuk minta bantuan c) Cara menggunakan bel atau sarana komunikasi di ruangan d) Cara mengatur pengamanan tempat tidur e) Pengggunaan tali pengaman, dll

17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak 6 selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya. Banyak macam penyakit yang diakibatkan karena kecelakaan kerja, sehingga dari program keselamatan kerja itu sendiri memiliki tujuan yaitu untuk mengurangi bahkan menghindari agar tidak ada terjadi kecelakaan yang dapat menimbulkan penyakit pada pekerjanya. Dalam melakukan program keselamatan kerja, diadakan suatu hubungan segitiga yang saling bergantungan yaitu kolaborasi dari berbagai tim medis dengan pasien dan keluarganya, karena dalam hal ini dukungan atau motivasi keluarga juga dibutuhkan untuk keselamatan pasien.

3.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini, bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi mahasiswa, pelajar, atau pekerja yang merupakan sasaran dari program keselamatan kerja itu sendiri. Sehingga untuk mencapai tujuan yang optimal, saran dari pembaca sangat dibutuhkan.

18

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, S. (2015, februari 2). Seputar pengertian. Retrieved september 28, 2017, from Pengertian umum dan tujuan keselamatan kerja: http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-umum-dan-tujuankeselamatan-kerja.html Salawati, L. (2015). Penyakit akibat kerja dan pencegahan. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA, 94. Silalahi, B. dan Silalahi,R. (1995). Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Pustaka Binaman Pressindo Utrujah, A. M. (2015, november 2015). Nurse. Retrieved september 26, 2017, from Kolaborasi dalam tim kesehatan: http://note-nurse.blogspot.co.id/2015/11/kolaborasi-dalam-tim-kesehatan.html

19

Related Documents


More Documents from "Lianaa Anggraeni"